You are on page 1of 10

ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

PERAN KELUARGA PADA KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA TB


DI KAWEDANAN PEDAN KLATEN

Istianna Nurhidayati1), Arlina Dhian2) , Husna Khoirunisa3).


1
Prodi S1 Keperawatan, Stikes Muhammadiyah Klaten
email: istiannanurhidayati@gmail.com
2
Prodi S1 Keperawatan, Stikes Muhammadiyah Klaten
email: arlinadhian@gmail.com

Abstract
Pulmonary Tuberculosis still be a global prob lem with the rate increase every year. Until right
now,Pulmonary Tuberculosis still have a high percentage, it was because of the high percentage
of failure in medication for sufferer. One of the factors of the failure was because of the sufferer
didn’t obey to drinking medicine. Family’s role was needed for the adherence of sufferer to
drinking medicine. The aims research had to know about the relationship between family’s role
with the adherence of Pulmonary Tuberculosis’s sufferer to drinking medicine in Pedan Distric.This
research was diskriptif correlation with cross sectional approach on 44 respondent of Pulmonary
Tuberculosis’s patien, that still on going their medication in Pedan Distric. Sampling was choosed
by total sampling technique with exlus ion criteria. The data were analyzed by Kendall Tau. The
instrument in this research was questionnaires.The analysis data from 44 respondent showed that
family’s role to the Pu lmonary Tuberculosis’s sufferer most of them in good category ( 52,3%) and
the obedience to drinking medicine of Pulmonary Tuberculosis’ sufferer most of them in obedient
category (56,8%).The Conclusion there was relationship between family’s role with the adherence
of Pulmonary Tuberculosis’s suffere to drinking medicine in Kawedanan Pedan with p-value=0,000
(p<0,05).

Keywords: Family’s role, adherence of drinking medicine, sufferer of Pulmonary Tuberculos is.

Tuberkulosis adalah penyakit menular


1. PENDAHULUAN langsung yang dise babkan oleh kuman TB
Millenium Development Goals (MDGs) (Mycobacterium tuberculosis), sebagia n besar
menyetujui delapan poin agenda, sa lah satunya kuman TB menyerang paru tetapi dapat juga
adalah pemberantasan atau perlawanan menyerang organ tubuh lainnya (Depkes RI,
terhadap HIV/AIDS, malaria dan 2008). World Health Organization (WHO)
penyakit menular lainnya, termasuk (2013)menyebutkan prevalensi kasus TB Paru
Tuberkulosis (TBC). Target di tahun 2015 di se luruhdunia sebesar 14 juta. WHO tahun
adalah untuk menghentikan dan memulai 2012 juga mendeskripsikan bahwa untuk
pencegahan pengobatandengan wila yah re gional Asia Tenggara merupakan
menurunkan angka prevale nsi penyakit regional dengan kasus TB Paru tertinggi yaitu
(United Nations Development Program, 2009 sebesar 40%..Prevalensi TB Paru yang masih
dalam Sufatmi,2014). Penyakit menular tinggi di dunia menyebabkan 1,3 juta orang
seperti Tuberkulosis Paru masih meninggal. Lebih dari 95% kematian akibat TB
menjadi masalah kesehatan secara global Paru di negara berpenghasilan rendah dan
dengan angka insiden rate-nya menengah, dan itu adalah diantara tiga
cenderung berfluktuasi setiap penyebab kematian bagi wanita usia 15 tahun
tahunnya, dan secara epidemiologi masih sampai 44 tahun Diperkira kan 530.000 anak-
menjadi prioritas penanggulangan dalam anak menjadi sakit dengan TB Paru. TB Paru
program-program kesehatan (Sulistiawan, menyebabkan 1/4 dari se luruh kematian. Di
2013).

1
Asia sendiri setia p 30 detik, ada satu pasien Link age (HDL) yang melakukan program
meninggal dunia akibat TB Paru (WHO,2013).
DOTS di ruma h sakit, Public Private
Indonesia menempati urutan kelima yaitu Partnership (PPP) atau Public Private Mix
dengan prevalensi se besar 289 per 100.000 (PPM) yang melibatkan se ktor privat dalam
penduduk Prevalensi TB di Indones ia pada penanggulangan TB Paru (Aditama, 2006).
tahun 2013 naik dari tahun 2012 sebesar 297 Sufatmi (2014) memaparkan fa ktor-faktor
per 100.000 penduduk dengan kasus baru setiap kepatuhan, pengetahuan, dukungan keluarga,
tahun mencapai 460.000 kasus dan total kasus motivasi minum obat dan KIE yang rendah
hingga 2013 mencapai se kitar 800.000- memiliki pengaruh terhadap pengobatan TB
900.000 kasus (Kompas.com, 2014). Jawa Paru.
