You are on page 1of 60

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

HEALTH SCIENCES JOURNAL


http://studentjournal.umpo.ac.id/index.php/HSJ

STUDI KASUS : UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA


PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI RUANG ASOKA
RSUD DR. HARJONO PONOROGO

Siska Alif Tania*, Sholihatul Maghfirah, Siti Munawaroh

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Ponorogo


E-mail Korespondensi: siska.alif98@gmail.com

Sejarah Artikel

Diterima: Februari 2020 Disetujui: Maret 2020 Dipublikasikan: April 2020

Abstract

Pulmonary tuberculosis is a direct infectious disease caused by Mycrobacterium Tuberculosis which attacks the lungs and
other organs. The purpose of this case study is to apply nursing care to patients with pulmonary tuberculosis with nursing
problems of nutritional imbalances less than the body's needs. Nursing care for patients with pulmonary tuberculosis with
nursing problems less than the body's needs is done in the Asoka Room Dr. Harjono Ponorogo for 3 days in August 2019. The
method used was the nursing process. The results of the study were obtained by Mr. T experienced nausea, dry lips, bitter
tongue, and no appetite, ate only 6 tablespoons, weighed 48kg. Nursing measures are carried out to assess nutritional status,
monitor the amount of nutrition, body weight, skin turgor, nausea, vomiting, monitor hemoglobin, hematocrit, monitor
conjunctiva, increase iron intake, increase protein intake, provide information about nutrition, provision of selected foods,
administration pharmacological therapy and collaboration with nutritionists. Nursing care is expected to be able to provide
education about the proper handling and prevention of recurrence.
Keywords: Pulmonary Tuberculosis, Nutrition

Abstrak
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis yang
menyerang paru dan organ tubuh lainnya. Tujuan studi kasus ini adalah menerapkan asuhan keperawatan pasien tuberkulosis
paru dengan masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Asuhan keperawatan pada
penderita tuberkulosis paru dengan masalah keperawatan kurang dari kebutuhan tubuh dilakukan di Ruang Asoka RSUD Dr.
Harjono Ponorogo selama 3 hari pada bulan Agustus 2019. Metode yang digunakan adalah proses keperawatan. Hasil
pengkajian didapatkan Tn. T mengalami mual, bibir terasa kering, lidah pahit, dan tidak nafsu makan, makan hanya 6 sendok
makan, berat badan 48 kg. Tindakan keperawatan yang dilakukan mengkaji status nutrisi, monitor jumlah nutrisi, berat badan,
turgor kulit, mual-muntah, monitor Hemoglobin, Hematokrit, monitor konjungtiva, meningkatkan intake zat besi,
meningkatkan intake protein, pemberian informasi tentang nutrisi, pemberian makanan yang terpilih, pemberian terapi
farmakologi dan kolaborasi dengan ahli gizi. Asuhan keperawatan ini diharapkan mampu memberikan edukasi tentang
penanganan dan pencegahan kekambuhan yang tepat.
Kata Kunci: Tuberkulosis Paru, Nutrisi

How to Cite: Siska Alif Tania, Sholihatil Maghfirah, Siti Munawaroh (2020). Studi Kasus: Upaya Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di Ruang Asoka RSUD Dr. Harjono Ponorogo. Penerbitan Artikel llmiah
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Vol 4 (No 1).

© 2020 Universitas Muhammadiyah Ponorogo. All rights reserved


ISSN 2598-1188 (Print)
ISSN 2598-1196 (Online)
2 | Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4

PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah Jawa Barat (Kemenkes, 2011). Provinsi
penyakit infeksius, yang terutama Jawa Timur pada tahun 2015 menempati
menyerang penyakit parenkim paru dan urutan kedua di Indonesia dalam jumlah
penyakit infeksi yang disebabkan bakteri penemuan penderita penemuan TB BTA +
berbentuk batang (basil) yang dikenal kasus baru. Pada tahun 2016, jumlah
dengan nama Mycobacterium tuberculosis semua kasus TB diobati sebanyak 47.478
(Depkes RI, 2012). Menurut World Health kasus dari perkiraan jumlah kasus sebesar
Organization (WHO) laporan global 2013 123.414 kasus atau Case Detection Rate
mengatakan bahwa penderita TB di dunia (CDR) TB sebesar 39% (Profil Kesehatan
sebanyak 9 juta orang dan 1,5 juta orang Provinsi Jawa Timur, 2016).
diantaranya meninggal akibat TB, Tuberkulosis dapat menular
Indonesia termasuk sebagai salah satu dari diakibatkan karena kebiasaan buruk pasien
22 negara yang memiliki beban TB yang TB paru yang meludah sembarangan.
tinggi (High Burden Countries-HBC). Selain itu, kebersihan lingkungan juga
Jumlah kasus baru TBC di Indonesia tahun dapat mempengaruhi penyebaran virus.
2013 sebanyak 460.000 dan sekitar Misalnya, rumah yang kurang baik dalam
140.000 kematian di Indonesia setiap pengaturan ventilasi. Kondisi lembab
tahunnya disebabkan oleh TBC (WHO, akibat kurang lancarnya pergantian udara
2013). dan sinar matahari dapat membantu
Indonesia sampai dengan tahun 2014 berkembang biaknya virus (Sunaryo,
menempati urutan kedua dari 5 negara 2013). Lingkungan yang lembab, gelap
terbesar di dunia sebagai penyumbang dan tidak memiliki ventilasi memebrikan
penderita TB terbanyak setelah negara andil besar bagi seseorang terjangkit TB
India, China, Nigeria dan Pakistan. Pada paru, penyakit TB paru sangat cepat
tahun 2015, beban global penyakit TB menyebar dan menginfeksi manusia
(prevalensi dan mortalitas) akan relatif terutama bagi kelompok sosial ekonomi
dibandingkan tahun 1990, dan setidaknya rendah dan kurang gizi. Kecepatan
70% orang yang terinveksi TB dapat penyebaran infeksi TB paru sangat tinggi,
dideteksi dengan strategi DOTS dan 85% maka tidak berlebihan jika penyakit TB
diantaranya dinyatakan sembuh merupakan penyakit yang mematikan
(Kemenkes RI, 2015). (Anggraeni, 2012).
Di Provinsi Jawa Timur memiliki Penyakit infeksi dan kurangnya
kasus TB terbanyak kedua setelah Provinsi makan tambahan pada umumnya
Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4 |3

mempunyai hubungan dengan diperoleh untuk menyusun karya tulis ini


penyimpangan pertumbuhan dan gizi diperoleh dari hasil wawancara dan
seseorang (Ruswanto, 2010). Ketidak- observasi pada klien. Serta dalam
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan penyelesaian karya tulis ini penulis juga
pada pasien TB akan menimbulkan mengambil data dari berbagai sumber
masalah keperawatan salah satunya sebagai acuan yaitu dari artikel, jurnal,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari buku dan web.
kebutuhan tubuh. Tuberkulosis dapat
menyebabkan atau memperparah mal- HASIL DAN PEMBAHASAN
nutrisi dengan cara mengurangi nafsu Hasil
makan dan meningkatkan katabolisme 1. Pengkajian.
(Bhargava, 2013). Prinsip diet untuk Pada bagian ini peneliti menjelaskan
pasien TB adalah diet tinggi kalori tinggi mengenai partisipan yang menjadi sumber
protein (TKTP), cukup lemak, vitamin dan informasi dalam penyusunan karya tulis
mineral (Florentina, 2015). ilmiah ini. Hasil pengkajian yang
Berdasarkan latar belakang diatas, dilakukan pada tanggal 2 Agustus 2019
peneliti tertarik untuk melakukan pukul 13.00 WIB didapatkan biodata
penelitian mengenai upaya pemenuhan pasien yaitu nama = Tn. T, umur = 52
kebutuhan nutrisi pada penderita tahun, No. RM = 438614, jenis kelamin =
Tuberkulosis Paru. laki-laki, agama = islam, alamat = Madiun,
tanggal MRS = 26 Agustus 2019 pukul
METODE PENELITIAN 20.45 WIB, diagnosa medis = tuberkulosis
Metode yang digunakan pada karya paru. Riwayat kesehatan pasien didapatkan
tulis ilmiah ini adalah studi kasus. Studi keluhan utama saat masuk rumah sakit
kasus merupakan rancangan penelitian pasien mengatakan mual muntah dan
yang mencakup pengkajian satu unit lemas. Keluhan utama saat pengkajian
penelitian secara intensif misalnya satu pasien mengatakan mual dan tidak nafsu
klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau makan.
institusi (Nursalam, 2014). Asuhan Pada pengkajian riwayat penyakit
keperawatan dilakukan di Ruang Asoka sekarang didapatkan pasien mengatakan
RSUD Dr. Harjono Ponorogo selama 3 batuk selama kurang lebih 2 bulan. Pada
hari pada bulan Agustus 2019 dan yang hari Senin pagi tanggal 22 Juli 2019 pasien
menjadi partisipan adalah Tn. T yang merasa lemas, mual, bibir terasa kering,
menderita Tuberkulosis Paru. Data yang lidah pahit, dan tidak nafsu makan selama
4 | Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4

2 hari. Pada hari Rabu, 24 Juli 2019 pasien paru terdapat frekuensi pernafasan
semakin lemas dan tidak nafsu makan 18x/menit, palpasi vokal premitus redup
kemudian oleh keluarga langsung dibawa pada paru kiri, perkusi pekak dan
ke IGD RSU Muhammadiyah Ponorogo, auskultasi vesikuler, tidak ada suara
kemudian dianjurkan untuk dirawat inap tambahan, pada pemeriksaan abdomen
selama 4 hari, kemudian pasien dirujuk ke didapatkan auskultasi bising usus
RSUD Dr. Harjono Ponorogo pada tanggal 12x/menit, perkusi timpani dan palpasi
26 Juli 2019. Pasien rawat inap di ruang tidak ada nyeri tekan. Pada pemeriksaan
Mawar. Pasien di pindah ke ruang Asoka integumen didapatkan turgor kulit
pada tanggal 1 Agustus 2019. Sampai di menurun, akral hangat. Pada pemeriksaan
Ruangan Pasien masih mengeluhkan laboratorium pada tanggal 1 Agustus 2019
badan lemas dan mual. didapatkan Hemoglobin 9.5 g/dL dan
Pada saat pengkajian tanggal 2 Hematokrit 28.6 %. Dari pengkajian diatas
Agustus 2019 jam 13.00 WIB pasien diperoleh data subyektif: Pasien
mengatakan mual, mulut kering, lidah mengatakan mual, mulut terasa kering, dan
terasa pahit, dan tidak nafsu makan, makan lidah terasa pahit, nafsu makan menurun,
hanya habis 6 sendok makan. Pasien makan 6 sendok. Data objektif didapatkan
tampak lemas dan pucat. Terpasang infus BB sebelum sakit: 53 kg, BB saat sakit: 48
Natrium Chlorid 0,9% 500 ml di tangan kg, TB: 172 cm, LILA: 22 cm, IMT 16,27.
kanan. Pada status nutrisi, tanggal 2 Hemoglobin 9.5 g/dL, Hematokrit 28.6%.
Agustus 2019 nafsu makan pasien Konjungtiva anemis, bising usus
menurun, pada saat pengkajian pasien 12x/menit, timpani, turgor kulit menurun.
diberi diet makanan lunak (nasi, lauk, Diet makanan lunak (nasi, lauk, sayur dan
sayur dan buah) 3x sehari, tidak habis (6 buah) 3x/hari, minum ± 400 cc.
sendok), minum ± 2 gelas sehari (400 cc
sehari). 2. Diagnosa keperawatan.
Pemeriksaan fisik, didapatkan Diagnosis keperawatan adalah
kesadaran compos mentis, tekanan darah : respons individu terhadap rangsangan
110/70 mmHg, nadi: 88 x/menit, respirasi: yang timbul dari diri sendiri maupun luar
18 x/menit, suhu: 36,2°C, tinggi badan 172 (lingkungan) (Nursalam, 2015).
cm, berat badan sebelum sakit 53 kg, saat Berdasarkan hasil pengkajian dan
sakit 48 kg dan LiLA 22 cm, IMT 16,27. pemeriksaan fisik pada Tn. T dirumuskan
Pada pemeriksaan mata didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul adalah
konjungtiva anemis, pada pemeriksaan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4 |5

kebutuhan tubuh berhubungan dengan protein, Hb, dan kadar Ht, monitor pucat,
kurangnya asupan makanan sesuai dengan kemerahan, dan kekeringan jaringan
tanda dan gejala yang muncul pada klien konjungtiva
seperti mual dan muntah, tidak nafsu
makan, lemas, penurunan berat badan, 4. Implementasi.
konjungtiva anemis, bising usus Implementasi keperawatan dilakukan
meningkat, timpani dan nyeri tekan. selama 3 hari yaitu pada tanggal 2 Agutus
2019 sampai dengan 4 Agustus 2019.
3. Intervensi. Implementasi yang dilakukan pada tanggal
Intervensi yang dibuat untuk 2 Agustus 2019 diantaranya melakukan
diagnosa diatas adalah tujuan yang mengkaji adanya alergi makanan,
diharapkan dari tindakan keperawatan menganjurkan pasien untuk meningkatkan
yang dilakukan yaitu adanya peningkatan intake Fe, menganjurkan pasien untuk
berat badan sesuai dengan tujuan, berat meningkatkan protein, memberikan
badan ideal sesuai dengan tinggi badan, makanan terpilih, melakukan pemberian
mampu mengidentifikasi kebutuhan terapi farmakologi, memonitor penurunan
nutrisi, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, berat badan, memonitor turgor kulit, mual
tidak terjadi penurunan berat badan yang muntah, monitor kadar albumin, total
berarti. Intervensi keperawatan yang akan protein, Hb dan Ht, monitorpucat,
dilakukan peneliti kepada klien adalah kemerahan kan kekeringan konjungtiva,
Kaji alergi makanan, monitor jumlah TTV, memberikan informasi tentang
nutrisi dan kandungan kalori, anjurkan penyakit tuberkulosis paru dan makanan
pasien untuk meningkatkan intake Fe, yang dianjurkan serta dihindari penderita.
anjurkan pasien untuk meningkatkan Implementasi yang dilakukan pada tanggal
protein, berikan informasi tentang 3 Agustus 2019 memberikan makanan
kebutuhan nutrisi, kolaborasi dengan ahli yang terpilih, memberikan injeksi
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan Ranitidine 50mg, Ondansentron 8mg,
nutrisi yang dibutuhkan pasien, berikan Levofloksasin 500mg/100mg, menitor
makanan yang terpilih (sudah dikonsultasi- penurunan berat badan, monitor turgor
kan dengan ahli gizi), kolaborasi kulit, monitor mual muntah, monitor kadar
pemberian terapi farmakologi (antiemetik albumin, total protein, Hb dan Ht, monitor
dan analgesik), monitor penurunan berat pucat, kemerahan dan kekeringan
badan, monitor turgor kulit, monitor mual konjungtiva, TTV, menganjurkan menutup
dan muntah , monitor kadar albumin, total mulut ketika batuk, menganjurkan tidak
6 | Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4

