You are on page 1of 14

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN

TINGKAT KESEMBUHANPENDERITATUBERCULOSIS
PARU DI PUSKESMAS UMBULHARJO II
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:

ANI RETNI
090201110

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2010
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN
TINGKAT KESEMBUHAN PENDERITA TUBERCULOSIS PARU
DI PUSKESMAS UMBULHARJO II YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkap Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


pada Program Pendidikan Ners – Program Studi Ilmu Keperawatan
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:

ANI RETNI
090201110

Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal 3 Maret 2011

Pembimbing

Drs. Sugiyanto, M.Kes

i
THE RELATION OF SOCIAL SUPPORT FAMILY AND CURE RATE OF
PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS IN PUBLIC HEALTH
UMBULHARJO II YOGYAKARTA1

Ani Retni2, Sugiyanto3

ABSTRACT
Tuberculosis Diseases (TB) is the one of infectious diseases that spread
across in the world and become a public health problem, its because the highly
rate of morbidity and mortality. Based on preliminary studies on December 27,
2010 at the health center Umbulharjo II Yogyakarta, the number of pulmonary
tuberculosis patients from 2009 through November 2010 was 41 people. Patients
with positive BTA totaled 28 people, patients with positive roentgen 6 persons,
extra-pulmonary patients with 1 person and child pulmonary tuberculosis patients
up to 6 people. The purpose of this study was to determine the relationship of
social support families with a cure rate of pulmonary tuberculosis patients at the
health center Umbulharjo II Yogyakarta. This research started at September 2010
until Januari 2011.
This research is an analytical survey with retrospective approaches (Case
Control). The population of this study were pulmonary TB patients who had
medical treatment at the health center Umbulharjo II and declared to have
recovered. Sampling technique in this research is to use total sampling or sample
saturated. Total sample of this study were 31 people. This research is data analyse
technique that is non-parametric statistical tests with Kendall Tau correlation test.
The results showed family support pulmonary tuberculosis patients, mostly
in the high category at 83.8% of all respondents. Cure rate of pulmonary
tuberculosis patients, mostly in the fast category of 90.3% of all respondents.
There is a relationship of social support families with a cure rate of pulmonary
tuberculosis patients at the health center Umbulharjo II Yogyakarta (significance
value of 0.047).. The conclusion of this study is, better social support more to go
to fast cure rates. It suggest for respodent to raise the autonomous in their
medication. Expected for the family to learn about the lungs tuberculosis to awid
the wrong behaviour and help the succesfull medication of lungs tuberculosis
patient.

Keywords : family social support, level of healing, pulmonary TB

1
The title of the research
2
The student of nursery program of STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta
3
The lecturer of STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta

ii
PENDAHULUAN Sebagian besar kasus baru di tahun 2007
adalah di Asia(55%) dan Afrika (31%).
Gambaran masyarakat Indonesia di Berturut-turut, negara-negara lima
masa depan yang ingin dicapai melalui peringkat pertama dalam hal jumlah total
pembangunan kesehatan adalah kasus TB pada tahun 2007 adalah: India
masyarakat, bangsa dan negara yang (2,0 juta), Cina (1,3 juta), Indonesia (0.53
ditandai oleh penduduknya hidup dalam juta), Nigeria (0.46 juta) dan Afrika
lingkungan dan berperilaku hidup sehat, Selatan (0.46 juta) (WHO, 2009).
memiliki kemampuan untuk menjangkau
Walaupun pengobatan TB yang
pelayanan kesehatan yang bermutu secara
efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini
adil dan merata, serta memiliki derajat
TB masih tetap menjadi problem
kesehatan yang setinggi-tingginya di
kesehatan dunia yang utama. TB dianggap
seluruh wilayah Republik Indonesia.
sebagai masalah kesehatan dunia yang
Gambaran keadaan masyarakat Indonesia
penting karena lebih kurang 1/3 penduduk
di masa depan atau visi yang ingin dicapai
dunia terinfeksi oleh mikobakterium TB.
melalui pembangunan kesehatan tersebut
Presentasi penderita TB Paru yang tidak
dirumuskan sebagai Indonesia sehat 2010
mendapatkan dukungan sosial di
(Syafrudin & Hamidah, 2007).
Hongkong pada penelitian Anderson
Fenomena kompleks yang
seperti di kutip Niven (2002) adalah 31%,
berpengaruh negatif terhadap kesehatan
(Hutapea, 2002).
manusia adalah penyakit. Perilaku dan
cara hidup manusia bisa menjadi Setiap tahun di Indonesia terdapat
penyebab terjadinya bermacam-macam 245.000 penderita baru dengan jumlah
penyakit, baik di zaman primitif maupun TBC menular dengan Basil Tahan Asam
di masyarakat yang sudah sangat maju Positif (BTA +) sejumlah 107.000 kasus,
peradaban dan kebudayaannya. dan kematian yang disebabkan TBC
Penyakit Tuberculosis (TBC) sekitar 46.000 kasus (Depkes RI, 2008).
merupakan salah satu penyakit menular Pada penelitian Hutapea di RSUD dr.
yang tersebar di seluruh dunia dan Saiful Anwar Malang di dapatkan 22,4%
menjadi masalah kesehatan masyarakat, penderita menyatakan anggota keluarga
karena angka morbiditas dan mortalitas menghindari penderita setelah tahu
yang tinggi. Penyakit yang disebabkan menderita TB Paru, terdapat 62,7%
oleh mikobacterium ini merupakan penderita menyatakan anggota keluarga
penyebab utama kecacatan dan kematian tidak memberikan bantuan transport
hampir disebagian besar negara diseluruh kepada penderita atau mengantar
dunia. Penyakit tuberculosis ini sudah penderita kontrol ke sarana pelayanan
sangat lama dikenal pada manusia, kesehatan, terdapat 50,7% penderita
umumnya menyerang masyarakat yang menyatakan tidak adanya perhatian atas
tinggal didaerah urban, lingkungan yang kemajuan pengobatan penderita dari
padat, hygiene buruk, sosial ekonomi anggota keluarga, (Hutapea, 2002).
rendah (Sudoyo dkk, 2006). Angka kesembuhan pengobatan
penyakit TBC di Provinsi Daerah
Penyakit TBC dapat menyerang
Istimewa Yogyakarta tercatat 79,3 % atau
siapa saja (tua, muda, laki-laki,
masih berada di bawah target nasional
perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana
sebesar 85 %. Angka penemuan TBC di
saja. Menurut laporan Penanggulangan
DIY juga masih berada di bawah target
TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO
nasional, yakni sebesar 51,5 %, sementara
pada tahun 2009, angka insidensi TBC
target nasional sebesar 70 %. Karenanya
pada tahun 2007 mencapai 9,27 juta kasus
berbagai upaya untuk memberantas
(139 kasus per 100.000 penduduk).
penyakit TBC perlu ditingkatkan. Salah