Tengah merupakan sa lah satu provinsi di Angka ketidakpatuhan berobat akan
Indonesia yang masih tinggi angka kejadian TB mengakibatkan tingginya angka kegagalan
Paru. Prevalensi Tuberkulosis per 100.000 pengobatan penderita TB Paru dan
penduduk Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 menyebabkan makin banyak ditemukan
sebesar 106,42. Kondisi ini memberikan penderita TB Paru dengan BTA yang res isten
gambaran bahwa kasus TB Paru masih menjadi dengan pengobatan
masalah di Provinsi Jawa Tengah (Profil standar.
Kesehatan Jateng, 2012). Prevale nsi Kepatuhan terhadap pengobatan adalah
Tuberkulosis Paru diKabupaten Klaten se ndiri kesetiaan mengikuti program yang
pada tahun 2013 sebesar 35,23 per 100.000 direkomendasikan sepa njang pengobatan
penduduk (Dinkes dengan pengambilan semua paket obat yang
Klate n, 2013). ditentukan untuk keseluruhan panjangnya
Prevalensi TB Paru yang masih tinggi waktu yang diperlukan dan untuk mencapai
membuat penyakit TB Paru menjadi penyebab kesembuhan diperlukan kepatuhan atau
kematian ketiga, setela h penyakit jantung dan keteraturan berobat bagi setiap penderita.
saluran pernafasan lainnya. Sekitar 75% pasien Dukunga n keluarga memiliki peranan yang
TB adalah kelompok usia yang paling produktif besar dalam hal memberikan dorongan berobat
secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkira kan kepada pasien. Ke luarga yang pertama yang
seorang pasien TB Paru dewasa, akan tahu tentang kondisi sebenarnya dari penderita
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 TB Paru dan orang yang paling dekat serta
bulan. Ha l tersebut berakibat pada kehilangan berkomunikasi setiap hari dengan penderita.
pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar Dorongan anggota keluarga untuk berobat
20-30%. Jika ia meninggal akibat TB Paru, secara teratur dan adanya dukungan keluarga
maka akan kehilangan pendapatannya sekitar yang menjalin hubungan yang harmonis dengan
15 tahun. Sela in merugikan secara ekonomis, penderita membuat penderita diuntungkan lebih
TB Paru juga memberikan dampak buruk dari seke dar obat sa ja, melainkan juga
lainnya secara sosial bahkan dikucilkan oleh membantu pasien tetap baik dan patuh
masyarakat (Depkes RI, 2008). Di Klaten juga meminum obatnya. Pengaruh peran keluarga
sama penderita TB dapat merugikan secara terhadap kepatuhan minum obat penderita
ekonomis dan secara sosia l penderita TB Paru sangat besar. Namun seba liknya, penderita
bisa dikucilkan oleh masyarakat. Pemerintah memiliki alasan tersendiri untuk tidak
telah melakukan berbagai upaya untuk melanjutkan pengobatan. Pada umumnya alasan
penanggulangan penyakit TB Paru. penderita menghentikan pengobatan karena
Kema juan yang dicapai dalam paket obat terlalu banyak dan besarbesar,
penanggulangan TB, antara lain program merasa sudah se mbuh yang ditandai dengan
Directly Observed Treatment Shortcourse batuk berkura ng, perasaan sudah enak badan,
(DOTS) dimana Indones ia hampir mencapai sesak napas berkura ng, nafsu makan baik
target 80%. Ha l ini berarti minimal 80% (Sufatmi, 2014).
penderita TB Paru yang ditemukan berhasil Friedma n (2010) menyatakan bahwa
disembuhkan. Di Indonesia juga diperkenalkan keluarga memiliki peran untuk melaksanakan
beberapa program se perti Hospital DO TS
praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk perawatan, koordinator dan mediator terhadap
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan anggota keluarganya yang menderita TB Paru.
atau merawat anggota keluarga yang akit. Kawedanan Pedan terdapat 48 penderita TB.
Asuha n kesehatan dalam pengertian membantu Hasil studi pendahuluan yang dilakukan berupa
anggota keluarga yang sa kit dengan cara wawancara pada 5 keluarga mengenai peran
meningkatkan kesanggupan keluarga yang sakit keluarga adalah seba gai berikut, rata-rata
agar dapat melakukan fungsi dan tugas keluarga melakukan pengawasan dan
perawatan kesehatan dirinya. Kurangnya pemberian minum obat dan menepati jadwal
perhatian terhadap keluarga yang sakiti kontrol serta membantu membersihkan alat-alat
program pengobatan yang rumit, efek samping makan dan minum penderita. Satu keluarga
pengobatan dan perawatan jangka panjang mengaku dengan alasan sibuk bekerja sehingga
dapat menjadi fa ktor pre disposisi bagi seora kura ng melakukan pengawasan terhadap
ng pasien untuk tidak mematuhi pengobatan. penderita.