meludah sembarangan, meningkat-kan saat sakit: 48 kg, TB: 172 cm, LILA: 22
daya tahan tubuh dengan makanan bergizi. cm, IMT 16,27. Hemoglobin 9.5 g/dL,
Implementasi yang dilakukan pada tanggal Hematokrit 28.6 %. Konjungtiva anemis,
4 Agustus 2019 Memberikan makanan bising usus 12x/menit, timpani, turgor
yang terpilih, meberikan injeksi Ranitidine kulit menurun. Diet makanan lunak (nasi,
50mg, Ondansentron 8mg, Levofloksasin lauk, sayur dan buah) 3x/hari, minum ±
500mg/100ml, monitor penurunan berat 600 cc. Assesment: ketidak-seimbangan
badan, monitor mual muntah, monitor nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
pucat, kemerahan dan kekeringan berhubungan dengan kurang asupan
konjungtiva, monitor turgor kulit. makanan teratasi sebagian. Planning:
lanjutkan intervensi. Pada tanggal 4
5. Evaluasi. Agustus 2019 dengan hasil data
Evaluasi pada tanggal 2 Agustus Subjective: Pasien mengatakan lidah tidak
2019 dengan hasil data Subjektive: Pasien pahit, sudah mau makan dengan habis 1
mengatakan mulut kering, belum nafsu porsi makan (nasi), tidak ada mual.
makan, makan hanya habis 8 sendok Objective: BB sebelum sakit: 53 kg, BB
makan, sesekali masih merasa mual, lidah saat sakit: 47 kg, TB: 172 cm, LILA: 22
pahit Objective: BB sebelum sakit: 53 kg, cm, IMT 16,27. Hemoglobin 9.5 g/dL,
BB saat sakit: 48 kg, TB: 172 cm, LILA: Hematokrit 28.6 %. Konjungtiva anemis,
22 cm, IMT 16,27. Hemoglobin 9.5 g/dL, bising usus 12x/menit, timpani, turgor
Hematokrit 28.6%. Konjungtiva anemis, kulit sedang. Diet makanan lunak (nasi,
bising usus 12x/menit, timpani, turgor lauk, sayur dan buah) 3x/hari, minum ±
kulit menurun. Diet makanan lunak (nasi, 750 cc. Assesment: ketidakseimbangan
lauk, sayur dan buah) 3x/hari, minum ± nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
400 cc. Assesment: ketidakseimbangan berhubungan dengan kurang asupan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh makanan teratasi sebagian. Planning:
berhubungan dengan kurang asupan hentikan intervensi. Discharge planning:
makanan belum teratasi. Planning: Kontrol ke fasilitas kesehatan terdekat,
lanjutkan intervensi. Pada tanggal 3 asupan nutrisi harus diteruskan untuk
Agustus 2019 dengan hasil data mencegah/meminimalkan gangguan gizi
Subjective: Pasien mengatakan lidah masih yang terjadi dan banyak minum air, hindari
pahit, sudah mau makan dengan habis ½ konsumsi minuman bersoda/minuman
porsi makan (nasi), mual berkurang. yang mengandung gas, hindari kopi, soda,
Objective: BB sebelum sakit: 53 kg, BB makanan kaleng, terasi dan mengurangi
Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4 |7

merokok. menganjurkan makanan yang pemeriksaan mata didapatkan konjungtiva


mengandung tinggi protein untuk mem- anemis, pada pemeriksaan mulut terdapat
percepat kesembuhan dan menghindari mukosa bibir kering dan pucat, pada
kekambuhan. Menganjurkan untuk pemeriksaan paru didapatkan pada
mengeluarkan sputum di wadah tertutup inspeksi frekuensi pernapasan 18x/menit,
yang didalamnya diberi larutan klorin dan palpasi vocal premitus kanan kiri sama,
di buang dengan cara di kubur. perkusi sonor, auskultasi vesikuler tidak
Menganjurkan untuk tidak stress dan ada suara tambahan,pada pemeriksaan
istirahat yang cukup. abdomen didapatkan pada inspeksi warna
kulit merata, tidak ada lesi dan jaringan
Pembahasan parut pada area abdomen, auskultasi bising
1. Pengkajian usus 12x/menit, perkusi timpani dan
Hasil pengkajian yang didapatkan palpasi tidak ada nyeri tekan. Pada
pada Tn. T dengan usia 52 tahun, pada pemeriksaan integumen didapatkan turgor
tanggal 2 Agustus 2019 yaitu pasien kulit menurun, akral hangat, warna kulit
mengalami mual, mulut kering, lidah merata. Pada pemeriksaan laboratorium
terasa pahit, dan tidak nafsu makan, makan didapatkan Hemoglobin 9.5g/dL,
hanya habis 6 sendok makan. Pada tahap Hematokrit 28.6%. Berdasarkan teori
pengkajian ini sesuai dengan teori yang tentang pengkajian kebutuhan nutrisi
menyebutkan bahwa tuberkulosis paru menurut Sukarmin (2013) dilakukan
menimbulkan anoreksia, malaise, dengan pendekatan Anthropometric
penurunan berat badan, anemia dan pucat measurement, Biochemical data, Clinical
(Wong, 2008). Kondisi tersebut menurut sign of nutritional status, Dietary history.
penulis dapat menyebabkan masalah Pengukuran Anthropometric measurement
ketidaksembangan nutrisi kurang dari meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar
kebutuhan tubuh karena pasien lengan atas, lingkar kepala, lingkar perut,
tuberkulosis paru mengalami mual, dan IMT. Biochemical datameliputi
anoreksia, malaise, penurunan berat badan pemeriksaan laboratorium yang abnormal,
dan tidak nafsu makan sehingga asupan hemoglobin normal antara 11.7–15.5 g/dL,
nutrisi pada pasien tidak adekuat. hematokrit normal antara 35–47%, protein
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan total normal antara 6.2–8.5 g/dL, albumin
tinggi badan 172 cm, berat badan sebelum normal antara 3.5–5.3 g/l. Clinical sign of
sakit 53 kg, saat sakit 48 kg dan LiLA 22 nutritional status meliputi tanda klinis
cm, IMT : 48 : (1,72x1,72) : 16,27. Pada rambut, turgor kulit, mukosa bibir,
8 | Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4

konjuntiva anemis/tidak. Pada pasien 2. Diagnosa keperawatan


tuberkulosis paru didapatkan wajah pucat Berdasarkan hasil pengkajian dan
dan sayu, konjungtiva anemis, mata pemeriksaan fisik pada Tn. T dapat
cekung, mukosa bibir kering, bibir pecah, dirumuskan diagnosa keperawatan yang
pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap. muncul adalah ketidakseimbangan nutrisi
Dietary history meliputi bagaimana asupan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
nutrisi pasien sebelum kunjungan dan saat dengan kurang asupan makanan sesuai
kunjungan. Nafsu makan pada pasien dengan tanda dan gejala yang muncul pada
tuberkulosis paru cenderung menurun pasien seperti mual, tidak nafsu makan,
akibat mual dan muntah (Sukarmin, 2013). konjungtiva anemis, mukosa bibir kering,
Menurut penulis kondisi tersebut mengalami penurunan berat badan. Penulis
dapat terjadinya masalah ketidak- merumuskan diagnosa keperawatan ke-
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tidakseimbangan nutrisi kurang dari
tubuh karena pasien memiliki tanda dan kebutuhan tubuh sesuai dengan kriteria
gejala mual, tidak nafsu makan, atau batasan karakteristik dari diagnosis
konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
mengalami penurunan berat badan, pada kebutuhan tubuh yaitu menghindari
daerah abdomen didapatkan bising usus makanan, kurang asupan makanan, kurang
12x/menit, timpani, tidak ada nyeri tekan, minat pada makanan, dan penurunan berat
sesuai dengan tanda dan gejala ini maka badan.
dapat muncul masalah keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 3. Perencanaan
kebutuhan tubuh karena tanda dan gejala Intervensi keperawatan yang
yang dirasakan pasien sesuai dengan direncanakan penulis terhadap klien Tn. T
kriteria atau batasan karakteristik dari dengan diagnosa keperawatan ketidak-
diagnosis ketidakseimbangan nutrisi seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
kurang dari kebutuhan tubuh yaitu tubuh berhubungan dengan kurang asupan
menghindari makanan, kurang makanan, makanan yang dapat dilakukan berdasar-
kurang minat pada makanan, dan kan NANDA NIC NOC (2015) yaitu kaji
penurunan berat badan. Dalam kondisi ini, adanya alergi makanan, kolaborasi dengan
maka penulis menyimpulkan tidak adanya ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
unsur kesengajaan dan kesenjangan antara dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,
teori dan data yang didapatkan pada kolaborasi pemberian injeksi ranitidin 50
pasien. mg, ondansentron 4 mg, santalgesik 1000
Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4 |9

mg, natrium diclofenac 25 mg, fluconale Implementasi yang dilakukan pada


150 mg, asam folat 400 µg, meningkatkan tanggal 2 Agustus 2019 diantaranya
intake Fe, anjurkan meningkatkan protein, melakukan dengan mengkaji adanya alergi
monitor jumlah nutrisi dan kandungan makanan, menganjurkan pasien untuk
kalori, berikan informasi tentang meningkatkan intake Fe, menganjurkan
kebutuhan nutrisi yang, monitor berat pasien untuk meningkatkan protein,
badan, monitor turgor kulit, monitor mual, memberikan makanan terpilih, melakukan
Hb, dan kadar Ht serta monitor pucat dan pemberian terapi farmakologi, memonitor
kemerahan konjungtiva. adanya penurunan berat badan, memonitor
Menurut Perencanaan tersebut turgor kulit, memonitor mual dan muntah,
menurut penulis dilakukan agar memonitor kadar albumin, total protein,
tercapainya kriteria hasil yaitu adanya Hb dan kadar ht, memonitor pucat,
peningkatan berat badan sesuai dengan kemerahan dan kekeringan jaringan
tujuan, berat badan ideal sesuai dengan konjungtiva, TTV, memberikan informasi
tinggi badan, tidak ada tanda-tanda tentang penyakit tuberkulosis paru dan
malnutrisi dan tidak terjadi penurunan makanan yang dianjurkan serta dihindari,
berat badan yang berarti (Bulecheck, M Implementasi yang dilakukan pada
Gloria, dkk. 2016). tanggal 3 Agustus 2019 memberikan
makanan yang terpilih, pemberian terapi
4. Pelaksanaan farmakologi, memonitor adanya penurun-
Pelaksanaan keperawatan adalah an berat badan, memonitor turgor kulit
pelaksanaan dari perencanaan atau didapatkan hasil turgor kulit menurun,
intervensi keperawatan untuk mencapai memonitor mual dan muntah, memonitor
tujuan yang spesifik. Tahap implementasi kadar albumin, total protein, Hb dan kadar
dimulai dan ditujukan pada perawat untuk ht, memonitor pucat, kemerahan dan
membantu klien dalam mencapai tujuan kekeringan jaringan konjungtiva, TTV,
yang diharapkan (Nursalam, 2008). memonitor mual dan muntah,
Pelaksanaan dilakukan oleh penulis mulai menganjurkan pasien untuk menutup
tanggal 2 Agustus 2019 sampai dengan 4 mulut ketika batuk dan bersin,
Agustus 2019. Implementasi yang menganjurkan pasien untuk tidak meludah
dilakukan pada Tn. T bertujuan untuk disembarang tempat, menganjurkan pasien
mengatasi masalah ketidakseimbangan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. dengan makanan bergizi.
10 | Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4

Implementasi yang dilakukan pada kg, BB saat sakit: 48 kg, TB: 172 cm,
tanggal 4 Agustus 2019 memberikan LILA: 22 cm, IMT 16,27. Hemoglobin 9.5
makanan yang terpilih, melakukan g/dL, Hematokrit 28.6%. Konjungtiva
kolaborasi pemberian terapi farmakologi, anemis, bising usus 12x/menit, timpani,
memonitor adanya penurunan berat badan, turgor kulit menurun. Diet makanan lunak
mual dan muntah, memonitor pucat, (nasi, lauk, sayur dan buah) 3x/hari,
kemerahan dan kekeringan jaringan minum ± 400 cc. Dengan demikian
konjungtiva, melakukan discharge masalah keperawatan ketidakseimbangan
planning. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Dari hasil pengkajian tidak terdapat berhubungan dengan kurang asupan
kesenjangan antara teori dan fakta, yang makanan belum teratasi dan dilanjutkan
dibuktikan dengan implementasi kepada intervensi yang telah ditentukan.
pasien sesuai dengan intervensi yang telah Pada tanggal 3 Agustus 2019 pasien
ditetapkan sebelumnya, juga sesuai dengan mengatakan lidah masih terasa pahit, tetapi
kemampuan dan keadaan pasien. sudah mau makan habis setengah porsi
makan (makanan lunak), dan sesekali
5. Evaluasi masih mual. Pada data objektif didapatkan
Evaluasi keperawatan adalah BB sebelum sakit: 53 kg, BB saat sakit: 48
penilaian terakhir proses keperawatan kg, TB: 172 cm, LILA: 22 cm, IMT 16,27.
didasarkan pada tujuan keperawatan yang Hemoglobin 9.5 g/dL, Hematokrit 28.6%.
ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu Konjungtiva anemis, bising usus
asuhan keperawatan didasarkan pada 12x/menit, timpani, turgor kulit menurun.
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang Diet makanan lunak (nasi, lauk, sayur dan
telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi buah) 3x/hari, minum ± 600 cc. Dengan
pada individu (Nursalam, 2015). demikian masalah keperawatan ketidak-
Pada tahap evaluasi didapatkan hasil seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
pada diagnosa tuberkulosis paru dengan tubuh berhubungan dengan kurang asupan
masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang makanan teratasi sebagian dan dilanjutkan
dari kebutuhan tubuh. Evaluasi pada intervensi yang telah ditentukan.
tanggal 2 Agustus 2019 pasien mengata- Pada tanggal 4 Agustus 2019 pasien
kan mulut kering, belum nafsu makan, mengatakan lidah tidak pahit, sudah mau
makan hanya habis 6 sendok makan, makan dengan habis 1 porsi makan (nasi),
merasa mual, lidah pahit. Pada data tidak ada mual. Pada data objektif
objektif didapatkan BB sebelum sakit: 53 didapatkan BB sebelum sakit: 53 kg, BB
Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4 | 11

saat sakit: 47 kg, TB: 172 cm, LILA: 22 Menurut penulis hasil evaluasi pada
cm, IMT 16,27. Hemoglobin 9.5 g/dL, Tn. T pada tanggal 4 Agustus 2019 dengan
Hematokrit 28.6%. Konjungtiva anemis, diagnosa keperawatan ketidakseimbangan
bising usus 12x/menit, timpani, turgor nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
kulit sedang. Diet makanan lunak (nasi, berhubungan dengan kurang asupan
lauk, sayur dan buah) 3x/hari, minum ± makanan teratasi sebagian dalam tindakan
750 cc. Mekanisme yang menjelaskan keperawatan 3x24 jam dengan outcome
terjadinya penurunan berat badan pada mampu mengidentifikasikan kebutuhan
penderita tuberkulosis paru diakibatkan nutrisi, tidak ada tanda-tanda mal-
infeksi tuberkulosis yang menghambat nutrisi,tidak tejadi penurunan berat badan
enzim lipoprotein lipase (LPL) dijaringan yang berarti, tetapi pasien tidak mengalami
lemak (Naindra, 2014). Dengan demikian penambahan berat badan karena berdasar-
masalah keperawatan ketidakseimbangan kan artikel dari Kemenkes (2018)
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menyatakan bahwa dibutuhkan waktu
berhubungan dengan kurang asupan sekitar 9 s.d 10 hari untuk memantau
makanan teratasi sebagian intervensi kemajuan berat badan.
dihentikan dan memberikan discharge
planning yaitu Kontrol ke fasilitas KESIMPULAN
kesehatan terdekat, asupan nutrisi harus Berdasarkan studi kasus asuhan
diteruskan untuk mencegah/meminimalkan keperawatan yang telah dilakukan dapat
gangguan gizi yang terjadi dan banyak ditarik kesimpulan sebagai berikut :
minum air, hindari konsumsi minuman Dari hasil pengkajian didapatkan
bersoda/minuman yang mengandung gas, bahwa Tn. T mengalami tuberkulosis paru
hindari kopi, soda, makanan kaleng, terasi dengan masalah keperawatan ketidak-
dan mengurangi merokok, menganjurkan seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
makanan yang mengandung tinggi protein tubuh. ditandai dengan pasien mengeluh
untuk mepercepat kesembuhan dan mual, mulut kering, lidah terasa pahit, dan
menghindari kekambuhan, menganjurkan tidak nafsu makan, makan hanya habis 6
untuk mengeluarkan sputum diwadah sendok makan. Pada pemeriksaan fisik
tertutup yang didalamnya diberi clarutan didapatkanberat badan pasien turun
klorin dan dibuang dengan cara dikubur, saat sakit, konjungtiva anemis, mukosa
menganjurkan untuk tidak stress dan bibir kering dan pucat. Hal ini dapat
istirahat yang cukup. menyebabkan terjadinya masalah
12 | Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4

