Professional Documents
Culture Documents
*Email : sabi_syukur@rocketmail.com
1)
Staf Dosen Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
2)
Staf Dosen Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
ABSTRAK
The proportion of patients with smear-positive pulmonary TB in 2012 that 141 people (1:56%) of the
total population were found smear-positive and amounted to 130 people (1.44%) of the total
population. From the data Bolangitang Health Center in 2012 it is known that there is a population of
9,027 souls 189 (2.09%) were estimated economic suspected pulmonary TB and the suspected when
examined totaled 180 people (1.99%). While in 2013 the number of TB patients increased again that
157 people (1:59%) of the total population. Formulation of the problem ie what are the factors
associated with the incidence of pulmonary tuberculosis in Puskesmas Bolangitang Mongondow
Bolaang North In 2013?. The purpose of the study to determine the factors associated with the
incidence of pulmonary tuberculosis in Puskesmas Bolangitang Bolaang North Mongondow.
The research design used in this study is the design of the study is descriptive and analytical research
methods research is conducted with the main objective to create a picture / relationship about a
situation objectively. The survey results revealed that the value of alpha chi square 38.000 with α =
0.000> 0.05 means that there is a relationship between age and the incidence of pulmonary
tuberculosis. Chi-square value of 18,661 with a significant level of α = 0.000> 0.05 means that there is
a relationship between poverty and the incidence of pulmonary tuberculosis. Chi-square value of
16,765 with a significant level of α = 0.000> 0.05 means that there is a relationship between poverty
and the incidence of pulmonary tuberculosis.
Based on the results of research and discussion, it can be concluded that age, poverty and the
environment associated with the incidence of pulmonary tuberculosis in Puskesmas Bolangitang
Bolaang North Mongondow.
PENDAHULUAN
Penyakit Tuberkulosis paru masih memperkirakan bahwa di Indonesia
merupakan masalah kesehatan setiap tahun terjadi 583.000 kasus
masyarakat dunia. Penyakit untuk semua jenis TBC dan 282.000
tuberkulosis paru banyak menyerang kasus baru dengan BTA (+).
usia kerja produktif, kebanyakan dari Prevalensi kasus TBCC-Paru BTA (+)
kelompok sosial ekonomi rendah dan diperkirakan 715.000 dengan kematian
berpendidikan rendah. Meningkatnya sekitar 140.000 atau secara kasar
kasus HIV/AIDS yang menurunkan diperkirakan setiap 100.000 penduduk
daya tubuh juga menyebabkan Indonesia terdapat 130 penderita TBC-
meningkatnya kembali penyakit TBC Paru baru dengan BTA (+) dan
di negara-negara yang sudah berhasil menyerang sebagian besar usia
mengendalikan penyakit. Banyak produktif, kelompok ekonomi lemah
penderita yang tidak berhasil dan berpendidikan rendah (Depkes
disembuhkan, penderita dengan basil 2012).
tahan asam (BTA) positif berisiko Dalam upaya penanggulangan TBC di
menularkan penyakit pada orang Indonesia telah ditetapkan tujuan
lainnya. Tahun 2003, WHO program pemberantasan yang meliputi
mencanangkan kedaruratan global tujuan jangka panjang yaitu
penyakit TBC. Diperkirakan setiap menurunkan angka kesakitan,
tahun ada 9 juta penderita TBC baru kematian dan penularan TBC dengan
dengan kematian 3 juta orang. 95% cara memutuskan rantai penularan
penderita TBC berada di negara sehingga penyakit TBC tidak lagi
berkembang dan beban terbesar menjadi masalah kesehatan masyarakat
terutama adalah di Asia Tenggara. Di di Indonesia, dan tujuan jangka pendek
negara-negara berkembang kematian yaitu menyembuhkan minimal 85%
ini merupakan 25% dari kematian penderita baru BTA (+) yang
penyakit yang sebenarnya dapat ditemukan, tercapinya cakupan
diadakan pencegahan (Depkes, 2010). penemuan penderita secara bertahap
Indonesia merupakan negara terpadat sampai dengan tahun 2007, 70%
nomor 4 di dunia dengan jumlah mencegah timbulnya resistensi obat
penduduk 255 juta pada tahun 2012, TBC di masyarakat (Depkes, 1999).
penyakit TBC menduduki tempat ke 3 Dari hasil prasurvey yang dilakukan
terbesar didunia setelah China dan peneliti di Dinas Kesehatan Kabupaten
India (Depkes 2012). Dari hasil survey Bolaang Mongondow Utara diketahui
kesehatan rumah tangga , penyakit bahwa pada tahun 2012 jumlah
TBC merupakan penyebab kematian penderita TBC yakni 122 jiwa (1.32%)
nomor tiga terbesar setelah penyakit dari jumlah penduduk dan yang
Kardiovasculer dan penyakit saluran ditemukan BTA positif berjumlah 98
pernapasan atas (ISPA) pada semua jiwa (1,03%) dari jumlah penduduk.
golongan umur dan penyebab penyakit Pada tahun 2013, penyakit TB Paru
nomor satu pada kelompok penyakit berada pada rangking 3 (tiga) dari 10
infeksi (Depkes 2012). WHO (sepuluh) penyakit yang paling banyak
Jurnal Zaitun
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Tabel 3
Analisa Data Univariat
Tabel 2.