Peranan keluarga sangat dibutuhkan dalam Berdasarkan latar fe nomena tersebut
proses pengobatan penderita TB Paru. Secara penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pribadi keluarga merupakan faktor utama dalam hubungan peran keluarga terhadap kepatuhan
penyembuhan pasien. Ke luarga bisa berperan minum obat penderita TB di kawedanan Pedan.
sebaga i Pengawas Menelan Obat (PMO) yang Mengana lisa peran keluarga penderita TB,
mengawasi penderita TB Paru agar menelan Mengana lisa kepatuhan penderita TB
obat secara teratur sampai se lesai pengobatan,
sehingga terwujud kepatuhan penderita TB 2. KAJIAN LITERATUR DAN
Paru terhadap kepatuhannya dalam minum obat PENGEMBANGAN HIPOTESIS
sehingga terapi yang diberikan berjalan dengan
Tuberkulosis (TB) Paru merupakan infeksi
baik (Handhayani, 2011). Penelitian Partomo
yang disebabka n oleh kuman Mycobacterium
(2009) menunjukkan peran keluarga sebagai
tuberculosis (kadang-kadang diseba bkan oleh
Pengawas Menela n Obat (PMO) yang baik
M. bovis dan africanum), yang pada umumnya
dapat membuat penderita TB Paru patuh dalam
menyerang paru dan sebagian menyerang di
meminum Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
luar paru, seperti kelenjar getah bening
Penelitian Septia , Rahmalia dan Sabria n
(kelenjar) , kulit, usus/ sa luran pencernaan,
(2013) menyimpulkan dukungan keluarga dapat
selaput otak, dan se bagainya. Organisme ini
meningkatkan kepatuhan minum obat pada
disebut pula sebaga i basil tahan asam (WHO,
penderita TB Paru. Perhatian atas kemajuan
2011). TB Paru adalah penyakit menular
pengobatan memiliki pengaruh yang paling
langsung yang disebabkan oleh kuman
besar terhadap peningkatan kepatuhan minum
Mycobacterium tuberculosis, sebagian besar
obat penderita paru.
kuman TB menyerang paru tetapi dapat juga
Keluarga sa ngat penting dalam merawat
anggota keluarganya yang se dang sakit. mengenai organ tubuh lainnya (De pkes RI,
Penelitian Rosida dan Lystia na (2012) 2008). Penularan TB Paru dapat terjadi apabila
memaparkan keluarga berperan sebagai kuman dibatukkan atau dibersinkan secara
perawat, berperan sebaga i pendukung, dan “droplet infection” yaitu melalui udara,
berperan se bagai pengambil keputusa n dalam utamanya pada udara tertutup se perti udara
merawat anggota keluarganya paska stroke saat dalam rumah yang pengap dan lembab. Daya
di rumah. Dw ijayanti (2014) menyebutkan penularan penyakit TB Paru ditentukan oleh
caregiver keluarga dalam merawat pasien banyaknya kuman yang dikeluarkan serta
kanker payudara adalah dengan membantu patogenesis kuman yang bersangkutan, serta
pasien dalam memenuhi kebutuhan fisik, lamanya orang menghirup yang mengandung
psikologis, sosial, spiritual dan ekonomi kuman tersebut. Kuman TB Paru sangat sensitif
pasien. Penelitian Hannan (2013) terhadap cahaya ultraviolet, cahaya matahari
mengidentifikasi peran keluarga penting berperan besar dalam membunuh kuman di
sebagai motivator, edukator, fas ilitator, lingkungan, oleh sebab itu ventilasi rumah
inisiator, pemberi sangat penting.
Depkes RI (2008) memaparkan dalam bagi penderita tuberkulosis antara lain tidak
program TB Paru nasional, diagnosis TB Paru mengambil obat, minum obat dengan
pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan dosis dan waktu yang sala h, lupa minum obat,
ditemukannya Basil Tahan Asam (BTA) pada serta berhenti minum obat sebelum waktunya.
pemeriksaan dahak dan mikroskopis. Ulfi (2011) menyimpulkan faktor-fa ktor
Pemeriksaan dahak secara mikroskopis yang
berfungsi untuk menegakkan diagnosis, mempengaruhi kepatuhan dalam pengobatan
menilai keberhasilan pengobatan dan TB Paru adalah umur,jenis kelamin, tingkat
menentukan potensi penularan. Pemeriksaan pendidikan, pekerjaan pasien, lama pengobatan,
dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan efek samping obat, jarak rumah dengan pusat
dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang pelayanan kesehatan, ada tidaknya PMO.