1
satu upaya pemerintah kota Yogyakarta dan orang tua) sangatlah penting sebab
dalam memberantas penyakit TBC dengan keluarga merupakan unit terdekat dengan
strategi DOTS dan memberikan reward penderita, sehingga dukungan sosial dari
sebesar 500 ribu rupiah bagi warga kota keluarga merupakan salah satu faktor
Yogyakarta penderita tuberculosis paru penentu keberhasilan dalam pengobatan
yang berobat hingga sembuh, dan kepada tuberculosis paru.
kader TB / pengawas menelan obat Berdasarkan studi pendahuluan yang
(PMO) yang mendampingi penderita TB dilakukan pada tanggal 27 Desember 2010
sampai sembuh, (Anonim, 2010). di puskesmas Umbulharjo II Yogyakarta,
Data yang di peroleh dari petugas di dapatkan data kebanyakan penderita TB
Dinas Kesehatan kota Yogyakarta pada paru yang datang berobat adalah mereka
tanggal 30 September 2010 di dapatkan yang tinggal di kost. Jumlah penderita TB
jumlah penderita TB paru yang berobat di paru dari tahun 2009 sampai November
Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) se – 2010 adalah 41 orang. Penderita dengan
kota Yogyakarta tahun 2009 adalah 473 BTA positif berjumlah 28 orang, penderita
orang. dengan rontgen positif 6 orang, penderita
Ada semacam hubungan yang kuat dengan ekstra paru 1 orang dan penderita
antara keluarga dan status kesehatan TB paru anak berjumlah 6 orang.
anggotanya, bahwa peran dari keluarga Penderita TB paru yang sudah sembuh di
sangat penting bagi setiap aspek Puskesmas Umbulharjo II Yogyakarta
perawatan kesehatan anggota keluarga berjumlah 37 orang, dan penderita yang
secara individu, mulai dari strategi- belum sembuh berjumlah 4 orang.
strategi hingga fase rehabilitasi.Di
masyarakat terdapat persepsi mengenai METODE PENELITIAN
penyakit TB paru yaitu TB di anggap
sebagai suatu penyakit yang tidak dapat Penelitian ini menggunakan metode
disembuhkan dan memalukan. Anggapan penelitian survey analitik yaitu survey atau
ini disebabkan oleh beberapa faktor antara penelitian yang mencoba menggali
lain ketidaktahuan penyebab TB dan cara bagaimana dan mengapa fenomena
penyembuhannya, rasa takut yang kesehatan itu terjadi. Kemudian dilakukan
berlebihan terhadap TB yang analisis dinamika korelasi antara
menyebabkan timbulnya reaksi penolakan, fenomena, baik antara faktor resiko
stigma sosial yang mengakibatkan maupun faktor efek (Arikunto, 2006).
penderita merasa takut tidak diterima oleh
keluarga, teman, dan masyarakat Pendekatan waktu yang digunakan
Penderita penyakit kronis seperti dalam penelitian ini adalah pendekatan
tuberculosis paru sangat perlu retrospective(Case Control) yaitu suatu
mendapatkan dukungan sosial, karena penelitian yang mengidentifikasi efek
dengan memperoleh dukungan sosial dari penyakit atau status kesehatan pada saat
orang-orang yang berada disekitar ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi
penderita, secara tidak langsung adanya atau terjadinya pada waktu yang
memberikan dukungan psikologis yang lalu. (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian
pada akhirnya akan meningkatkan daya ini yang menjadi variabel bebas adalah
tahan tubuh sehingga meningkatkan status dukungan sosial keluarga, variabel terikat
kesehatan. Kesembuhan penderita adalah tingkat kesembuhan penderita TB
Tuberculosis paru biasanya mengalami paru, dan yang menjadi variabel
hambatan atau kegagalan oleh karena pengganggu adalah pengetahuan,
kurangnya dukungan sosial dari keluarga. kebiasaan, dan sikap.
Oleh sebab itu peran serta dan Populasi dalam penelitian ini adalah
dukungan dari keluarga (suami, istri, anak penderita TB paru yang telah menjalani