keperawatan ketidak-seimbangan nutrisi keperawatan ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh. kurang dari kebutuhan tubuh.
Diagnosa keperawatan yang muncul Evaluasi yang dilakukan pada
adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang tanggal 4 Agustus 2019 dikatakan masalah
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan teratasi sebagian dikarenakan klien sudah
kurang asupan makanan. Diagnosa ini menunjukkan tanda-tanda kemajuan yaitu
diambil berdasarkan batasan karakteristik menunjukan nafsu makan membaik
tanda dan gejala yang dialami oleh klien. dengan peningkatan intake nutrisi yang
Intervensi keperawatan untuk adekuat, tidak ada tanda ketidak-
mengatasi masalah keperawatan ketidak- seimbangan nutrisi dan penurunan berat
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan badan yang berarti.
tubuh yaitu mengkaji alergi makanan,
kolaborasi dengan ahli gizi untuk DAFTAR PUSTAKA
menentukan jumlah nutrisi, kolaborasi Abdi, P. Fatimah. (2017). Asuhan
pemberian terapi farmakologi, meningkat- Keperawatan pada Klien TB Paru
kan intake Fe, meningkatkan protein, dengan Gangguan Citra Tubuh di RS
meningkatkan mamakan tinggi serat, PKU Muhammadiyah Gombong.
berikan makanan yang terpilih, monitor Diakses tanggal 14 November 2018
jumlah nutrisi dan kandungan kalori, dari:http://elib.stikesmuhgombong.a
berikan informasi tentang kebutuhan c.id/501/1/FATIMAH%20ABDI%2
nutrisi, monitor berat badan, turgor kulit, 0PERTIWI%20NIM.%20A0140189
mual dan muntah, Hb, dan kadar Ht, 2.pdf
monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan Astari, P. Wina, dkk. (2016). Gambaran
jaringan konjungtiva. Intervensi yang telah Status Gizi pada Pasien Tuberkulosis
disusun dilakukan kepada klien agar tujuan Paru (TB Paru) yang Menjalani
dan kriteria hasil dapat tercapai. Rawat Inap di RSUD Arifin Achmad
Tindakan keperawatan dilakukan Pekanbaru. Jakarta. Diakses tanggal
selama 3 hari yaitu pada tanggal 2 – 4 14 November 2018 dari
Agustus 2019 kepada klien kelolaan. https://www.neliti.com
Dalam pemberian asuhan keperawatan ini Budi, H. Vynna. (2009). Gambaran Zat
mengacu pada tujuan dan kriteria hasil Gizi Makro dan Status Gizi pada
serta intervensi atau rencana tindakan yang Penderita Tuberkulosis Paru Rawat
telah disusun untuk mengatasi masalah Inap di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Surakarta. Diakses
Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4 | 13

tanggal 22 November 2018 dari Mutaqqin, Arif. (2012). Asuhan


http://eprints.ums.ac.id/5715/1/J_300 Keperawatan Klien dengan
_060_005.PDF Gangguan Sistem Pernafasan.
Departemen Kesehatan Republik Jakarta : Salemba Medika
Indonesia. (2012). Pedoman NANDA International. (2015). Diagnosa
Penanggulangan Nasional TBC. Keperawatan Definisi dan
Jakarta: Depkes RI. Klasifikasi 2015-2017, edisi 10.
Eka, S. Farah, dkk. (2016). Gambaran Jakarta : ECG
Status Nutrisi pada Pasien Pratiwi, Dini. (2017). Analisis Asuha
Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Keperawatan Nutrisi Kurang dari
Pusat Hasan Sadikin Bandung. Kebutuhan pada Pasien Tuberkulosis
Bandung. Diakses tanggal 22 Paru di Ruang Cendana RSUD Prof.
November 2018 dari Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
http://jurnal.unpad.ac.id/jsk_ikm/arti Purwokerto. Diakses tanggal 14
cle/download/11257/5161 November 2018 dari
Nurarif, A. H. & Hardhi Kusuma. 2015. http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/7
Aplikasi Asuhan Keperawatan 52/1/DINI%20PRATIWI%20NIM.
Berdasarkan Diagnosa Medis dan %20A31600888.pdf
NANDA NIC-NOC. Jakarta: Patiung, Feby, dkk. (2014). Hubungan
Mediaction. Status Gizi dengan CD4 pada Pasien
Ernawati, Kholis, dkk. (2016). Hubungan TB Paru. Manado. Diakses tanggal
Status Gizi dengan Tuberkulosis 22 November 2018 dari
Paru di Provinsi Sulawesi Utara https://ejournal.unsrat.ac.id/index.ph
Berdasarkan Data Riskesdas Tahun p/eclinic/article/view/5133
2010. Jakarta. Diakses tanggal 14 Rahardja, Florentina. M. (2015). Nutrisi
November 2018 dari pada Tuberkulosis Paru dengan
http://proceeding.unisba.ac.id/index. Malnutrisi. Jakarta. Diakses tanggal
php/kesehatan/article/view/1398 22 November 2018 dari
Kementrian Kesehatan Republik http://ojs.atmaja.ac.id/index.php/dam
Indonesia. (2017). Profil Kesehatan ianus/article/view/407
Provinsi Jawa Timur Tahun 2016.
14 | Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4

Sarah, R. Dwi. (2017). Asuhan November 2018 dari


Keperawatan pada Pasien dengan https://pustaka.poltekkespdg.ac.id/re
Tuberkulosis Paru di Ruang Paru pository/KTI_FIX_SARAH_1.pdf
RSUP Dr. M. Djamil Padang. World Health Organization, 2015. Global
Padang. Diakses tanggal 11 Tuberkulosis Report 2015.
UPAYA PENINGKATAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK DENGAN DENGUE
HAEMORRHAGIC FEVER

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:

ALFIAN KHOIRUL HUDA


J 200130024

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
ii
PERNYATAAN

Dengan ini sayan menyatakan bahwa dalam studi kasus karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar diploma di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya
pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 2016

Penulis

ALFIAN KHOIRUL HUDA

J 200130024

iii
UPAYA PENINGKATAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK DENGAN DENGUE
HAEMORRHAGIC FEVER
Abstrak
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dapat
menyerang semua kalangan orang tua terutama pada anak dan juga mengakibatkan kematian
serta wabah. . Sekitar 40% penduduk dunia atau sekitar 2,5-3 miliar orang berasal dari 112
negara di kawasa tropis dan subtropis hidup dalam risiko tertular infeksi dengue. Eropa dan
daerah Antartika adalah daerah yang bebas dari penyakit yang mematikan ini. Dengue
merupakan penyakit utama yang menjadi penyebab demam akut pada orang Amerika yang
pulang kembali dari perjalanan ke Karibia, Amerika Selatan dan Asia. Indonesia adalah daerah
endemis Demam Berdarah Dengue dan mengalami epidemi sekali dalam 4-5 tahun. Angka
kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk di Jawa Tengah lima tahun
terakhir adalah 59,2 pada tahun 2008: 57,9 pada tahun 2009: 56,8 pada tahun 2010: 15,3 pada
tahun 2011: 19,29 dan pada tahun 2012. Sebagian besar penderita tidak menujukan gejala, atau
hanya menimbulkan demam yang tidak khas. Dapat juga terjadi kumpulan gejala demam dengue
(DD) yang klasik antara lain berupa demam tinggi yang terjadi mendadak, sakit kepala, nyeri
dibelakang bola mata (retro-orbital), rasa sakit pada otot dan tulang, lemah badan, muntah, sakit
tenggorokan, ruam kulit makulopapuler.Pada beberapa manajemen trombositopeni banyak sekali
yang menganjurkan di masyarakat dengan peningkatan nutrisi yang adekuat dengan memberikan
diet TKTP dan penambahan cairan dan elektrolit yang baik dengan rasional bahwa nutrisi yang
baik akan meningkatan pertahanan tubuh dalam melawan ketidakseimbangan metabolisme darah
dalam hal ini hemopoesis dan pembentukan sel megakarosit sehingga pembentukan trombosit
dapat cepat terjadi dengan hasil yang benar-benar maturasi. Untuk data dari RSUD Pandanarang
Boyolali sendiri didapatkan data pada periode bulan Januari-Maret tahun 2016, dari 130 anak
yang terkena DHF. Penulis akan membahas tentang upaya peningkatan kebutuhan nutrisi dengan
kriteria hasil jumlah kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien tidal lemas lagi, dan berat badan
ideal. Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk mengangkat judul karya tulis ilmiah
“Upaya Peningkatan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien DHF di RSUD Pandan Arang Boyolali”
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien anak dengue haemorrahgic fever, yang
meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Karya ilmiah ini
dilakukan dengan study kasus di RSUD Pandanarang Boyolali pada tanggal 28 Maret 2016 – 2
April 2016 dengan menggunakan desain yang bertujuan untuk mendeskripsikan penyakit DHF
pada anak. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam pada pasien dengan Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) masalah kebutuhan nutrisi teratasi sebagian dan intervensi harus
dilanjutkan. Adanya pengaruh pemberian terapi nonfarmakologi dalam pemenuhan nutrisi.
Masalah keperawatan teratasi, pasien serta keluarga yang sangat diperlukan untuk keberhasilan
asuhan keperawatan. Adanya pengaruh terapi nonfarmakologi terhadap kebutuhan nutrisi
sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Direkomendasikan untuk pasien DHF sebagai
tindakan mandiri keperawatan.

1
Kata Kunci: Dengue Haemorrhagic Fever, pemenuhan kebutuhan nutrisi, tindakan non
farmakologi.
Abstract
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) or dengue hemorrhagic fever is an infectious disease
caused by a virus that is transmitted through the bite of Aedes aegypti mosquito can attack all
among the elderly, especially in children, and also resulted in the death and plague. ,
Approximately 40% of the world population, or about 2.5-3 billion people coming from 112
countries in tropical and subtropical kawasa live at risk of contracting dengue infection. Europe
and the Antarctic region is a region that is free from this deadly disease. Dengue is a major
disease that causes acute fever on Americans who returned from a trip to the Caribbean, South
America and Asia. Indonesia is endemic areas of dengue hemorrhagic fever and epidemic once
in 4-5 years. Morbidity Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) per 100,000 population in Central
Java last five years was 59.2 in 2008: in 2009 57.9: 56.8 in 2010: 15.3 in 2011: 19,29 and in
2012. Most people are not addressing the symptoms, or just cause a fever that is not typical.
There can also be a collection of symptoms of dengue fever (DD) is a classic which include high
fever which occurs suddenly, headache, pain behind the eyes (retro-orbital), pain in the muscles
and bones, weakness, vomiting, sore throat, rash maculopapular skin. In some management
thrombocytopenia are many who advocate in the community with increased adequate nutrition
by providing a diet TKTP and the addition of fluid and electrolyte both with rational that good
nutrition will increase the body's defenses against metabolic imbalance of blood in this case
haematopoiesis and cell formation megacarocyte so platelet formation can quickly occur with the
result that really maturation. For data from hospitals Pandanarang Boyolali own the data
obtained in the period from January to March 2016, 130 children were exposed to DHF. The
author will discuss efforts to increase the nutritional needs of the outcomes the number of
patient's nutritional needs are met, patients tidal limp again, and ideal body weight. Based on the
above phenomenon the authors are interested to lift the title of a scientific paper "Improving
Nutritional Requirements in Patients with DHF in hospitals Pandan Arang Boyolali".To
investigate the nursing care in pediatric patients haemorrahgic dengue fever, which include
assessment, intervention, implementation and evaluation of nursing.This paper is done by a case
study in Pandanarang Boyolali District Hospital on March 28, 2016 - 2 April 2016 using a design
that aims to describe DHF disease in children.After 3x24-hour nursing care for patients with
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) issue is resolved most nutritional needs and intervention
should be continued. The influence nonpharmacological therapy in nutrition.The nursing
problem is resolved, patients and families that are indispensable for the success of nursing care.
The influence nonpharmacological therapy to nutritional needs before and after the intervention.
Recommended for patients with DHF as an act of self-nursing.

Keywords: Dengue Haemorrhagic Fever, fulfilling the needs of nutrition, non-pharmacological


measures.

I. PENDAHULUAN
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

2
Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada
anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah.(Susilaningrum, dkk, 2013)

Setiap tahun di seluruh dunia dilaporkan sekitar 30-100 juta penderita demam dengue dan
500.000 penderita Demam Berdarah Dengue, dengan 22.000 kematian terutama pada anak-anak.
Sekitar 40% penduduk dunia atau sekitar 2,5-3 miliar orang berasal dari 112 negara di kawasa
tropis dan subtropis hidup dalam risiko tertular infeksi dengue. Eropa dan daerah Antartika
adalah daerah yang bebas dari penyakit yang mematikan ini. Dengue merupakan penyakit utama
yang menjadi penyebab demam akut pada orang Amerika yang pulang kembali dari perjalanan
ke Karibia, Amerika Selatan dan Asia.(Soedarto, 2012)

Indonesia adalah daerah endemis Demam Berdarah Dengue dan mengalami epidemi
sekali dalam 4-5 tahun. Faktor lingkungan dengan banyak genangan air bersih yang menjadi
sarang nyamuk, mobilitas penduduk yang tinggi, dan cepatnya transportasi antar daerah,
menyebabkan seringnya terjadi epidemi dengue.(Soedarto, 2012)

Program pencegahan DBD di Indonesia digalakkan dan dilaksanakan secara terorganisir


di kota maupun desa, mencakup penyuluhan dan pendidikan pengelolaan penderita bagi dokter
dan paramedis, dan pemberantasan sarang nyamuk dengan peran serta masyarakat, sehingga
diharapkan angka penderita DBD di Indonesia ini dari tahun ke tahun akan menurun. Semua ini
dilakukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat yaitu keadaan lingkungan yang
bebas dari risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Salah satu
tujuan upaya ini dilakukan untuk mensukseskan salah satu sasaran untuk menciptakan Indonesia
sehat 2010.(Sigarlaki, 2007)

Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk di Jawa
Tengah lima tahun terakhir adalah 59,2 pada tahun 2008: 57,9 pada tahun 2009: 56,8 pada tahun
2010: 15,3 pada tahun 2011: 19,29 dan pada tahun 2012. Penyebarannya tidak hanya terjadi pada
daerah perkotaan, tetapi sudah menyebar ke daerah perdesaan. Sejak tahun 2007, 33
kabupaten/kota dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah merupakan daerah endemis DBD. Pada
tahun 2008-2009, sudah menyebar ke seluruh kabupaten/kota dengan jumlah kasus yang cukup
tinggi. Pada tahun 2010-2011, semua wilayah mengalami penurunan kasus DBD.1(Sunaryo &
Pramestuti, 2014)

3
Sebagian besar penderita tidak menujukan gejala, atau hanya menimbulkan demam yang
tidak khas. Dapat juga terjadi kumpulan gejala demam dengue (DD) yang klasik antara lain
berupa demam tinggi yang terjadi mendadak, sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata (retro-
orbital), rasa sakit pada otot dan tulang, lemah badan, muntah, sakit tenggorokan, ruam kulit
makulopapuler. Beratnya nyeri otot dan tulang yang dialami penderita menyebabkan demam
dengue dikenal sebagai demam patah tulang (breakbone fever). sebagian kecil jika penderita
mengalami infeksi yang kedua oleh serotipe lainnya dapat mengalami perdarahan dan kerusakan
endotel atau vaskulopati. Perembesan vaskuler ini dapat menyebabkan terjadinya
hemokonsentrasi dan efusi cairan yang dapat menimbulkan kolaps sirkulasi. Keadaan ini dapat
memicu terjadinya sindrom syok dengue (dengue shock syndrome: DSS), penyebab kematian
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perdarahan itu sendiri.(Soedarto, 2012).