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang Penelitian tersebut se jalan dengan Sukmah,
berurutan berupa Sewa ktu-Pagi-Sewaktu Mahyudin dan Suarnianti (2013) yang
(SPS). Hasil pemeriksaan dinyatakan positif menyimpulkan faktor-fa ktor yang
apabila sedikitnya dua dari tiga spesime n SPS mempengaruhi kepatuhan berobat penderita TB
hasilnya BTA positif. Paru adalah pengetahuan, PMO, efek sa mping
Pengobatan TB Paru mempunyai tujuan OAT, dan dukungan keluarga. Penelitian
menyembuhkan penderita, mencegah kematian, Lestari dan Chairil (2013) faktorfaktor yang
mencegah kekambuhan, menurunka n tingkat mempengaruhi kepatuhan penderita TB Paru
penularan. Jenis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
antara lain: Isoniasid (H), Rimfampisin (R), adalah motivasi/ keinginan untuk sembuh dari
Pirasinamid (Z), dan Etambutol (E) (De pkes penyakit TB Paru, support atau dukungan dari
RI, 2008). Kepatuhan (adherence) secara keluarga, supervisi dari PMO dan penyuluhan
umum didefinisikan sebaga i tingkatan perilaku kesehatan oleh petugas di Puskesmas. Se lain
seseorang yang mendapatkan pengobatan, itu keinginan untuk tidak menularkan penyakit
mengikuti diet, dan melaksanakan gaya hidup pada anggota lainnya juga seba gai faktor
sesuai dengan re komendasi pemberi pelayanan penunjang terhadap kepatuhan minum OAT.
kesehatan (WHO, 2003). Ke patuhan adalah Penelitian Hanna n (2013) peran keluarga
tingkat perilaku pasien yang setuju terhadap sangat penting seba gai motivator, edukator,
instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam fasilitator, inisiator, pemberi perawatan,
bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik, itu koordinator dan mediator terhadap anggota
diit, latihan pengobatan, atau menepati janji keluarganya yang menderita TB Paru.
pertemuan dengan dokter (Mc. Donald & Motivator adalah ora ng yang memberikan
Grimm, 1985 dalam Stanle y & Beare , 2006). motivasi atau mendorong seseora ng untuk
Istianah (2011) mendefinisikan kepatuhan bertindak. Secara klinis, motivasi diperlukan
berobat penderita TB Paru adalah ketaatan dan untuk mendapatkan kekuatan pada penderita
keteraturan penderita TB Paru dalam TB Paru yang menjalani pengobatan supaya
melakukan pengobatan atau minum obat. bisa sembuh. Ke luarga sebaga i edukator wa jib
Pasien dikatakan patuh apabila minum obat memberikan pendidikan kesehatan kepada
memenuhi empat hal yaitu obat yang diminum penderita TB Paru dalam menanamkan perilaku
sesuai dengan anjura n, durasi wa ktu minum sehat, se hingga terjadi perubahan perilaku
sesuai dengan anjura n, jumlah obat yang seperti yang diharapkan dalam mencapai
diambil sesuai dengan yang ditentukan dan tingkat kesehatan yang optimal. Sebaga i
tidak mengganti dengan obat lain (Widodo, fasilitator, keluarga menyediakan dan
2011). Cara pemberian obat meliputi 6 benar, memberikan sarana yang dibutuhkan keluarga
yaitu obat yang benar, dosis yang benar, klien yang sakit dalam memenuhi kebutuhan untuk
yang benar, jalur yang benar, wa ktu yang benar mencapai keberhasilan pelaksanaan program
dan dokumentasi yang benar (P otter dan Perry, tersebut. Oleh karena itu, diharapkan keluarga
2010). Depkes RI (2005) menyebutkan bentuk- sela lu
bentuk ketidakpatuhan terhadap farmakoterapi
menyiapkan diri untuk membawa anggota Kawedanan Jatinom. Analisa data pada
keluarga yang sakit untuk memfasilitas i penelitin ini menggunakan uji statistik Kendall
penderita TB Paru yang dihadapi penderita. Tau.
Peran keluarga sebagai inisiator harus bisa
memberi ide maupun gagasan dalam melakukan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
sesuatu terkait dengan pengobatan penderita TB
Paru. Peran keluarga dalam pemberian a. Analisa Univariat
perawatan meliputi peran yang terkait merawat Karakteristik Keluar ga Keluarga pada
anggota keluarga jika ada yang sakit. Peran penelitian ini yaitu keluarga yang mempunyai
keluarga anggota keluarga yang seda ngmenjalankan