2
pengobatan di Puskesmas Umbulharjo II Berdasarkan tabel 4, diketahui
dan dinyatakan telah sembuh. Berdasarkan frekuensi terbanyak adalah responden
studi pendahuluan didapatkan jumlah dengan rentang umur 21 – 30 tahun
penderita TB paru yang telah sembuh sebanyak 18 orang (58,1%). Reponden
sebanyak 37 orang.Teknik sampling dalam dengan frekuensi paling sedikit yaitu yang
penelitian ini adalah dengan menggunakan berumur < 20 tahun sebanyak 3 orang
total sampling atau sampel jenuh, yaitu (9,7%).
teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai Tabel 5. Hasil Analisis Deskriptif
sampel (Sugiyono, 2005). Dengan Karakteristik Responden Berdasakan
demikian jumlah sampel dalam penelitian Pekerjaan
ini adalah 37 orang.Hasil analisis
Pekerjaan Frekuensi Persentase
deskriptif karakteristik responden adalah
sebagai berikut: Karyawan 6 19,4%
Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif TNI/Polri 1 3,2%
Karakteristik Responden Berdasarkan Petani 1 3,2%
Jenis Kelamin
Buruh 8 25,8%
Jenis Frekuensi Persentase Lain-lain 15 48,4%
kelamin
Jumlah 31 100,0%
Laki-laki 18 58,1%
Sumber: Data primer tahun 2011
Perempuan 13 41,9%
Jumlah 31 100,0% Berdasarkan tabel 5, diketahui
sebagian besar responden adalah yang
Sumber: Data primer tahun 2011 pekerjaannya lain-lain (mahasiswa, ibu
rumah tangga) sebanyak 15 orang
Berdasarkan tabel 3, responden yang (48,4%).Responden paling sedikit yang
telah sembuh sebagian besar berjenis pekerjaannya TNI/Polri dan petani masing-
kelamin laki-laki sebanyak 18 orang masing sebanyak 1 orang (3,2%).
(58,1%). Dan responden yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 13 orang
Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif
(41,9%).
Karakteristik Responden Berdasarkan
Tabel 4. Hasil Analisis Deskriptif Pendidikan
Karakteristik Berdasarkan Umur
Pendidikan Frekuens Persentas
Responden
i e
Umur Frekuensi Persentase
SD 3 9,7%
< 20 tahun 3 9,7% SLTP 3 9,7%
21 – 30 tahun 18 58,1% SLTA/Sederajat 8 25,8%
31 – 40 tahun 6 19,4% PerguruanTingg 17 54,8%
41 – 50 tahun 4 12,9% i

Jumlah 31 100,0% Jumlah 31 100,0%

Sumber: Data primer tahun 2011 Sumber: Data primer tahun 2011
Karakteristik responden berdasarkan
tingkat pendidikan menunjukkan sebagian

3
besar responden berpendidikan Perguruan sebanyak 28 orang (90,3%). Sebagian
Tinggi sebanyak 17 orang (54,8%) dan kecil responden mempunyai tingkat
frekuensi paling sedikit adalah responden kesembuhan dalam kategori standar yaitu
yang berpendidikan SD dan SLTP masing- sebanyak 3 orang (9,7%) dan tidak ada
masing sebanyak 3 orang (9,7%). responden yang mempunyai tingkat
kesembuhan dalam kategori lama.
a. Dukungan Sosial Keluarga
Hubungan Dukungan Sosial Keluarga
Data dukungan sosial keluarga Dengan Tingkat Kesembuhan Penderita
dikategorikan dalam skala ordinal dalam 3 TB Paru di Puskesmas Umbulharjo II
kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Yogyakarta
Tabulasi data dukungan sosial keluarga
disajikan pada tabel berikut: Tabel 9. Tabulasi Silang Dukungan
Sosial Keluarga Dengan Tingkat
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Dukungan Kesembuhan Penderita TB Paru di
Sosial Keluarga Puskesmas Umbulharjo II Yogyakarta