Pada beberapa manajemen trombositopeni banyak sekali yang menganjurkan di


masyarakat dengan peningkatan nutrisi yang adekuat dengan memberikan diet TKTP dan
penambahan cairan dan elektrolit yang baik dengan rasional bahwa nutrisi yang baik akan
meningkatan pertahanan tubuh dalam melawan ketidakseimbangan metabolisme darah dalam hal
ini hemopoesis dan pembentukan sel megakarosit sehingga pembentukan trombosit dapat cepat
terjadi dengan hasil yang benar-benar maturasi. Salah satu pemberiannya ada yang
menganjurkan dengan jus jambu, fermentasi beras dan juga pemberian jus kurma. Khasiat buah
kurma antara lain untuk mempercepat pemulihan kondisi saat sakit DB.(Giyatno, 2013)

Untuk data dari RSUD Pandanarang Boyolali sendiri didapatkan data pada periode bulan
Januari-Maret tahun 2016, dari 130 anak yang terkena DHF, kebanyakan resiko yang sering
muncul karena kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang disertai dengan banyak
faktor meliputi mual, muntah, nafsu makan menurun. (Rekam Medis RSUD Pandanarang
Boyolai).

Mengingat pentingnya mencegah terjadinya kurangnya kebutuhan nutrisi pada pasien


DBD. Penulis akan membahas tentang upaya peningkatan kebutuhan nutrisi dengan kriteria hasil
jumlah kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien tidal lemas lagi, dan berat badan ideal.
Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk mengangkat judul karya tulis ilmiah “Upaya
Peningkatan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien DHF di RSUD Pandan Arang Boyolali”.

4
TUJUAN
TUJUAN UMUM
Mendeskipsikan upaya peningkatan kebutuhan nutrisi pada anak dengan DHF di RSUD
Pandanarang Boyolali.

TUJUAN KHUSUS
a. Menganalisis pengkajian kebutuhan nutrisi pada pasien DHF di RSUD Pandanarang
Boyolali.
b. Menganalisis intervensi kebutuhan nutrisi pada pasien DHF di RSUD Pandanarang
Boyolali.
c. Menganalisis implementasi kebutuhan nutrisi pada pasien DHF di RSUD Pandanarang
Boyolali.

II. METODE
a. Karya ilmiah ini dilakukan dengan study kasus di RSUD Pandanarang Boyolali pada
tanggal 28 Maret 2016 – 2 April 2016 dengan menggunakan desain yang bertujuan
untuk mendeskripsikan penyakit DHF pada anak.
b. Sumber dari studi kasus yang penulis tulis yaitu dari pasien An B, keluarga pasein
perawat bangsal dan perawat pasien.
c. Cara pengumpulan data dari study kasus yang penulis tulis yaitu:
1. Kepada pasien:
a. Wawancara
b. Pemeriksaan fisik
c. Melaksanakan intervensi
d. Melaksanakan evaluasi.
2. Kepada keluarga pasien:
a. Wawancara
b. Intervensi pada pasien.
3. Melihat status pasien:
a. Terapi medis yang diberikan pada pasien.
4. Buku dan jurnal:
a. Untuk menyusun laporan pendahuluan

5
b. untuk menyusun diagnosa.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
A. Data Fokus
DS :
a. Keluarga pasien mengatakan lemas
b. Keluarga pasien mengatakan nafsu makan berkurang
DO :
a. Mukosa bibir terlihat kering
b. Terlihat sisa makanan di meja pasien
c. Tekanan darah 100/80
d. Nadi 88 X/menit
e. Suhu 38
f. RR 20 X/menit
g. BB 22 kg saat sakit, BB 28 kg sebelum sakit
h. TB 135 cm
i. Ekstremitas atas sebelah kiri terpasang infus Asering 20 tpm
j. Terapi paracetamol 3x250 mg, ranitidin 2x20 mg, cefotaxim 3x55o mg, D ½ 5 20 tpm

B. Diagnosa: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan
menurun. Intervensinya setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi pada An B terpenuhi. Dengan kriteria hasil nafsu makan
pasien meningkat, BB ideal, mukosa bibir lembab, pasien tidak terlihat lemas lagi,
terlihat segar. Intervensinya antara lain:

1) Observasi BB.

2) Anjurkan makan selagi hangat.

3) Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan kesukaan pasien jika tidak ada kontra
indikasi.

4) Anjurkan keluarga untuk memberi makanan lunak sedikit tapi sering.

5) Kolaborasi dengan ahli gizi.

6
C. Implementasi dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari tidak mengalami
hambatan, penulis melakukan implementasi berdasarkan intervensi yang telah dibuat.
Penulis akan memaparkan hasil implementasi tanggal 28 Maret – 30 Maret 2016.

1. Pada tanggal 28 Maret 2016


a. Mengobservasi BB
DO: BB: 22 kg
DS: Keluarga pasien mengakatan anaknya lemas
b. Menganjurkan keluarga pasien untuk memberikan makanan lunak sedikit tapi
sering dan saat hangat.
DO: Pasien nampak kooperatif
DS: Keluarga pasien mengatakan bersedia mengitu anjuran perawat
c. Kolaborasi dengan ahli gizi
DO: Pasien nampak nolak makanan dari Rumah Sakit
DS: Keluarga pasien mengatakan bersedia memberi makanannya kepada anaknya
2. Pada tanggal 29 Maret 2016
a. Mengobservasi BB
DO: BB: 24 kg
DS: Keluarga pasien mengatakan masih lemas tapi sudah ada peningkatan
b. Menganjurkan keluarga pasien untuk memberikan makanan lunak sedikit tapi
sering dan saat hangat.
DO: Pasien nampak kooperatif
DS: Keluarga pasien mengatakan bersedia dan sudah melaksanakannya
c. Kolaborasi dengan ahli gizi
DO: Pasien nampak mau makan makanan dari Rumah Sakit meskipun hanya
sedikit
DS: Keluarga pasien mengatakan mau makan tapi sedikit
3. Pada tanggal 30 Maret 2016
a. Mengobservasi BB
DO: BB: 26 kg
DS: Keluarga pasien mengatakan sudah tidak lemes

7
b. Menganjurkan keluarga pasien untuk memberikan makanan lunak sedikit tapi
sering dan saat hangat.
DO: Pasien nampak kooperatif
DS: Keluarga pasien mengatakan sudah mau makan sendiri
c. Kolaborasi dengan ahli gizi
DO: Pasien nampak makan sendiri habis separo porsi sedang
DS: Keluarga pasien mengatakan pasien sudah mau makan sendiri meskipun tidak
habis

D. Adapun evaluasi yang penulis dapatkan tanggal 30 Maret 2016 setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3x24 jam masalah kebutuhan nutrisi kebali terpenuhi dengan
hasil:

a. Pada tanggal 28 Maret 2016


S: Keluarga pasien mengatakan anaknya lemas
O: KU: BB: 22
A: Nasfu makan manurun
P: Lanjutkan intervensi
- Mengobservasi BB
- Menganjurkan keluarga pasien untuk memberikan makanan sedikit tapi sering
dan saat hangat.
- Kolaborasi dengan ahli gizi
b. Pada tanggal 29 Maret 2016
S: Keluarga pasien mengatakan masih lemas tapi sudah ada peningkatan
O: BB: 24 kg
A: Nafsu makan sedikit meningkat
P: Lanjutkan intervensi
- Mengobservasi KU, BB, dan vital sign
- Menganjurkan keluarga pasien untuk memberikan makanan sedikit tapi sering
dan saat hangat.
- Kolaborasi dengan ahli gizi
c. Pada tanggal 30 Maret 2016

8
S: Keluarga pasien mengatakan sudah tidak lemas
O: BB: 26 kg
A: Nafsu makan meningkat
P: Intervensi dihentikan pasien pulang

B. PEMBAHASAN
a. Menurut data yang diperoleh dari studi kasus dari An B
Pengkajian yang didapatkan dari An B yaitu pasien demam, lemas, dan nafsu
makan menurun.Gejala awal yang dialami DB adalah pusing, lemas, demam selama
tiga hari, dan disertai mual serta tidak nafsu makan.(Rosandy & Ismawati, 2013)

Pemeriksaan fisik pada An B didapatkan hasil mukosa bibir pasien terlihat kering,
berat badan menurun. Xerostomia merupakan keluhan subjektif berupa kekeringan di
dalam mulut yang ditandai dengan menurunnya jumlah aliran saliva dari normal akibat
penurunan produksi saliva dari kedua kelenjar mayor dan minor. Manifestasi
berkurangnya aliran saliva dapat ringan, tanpa keluhan atau parah dengan banyak
keluhan.(Dentino, 2014). Berat badan menurundapat menyebabkan kematian dan
kesakitan pada anak, namun prosedurnya cukup kompleks dan memakan biaya yang
tidak sedikit.(Rahmi, dkk, 2012)

b. Hasil studi kasus pada An B memunculkan diagnosa


Dari hasil studi kasus pada An B ditetapkan diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan nafsu makan menurun. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat nafsu
makan yang menurun.Malnutrisi rumah sakit adalah suatu keadaan penurunan berat
badan akibat dari asupan nutrisi yang tidak adekuat. Nafsu makan yang kurang
bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala klinis dari suatu penyakit. Kekurangan gizi
yang ada karena nafsu makan yang kurang perlu diperbaiki dengan pengaturan makan
yang sesuai selera anak, memilih menu makanan yang kandungan gizinya cukup tinggi
dan lebih variatif supaya anak tidak bosan.(Ain, dkk, 2015)

9
c. Intervensi pada An B
Intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi, berat badab ideal,
mukosa bibir lembab, tidak lemas lagi. Observasi BB. Anjurkan makan selagi hangat,
anjurkan keluarga untuk memberikan makanan kesukaan pasien jika tidak ada kontra
indikasi, anjurkan keluarga untuk memberi makanan sedikit tapi sering, dan kolaborasi
dengan ahli gizi. Tindakan yang pertama memberikan diet TKTP atau nutrisi yang
adekuat, memberikan sari buah yang banyak mengandung air, memberikan susu atau
makanan dalam keadaan hangat, memberikan makan mulai dari sedikit tetapi sering
hingga jumlah asupan terpenuhi, memberikan nutrisi dalam bentuk makanan lunak
untuk membantu nafsu makan, memonitor perubahan berat badan, adanya bising usus,
dan status gizi.(Hidayat, 2006). Tidak ada pantangan atau diet khusus buat pasien DBD.
Diet perlu bergizi tinggi agar daya tahan tubuh lebih kuat. Semua penyakit yang
disebabkan oleh virus umumnya hanya dilawan oleh pertahanan tubuh saja. Maka
tubuh perlu memperkuat ketahanannya, karena tak bisa dibantu dengan obat.(Nadesul,
2007)

d. Implementasi pada An B
Implementasi observasi BB. Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi berat
badan rata-rata dan pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan berat
badan (kg) bahwa sebagian besar responden mengalami kelebihan kenaikan berat badan
di atas dari 2,5 kg berat badan kering dimana berat badan kering merupakan berat
badan ideal responden.(Mokodompit, 2015)

Makan sedikit tapi sering, makan snack yang sehat, pertahankan pola makan dan
makan snack yang teratur, sediakan camilan, pada betulbetul tidak berminat makan,
maka makanlah makanan yang paling disukai, jika tidak cukup makan, maka dapat
dipilih minuman yang tinggi kalori, tinggi protein dapat dikonsultasikan dengan
dokter.(Ambarwati & Wardani, 2015)

Kolaborasi dengan ahli gizi.Banyak nya faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien DB menuntut pendekatan kolaborasi tim yang baik untuk meningkatkan kualitas
hidup yang meliputi: Nefrologis, ahli gizi, pekerja sosial, psikolog/ psikiater, ahli bedah

10
akses vaskuler, radiologis, perawat dialisis dan perawat spesialis klinik serta dukungan
keluarga/ sosial.(Mailani, 2015)

Pendidikan kesehatan mengenai penyebab, tanda gejala, akibat kurang nutrisi.


Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang
kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk
memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu,
kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri. Pendidikan kesehatan yang dimaksud mengenai penyebab, tanda gejala, akibat
dari kurang nutrisi.(Nuradita & Mariam, 2013). Mencegah bahaya perdarahan lambung
dan pencernaan, makanan sebaiknya yang lembek dan tidak merangsang. Mencegah
perdarahan di larang banyak bergerak buang air kecil di tempat tidur.(Nadesul, 2007)

e. Evaluasi pada An B
Evaluasi yang didapatkan pada studi kasus implemenstasi yaitu pada tanggal 30
Maret 2016 Keluarga pasien mengatakan sudah tidak lemas, nafsu makan meningkat,
berat badan meningkat 26 kg, intervensi dihentikan pasien pulang.Data ini
menunjukkan bahwa hasil evaluasi sesuai dengan kriteria hasil yang diinginkan penulis
dari segi kognitif, afektif dan psikomotor sehingga masalah teratasi.

IV. PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Hasil pengkajian didapatkan diagnosa An B yaitu kebutuhan nutrisi kurang
darikebutuhan berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.
2. Intervensi keperawatan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
nafsu makan yang menurun dengan mengobservasi berat badan, menganjurkan kelurga
untuk memberikan makan sedikt tapi sering, menganjurkan makan saat makanan masih
hangat, dan kolaborasi dengan ahli gizi
3. Implementasi yang dilakukan penulis yaitu menimbang berat badan dan vital sign,
menganjurkan makan saat makanan masih hangat, mengajurkan keluarga pasien
memberikan makan sedikt tapi sering,Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan
kesukaan pasien jika tidak ada kontra indikasi dan kolaborasi dengan ahli gizi

11
4. Evaluasi masalah kebutuhan nutrisi dihentikan karena pasien pulang.
5. Analisis melakukan tindakan implementasi pada An B dengan DHF dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi, terbukti pada hari akhir kebutuhan nutrisi meningkat.
B. SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka penulis memberikan saran-
saran sebagai berikut:
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkanmotivasi kepada keluaraga pasien dapat sebagai masukan dalam tindakan
keperawatan mandiri untuk menangani kebutuhan nutrisi pada pasien dengan
diagnose DHF sehingga dapat mengurangi komplikasi lebih lanjut. Untuk
meminimalkan kejadian kurangnya kebutuhan nutrisi dapat dilakukan baiksecara
farmakologi maupun non farmakologi.
2. Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan klien dan keluarga ikut serta dalam upaya peningkatan kebutuhan nutrisi
dengan pendekatan non farmakologi untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi anaknya.
3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan hasil karya ilmiah ini sebagai referensi serta acuan untuk dapat
dikembangkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien DHF secara non
farmakologi.