sebaga i koordinator diperlukan untuk mengatur pengobatan TB Paru di Kawe danan Pedan
program kegiatan atau terapi dari penderita TB yang berjumlah 44 keluarga dari penderita TB
Paru. Peran keluarga se bagai mediator Paru. Analisa univariat karakteristik
mempunyai fungsi perantara, keluarga harus keluarga disa jikan dalam tabel 1:
mempergunakan pengetahuannya dan Tabel 1. Distrubusi Frekuensi Karakteristik
berinteraksi dengan baik kepada penderita TB Keluarga di Kawedanan Pedan Tahun 2015
Paru. (n=44)
Varia bel F %
Umur
3. METODE PENELITIAN Remaja Akhir (17- 2 4,5
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif 25th) 8 18,2
dengan desain penelitian deskriptif korelasi dan Dewasa Awal (26- 20 22,7
pendekatan cross sectional. Populasi dalam 35th) 16 36,4
penelitian ini adalah se luruh penderita TB Paru Dewasa Akhir (36- 7 15,9
berumur lebih dari 18 tahun yang ada di 45th) 1 2,3
Kawedanan Pedan pada saat penelitian ini Lansia Awa l (46-55th)
dilakukan. Jumlah populasi berdasarkan data Lansia Akhir (56-65th)
dari puskesmas sebanyak 48 penderita. Teknik Manula (>65th)
pengambian sampel adalah dengan teknik Penghasilan
totalsampling. Sampe l yang digunakan dalam ≥1.170.000 18 40,9
penelitian berjumlah 44 penderita. Sampel ≤ 1.170.000 16 36,4
tidak masuk dalam responden penelitian Tidak Berpenghasilan 10 22,7
berdasarkan kriteria eksklusi sebagai berikut: Pekerjaan
(1) penderita TB Paru yang sudah tidak Bekerja 34 77,3
menjalani pengobatan; Tidak bekerja 10 22,7
(2) penderita TB Paru pindah di luar Jumlah anggota Klg
Kawedanan Pedan, (3) penderita TB Paru 2 7 16
tinggal sendiri. Empat sampel tidak masuk 3 13 29,5
dalam res onden penelitian karena berdasarkan ≥3 24 54,5
kriteria eksklusi responde n merupakan 44 100
penderita TB Paru yang suda h tidak menjalani
pengobatan. Instrumen
yang digunakan adalah kuesioner peran Jumlah
keluarga seba gai motivator, edukator,
fasilitator, inisiator, pemberi perawatan, Tabel 1. menunjukan keluarga yang berperan
koordinator dan mediator, kuesioner kepatuhan terhadap anggota keluarga yang menderita TB
minum obat dan kartu kontrol PMO. Uji paru se bagian besar berumur 46- 55 tahun atau
validitas pada masing-masing kuesioner masa lansia awal se besar 36,4% . Ke luarga
menggunakan Pearson Product Moment, dan yang berperan terhadap anggota keluarga yang
uji re liabilitas kuesioner peran keluarga menderita TB sebagia n besar dengan status
menggunakan K-R20 sedangkan kuesioner bekerja yaitu sebesar 77,3% dengan jumlah
kepatuhan minum obat menggunakan Alpha tingkat penghasilan terbanyak yaitu >1.170.000
Cronbach. Uji validitas dilakukan di sebesar 40,9%. Keluarga yang berperan
terhadap anggota keluarga yang menderita TB Tabel 3 Distrubusi Frekuensi Peran keluarga
paru berdasarkan jumlah anggota keluarga terhadap Penderita TB Paru di Kawedanan
terbanyak yaitu ≥3 se besar 54,5%. Pedan Tahun 2015 (n=44)
Peran Keluarga F %
Distribusi responden penderita TB paru di Baik 23 52,3
kawedanan Pedan disa jikan pada tabel 2 : Kurang Baik 21 47,7
Tabel 2. Distrubusi Frekuensi Karakteristik Penderita TB
di Kawedanan Pedan Tahun 2015 Jumlah 44 100
(n=44)
Varia bel F Tabel 3. menunjukan peran keluarga terhadap
% Umur penderita TB paru dengan kategori baik lebih
besar dari pada kategori kurang baik yaitu
Remaja Akhir (17- 8 18,2 sebesar 52,3%.
25th) 9 20,5
Dewasa Awal (26- 4 9
35th) 12 27,3 Kepatuhan minum obat pada penderita TB Paru
Dewasa Akhir (36- 10 22,7 di Kawedana n Pedan dapat dilihat pada tabel 4:
45th) 1 2,3
Lansia Awa l (46-55th) Tabel 4 Distrubusi Frekuensi Kepatuhan Minum
Lansia Akhir (56-65th) Obat Penderita TB Paru di Kawedanan Pedan
Manula (>65th) Tahun 2015 (n=44)
Penghasilan Kepatuhan Minum Obat F %
≥1.170.000 5 72,7 Patuh 25 56,8
≤ 1.170.000 32 11,4 Kurang Patuh 19 43,2
Jumlah Tidak Berpenghasilan 7 15,9 44 100
Pekerjaan
Bekerja kepatuhan minum
Tabel 4 menunjukan 37obat pada
84,1 penderita TB Paru dengan kategori patuh lebih besar dari
Tidak
pada kategori kurabekerja 7 56,8%.