Dukungan Frekuensi Persentase Tingkat kesembuhan


sosial Duk Standar Lama
Cepat Total
sosial
Tinggi 26 83,8 % f % f % f % F %
keluarga
Sedang 2 6,5 % Tinggi 25 80,6 1 3,2 0 0,0 26 83,8
Rendah 3 9,7 % Sedang 2 6,5 0 0,0 0 0,0 2 6.5
Jumlah 31 100,0% Rendah 1 3,2 2 6,5 0 0,0 3 9,7
Sumber: Data primer tahun 2011 Total 28 90,3 3 9,7 0 0,0 31 100,0
Sumber: Data primer 2011
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa
sebagian responden memperoleh dukungan Berdasarkan tabel di atas dapat
sosial keluarga dalam kategori tinggi yaitu diketahui bahwa frekuensi paling banyak
sebanyak 26 orang (83,8%), frekuensi adalah responden yang memperoleh
paling sedikit adalah responden yang dukungan sosial keluarga dalam kategori
memperoleh dukungan sosial dalam tinggi dan mempunyai tingkat kesembuhan
kategori sedang sebanyak 2 orang (6,5%). dalam kategori cepat sebanyak 25 orang
(80,6%). Responden yang memperoleh
b. Tingkat Kesembuhan TB Paru dukungan sosial keluarga dalam kategori
sedang mempunyai tingkat kesembuhan
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tingkat dalam kategori cepat sebanyak 2 orang
Kesembuhan TB Paru (6,5%). Sedangkan responden yang
memperoleh dukungan sosial dalam
Tingkat Frekuensi Persentase kategori rendah sebagian besar mempunyai
kesembuhan tingkat kesembuhan dalam kategori
Cepat 28 90,3 % standar sebanyak 2 orang (6,5%).
Standar 3 9,7 %
Pembuktian secara statistik untuk
Lama 0 0,0% mengetahui dukungan sosial keluarga
Jumlah 31 100,0% dengan tingkat kesembuhan penderita TB
Sumber: Data primer tahun 2011 paru di Puskesmas Umbulharjo II
Yogyakarta, dilakukan analisis uji korelasi
Tabel 5 di atas diketahui, sebagian dengan menggunakan statistik non
besar responden mempunyai tingkat parametrik yaitu analisis korelasi Kendall
kesembuhan dalam kategori cepat yaitu Tau.Hasil uji Kendall Tau diperoleh

4
koefisien korelasi sebesar 0,328 dengan p- Hal ini sejalan dengan penelitian
value sebesar 0,047. Oleh karena nilai p- yang dilakukan oleh Setyasih (2008), yang
value sebesar 0,047 lebih kecil dari 0,05 meneliti hubungan dukungan sosial
(p<0,05), maka hipotesis penelitian ini dengan kualitas hidup pada penderita TB
diterima, artinya ada hubungan yang paru di BP4 unit Minggiran Yogyakarta.
signifikan dukungan sosial keluarga Dengan hasil ada hubungan signifikan
dengan tingkat kesembuhan penderita TB antara dukungan sosial dengan kualitas
paru di Puskesmas Umbulharjo II hidup pada penderita TB paru. Penelitian
Yogyakarta. tersebut menunjukkan bahwa dukungan
sosial yang diberikan keluarga tidak hanya
PEMBAHASAN menjadi faktor kunci dalam penyembuhan
penderita tetapi juga menjadikan kualitas
1. Dukungan Sosial Keluarga hidup penderita lebih baik.
Hasil analisis menunjukkan Keluarga merupakan lingkungan
dukungan sosial keluarga yang diberikan sosial terdekat penderita TB paru.
kepada responden penderita TB paru di Keluarga adalah unit/satuan masyarakat
Puskesmas Umbulharjo II Yogyakarta yang terkecil yang sekaligus merupakan
dalam kategori tinggi sebesar 83,8%. Hal suatu kelompok kecil dalam masyarakat
ini dapat diartikan bahwa sebagian besar (Suprajitno, 2004). Dukungan keluarga
keluarga penderita telah memberikan diartikan sebagai sebuah sistem pendukung
dukungan sosial secara maksimal kepada bagi anggotanya dengan selalu siap
penderita TB paru. Hal ini dikarenakan memberikan pertolongan dan bantuan jika
keluarga tidak mengucilkan penderita dari diperlukan. Dukungan keluarga dapat
pergaulan, selalu mengikutsertakan diperoleh dari orang tua, suami, isteri,
penderita dalam kegiatan masyarakat, anak atau keluarga terdekat lainnya.
mendengarkan semua keluhan penderita
tentang penyakitnya, mengantarkan Hasil analisis menunjukkan bahwa
penderita kontrol atau berobat ke dukungan yang diberikan oleh keluarga
puskesmas, menyiapkan makanan yang pada penderita TB paru dalam kategori
bergizi, tanggap akan keluhan penderita tinggi. Hal ini dapat diartikan sebagai
untuk memeriksakan diri ke pelayanan bentuk sikap, tindakan maupun
kesehatan sehingga dukungan sosial yang penerimaan keluarga terhadap penderita
diberikan keluarga sangat membantu TB paru telah dilakukan dengan baik.
penderita dalam menjalani perawatan yang Dukungan yang utama diberikan kepada
dapat menunjang kesembuhan. penderita TB paru yaitu pendampingan
pada masa pengobatan. Sesuai dengan
Dukungan sosial merupakan yang dikemukakan oleh Videbeck (2008)
ketersediaan sumber daya yang yang menyebutkan keluarga sebagai
memberikan kenyamanan fisik dan sumber dukungan sosial dapat menjadi
psikologis yang didapat lewat pengetahuan faktor kunci dalam penyembuhan
bahwa individu tersebut dicintai, penderita Tuberculosis paru.
diperhatikan, dihargai oleh orang lain.
Dukungan dirasakan oleh penerima 2. Tingkat Kesembuhan Penderita TB
sebagai bentuk dorongan, semangat dan Paru
pengorbanan dalam menghadapi Pengobatan TB paru dilakukan
permasalahan yang ditanggung. Dukungan secara intensif. Tingkat kesembuhan yang
sosial yang memberikan dampak terbesar dialami oleh setiap penderita berbeda-
adalah dukungan yang diberikan oleh beda. Hasil analisis data menunjukkan
keluarga (Efendi & Makhfudli, 2009). tingkat kesembuhan penderita TB paru di
Puskesmas Umbulharjo II Yogyakarta