PERSANTUNAN

Alhamdulillahirabil’alamin penulis ucapkan terimakasih kepada Alloh SWT dan shalawat


kepada junjungan kita nabi Muhammaad SAW yang telah memberikan segala hidayah dan
kesempatan untuk menulis karya tulis ilmiah ini sehingga dengan saat ini, tak lupa saya ucapkan
terimakasih kedua orang tua saya yang telah jerih payah menguliahkan saya, mensupport saya,
dan mendoakan saya agar lancar segala kepentingan kuliah saya salah satunya dalam penulisan
karya tulis ilmiah ini, tak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing saya ibu Siti Arifah,
S.Kp., M.Kes yang penuh dengan kesabaran dan tekun dalam membimbing saya dan teman
sebimbingan saya yaitu sintha, eryan, dan kamal terimakasih juga saya ucapka kepada teman
sebimbingan saya yang telah memebantu dalam menyusun karya tulis ilmiah dan melengkapi
segala kekurangan yang ada, tak lupa juga saya ucapkan kepada teman seperjuangan saya Bagus,

12
Mukep, Gary, Japrak, Mahar, Eryan, Rozi dan teman lainnya yang telah memberi penjelass
kekuranga dan membantu dalam menyusun, menulis karya tulis ilmiah, dan membuat
ketenangan hati saat mengalami kesulitan, tak lupa juga saya ucapkan kepada Dimas A Prawito
yang telah menyediakan segela kebutuhan percetakan dan prin2na daerah ums yang juga
membantu saya dalam mencetekah karya tulis ilmiah saya, tak lupa juga saya ucapkan kepada
saudara saya kakak dan adek yang telah membantu mendoakan dan membentu kebutuhan yang
kurang dalam menulis karya tulis ilmiah ini. Terimakasih saya ucapkan untuk semuanya.

DAFTAR PUSTAKA

Aini.Kasiati.Rahayu.Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Balita Yang Dirawat Inap di Rumah


Sakit.Jurnal Pendidikan Kesehatan, Volume 4, No 2, Oktober 2015.

Ambarwati.W.N & Wardani.E.K. Respons dan Koping Pasien Penderita Kangker Serviks
Terhadap Efek Kemoterapi. Jurnal Ners, Volume 10, No 1, April 2015.

Dentino. 2014. Gambaran Klinis Xerostomia Pada Wanita Menopause di Kelurahan Sungai
Paring Kecamatan Martapura. Jurnal Kedokteran Gigi, Volume 2, No 2, September
2014.

Giyatno. Efektifitas Pemberian Jus Kurma Dalam Meningkatkan Trombosit Pada Pasien Demam
Berdarah Dengue di RSUD Budi Purnokuto. Jurnal Keperawatan Soedirman, Volume 8,
No 1, Maret 2013

Hidayat.A.A.A. 2006. Pengatar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Mailani. Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang MenjalaniHemodialisi:


Systematicreview. Ners Jurnal Keperawatan, Volume 8, No 2, Maret 2015.

Mokodompit.D.C. Pengaruh Kelebihan Kenaikan Berat Badan Terhadap Kejadian Komplikasi


Gagal Jantung Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di
RumahSakit Se-Provinsi Gorontalo. Jurnal Keperawatan, Volume 3, No 2, 2015

Nadesul.H. 2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Jakarta: Buku Kompas.

Nuradita.Mariam. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuna Tentang Bahaya


Rokok Pada Remajadi SMP Negeri 3 Kendal. Jurnal Keperawatan Anak, Volume,
Volume 1, No 1, Mei 2013.

13
Sigarlaki.H.J.O.Karakteristik, Pengetahuan, dan Sikap Ibu Terhadap Penyakit Demam Berdarah
Dengue.Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 23, No 3, September 2007.

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Sagung Seto.

Sunaryo & Premastuti. Surveilans Aedes aegypti di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue.
Kesmas Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Volume 8, No 8, Mei 2014.

Susilaningrum.R, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Rahmi.Wahyu.Anas. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Kenaikan Berat Badan Bayi Prematur di
RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Ners Jurnal Kerperawatan, Volume 8, No 2, Desember
2012.

Rosandy & Ismawati. Pengembangan Buku Perencanaan Menu Untuk Penderita Penyakit
Demam Berdarah.Ejournal Boga, Volume 2, No 1. 2013.

14
LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR NUTRISI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar
pada Semester Ganjil (3)
Dosen Pengampu : Sri Mulyanti,M.Kep

Disusun oleh:

ENA TRIJAYANTI / NIM E1914401001

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN NUTRISI
1. Definisi
Nutrisi adalah ikatan kimia yang di perlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses proses kehidupan (Soemarjo, 2000). Menurut Rock CL
(2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan
makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan,
pertumbuhan, dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik
antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi
2. Jenis Nutrisi
a. Karbohidrat
Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon,
hidrogen dan oksigen.
1) Karbohidrat sederhana (Gula); bisa berupa mono sakarida
(molekul ganda yang terdiri dari glukosa, fruktosa, galaktosa)
juga bisa berupa disakarida (molekul ganda), contoh sukrosa
(glukosa + fruktosa), maltosa (glukosa + glukosa), laktosa
(glukosa + galaktosa)
2) Karbohidrat kompleks (amilum) adalah poli sakarida karena
disusun banyak molekul glukosa.
3) Serat adalah jenis karbohidrat yang di peroleh dari ttumbuh
tumbuhan, tidak dapat di cerna okeh tubuh dengan sedikit atau
tidak menghasilkan kalori tetapi dapat meningkatkan feses
Karbohitrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk
hidup, terutama sebagai bahan bakar (misal glukosa) cadangan
makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada
hewan), pada materi pembangunan (misalnya selulosa pada
tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Kebutuhan karbohidrat
60-70% dari kebutuhan energi total.
b. Protein
Protein sangat penting untuk pembenttukan dan pemeliharaan
jaringan tubuh. Bebeapa sumber protein berkualitas tinggi adalah;
ayam, ikan, domba, kalkun, dan hati. Beberapa sumber protein nabati
adalah; kelompok kacang polong (misal buncis, kapri, dan kedelai),
kacang kacangan dan biji-bijian.
Protein merupakan konstituen penting pada semua sel, jenis
nutrien ini berupa stuktur nutrien kompleks yeng terdiri dari asam
asam amino. Protein akan di hidrolisis oleh enzim-enzim proteolitik.
Untik melepaskan asam asam amino yang kemudian akan di serap
oleh usus. Fungsi protein;
1) Protein menggantikan protein yang hilang selama proses
metabolisme yang normal dan proses penguasaan yang normal
2) Protein menghasilkan jaringan yang baru.
3) Protein di perlukan dalam pembuatan protein protein yang baru
dengan fungsi khusus dalam tubuh yaitu enzim, hormon dan
hemoglobin.
4) Protein sebagai sumber energi

Kebutuhan protein 10-15% atau 0,8-1,0 g/kg BB dari kebutuhan


energi total.

c. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang di padatkan. Lemak
dan minyak terdiri atas gabungan gliserol dengan asam-asam lemak
10-25% dari kebutuhan energi total. Fungsi lemak;
1) Sebagai sumber energi; merupakan sumber energi yang di
padatkan dengan memberikan 9 kal/gr
2) Ikut serta membangun jaringan tubuh
3) Perasaan kenyang, lemak dapat menda waktu pengosongan
lambung dan mencegah timbul rasa lapar segera setelah lapar
kembali setelah makan
4) Vitamin larut dalam lemak.
Asam arkahidronat (AA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA)
adalah dua asam lemak penting, khususnya dalam masa
pertumbuhan otak bayi yang berlangsung sangat pesat selama 6
bulan kedua kehidupan.

Pada priode ini, AA dan DHA berperan baesar dalam


perkembangan mental dan daya lihat bayi. Karena sebagian besar
makanan sapihan mengandung sedikit AA dan DHA susu lanjutan
yang di perkaya dengn AA dan DHA akan menjadi sumber penting
dua asam lemak ini.

d. Vitamin
Vitamin adalah bahan organic yang tidak dapat di bentuk
oleh tubuh dan berfungsi sebagai kataisator proses metabolisme
tubuh. Vitamin dibagi kedalam dua kelas besar yaitu vitamin larut
dalam air (vitamin C, B1, B2, B6, B12) dan vitamin yang larut dalam
lemak (vitamin A, D, E, K). Berikut ini rincian dari beberapa vitamin
dan penting;
1) Vitamin A
Vitamin ini membantu perkembangan daya lihat bayi. Juga
berperan dalam proses kerja sel tulang. Anak-anak yang
ekurangan vitamin A akan menderita rabun senja serta gangguan
pertumbuhan. Mereka juga rentan terhadap infeksi. Sumber
vitamin A antara lain; telur, keju, dan hati.
2) Vitamin B-Konpleks
Semua vitamin B membantu produksi energi, dan membantu
terbentuknya sel-sel otak bayi. Vitamin B1 dan niasin (salasatu
anggota B-Kompleks) membantu sel tubuh menghasilkan energi.
Vitamin B6 membantu tubuh melawan penyakit dan infeksi. B12
digunakan dalam pembentukan sel darah merah. Kecukupan
vitamin B-Kompleks membatu mencegah kelambatan
pertumbuhan, anemia, gangguan penglihatan, kerusakan saraf,
dan gangguan jantung. Makanan seperti misalnya roti, padi-
padian, hati banyak mengandung vitamin B-Kompleks. Setiap
anggota vitamin B-Kompleks bersumber dari makanan tertentu
misalnya; B1 dari kacang buncis, B12 dari daging, ikan, telur,
dan susu.
3) Vitamin C
Anak-anak dapat memperoleh Vitamin C dari jeruk dan
berbagai macam sayuran. Mereka men merlukan vitamin C
untuk membentuk beberapa zat kimia lainm ( salasatu anggota
vitamin B misalnya) agar dapat di gunakan tubuh. Vitamin c juga
membantu penyerapan zat besi. Mereka yang memerlukan
vitamin C bisa mengalami kelemahan tualang, anemia, dan
gangguan kesehatan lainnya.
4) Vitamin D
Sinar matahari membantu tubuh membuat sinar vitamin B,
bahkan sejumlah anak kebutuhan vitamin ini sudah terpenuhi
dengan bantuan sinar matahari. Vitamin D sangat penting karena
membantu kalsiaum masuk ke tulang. Inilah sebabnya mengapa
vitami D ditambah ke dalam susu sapi (disebut susu yang telah
“diperkaya”). Sayangnya, banyak produk susu yang di gemari
anak anak justru tidak di perkaya dengan vitamin D. Keju dan
yogurt kaya kalsium tetapi tidak mengandung vitamin D.
Makanan yang di perkaya vitamin D lebih baik daripada
suplemen vitamin. Anak-anak yang mengonsumsi diet rendah
vitamin D bisa menderita ricketsia, suatu penyakit yang
melemahkan tulang atau menjadikan tulang cacat.
e. Mineral dan Air
Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagai
enzim, dan sangat penting dalam pengendalian sistem cairan tubuh.
Mineral meruoakan konsistuen esensial pada jaringan lunak, cairan
dan rangka. Rangka mengandung sebagian besar mineral. Tubuh
tidak dapat mensistensis sehingga harus disediakan lewat makanan.
Tiga fungsi mineral:
1) Konsistuen tulang dan gigi; contoh: kalsium, magnesium, fospor.
2) Pembentukan garam garam yang larut dan mengendalikan
komposisi cairan tubuh; contoh: Na, Cl (ekstraseluler) , K, Mg, P
(intra seluler).
3) Bahan dasar enzim dan protein

Kira-kira 6% tubuh manusia dewasa terbuat dari mineral. Air


merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia terdiri dari atas 50-70% air. Pada orang dewas asupan
air berkisaran antara 1200-1500 cc per hari, namun dianjurkan
sebanyak 1900 cc sebagai batas optimum.
3. Penilaian Status Nutrisi
a. Klinis
Metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringan epitel seperti: kulit, rambut, dan mukosa
oral, atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh
seperti kelenjar tiroid.
b. Biofisik
Penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan
melihat perubahan struktur dari jaringan. Cara yang digunakan
adalah tes adaptasi gelap.
c. Biokimiawi
Pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain: darah, urine, tinja dll.
d. Antropometri
Pengertian Antropometri: berasal dari kata anthropos dan
metros. Anthropos artinya tubuh dan methros artinya ukuran. Dari
definisi di atas dapat ditarik pengertian bahwa anthropometri gizi
adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan tinggi
badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak dibawah kulit.
Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass
Index (BMI) dan Ideal Body Weight (IBW).
a. Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan
tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan
sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over
weigth) dan obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan : BB(kg) / TB(m) atau BB(pon)
x 704,5/ TB(inci)2
b. Ideal Body Weight (IBW)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh
yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter
dikurangi 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu.
4. Masalah Kebutuhan Nutrisi
Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekeurangan
dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, Diabetes Melitus, Hipertensi,
Jantung Koroner, Kanker, Anoreksia Nervosa.
a. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang
dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat
badan akibat ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme.
Tanda klinis :
1) Berat badan 10-20% dibawah normal
2) Tinggi badan dibawah ideal
3) Lingkar kulit triseps lengan tengah kurang dari 60% ukuran
standar
4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
5) Adanya penurunan albumin serum
6) Adanya penurunan transferrin
Kemungkinan penyebab:
1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna
kalori akibat penyakit infeksi atau kanker
2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
3) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit crohn atau
intoleransi laktosa
4) Nafsu makan menurun
b. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami
seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat
asupan kebutuhan metabolisme secara berlebihan.
Tanda klinis:
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
2) Obesitas (lebih dari 20 % berat ideal)
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada
wanita
4) Adanya jumlah asupan berlebihan aktivitas menurun atau
monoton
Kemungkinan penyebab :
1) Perubahan pola makan
2) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang
mencapai lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah
melebihi kebutuhan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan
kalori.
d. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan
kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai
masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan
yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya
kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membrane
mukosa, konjungtiva dan lain- lain.
e. Diabetes mellitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
f. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan
oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti
penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan
gaya hidup yang berlebihan.
g. Penyakit jantung coroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang
sering disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan
merokok. Saat ini, penyakit jantung koroner sering dialami karena
adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas dan lain-
lain.
h. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
disebabkan oleh pengonsumsian lemak secara berlebihan.
i. Anoreksia nervosa
Aneroksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara
mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi,
pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, elergi, dan
kelebihan energi.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi
dapat mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi
kesalahan.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan
bergizi tinggi dapat mempengaruhi gizi seseorang .
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap
makanan tertentu dapat mempengaruhi status gizi.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi
karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang
tidak sedikit, oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi
perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan
gizi keluarganya di bandingkan masyarakat dengan kondisi
perekonomian rendah.
f. Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basa bertambah
dengan cepat hal ini sehubungan dengan factor pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat pada usia tersebut. Setelah usia 20 tahun
energy basal relative konstan.
g. Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar di
bandingkan dengan wanita pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0
kkal/kg BB/jam dan pada wanita 0,9 kkal/kgBB/jam.
h. Tinggi dan berat badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan
tubuh, semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar
pengeluaran panas sehingga kebutuhan metabolisme basal tubuh juga
menjadi lebih besar.
i. Status Kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat . Anoreksia
(kurang nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek
samping obat.
j. Faktor Psikologis serti stress dan ketegangan
Motivasi individu untuk makan makanan yang seimbang dan
persepsi individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat.
Makanan mempunyai nilai simbolik yang kuat bagi banyak orang
(mis. Susu menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbulkan
kekuatan).
k. Alkohol dan Obat
Penggunaan alcohol dan obat yang berlebihan memberi
kontribusi pada defisiensi nutrisi karena uang mungkin dibelajakan
untuk alcohol daripada makanan. Alcohol yang berlebihan juga
mempengaruhi organ gastrointestinal. Obat-obatan yang menekan
nafsu makan dapat menurunkan asupan zat gizi esensial. Obat-obatan
juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absorpsi
zat gizi di dalam intestine.
6. Etiologi
Tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan
karena faktor biologi, psikologi atau ekonomi.
 Faktor predisposisi
Faktor pencetus dari gangguan nutrisi adalah karena berkurangnya
nafsu makan yang disebabkan oleh:
a. Rasa nyeri
b. Anxietas
c. Depresi
d. Perubahan situasi/ lingkungan
e. Perbedaan makanan
f. Gangguan pemasukkan makanan
g. Waktu pemberian makanan dan pemberian obat tidak tepat
7. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda subjektif dari pasien biasanya pasien mengeluh seperti :
a. Mual
b. Anoreksia
c. Lemas
d. Lesu