ng patuh yaitu sebesar 15,9
Pendidikan
SD 7 15,9
SMP 10 22,7
SMA/SMK 19 43,2
JumlahPT 8 18,2 b. Analisa Bivariat
44 100 hasil dan dianalisis dengan uji Kendall Tau
Penelitian yang sudah dilakukan didapatkan
dengan tingkat kepercayaan 95% dipaparkan
Tabel 2. menunjukan responden yang
pada tabel 5:
menderita TB Paru sebagia n besar berumur 46-
55 atau masa lansia awal sebesar 27,3% dan
seba gian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu
se besar 59,1%. Responden yang menderita TB Tabel 5. Hubungan Peran Keluarga dengan
Paru berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak Kepatuhan Minum Obat pada Penderita
lulusan SMA/SMK sebesar 43,2% dan sebagian TB Parudi Kawedanan Pedan
besar dengan status bekerja yaitu sebesar Tahun 2015 (n=44)
84,1% dengan jumlah tingkat penghasilan Peran
kepatuhan
Patuh Kurang P atuh Total ᵖ r
terbanyak yaitu ≤1.170.000 juta sebesar 72,7%. keluarga
Baik
F
19
%
43,2
F
4
%
9,1
N
23
%
52, 0 0
3 , ,
0 5
Peran keluarga terhadap penderita TB Paru 0 5
0
di Kawedana n Pedan dapat dilihat pada tabel 3: Kurang baik 6 13,6 15 34,1 21 47,
7
Total 25 56,8 19 43,2 44 100
Proporsi peran keluarga dengan kategori juga dengan hasil penelitian Setya ningsih
baik dalam kepatuhan minum obat penderita (2008) yang menunjukkan ada hubungan antara
TB paru dengan kategori patuh sebesar 43,2% peran suami terhadap kepatuhan pengobatan
lebih besar dibandingkan dengan peran pada wanita penderita TB Paru.
keluarga dengan kategori baik dalam kepatuhan
minum obat penderita TB paru dengan kategori Hasil penelitian Sya kira (2012, disitasi oleh
kura ng patuh patuh sebesar 9,1%. Proporsi Maulidia , 2014) menyatakan bahwa lebih dari
peran keluarga dengan kategori kurang baik 50% penderita TB Paru patuh dalam
dalam kepatuhan minum obat penderita TB pengobatannya. Kepatuhan minum obat anti
paru dengan kategori patuh sebesar 3,6% lebih tuberkulosis (OAT) akan berpengaruh terhadap
kecil dibandingkan dengan peran keluarga proses penyembuhan dari infe ksi tuberkulosis.
dengan kategori kura ng baik dalam kepatuhan Kepatuhan minum obat dilihat dari
minum obat penderita TB paru dengan kategori pengambilan obat yang sesuai tanggal
kura ng patuh sebesar 34,1%. Hasil uji dengan pengambilan, minum obat dengan dosis dan
Kendall Tau didapatkan nilai p-value=0,000 (p waktu yang benar, tidak lupa minum obat, dan
< 0,05) dan nilai r=0,545 sehingga hal ini
tidak berhenti minum obat sebe lum waktunya
menunjukkan terdapat hubungan yang positif
serta tidak mengganti dengan obat yang lain.
antara peran keluarga dengan kepatuhan minum
Responden yang kurang patuh diakibatkan
obat pada penderita TB Paru di Kawedanan
karena kadang-kadang masih lupa untuk
Pedan. Hal ini berarti se makin baik peran
minum obat, minum obat sekehendak
keluarga maka akan se makin patuh penderita
kemauannya sendiri dan minum jamu/ obat lain
TB Paru untuk minum obat.
serta menyelingi obat TB dengan obat di
warung. Kepatuhan penderita paru sa ngat
Kepatuhan dalam pengobatan akan
didukung peran keluarga.
meningkat ketika pasien mendapatkan bantuan
dari keluarga. Di samping itu, pasien yang
Peran keluarga sangat dibutuhkan dalam
tidak memiliki keluarga atau memiliki
proses pengobatan. Secara pribadi keluarga
nonsupportive/ nonavailable/ conficted family
merupakan faktor utama dalam penyembuhan
akan mempengaruhi terminasi pengobatan
pasien. Penelitian Arya l et. al. (2012, disitasi
lebih awal dan hasil yang tidak memuaskan oleh Yuda, 2013) menyebutkan bahwa 80%
(Glick et. al., 2010 dalam Mulidia, 2014). Hasil pasien TBC di India mendiskusikan pertama
analisis bivariat dengan Kendall Tau kali masalah
didapatkan nilai p- value=0,000 (p<0,05) dan kesehatan yang muncul saat menderita TBC
nilai r=0,545 sehingga hal ini menunjukkan terhadap anggota keluarganya. Ha l ini
terdapat hubungan yang positif antara peran menguatkan peran keluarga dibutuhkan ketika
keluarga dengan kepatuhan minum obat pada ada salah satu anggota keluarga yang sakit.