5
dalam kategori cepat sebesar 90,3%. Hal pada penderita TB paru selain bertujuan
ini dikarenakan adanya dukungan sosial untuk mengobati, juga untuk mencegah
yang baik dari keluarga, daya juang atau kematian, kekambuhan, resistensi terhadap
motivasi positif dari dalam diri penderita OAT, serta memutuskan mata rantai
untuk sembuh, pengobatan yang kontinyu, penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi
adanya pengawas minum obat baik dari menjadi dua fase yaitu fase intensif (2
pihak keluarga maupun petugas kesehatan bulan) dan fase lanjutan (4 bulan).
dalam hal ini pemegang program TB paru Panduan obat yang di gunakan terdiri atas
atau perawat homecare puskesmas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat
Umbulharjo II, fasilitas kesehatan yang utama yang digunakan sesuai dengan
mendukung, dan tindakan perawatan atas rekomendasi WHO adalah Rifampisin,
penyakit TB paru yang dilakukan Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan
didasarkan atas kesepakatan bersama Etambutol.
antara penderita dan keluarga.
Adapun penelitian sebelumnya yang
Pengobatan TB paru harus dilakukan mendukung penelitian ini yaitu penelitian
secara terus-menerus tanpa terputus, yang dilakukan oleh Nurhidayah (2008),
walaupun pasien telah merasa lebih yang meneliti hubungan peran keluarga
baik/sehat. Pengobatan yang terhenti dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi
ditengah jalan dapat menyebabkan bakteri OAT (Obat Anti Tuberculosis) pada
menjadi resisten. Jika hal ini terjadi, maka penderita TB paru di BP4 unit Minggiran
TBC akan lebih sukar untuk disembuhkan Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan
dan perlu waktu yang lebih lama untuk ada hubungan peran keluarga dengan
ditangani. Untuk membantu memastikan kepatuhan dalam mengkonsumsi OAT
penderita TBC meminum obat secara pada penderita TB paru. Penelitian lain
teratur dan benar, keterlibatan anggota yang sejalan dilakukan oleh Yuniarti
keluarga atau petugas kesehatan (2008), yang meneliti hubungan tingkat
diperlukan yaitu mengawasi dan jika perlu pengetahuan dengan kepatuhan minum
menyiapkan obat yang hendak dikonsumsi. obat pada penderita TB paru dewasa di
Oleh karena itu, perlunya dukungan BP4 Klaten. Hasil penelitian menunjukkan
terutama dari keluarga penderita untuk ada hubungan yang signifikan antara
menuntaskan pengobatan agar benar-benar pengetahuan penderita tentang TB paru
tercapai kesembuhan. dengan kepatuhan dalam minum obat
OAT. Dari penelitian tersebut
Hasil penelitian yang menunjukkan menunjukkan bahwa keterlibatan keluarga
tingkat kesembuhan penderita dalam dalam mengawasi penderita selama proses
kategori cepat menunjukkan bahwa pengobatan memberikan efek positif
penderita TB paru mempunyai komitmen terhadap kesembuhan.
yang tinggi untuk melakukan pengobatan
dengan disiplin. Komitmen penderita Kesembuhan penderita TB paru
dalam melakukan pengobatan akan ditunjukkan dengan keadaan dimana
merupakan faktor penting dalam penderita tidak lagi mengalami demam,
keberhasilan kesembuhan diluar berbagai malaise, batuk/batuk darah, sesak napas,
faktor lain yang mempengaruhi tingkat nyeri dada, berat badan meningkat,
kesembuhan. Sesuai dengan Gunarsa pemeriksaan dahak pada akhir pengobatan
(2008) menyebutkan daya juang (fighting menunjukkan hasil negatif. Depkes RI
spirit), motivasi yang positif (2001) menyebutkan penderita
mempengaruhi tingkat kesembuhan. Tuberculosis paru dinyatakan sembuh
apabila hasil pemeriksaan ulang dahak
Muttaqin (2008, dalam Depkes RI, pada satu bulan sebelum akhir pengobatan
2004) mengemukakan bahwa pengobatan dan pada akhir pengobatan tidak