Sedangkan tanda-tanda obyektif yang muncul akibat gangguan


nutrisi biasanya seperti :
a. Rambut berserabut, kusam ,kusut, kering tipis, dan kasar
b. Kulit kasar, kering, pucat, bersisik
c. Wajah mengalami diskolorasi, bersisik, bengkak, kulit gelap di
pipi dan di bawah mata
d. Konjungtiva pucat, konjungtiva serosis
e. Bibir kering, lesi anguler pada sudut mulut

8. Pathway
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Tujuan
pengkjian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data
dasar klien. Data yang diperoleh sangat berguna untuk tahap selanjutnya
dalam proses keperawatan.
a. Pengumpulan data
1) Data Subyektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pasien/keluarga dan dapat
diukur dengan menggunakan standar yang diakui.
2) Data Obyektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat
diukur dengan menggunakan standar yang diakui.
3) Analisa Data
 Data Primer
Data yang diperoleh dari klien melalui percakapan
 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari komunikasi dengan orang yang
dikenal, dokter/perawat yang mengetahui keadaan klien.
b. Anamnesa
1) Keluhan utama
2) Riwayat keperawatan dan diet
 Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
 Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus.
 Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa
lama periode waktunya ?
 Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet
seperti luka bakar dan demam ?
 Adakah toleransi makanan dan minuman tertentu ?
3) Faktor yang mempengaruhi diet
 Status kesehatan
 Kultur dan kepercayaan
 Status social dan ekonomi
 Faktor psikologis
 Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan fisik: apatis, lesu
2) Berat badan: obesitas, kurus (underweight)
3) Otot: flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu
bekerja
4) Sistem saraf: bingung, rasa terbakar, parestbesia, reflek
menurun.
5) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare,
pembesaran liver.
6) Kardiovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 x/menit, irama
abnormal, tekanan darah rendah/tinggi.
7) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis,
pecah/patah-patah.
8) Kulit: kering, pucat, iritasi, petekie, lemak di subkutan tidak
ada.
9) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis,
membrane mukosa pucat.
10) Gusi: perdarahan, peradangan.
11) Lidah: edema, hiperemasis
12) Gigi: karies, nyeri, kotor.
13) Mata: konjungtiva pucat, kering, exotalmus.
14) Kuku: mudah patah
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
 Albumin (N:4 - 5,5 mg/100ml)
 Transferin (N:170 - 25 mg/100 ml)
 Hb (N: 12 mg%)
 BUN (N:10 - 20 mg/100ml)
 Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N :laki - laki: 0,6 - 1,3
mg/100 ml,wanita: 0,5 - 1,0 mg/ 100 ML)
2) Pengukuran antopometri:
 Berat badan ideal: (TB – 100) ± 10%
 BMI (Body Mass Index)
BB (kg)
TBxTB (m)
 Lingkar pergelangan tangan
 Lingkar lengan atas (LLA)
Nilai normal wanita: 28,5 cm dan pria: 28,3 cm
 Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal wanita: 16,5 – 18 cm dan pria: 12,5 – 16,5 cm
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan disusun setelah mendapatkan data-data yang
ditemukan dilapangan dan menegakkan masalah keperawatan.
Kemudian masalah keperawatan dikelompokkan untuk melihat prioritas
dari masalah keperawatan yang paling utama untuk dilakukan asuhan
keperawatan. Diagnosa Keperawatan menurut (SDKI,2016) yaitu :
Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak
mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena
faktor biologis, psikologi ditandai dengan mual, muntah dan tidak nafsu
makan
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan
masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan
dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang
melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil(SLKI) (SIKI)
Defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Manajemen Nutrisi a. Membantu
kurang dari tindakan keperawatan a. Identifikasi status mengkaji keadaan
kebutuhan b.d diharapkan pasien dapat Nutrisi pasien
ketidakmampuan mengetahui status b. Identifikasi alergi b. Untuk
dalam nutrisi dengan kriteria dan intoleransi mengetahui
memasukkan, hasil : makanan apakan ada alergi
mencerna, a. kekuatan otot c. Identifikasi makanan
mengabsorbsi menelan meningkat makanan yang c. Makanan
makanan karena b. Pengethuan tentang disukai kesukaan yang
faktor biologis, pilihan makanan d. Identifikasi tersaji akan
psikologi ditandai dan inuman yang kebutuhan kalori meningkatkan
dengan mual, sehat meningkat dan jenis nutrien keinginan untuk
muntah dan tidak c. Pengetahuan e. Monitor berat makan.
nafsu makan tentang standar badan d. Untuk
asupan nutrisi yang f. Monitor hasil mengetahui
tepat meningkat pemeriksan jumlah kalori
d. Penyiapan dari laboratorium yang akan
penyimpanan g. Fasilitasi diberikan
makanan dan menentukan e. Untuk memantau
minuman yang pedoman perubahan atau
aman meningkat diet(mis.piramida penurunan BB
e. Sikap terhadap makanan) f. Untuk
makanan atau h. Sajikan makanan mengetahui status
minuman sesuai secara menarik dan nutrisi
dengan tujuan suhu yang sesuai g. Untuk mengatur
kesehatan i. Lakukan oral asupan nutrisi
meningkat hygiene sebelum h. Untuk
f. Nyeri abdomen makan meningkatkan
menurun keinginan pasien
untuk makan
g. Frekuensi makan j. berikan makanan i. Mulut yang bersih
membaik tinggi serat dan meningkatkan
h. Nafsu makan TKTP nafsu makan
membaik k. berikan suplemen j. untuk mencegah
i. Bising usus makanan,jika perlu konstipasi
membaik l. Kolaborasi k. menambah energi
j. Membran mukosa pemberian l. Mengatasi atau
membaik medikasi sebelum menghilangkan
k. Tebal lipatn kulit makan (mis.pereda rasa mual muntah
triset membaik nyeri m. Untuk
antiemetic,jika menentukan
perlu jumlah kalori dan
m. Kolborasi dengan nutrisi yang
ahli gizi untuk dibutuhkan pasien
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan ,jika
perlu

4. Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang harus dilakukan atau
penatalaksanaan dari sebuah intervensi yang telah ditentukan
sebelumnya pada intervensi berdasarkan diagnosa keperawatan.
Penatalaksanaan dilaksanakan dengan tindakan secara mandiri,
melakukan observasi, melakukan edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga
medis lainnya.
a. Sop pemberian infus
 Peralatan
1) IV Catheter / Wings Needle/ Abocath sesuai kebutuhan
2) Perlak
3) Tourniquet
4) Plester
5) Guntung
6) Bengkok
7) Sarung tangan bersih
8) Kassa steril
9) Kapal alkohol / Alkohol swab
10) Betadine
 Prosedur
1) Cuci tangan
2) Dekatkan alat
3) Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang
akan dirasakan selama pemasangan infus
4) Atur posisi pasien / berbaring
5) Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan
selang infus dan gantungkan pada standar infus
6) Menentukan area vena yang akan ditusuk
7) Pasang alas
8) Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan
ditusuk
9) Pakai sarung tangan
10) Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm
11) Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap ke
jantung
12) Pastikan jarum IV masuk ke vena
13) Sambungkan jarum IV dengan selang infus
14) Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi
15) Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester
16) Atur tetesan infus sesuai program medis
17) Lepas sarung tangan
18) Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama
pelaksana, tanggal dan jam pelaksanaan
19) Bereskan alat
20) Cuci tangan
21) Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada
dokumentasi keperawatan
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap untuk melihat hasil atau menilai sejauh
mana tercapainya suatu intervensi yang dilakukan dan respon klien
terhadap pemberian asuhan keperawatan yang diberikan (Perry Potter,
2005). Dalam evaluasi keperawatan terdapat beberapa langkah untuk
mengevaluasi keperatan yang sudah dilakukan, yakni:
a. Mengumpulakan data-data dalam pemberian asuhan keperawatan.
b. Membandingkan data dari hari kehari dari sebelum pemberian
asuhan keperawatan hingga sesudah pemberian asuhan keperawatan
sesuai dengan rencana tindakan yang sudah ditetapkan.
c. Melihat perkembangan pasien setelah diberikan asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Saphira,Liza Amanda. 2014.”konsep kebutuhan nutrisi”,2012 April 2014,


<https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.scribd.com
/doc/217803965/KONSEPKEBUTUHANNUTRISi&ved=2ahUKEwjcuMzgqdzt
AhWJA3IKHffdA_AQFjAGegQIDRAC&usg=AOvVaw0xO2FYMKzTM9IbrV
wIjehS&cshid=1608459454650>

Aditya,Brata. 2014.”Pathway Nutrisi’, 24 November 2014,


<https://id.scribd.com/doc/247992526/Pathway-Nutrisi.24 November 2014.>

2015.’kebutuhan nutrisi dalam tubuh’

<,https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://makalahapaaj
aboleh.blogspot.com/2015/01/makalahkebutuhannutrisidalamtubuh.html%3Fm%
3D1&ved=2ahUKEwjm1sify9btAhXA8HMBHeQIB1sQFjAEegQIRABusg=AO
vVaw1Waz8wulH5s9lwV_kXlGBb,diakses>
ffi Artiket Pengembsngfln Pendidikan Keprotesiun Berkeluniutun (P2KB)

Malnutrisi dan Tuberkulosis

Irandi Putra Pratomo,* Erlina Burhan,* Yictor Tambunann*


*Depailemen Pttlmonolagi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran IInitev.sitas ltrdouesial'
Rumalt Sakit Persahabatan, Jakarta
**Departemen llmu Gizi Fakultas Kedolcteran Universitas Indonesial
Rum.ah Sakit Cipto l,Iangunkusunto, Jakarla

Abstrak: Malnutrisi dan tuberkulosis (tB) merupakan beban "vang sering dijumpai di negara
berkembang. Kedua masalah ini saling berhubungan sstu s$na lain. Status nutrisi buruk sering
ditemukan pacla penderita TB aktifdibandingkan individu sehat. Infeksi TB sendiri menimbulkan
anoreksia. malabsorpsi nutrien rlan mikronutrien serta gaugguan metaboli'sme sehingga tericdi
proses peruurunan massa otot dan lemak. Perubahan respotts imunita-c dapat dipengaruhi oleh
m.alnutrisi pada infeksi tuberkulosis. Koinfeksi TB dengan human immanodeficiency virus (HIY)
dan multidrags resida*ce (tu{DR) TB semakin memprberat masalah malnutrisi dan TB. Keadaan
mslnutyisi pada penderita TB akan rtenurunkan masa kesextbuhan dan meningkatkan angka
kematian dibandingkan penderita TB tanpa malnutrisi. Suplementasi nutrisi diduga dapat
memperbaiki keadaan unwrn penderita selama pewberian obat antituberkulosis (OAT) tetapi
prognosis penderita berkaitan dengan berbagai faktor seperti faktor organisme, individa dan
lingkungan. J Indon Med Assoc. 2012;62:230-7.
Kata kanci : tab erkalo si s, malnutri si, status ntttri s i, makronutri en, mikronatri e n

I(orespondensi: Irandi Putra Pratomo


Email paru fkui@yahoo.com

230 J Indon Med Assoc, Yolum: 62, Nomor: 6, Juni 2012


l.{alnutrisi dan Tuberkulosis

Malnutrition and Tuberculosis

Irandi Putra Pratomo*- Erlina Burhan*. Victor Tambunan**

*Departrtent Pulntoxologlt and Rerpiratorl,, l,Iedicine, Faculty of Medicine Universiias Indonesia.


o.f
Pe r s akdb atan H o spi tal, J akart a
**Departrnent af Ntttritiottal Science, Faculty qf Medicine Llniversitas Indonesiai'
C ipto ivlangunkusutno Hospital, J akarta

Abstract: X,Idln*tvition and txberculosis (IB) maior problems in most det elopittg co*ntries in the
world. These ilto problems interact'tr;ith each olher. Nutritionttl status is signi/icantf lower in
patierzts wilh actire tubelculosis compared wilh healtlzy contols. Tuberculosis ittfection ma)] leod
to anorexia, nulvient stalabsovptiorl. micronutrieil, malabsot"ption, and altered ynetaboli,s*t cau,s-
btg mttscle andfat ,nass wttstit g. Altered immute response due to of malnutrition in tuberculosis
t?xay also occur. Tuberculosis co-infectiovt 'tvith human immunodeficiency virus (HI[r) and.
multidrugs resistcutce tubercwlosis (l4DR-TBl further aggrat ates the problem. It has been found
that malnaurislted taberculosis patie*ts have delayed recovery- and higher rnortali\,ra.les than
-*-ell-nourished patients. Nut'i.tional supplementafion also believed to have intprove
the cotrse of
the disease during ruberculosis teatmenl bul it has been shown that the prognosis may be heali!t,
infiuenced fume*qtfactarsi.e. organisnr, hostandenvironmental. JIndanMedAssoc. 2012;62:230-
7.

Kelwords: tuberculosis, malmttrition, nuffition slatus, macronutrient, micronutrient

Pendahuluan
Tirberkulosis (TB) hingga saat ini masih merupakan dijumpai. Jumlah kasus koinfeksi TB-HIVdi seluruh dunia
bebanbagr bani,'ak negam di dunia karena sepertigapenduduk saat ini sebaryak 13 juta kasus dan tingkat kernatian mencapai
dunia telah terinfeksi kurnan,l.f.r,co b acleri um tab erculosi s 50Yo terutama di negara berkembang.s l{alnutrisi pada infeksi
(M.tb) penlebab TB. Jurrlah terbesar kasus TB menurut mu lii drug re si sian ce tub e rc ul o si s (MDR-TB) berkaitan
tr{brld Health Organizatjon (WHO) terdapat di Asia dengan tingkat kematian hingga 1.9 kali tebih tinggi
Tenggara yaitu merupakan 33olo seluruh kasus TB di dunia. dibandingkan dengan penderita MDR-TB tanpa malnutrisi.6
Prevalensi TB di Indonesia tahun 20 10 diperkirakan sebanl,ak Tinjauanpustaka ini membahas imunopatogenesis TB serta
690 000 kasus atau sekitar 289 kasus tiap 100 000 penduduk kaitan proses tersebut dengan keadaan malnutrisi, nutrien
dan kasus baru sebanvak 296 272kasus.1 Tingkat prevalensi
lang berperanan dalam mekanisme respons imun terhadap
kasus TB slratu negara, khususnva Indonesia sebagai negara kuman TB serta gambaran keberhasilan pemberian obat anti-
ber-kembang, sangat berhubungan dengan faklor sosio- TB (OAT) pada penderitaTB yang mengalami nralnutrisi.
ekonomi, ssperti ketersediaan pangan, yang mempengaruhi
tingkat kesehatan dan nuftisi populasi negara tersebut.2r Imunopatogenesis Tuberkulosis
Infeksi TB mengakibatkan perunman asupan dan
Perjalananpery.akit TB dirnulai dari pqjanan dropletM.tb
malabsorpsi nutrien sertr perubahan metabolisme tubuh
dalam saluran napas )rang terjadi secara aerogenik. Kurnan
sehingga terjadi proses penurunan massa otot dan leruak
M.lb rnencapai alveolus kemudian merangsang aktirrasi ar-
fir: as t in g) sebagat manifestasi malnutrisi energi protein.
tigen presenting cell (APC) yaitu makrofag, monosit, dan
Malnutrisi pada infeksi TB memperbemt perjalananpeny-akit
sel dendritik. Aktir,itas APC, terutama makroftg, dipenganrhi
TB dan memp€ngaruhi prognosis pengobatall dan tingkat
oleh faklor organisme seperti lipoarabinomanan (LAM) pada
kematian.a Penderita TB dervasa dengan nutrisi buruk
permukaan sel M.tb. Kuman M.tb berikatan dengan ftMC-
memiliki risiko kematian hingga duakali lipat menjadi 25-
rophage ffratrnose receptor, (MMR) APC dengan mediasi
30%.s Sebaliknya ilralnutrisi pada infeksi TB oleh koinfeksi
interferon (IFN)-y. interleukin (IL)4 dan IL-10. Interaksi M.tb
human immunodeficiencv virtts (HIV) yang saat ini sering
dengan makrofag rnerangsang fagositosis dengan bantuan