Distribusi Responden Menurut Sumber : Data Primer 2016
Pendidikan di wilayah kerja
Puskesmas Bolangitang a. TB Paru
Sumber : Data Primer 2016 Mencermati data pada tabel di atas
dapat dijelaskan bahwa dari 38
Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas responden paling banyak
dapat dijelaskan bahwa dari 38 mengalami TB paru + yakni
responden paling banyak berjumlah 28 orang (74%)
berpendidikan SMP yakni berjumlah
18 orang (47%) sedangkan paling
Jurnal Zaitun
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
analisa diperoleh nilai chi square Hasil penelitian ini sejalan dengan
38.000 dengan alpha α = 0.000 < 0.05 penelitian yang dilakukan oleh Irawan
artinya bahwa terdapat hubungan (2010) yang berjudul Faktor yang
antara umur dengan kejadian TB paru. Berhubungan dengan Kejadian TB
Sehingga tolak H0 dan menerima H1 Paru di RSUP H. Adam Malik. Dari
yakni terdapat hubungan antara umur hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan kejadian TB Paru di wilayah umur responden berhubungan dengan
kerja Puskesmas Bolangitang Umur kejadian TB paru dan kelompok umur
merupakan faktor yang berhubungan terbanyak 55 - 60 tahun dengan
dengan kejadian kasus TB Paru + dan persentase 52.9%.
yang paling banyak berusia < 55 tahun. Hubungan kemiskinan dengan
Hasil penelitian ini sejalan dengan kejadian TB di wilayah kerja
penjelasan Depkes. RI (2001) bahwa Puskesmas Bolangitang.
variabel umur berperan dalam kejadian Dari 38 responden yang paling banyak
penyakit tuberkulosis paru. Risiko adalah responden yang memiliki
untuk mendapatkan tuberkulosis paru tingkat kemisikinan prasejahtera 1
dapat dikatakan seperti halnya kurva yang berjumlah 22 orang (58%) dan
normal terbalik, yakni tinggi ketika responden dengan tingkat kemiskinan
awalnya, menurun karena di atas 2 pra sejahtera 2 berjumlah 16 orang
(dua) tahun hingga dewasa memliki (42%). Hasil analisa statistik
daya tahan terhadap tuberkulosis paru didapatkan nilai chi square sebesar
dengan baik. Puncaknya tentu dewasa 18.661 dengan tingkat signifikan α =
muda dan menurun kembali ketika 0.000 < 0.05 artinya bahwa terdapat
seseorang atau kelompok menjelang hubungan antara kemiskinan dengan
usia tua. kejadian TB paru.
Dijelaskan pula oleh Tambayong Status ekonomi atau tingkat
(2000) faktor penyebab TB Paru kemiskinan berhubungan dengan
adalah umur, beberapa faktor resiko penyakit TB paru. Akibat penyakit TB
penularan penyakit tuberkulosis di paru penderita menjadi tidak produktif
Amerika yaitu umur, jenis kelamin, atau produktifitasnya menurun
ras, asal negara bagian, serta infeksi sehingga ekonomi keluarga terganggu
AIDS. Dari hasil penelitian yang bahkan kehilangan pendapatan dan
dilaksanakan di New York pada panti sebaliknya, dalam kondisi kemiskinan,
penampungan orang - orang masyarakat rawan terkena penyakit
gelandangan menunjukkan bahwa menular termasuk TB paru.
kemungkinan mendapat infeksi Menurut Darmanto (2007) bahwa
tuberkulosis aktif meningkat secara kondisi kemiskinan berkaitan erat
bermakna sesuai dengan umur. Insiden dengan pendidikan, keadaan sanitasi
tertinggi tuberkulosis paru biasanya lingkungan, gizi dan akses terhadap
mengenai usia dewasa muda. Di pelayanan kesehatan. Penurunan
Indonesia diperkirakan 75% penderita pendapatan dapat menyebabkan
TB Paru adalah kelompok usia kurangnya kemampuan daya beli
produktif yaitu 15-50 tahun. dalam memenuhi konsumsi makanan
Jurnal Zaitun
Universitas Muhammadiyah Gorontalo