6
ditemukan adanya kuman mycobacterium Dari beberapa penelitian yang
Tuberculosis, dan dinyatakan sembuh oleh mendukung ini membuktikan bahwa
petugas kesehatan. dukungan sosial keluarga sangat penting
karena merupakan bentuk dorongan
3. Hubungan Dukungan Sosial kepada penderita untuk dapat menjalani
Keluarga Dengan Tingkat pengobatan dengan baik. Dukungan sosial
Kesembuhan Penderita TB Paru di dapat memberikan kenyamanan fisik dan
Puskesmas Umbulharjo II psikologis kepada individu dapat dilihat
Yogyakarta. dari bagaimana dukungan sosial
mempengaruhi kejadian dan efek dari
Hasil penelitian menunjukkan ada stress. Secara teoritis dukungan sosial
hubungan yang signifikan dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan
keluarga dengan tingkat kesembuhan TB munculnya kejadian yang dapat
paru di Puskesmas Umbulharjo II mengakibatkan stress,hal ini akan
Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan mempengaruhi penderita untuk dapat
nilai p-value sebesar 0,047. Hasil mejalani pengobatannya dengan baik
penelitian didukung dengan hasil tabulasi (Anonim, 2010).
silang menunjukkan sebagian besar
responden memperoleh dukungan sosial Pengobatan yang dijalani oleh
dalam kategori tinggi dengan tingkat penderita TB paru harus dilakukan secara
kesembuhan dalam kategori cepat sebesar teratur sehingga membutuhkan komitmen
80,6%. Hal ini dikarenakan penderita yang tinggi dari penderita dan dukungan
merasa dihargai, dicintai, dibutuhkan, lingkungan sosial terdekat dari penderita
dikuatkan, dan diperhatikan oleh keluarga yaitu keluarga. Sesuai dengan Nursalam &
sehingga menjadi sumber kekuatan dan Kurniawati (2007) yang menyebutkan
dukungan bagi penderita untuk sembuh dukungan sosial berpengaruh terhadap
apalagi ditunjang dengan pengobatan yang kesehatan berkaitan dengan kemampuan
baik dan teratur sehingga sebagian besar keluarga dalam mengajak individu untuk
responden sembuh dengan cepat karena mengubah perilaku yang jelek dan meniru
mendapatkan dukungan sosial yang baik perilaku yang baik, meningkatkan harga
dari keluarga. diri dan menjembatani suatu interaksi yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan bermakna.
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Ratnasari (2004), yang meneliti hubungan Hasil penelitian ini telah
dukungan sosial dengan kualitas hidup membuktikan hipotesis yang diajukan
pada penderita TB paru di balai dalam penelitian dan mendukung hasil
pengobatan penyakit paru-paru (BP4) penelitian yang dilakukan sebelumnya,
Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan yaitu dengan kesimpulan ada hubungan
ada hubungan yang sangat bermakna yang signifikan dukungan sosial keluarga
antara dukungan sosial dengan kualitas dengan tingkat kesembuhan TB paru. Hasil
hidup pada penderita TB paru. Penelitian ini juga sesuai dengan teori yang
lain yang juga mendukung dilakukan oleh menyatakan dukungan sosial akan semakin
Litaay (2005), yang meneliti hubungan dibutuhkan pada saat seseorang sedang
dukungan sosial keluarga dengan menghadapi masalah atau sakit, disinilah
kesembuhan penderita TB paru di balai peran anggota keluarga diperlukan untuk
pengobatan paru-paru (BP4) Yogyakarta. menjalani masa-masa sulit dengan cepat.
Hasil penelitian menunjukkan ada Peran keluarga sangat penting dalam
hubungan antara dukungan sosial keluarga tahap-tahap perawatan kesehatan, mulai
dengan kesembuhan penderita TB paru. dari tahap peningkatan kesehatan,
pencegahan, pengobatan, sampai dengan
rehabilitasi (Efendi & Makhfudli, 2009).