penderita TB Paru di Kawedanan Pedan. Ha l Peran keluarga yang diberikan kepada penderita
ini berarti semakin baik peran keluarga maka TB Paru yaitu dalam memotivasi
akan semakin patuh penderita TB Paru untuk minum obat, memberikan penjelasan bahwa
minum obat. Hasil ini se jalan dengan hasil pengobatan itu penting, membantu
penelitian Partomo (2009) yang menunjukkan mengambilkan obat, mengupayakan supaya
peran keluarga sebaga i Pengawas Menelan sela lu minum obat, memberikan perawatan,
Obat (PMO) yang baik dan memberikan dorongan-doronga n untuk
dapat membuat penderita TB Paru patuh dalam sembuh. Peran keluarga yang kura ng
meminum Obat Anti Tuberkulosis (OAT). baik yang dirasakan penderita
Tambunan (2013) juga menyatakan ada antara lain karena keluarga yang tidak se
hubungan perilaku keluarga dengan kepatuhan lalu disisi dan mengawasi penderita
pengobatan penderita TB Paru di Ka bupaten saat minum obat, keluarga yang tidak
Labuhan Batu. Hasil ini didukung mengingatkan penderita untuk minum obat
tepat waktu, keluarga yang tidak menanyakan
perkembangan kesehatan penderita kepada
petugas kesehatan, serta keluarga yang tidak (84.1%) dan dengan tingkat
sela lu penghasilan ≤1.170.000 (72.7%).
mengantar penderita berobat ke puskesmas. b. Peran keluarga terhadap penderita TB
Paru di Kawedanan Pedan sebagian
Hasil penelitian didapatkan bahwa penderita besar dalam kategori baik (52,3%).
yang menderita penyakit TB Paru lebih banyak c. Kepatuhan minum obat pada penderita
pada penderita yang bekerja (84,1%) dari pada TB Paru di Kawedanan Pedan sebagian
yang tidak bekerja (15.9%). Peneliti berasumsi besar dalam kategori patuh (56,8%).
bahwa penderita yang bekerja akan lebih d. Ada hubungan antara peran keluarga
kura ng patuh terhadap pengobatan karena dengan kepatuhan minum obat pada
penderita sibuk bekerja dan lelah sehingga penderita TB Paru di Kawedanan
mengabaikan pengobatan. Ha l ini didukung Pedan dengan hasil p-value=0,000
hasil penelitian Eka (2009) yang menunjukkan dengan uji statistik Kendall Tau
ada hubungan pekerjaan dengan kepatuhan
minum obat pada penderita TB Paru. Pekerjaan 6. REFERENSI
menentukan penghasilan keluarga penderita Baidowi, Juhan. 2013. Analisis Faktor-faktor
TB. yang Berhubungan dengan Kepatuhan
Hasil penelitian menunjukkan paling banyak Minum Obat Pasien Tuberk ulosis Paru di
keluarga memiliki penghasilan >1.170.000 Puskesmas Karangdoro Kota Semarang.
sebesar 40,9%. Penghasilan keluarga Dia kses dari
mempengaruhi dalam kesembuhan penyakit http://digilib.unimus.ac. id/gdl.php?
seseorang karena dengan penghasilan yang mod=bro ws e&op=read&id=jtptunimus-gdl-
tinggi sarana dan prasarana untuk berobat juhanbaido- 086 pada tanggal 13 Agustus
cukup terpenuhi. Pernyataan tersebut didukung 2015.
penelitian Erawatyningsih, Purwanta dan Budiman, Mauliku E. N., & Anggre ini, D.
Subekti (2012) yang menunjukkan ada 2010.
pengaruh yang signifikan antara pendapatan Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
keluarga terhadap ketidakpatuhan berobat pada Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Paru
penderita TB Paru. Responden yang memiliki pada Fase Intensif di Rumah Sakit Umum
penghasilan renda h mempunyai res iko 6,94 Cibabat Cimahi. Diakses dari
kali beresiko tidak patuh minum Obat Anti www.stikesayani.ac.id/?f=publikasi/ejourna
Tuberkulosis Paru dibandingkan dengan l/index pada tanggal 23 Maret 2015.
responde n dengan penghasilan tinggi (Sa Depkes RI. 2005. Pedoman Nasional
midah, Yudistira dan Penangggulangan Tuberkulosis. Jakarta:
Yulia nti, 2013). Pernyataan tersebut didukung Dirje n Depkes RI.
dengan penelitian Prayogo (2013) yang --------------. 2008. Pedoman Nasional
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna Penanggulangan Tuberkulosis Cetakan ke-
antara penghasilan dengan kepatuhan minum 2. Jakarta: Dirjen Depkes RI.
obat anti tuberkulosis pada pasien TB Paru. --------------. 2011. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis Cetakan Edisi
ke-2. Jakarta: Dirjen De pkes RI.
5. SIMPULAN Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2012. Profil
Hasil penelitian dan pembahas mendasari Kesehatan Jawa Tengah. Jawa Tengah.
penarikan kesimpulan penelitian, yang Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten. 2013.
dijabarkan se bagai berikut: Dinkes
a. Persebaran demograf i penderita TB Klaten. Klaten
Paru di Kawe danan Pedan hasilnya Dwija yanti, K.A. 2014. Pengalaman
adalah sebagian besar berumur 46-55 Caregiver Keluarga dalam Merawat
tahun (27.3%), berjenis kelamin laki- Pasien Kanker Payudara.
laki (59.1%), dengan status bekerja Diakses dari
http://ojs. unud.ac.id/index.php/coping/article 2009. Diakes dari http://repository.uinjkt.