J Indon n,Ied Assoc, Volum: 62, Nomor: 6, Juni 2012 231


l,Ia lnutri si dan Tuberkalosis

kalsitriol (1,25-IOI{2D,, bentuk aktif ritarnin D)- IFN-y dan Tabel 1. Jenis dan Fungsi Sitokin dalarn Imunopatogenesis
htmor necrosis factor (TNF)-cr. Fagositosis M.tb meng- TB(7.10)

hasilkan senya\,la oksidan reactive owgen intermediate Sitokin Karakteristik


(ROI) dan active nituogen intennediale (RNI) yang akan
re proinflamasi
melisiskan dan menginhibisi M. tb. 7-r0
Respors imun tersebut berlangsung sekitar 2-12 minggt TNF-s Diproduksi monosit, makrofag, sel dendritik
Menginduksi aktivasi rnakrof-ag
hingga terbentuk afek primer dijaringan paru. Kemungkinaa
Menginhibisi kuman dan mempertahankan granu
selanjutnya adalah M.tb dihancurkan sehingga tidak terjadi loma
infeksi TB atau replikasi M.tb berhasil dihambat sehingga rL-1ll Diproduksi monosit, makrofag, sel dendritik.
terjadi infeksi laten TB latent tuberculosis infection (1-TBI) Regulasi termorigulator di hipotalamus dan nyeri
di jaringan perifer
Kuman M.tb masih memungkinkan rnengalami replikasi Menginduksi proliferasi, diferensiasi limfosit dan
setelah lolos dari makrofag maupun bertahan di dalam apoptosis bakteri
makrofag. Makrofag selanjutnva melalgsungkan respons LL-12 Diproduksi makrofag berfagositosis
imun selular melalui ekspresi ntajor histocortpotibility com- Menginduksi produksi IFN-y
tL-6 Diproduksi limfosit T dan makrofag
p/er (lvIHC) kelas II vang merangsang limfosit T cluster of
N{enginduksi sintesis PGE-2, protein fase akut
differentiation (CD)4+ ataut-A e lper | (Thl) dan MHC kelas Menginduksi produksi netrotit
I1,ang rnerangsang linrfosit CDS+. Linrfosit Thl kernudian IFN-y Diproduksi limlosit Thl. Nh
mensekresi lebih lanjut IFN-y dan TNF-oc untuk menghambat Nlenginduksi aktivitas limfosil NK
Meningkatkan aktivitas lisosomal makrofag
M.tb serta merangsang migrasi sel-sel inflamasi lain seperti
Morginduksi produksi RNI
litttfosit T natural kll/er (NK) yang memiliki kemampuan Menginduksi diferensiasi Thl (positive feedback
apoptosis untuk membunuh M.tb. Aktivitas inflamasi ini loop)
merangsang limfangitis regronal di paru sehingga terbentuk Menginhibisi kuman dan mempeftahankan graru
I oma
kompleks primer atau kornpleks Golxr.T-l0 Jenis dan fungsi
sitokin yang terlibat dalam respons infeksi TB dirangkum Sitokin Karakterislik
pada Thbel 1. antiirrflamasi

IL- 1O Diproduksi makrofag, timfosit T


Malnutrisi dan Tirberkulosis
Menghambat produksi IL-12. IFN-y. TNF-cr
Malnutrisi atau malnutrisi energi proteirr pr()tein-en- IL.4 Mengharnbat produksi IFN-y, IL-12 dan aktivasi
ergy- $Mlnat]'ilior (?EM) adalah defisiensi energi dan pro- makrofag
N{enghambat produksi sel Thl, makrofag, sel
tein akibat keadaan tertentu seperti trauma dan infeksi dendritik.
kronik.riTemuan klinis penderita TB sehubungan dengan lL-6 Diproduksi limfosit T dan makrofag
status nutrisi bumk adalah anoreksia. penurunan berat Menginhibisi produksi TNF-ct dan IL-1p
badan, indeks massa tubuh (IMT), lingkar lengan atas rGF-p Diproduksi monosil, makrofag dan sel dendritik
Menghambat proliferasi sel
middle-upper arm circumference $![IJAC) dan kadaralbu-
Menghambat aktivasi makrofag
min serurn.{tr-l3 Prevalensi IN{T rendah pada penderita TB I\,{enghambat produksi iFN-y
adalah sekitar 60o/dta dan terdapat kemungkinan seban_vak lvlenginduksi produksi dan deposisi kolagen pro
I I kali lipatseorangpenderita TB memiliki IMT <18,5 dan ? fibrosis
kali lipat memiliki MUAC <24 cm dibanding orang dewasa
normal.r3 Penderita HIV dengan TB memiliki berat badan, akibat gangguan metabolik.a Penelitian MDR-TB oleh
IMT" dan kadar albumin lebih rendah dibandingkan penderita Podewils et al6 diLa&ia mempelajari hubungan antara sta-
HIVtanpa koinfeksi T8.15,16 Penderita TB mengalami hipo- tus nutrisi, keadaan klinis, perialanan penl"kit. dan tingkat
albuminemia (kadar albumin serum <35 g/L) karena aktivitas kematian 995 subjek yang mendapat terapi MDR-TB dari
sitokin yang mengakib atkan dot+,n -re gu I a t i on sintesis al- tahun 2000 hingga 2004. Penelitian tersebut mengungkapkan
bumin.4'16 bahwa sebanyak 20% subjek berberat badan rendah (IMT
Penelitian di Burundi menunjukkan bahwa nilai < I 8, 5) memiliki kemungkinan prognosis lebih berat hingga
antropornetri (IMT dan MUAC) serta kadar albumin serum 1,5 kali dan tingkat kematian lebih tinggi hingga 1,9 kali
peaderita koinfeksi TB-HMebih rendal dibandingkan dibandingkan dengan subjek yang berat badannl.a normal.
penderita TB tanpa HIV Penelitian ini menunjukkan bahwa
penderita koinfeksi TB-HIV mengalami malnutrisi berat dad Gangguan Status Imun akibat Malnutrisi pada Infeksi
atau peningkatan inflamasi. Laju serta sintesis dan degradasi Tirberkulosis
protein tidak berbeda antara kelompok penderita TB tanpa Malnutrisi pada infeksi TB menurunkan status imun
HIV dan kelompok kontrol normal. Sementara itu pada karena terjadi penurunan produksi limfosit dan kemampuan
kelompok koinfeksi TB-HIV didapatkan keseimbangan pro- proliferasi sel imun. Keadaanini disebabkan olehperurunan
tein yang mendekati angka nol dan bahkan lebih rendah kadar IFN-y danTL-Z serta peningkatan kadar TGF-B dan

232 J Indon Med Assoc, Yolum: 62, Nomor: 6, Juri 2012


lt {alnutri si d an Tu b e rku I os i s

penurunan produksi limfosit akibat atrofi timus. penurunan menetralkan radikal bebas dengan cara menjadi donor
status imun akibat malnutrisi mengakibatkan peningkatan elektron. Proses inflamasi menginduksi pembentukan ROS
perhmbuhan rnikroorganisme dan risiko diseminasi.ar3 F{asil yang toksik terhadap M.tb rnaupun sel normal. Reaksi
negatif palsu uji kulit tuberkulin tuberculin sttr /esr (TST) peroksidasi lipid ROS akanmembentukoksidan seperti MDA
pada keadaan malnutrisi disebut sebagai anergi karena terjadi yang merusak integritas membran sel serta berhubungan
supresi imunitas selular akibat penurunan kadar IFN-y.oro dengan terjadinva fibrosis paru pada perjalanan penyakit
TB.r0.:2
Makronutrien dan Infeksi Ttrberkulosis
Penelitian Karvadi et q1.23 menuniukkan bahwa kadar
Infeksi TB meningkatkan kebutuhan energi untuk retinol (33o/n, <0,7 pmolll.), hemoglobin ( 58oA, <12 S/L) dan
mempertahankan fungsi normal tubuh ini ditandai dengan seng (217o, <10,7 pmoUl) plasma lebihrendah padapenderita
peningkatan penggunaar energi saat istirahat restl t,tg ener- TB dibandingkan kontrol orang sehat. Vitarnin A
gy expendi ture EEE). Peningkatan ini mencapai 10-30% dari berhubungan dengan inhibisi M.tb oleh malaofag, proliferasi
kebutuhan energi orang normal.a,l I proses ini menimbulkan limfosit dan pertahanan mukosa serta fimgsi epitel. penderita
anoreksia akibat peningkatan produksi leptin sehingga terjadi TB mengalami penuruaan kadar vitamin A di dalam darah
penurunan asupan dan malabsorpsi nutrien.tT penderita TB berdasarkan pengukuran kadar retinol plasma. Hal itu terjadi
juga mengalami peningkatan proteolisis dan lipolisis. akibat gangguan absorbsi lemak ke dalam tubuh. Respons
Gangguan asupan dan kelainan metabolisme tersebut fase akut mengakibatkan eksudasi proalbumin dari endotel
mengganggu sintesis protein dan lemak endogen sehingga vaskular sehingga terjadi penurunan protein pengikat ret-
REE meningkat, Keadaanini disebut s*agai blokadeformasi inol dan hipoalburninemia. Kadar retinol kembali nonnal pada
energi (arcabolic block) dan berhubungan dengan proses akhir pemberian OAI.23 Fungsi vitamin A berhubungan
sehingga terjadi malnutrisi. a, 3, 8 penurunan massa
w as ti ng 1 I
dengan ssng lerena perulrunan kadar seng akan mergganggu
otot dihu-bungkan dengan peningkatan produksi IL- l IL- sintesis protein retinol sehingga terjadi penunrnan kadar re-
F"
6. TNF-oc dan malondialdehid (MDA) akibat proses inflamasi. tinol dalam darah.lt3
Proses infl amasi mengaktivasi jalur proteol isis A Tp- clepe n- Seng berperan dalarn sintesis asam nukleat (DNA)"
dent ubiquitin protease intraselular dan selanjutnya pro- diferensiasi limfosit dan potensiasi makrofag- Infeksi TB
tein dihancrukan proteasom yang diregulasi TNF-n.re.2o mengakibatkan redistribusi seng dari plasma ke jaringan
Peningkatan produksi IFN-y, IL6, dan TNF<, akibat infeksi akibat penurunan produksi protein makroglobulin-cr2 yang
TB menghambat aktivitas enzim lipoprotein lipase (LpL) di berperan dalarn sirkulasi seng di dalam darah.13 Defisiensi
jaringan lemak. Enzim LPL berperanan dalam proses bersihan seng menurunkan aksi fagositosis rnakrofag dan kadar sel T
trigliserida. Peningkatan enzim ini rneningkatkan bersihan dalam darah. Kadar seng dalam plasma menurun saat fase
trigliserida sehingga menurunkan proses sintesis asam lemak intensif OAT. Kejadian itu dihubungkan dengan Fnggunaan
dan meningkatkan proses lipolisis lemak di jaringan.r8 seng oleh makrofag untuk membunuh M.tb, peningkatan
Peningkatan TNF-o juga dihubungkan dengan anoreksia absorbsi seng ke jaringan dan eliminasi seng melalui urin
sehingga terjadi gangguan asupan nutrisi yang memicu oleh etambutol.13'22
sekaligus memperberat malnutrisi. 4,1r.rs
Anemia sering ditemukan pada penderita TB dan
Kebutuhan energi pada infeksi TB ditetapkan ber- koinfeksi TB-HIV dengan iruidens masing-masing 7 6
"go/o darl
dasarkan kebutuhan nutrien dan energi pada keadaan 88,47o. a Kejadian itu dihubungkan dengan perdarahan akibat
hiprkatabolik dan malnutrisi berat, yaitu sekikr 35-40 kkaV hemoptisis dan gangguan hematopoesis. Infeksi TB
kgBB ideal. Koinfeksi TB-HIV ranpa gejala klinis akan mengakibatkan penurunan kadar besi serum dan peningkatan
meningkatkan kebutuhan energi tersebut hingga l0yo dan cadangan besi (iron overloading) sehingga jumlah besi
koinfeksi dengan gejala klinis meningkatkan kebutuhan berkurang untuk mengaktivasi makrofag. Derajat berat ane-
energi tersebut hingga 30%. Asupan protein diet diperlukan mia juga berhubungan dengan penurunan kadar retinol.
untuk nrencegah vasti ng lebih lanjut yaitu sebanyak 1.2-1.5 karotenoid dan selenium karena stres oksidatifyarg meng-
g/kgBB atau sekitar lla/odariasupan energi total atau sekitar ganggu produksi hemoglobin. a' 3t

75-100g/hari.,1 Defisiensi vitamin D sering ditemukan pada penderita


TB terutama pada fase akut. Keadaan deflsiensi vitamin D
Mikronutrien dan Infeksi Tirberkulosis
meningkatkan risiko te{adi infeksi TB hingga 5 kali lipat.21
VitaminA, C, E, D, dan86, asamfolat. seng. tembaga, Pemberian minyak ikan codl'ang ka1,a vitamin D serta pajanan
selenium dan besi sebagai antioksidan berperanan dalam sinar matahari merupakan salah satu bentuk pengobatan
beftagai jalur metabolik, fungsi selular serta proses imunitas infeksi TB attif sebelum ditemukan OAT. \litamin D diperoleh
melawan infeksi TB. lrz Kurangrrya asupan dan deplesi akrlbat dari luar tubuh dalam bentuk kolekasiferol (D3) yang
infeksi TB maupun pemberian OAI menyebabkan defisiensi terkandung dalam ikan. daging. dan makanan yang difor-
mikronutrien sehingga selanjutnya akan menrpengaruhi sta- tifikasi denganvitamin D. VitaminDjuga diproduksi dalam
tus imun penderita TB.13.2r,22 Antioksidan berfungsi tubuh melalui konversi kolesterol menjadi provitamin D