/v iew/10833 pada tanggal 10 Maret 2015. ac.id/dspace/bitstream/123456789/25866/1/
Eka, Anggraeni. 2009. Hubungan antara SITI%20 MAESAROHFKIK. pdf pada
Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru tanggal 14 Agustus 2015.
dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Partomo. 2009. Hubungan antara Peran
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Keluarga sebagai PMO dengan Kepatuhan
Puskesmas Kayen Kabupaten Pati. Dia kses Minum Obat Anti Tuberkulosis di
dari http://lib.unnes.ac.id/5908/ pada tanggal
Puskesmas Grabag Purworejo.
11 Agustus 2015.
http://skripsistikes.w ordpress.com/2009/05/0
Erawatyningsih, Purwanta & Subekti. 2012.
3/ikpiii40/ pada tanggal 3 Maret 2015.
Faktorfaktor yang Mempengaruhi
Prayogo, Akhmad. 2013. Faktor-faktor yang
Ketidakpatuhan Berobat pada Penderita
Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat
Tuberkulosis Paru. Diakses dari
Tuberkulosis pada Pasien
http://journal.ugm.ac.id/bkm/article/view/35
Tuberkulosis Paru di Puskesmas
58 pada tanggal 24 Agustus 2015.
Pamulang Kota Tangerang
Friedma n, M, Marilyn. 2010. Buku Ajar
Selatan Propinsi Banten Periode Januari
Keperawatan Keluarga. Edisi 5. Jakarta :
2013. Diakses dari
EGC.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstrea
Friedma n, M. M., Bowden, V. R., & Jones , E.
m/123456789/26334/1/Akhmad%20Hudan
G. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga:
%20Eka%20Prayogo-fkik.pdf pada tanggal
Riset, Teori, dan Praktik, alih bahasa, Akhir
11Agustus 2015.
Yani S. Hamid dkk; Edisi 5. Jakarta : EGC.
Samidah, Yudistira & Yulianti. 2013. Faktor-
Hannan, Mujib. 2013. Peran Keluarga dalam
faktor yang Berhubungan dengan
Perawatan Penderita Tuberkulosis Paru di
Kepatuhan Klien Minum Obat pada Klien
Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep.
TB Paru di RuangPoli Penakit Dalam
Dia kses dari http://ejournal.wiraraja.ac.id/
RSUD Kepahiang Tahun 2013. Diakses dari
index.php /FIK/art icle/view/38 pada tanggal
http://stikesdehasen.ac.id/downlot.php?file=
27 April 2015.
Jur nal% 20mira. docx pada tanggal 8
Illu, Picauly & Ramang. 2012. Faktor-faktor
Agustus 2015.
Penentu Kejadian Tuberkulosis Paru pada
Setyaningsih, S. 2008. Peran Suami terhadap
Penderita Anak yang Pernah Berobat di
Kepatuhan Berobat pada Wanita
RSUD W.Z Yohanes Kupang. Diakses dari
PenderitaTuberkulosis di Kabupaten
http://www. academia.edu /4915863/ di
Purworejo Jawa Tengah. Yogya karta: FK
akses pada tanggal 8 Agustus 2015.
UGM.
Istianah. 2011. Hubungan Dukungan Keluarga
Sukmah, Mahyudin & Surnia nti. 2011. Faktor
dengan Kepatuhan Berobat Penderita TB
faktor yang Berhubungan dengan
Paru di BKPM Wilayah Klaten. Skripsi S1
Kepatuhan Berobat pada Pasien TB Paru
Keperawatan STIKES Muhammadiyah
di RSUDDaya Makassar. Diakses dari
Klate n.
http://library.stikesnh.ac. id/files/disk1/6/elib
Lestari & Chairil. 2013. Faktor yang
rary% 20stikes%20nani%20hasanuddin--
Mempengaruhi Kepatuhan Penderita TBC
sukma hmahy-267-1-25137684-1.pdf pada
untuk Minum Obat Anti Tuberkulosis.
tanggal 8 Maret 2015.
Dia kses dari
World Hea lth Organization (WHO). 2003.
http://download.portalgaruda.org/a
Preventionin transmission of Pulmonology
rtic le.php?artic le=119620&val=5478 pada
Tuberculosis. Geneva: World Hea lth
tanggal 4 April 2015.
Organization.
Maesaroh, Siti. 2009. Faktor-faktor yang
------------------------------------------------. 2011.
Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat
Treatment of Tuberculosis Guidelines
Pasien Tuberkulosis Paru di Klinik Jakarta
Fourth edition. Geneva: World Hea lth
Respiratory Centre (JRC)/ PPTI Tahun
Organization.
. 2013. . 2013.
Defenition and Diagnosis of Pulmonolgy Report Tuberculosis in the World. Diakses
Tuberculosis. Diakses dari dari https://extranet.who.int/sree/Reports
https://mdgsgoa ls.com.who.int/sree/ pada pada tanggal 4 Februar i 2015
tanggal 4 Februari 2015.

You might also like