J Indan Med Assoc, l'olum: 62, Nomcr: 6, J,Ei ZO12


233
!,fa lnutrisi dan Tuberkulosi s

dengan siaar ultraviolet mataharikemudian diaktivasi di hati kelompok mengalami peningkatan massa lernak. Penelitian
dan ginjal. \4tamin D melalui reseptor vitamin D akan pada minggu ke-12 menunjukkan peningkatan beratbadan
menginduksi aktivasi makrofag untuk inhibisi M.tb dan lebih besar pada kelompok ekqperimen dibandingkan dengan
menurunkan transkripsi senyawa yang dibutuhkan M.tb kelompokkontrot namun peningkatan ini tidak tagi bermakna
untuk replikasi di dalam makrofag.+.t:,:: setelah minggu ke-24.a Penelitian uji acak samar ganda oleh
i. Pengobatan TB dengan isoniazid dimulai sejak tahun Martins et a1.28 pada 270 orang dewasa penderita TB di 3
1952 dan sejak saat itu dikenal adan-la neuropati perifer pelayanan kesehatan primer di Timor-Leste tern)raIa me-
yang ditandai dengan baal, nyeri dan sensasi terbakar. nunjukkan tidak didapatkan perbedaan bermakna lama
Fosfat piridoksil (pyridoxat phosphate, pl-p) merupakan konversi sputum pada subjek yang diberi suplementasi
koenzimyang dibutuhkan dalam sintesis neurotransmiter nutrisi.
dan dihasilkan dari fosforilasi piridoksin (\.itamin 86). Kebutuhan rritarnin dan mikronutrien sebaiknl-a
2. Ternyata isoniazid menghambat fosforilasi piridoksin memenuhi 50-150% kebutuhan harian terutama pada
sehingga lebih piridoksin dieliminasi tanpa sempat penderita TB yang mengalami penurunan asupan makanan
diutilisasi tubuh. Penurunan kadar piridoksin akibat akibat tumnnya nafsu makan. Suplementasi vitamin E (a-
pemberian isoniazid mulai terdeteksi satu minggu tokoferol 140 mg) dan selenium (200 pg) mengurangi beban
pertama.a'13 oksidatif dan meningkatkan status antioksidan pada
penderita TB yang mendapatkan OAT. Suplementasi r.ita-
Malnutrisi dan Keberhasilan Pengobatan Thberkulosis min D dapat diberikan dalam bentk tablet r,itamin D 2,5 mg.
Status nutrisi berperanan sebagai penentu kesudahan Pemberian isoniazid berisiko memicu neuropati perifer
hasil klinis penderita TB. Penderita TB dengan status nutrisi sehingga perlu suplementasi 25 mg vitamin E}6 per hari.:l
baik mengalami peningkatan berat badan lebih banyak, Suplementasi multivitamin seperti vitamin Bl (tiamin), vita-
konversi spiltum, perbaikan gambaran radiologi dan fungsi min 86, C, dan E memperbaiki respons imun dengan
sosial lebih cepat dibandingkan penderita TB dengan meningkatkan kemarnpuan respons proliferasi linrfosit.ll
malnutrisi.a'l3 Penderita TB dengal malnutrisi berhubungan \{llamor et al.2e melakukan penelitian tersamar ganda
dengan keterlambatan penyembuhan, peningkatan angka terkontrol plasebo di Thnzania untuk mengamati hubungan
kematian, risiko kekambuhan" dan kejadian hepatitis akibat suplementasi mikronutrien dengan hasil pengobatan pada
OAI. Tingkat kekambuhan TB meningkat pada subjek penderita TB dengan atau tanpa koinfeksi HIV Subjek
dengan IMT <907o ideal atau IMT <18,5.a Kejadian hepatitis penelitian ini terbagi dalam kelornpok plasebo, kelompok
imbas OAlberhubungan denganpenderita TB yang memiliki suplenrentasi seng 45 mg kelornpok suplementasi seng 45
MUAC <20 cm dan mengalami hipoalbuminemia.26 Status mg vitamin A'5 000 ru, vitaminBl danB2 (riboflavin) masing-
nutrisi penderita TB biasanJ-a membaik seiring dengan masing25 mg r.itaminB625 mg vitaminBl2 (k&alamin) 50
pemberian OAT. Suplementasi nutrisi diharapkan menjadi pg, asam folat 0,8 mg vitamin B3 (niasin) 40 mg, vitamin C
pendekatan baru dalam rangka penyembuhan lebih cepat. 200 mg vitamin E 60 mg vitamin D3 200 IU, selenium 0.2 rng
Perbaikan status nutrisi pada populasi diharapkanjuga 4apat dan tembaga 5 mg serta kelompok suplementasi tersebut di
rnenjadi tindakan efektif untuk mengendalikan infeksi TB atas tanpa suplemen seng. Pemberian suplementasi seng dan
terutama negara yang prevalensi TBnya tinggi. Efek perbaikan mikronutrien umum menunjukkan peningkatan berat badan
nutrisi sulit diprediksi dan bervariasi berdasarkan hasil (rerata 6,88 kg) serta penumnan tingkat kematian lungga 50-
penelitian karena sangat berhubungan dengan faktor 70olo terutama pada subjek dengan koinfeksi TB-HIV29

organisme, faktor pejamu, dan faktor lingkungan. 13 Karyadi et a1.23 meneliti hubungan suplementasi vita-
Pemuluhan dan intervensi nutrisi dengan sasaran minAdan sengpada subjekpenderitaTB di Indonesia secara
peningkatan asupan energi serta suplementasi nutrisi pada tersamar ganda terkontrol plasebo. Subjek diberikan
fase intensif OAI berhubungan dengan peningkatan berat suplementasi vitamin A sebanyak 1500 ekuir,alen retinol (5000
badan, massa otot dan lemak, serta prbaikan fungsi fisik IU) dan seng 15 mg atau plasebo setiep hari selama 6 bulan.
minggu keeram.27 Peningkatan massa otot dengan diet Kelompok perlakuan mengalami peningkatan kadar hemo-
keseimbangan nitrogen positif (diet tinggi protein) berhu- globin dan retinol plasma pada pengamatanbulan ke-2 dan
bungan dengan perbaikan fungsi fisik yang akan mem- bulan ke-6, seru peningkatan albumin serum dan berat badan
percepat kesembuhan, konversi sputum. dan mengembalikan secara umum. Konveni pewamaan basil tahan asam @TA)
fungsi sosial penderita TB.27 Penelitian di Singapura, yang sputum sertaperbaikan radiologis tampakpada minggu ke-2
membandingkan pererima terapi OAI dan suplementasi hingga ke-7 pada kelompok perlakuan. Penelirian lanjutan
tingg energr tinggi protein (600-900 kkal/hari ;25-37 gpro- oleh Pakasi et al.3o ternyatamenunjukkan hal sebaliknya dan
^5
tein/hari) dengan kontrol tanpa suplementasi nutrisi, hal ini diduga karena terdapat peftedaan karakt€ristik sampel
nrenunjukkan bahrva pada minggu ke{ terapi kelompok seperti etnis serta nilai ambang terendah sampel. penelitian
suplementasi mengalami peningkatan beratbadan dan massa lain di Indonesia adalah oleh Embran er a/. Ia dengan uji klinis
otot dibandingkan dengan kelompok kontrol, dan kedua tersamar ganda membandingkan pemberian OAI dan

234 J Indon Med Assoc, Yolum: 62, Nomor: 6, J -ni !912


ltfolnutri si dan Tu berkulasis

suplementasi seng 20 rng dengan pemberian OAT dan plasebo tion, clinical Lrourse, and nortality in MDR-TB patienls.
pada 88 orang penderita TB paru BTA positif Karakteristik Epidemioi hfect. 20i 1;139(1):I i3-20.
7. van Crevel R, OttenhotT TH\{. van der Meer JWI\,I. Innate
lain yang diikutsertakan adalah kadar seng dalarn darah immunity lo My'cobacterium htberculosis. Clinical fuIicrobiol-
rendah (<6.8 prnol/L sebanyak 85.27o). nutrisi bumk (IMT og1' Revi ews. 2002',1 5 (2 ):29 4 -3 09.
<18.5 sebanyak 57,gya) dan anoreksia {84,7oA). Pengamatan 8- Ferraz .IC, Il{elo FBS, Albuquertlue lvIFPIr,I. trIontenegro S\,{L.
subjek vang diberi OAT rnenunjukkan bahr.va tidak Abath FGC. Imnune t'actors and iruriunoregulation in Tubercu-
losis. Braz J N,led Biol Res. 2006;39(11):1387-97.
didapatkan perbedaan respons klinis, gambaran radiologi, 9. Schluger NW. Rom WN. The host immune response to Tubercu-
dan status nutrisi antarkelompok setelah bulan ke-2 dan bulan losis. AJRCCL,I. 1998;i 57:679-91.
ke{.14 10. Dheda K, Schwander Slq Zhu B. van Zyl-Smit RN. Zhaag \-. The
itununolog-y of tuberculosis: from bench to bedside. Respirologl.
Kesimputan 2010: 1,s :433 -50.
i1- Schaible LIE. Kaufmann SHE. Malnutrition and inl-ectiou: com-
Infeksi TB mengakibatkan penurunan asupan dan plex mechanisrns ard glotral impacts. PloS Medisine.
malabsorpsi nutrien serta perubahan metabolisme tubuh 2007:4( 5):806-1 2.
sehingga terjadi proses penurunan massa otot dan lemak 12- L0nnroth K, Williams BG Cegielski P Dve C. A consisterit log-
linear relationship between tuberculosis incidetce and body mass
(wasting) sebagai manifestasi malnutrisi energi protein. index. International Journal of Epidemiologv. 2010:39:149-55.
Malnutrisi pada infeksi TB akan memperberat pe{alanan 13. Gupta KB. Gupta R. Atre-ia { Yrma M. Vishvkmla S. Tubscu
perryakit TB yang kernudian berpengaruh kepada prognosis losis and nutrition. Lung India. 2009:26(1):9-16.
pengobatan dan tingkat kematian. Gejala klinis penderita TB 14. Embran D, Aditama TY Soetoyo DK, Sayogo S. .Tusuf A. Pengaruh
suplementasi seng lerhadap respons klinis. mikrobiologis dan
.vang berhubungan dengan status nutrisi buruk adalah radiologis penderita tuberkulcsis paru .vang diberikan obat
arioreksia, p€nurunan berat badan. IMT dan MUAC, serta antituberkuiosis di RS Persahabatan, Jakarta. tahun 2002-2003. J
penurunan kadar albumin serum. Malnutrisi pada infeksi TB Respir Indo. 2OA5 ;25(4):7 63-7 5.
mengakibatkan gangguan sintesis senya\ra inJlamasi dan 15. Mupere E, Zalrvango S. Chiunda ,\ Okrvera.{ N{ugenva R, \\'halen
C. Bodl: compositiol atrong Hl\:seropositive and Hl\Lserone-
atrofi kelenjar timus sehingga te{iadi penurunan produksi gative adult paiients rl'iih pulmormry'luberculosis In lrgnnda. Ann
linrfosit dan penurunan kemampuan proliferasi sel imun dan Epidemiol. 20 10;20(3 ):2 1 0-6.
ini memperburuk status imun. MtarninA, C, E. D, danE}6, 16. Ramakrishnan K, Shenhagarathai R, Karritha K, Urna A,
serta asarn folat, seng, tembaga, selenium, dan besi ber- Balasubramaniam R. Thirumalaikolundusabramaniam P Serum
zinc and albrunin levels in pulmonary tubercuiosis patients with
peranan dalam berbagai jalur metabolik, fungsi selular, dan
or wit.lrout HIV Jpr J Infect Dis. 2A08;61:202-4.
proses imunitas dalarn upava pertahauan tubuh melawan 17. Herlina M. Nataprarvira H lv1 D. Gama H. Association of serum
infeksi TB. Pernbuktian langsung efek perbaikan nutrisi C-reactive protein and leptin levels r.vith rvasting in childhood
terhadap perjalanan penyakit TB sulit diprediksi dan ber- tuberculosis. Singapore lt{ed .I. 2011:52(6):446-50.
18. Grunfeld C. Felingold KR. \.Ietabolic disturbances turd rvasling in
variasi berdasarkafl hasil penelitian karena sangat ber- ilre acquired immunodeficiency syndrome. N Engl J IvIed. i992;
hubungal dengan faklor organisme, falcor pejamg dan faktor 327:329-37.
linglarngan. 19. Supinski GS. Callahan LA. Free radical-mediated skeletal muscle
dysfunction in irlllammator-v conditions. J Appl Ph1'siol.
DaftarPustaka 2OO7 .102:2056-63.
20. Caslaneda C. Ivluscle rvasting and protein metabolism. J Anim Sci.
1. Tuberculosis Countu1,' Prolile; Indonesia [Intemet]. Geneve: \\-orld 2002r80:E98-105.
Fiealth Organization: 2011 [updated 2011. cired 2011 Ocr 28]. 21- 'I'uberculosis (TB) and Nutrition
[Interuet]. Tygerberg: Nutri-
.{vailable from: http:r'lu.w,w.rrho.intitbr'countr_vldatar'profilesi en1 tion Information Centre University of Stellenbosch: 2011 [up-
iudex.htrnl dated 2010, !.ited 2011 Oor 261. Availahle from: http:r/
2. TB Epidemiology and Surveillance Workshop: Risk Factors for w'iw'. sun. ac.zalnicus,/
TB [Intemet]. Geneve: World Health Organizarion: 2005 [up- 22. Papathakis P, Pirvoz E, editors. Nutrition md Tuberculosis: A
dated 2005, cited 2011 Od 281. Ar.ailahle from: http:1,/apps.$,ho_ Review of the Literature and Considerations fbr TB Collrol
int.rtbr'surveillancevlorkshoplstatus analysisirisk t-actors Progranrs. Chapter 4, \{icronutrients and TB. WashinEon: United
lor _tb.htm States Agencv for International Developrnent: 2008.p. 18-25.
3. Papathakis Q Pitvoz E, editors, l(utrition :rnd Tuberculosis: A 23. Karyadi E, West CE. Sohultink W" Nelwur RHH, Gross R, Amin
Review of the Literature rtnd Consicierations for TB C*ntrol Z. el al. A double-blind, placebo-conrrolled study of vitamin A
Programs. Chapter 2, HIV-TB Co-infection. \.l.rashington: United and zinc supplementation in persons with tuberculosis in Indone-
States Agency for Inlernational Development; 2008. p. 7-9. sia: effects on clinical response and nutritional status. Am J Clin
4. Papathakis P. Pi*-oz E. editors. Nutrition aud Tuberculosis: A Nutr. 2002;75:720-7.
Revierv of the Literature and Considerations for TB Control 24. Talal N. Perry S, Parsonnet J, Darvocd G, Hussain R. \itamin D
Programs. Chapter 3, Malnutrition" Immunity, and TB. Wash- deficienc.v- and tuberculosis progression. Emerging Infectious Dis-
ington: United States Agencv lbr Interlational Developmenl: eases. 201 0;1 6(-s):853-5.
2008. p. i1-7. 25. Friis H. Range N, Pedersen 1\{L, Molg*ard C, Changaiucha J.
5. Kim DK, Kim HJ, Kwon Sl, Yoon HI, Lee C! Kin-r Y\\i, et al. Krarup H, et al. Hypovitaninosis D is common among pulmo-
Nutritional deficit as a negative prognostic factor in patients nary tuberculosis palients in Tanzania but is not explained by the
nith miliary tuberculosis. Eur Respir J. 2008t32:1031-6. acute phase .espollse. J Nutr- 2008:,138:2474-80.
6. Podeu,ils LJ, Holtz T. Riekstina \,, Skripconoka \I, Zaror.ska E, 26. Singla R. Sharlia SK, h.lohan A. lr,{akharia G Sreenir,as Y Jlia B.
Kirvelaite G e1 al. Impact ofmalnutritiol on clinical presenta- et al. Evaluation ofrisk f-actors for antituberculosis treatlnent

J Intlon Med Assoc. \'olum: 62, Nomor: 6, Juni 2012 235


Mal*utri si daa frtberkslssis

,',
induced hepatoloxicity. lndian J Med RFB. 2010;132:91-6. in adults witii puknonary tuberculosis, J Infest Dis,
Dodor E&- Evah&tisa of autritio*al status of trew fuberctlosis 2008; 197(I I ):1499-505.
patients 6t the Effia.Nkvrata Regioral }laspitel. Ghane Med J. 30. f{kasi TA" Kax},adi E, Suratih NIAD, Saleatr [4 Darmanridjeja N,
2A08;42(1):22-8. Bor H, et al. Zilne and vitanin A supplernerddion &ils to reduce
?8. Martins N, Motis P, Kelly PM. Food incentives to improve sput$m cotrv€reion tihe in *everely raaLrouri*hed prrlil.naf,y
completion of tuberculosis treatmsnt ratrdomised cwtrolled trial tubereuloris patie4r ia Is&ae$ia, Nukition Jsurnal. ?010:9:41,
in Dili, Timor-Le$e. BMJ. 2O09;339:M248-57. 1t).
29. Vflanr-ot E Mugrrsi F, Urasss W" Bo$ch pJ, S4a1h0trE, Ma$omoto
Il 6t il. A ttial of tt$ e&ot qf rriegeqlutriqlt srrpplet*eatatior.r
ca tresto€nt outco&e, T -c€11 coqat$, eorbidiq, ffrd rylortatitl.

J I*don Mc{.A.$rsoe, Yoluq; 6i, Norhor: 6, Juni 2012

You might also like