7
Adanya kesamaan hasil penelitian yang anggota keluarganya yang menderita
telah dilakukan sebelumnya serta adanya TB paru diantaranya dengan
teori-teori yang mendukung, maka dapat Melakukan penyuluhan, sosialisasi,
disimpulkan bahwa dukungan sosial menyediaan informasi dan
keluarga merupakan faktor penting yang pengetahuan kesehatan tentang TB
dapat mempengaruhi tingkat kesembuhan paru.
penderita TB paru.
3. Bagi Institusi Pendidikan STIKES
KESIMPULAN DAN SARAN ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Hasil penelitian ini dapat digunakan
A. Kesimpulan untuk menambah wacana serta
informasi bagi pembaca tentang TB
1. Dukungan sosial keluarga penderita paru.
TB paru di Puskesmas Umbulharjo II
Yogyakarta, sebagian besar dalam 4. Bagi Keluarga.
kategori tinggi sebesar 83,8% dari Bagi keluarga dekat atau yang tinggal
seluruh responden. serumah dengan penderita TB paru,
2. Tingkat kesembuhan penderita TB diharapkan keluarga senantiasa
paru di Puskesmas Umbulharjo II terbuka dan menambah pengetahuan
Yogyakarta, sebagian besar dalam penyakit TB paru sehingga tidak
kategori cepat sebesar 90,3% dari menimbulkan sikap yang salah karena
seluruh responden. persepsi yang tidak benar, untuk
3. Ada hubungan dukungan sosial menunjang keberhasilan pengobatan
keluarga dengan tingkat kesembuhan pasien TB secara secara maksimal.
penderita TB paru di Puskesmas
Umbulharjo II Yogyakarta. 5. Bagi Responden.
Ditunjukkan dengan nilai r Responden atau penderita TB paru
hitung0,328 dan nilai p value 0,047 diharapkan meningkatkan
(p<0,05). kemandirian dalam pengobatan tidak
selalu bergantung pada perhatian dan
B. Saran pujian yang diberikan keluarga, dan
dapat memanfaatkan sarana yang ada
1. Bagi Ilmu Pengetahuan. untuk mendukung pengobatan.
Menambah informasi dan wawasan
mengenai hubungan dukungan sosial 6. Bagi Peneliti Selanjutnya.
keluarga dengan tingkat kesembuhan Mengembangkan penelitian dengan
penderita TB paru untuk melakukan penelitian pada variabel
mengembangkan metode konseling lain yang mempengaruhi tingkat
kesehatan yang berkaitan dengan kesembuhan TB paru sehingga dapat
tuberculosis paru. melengkapi dan menyempurnakan
2. Bagi Puskesmas Umbulharjo II penelitian ini, dan melakukan
Yogyakarta. mengendalian terhadap variabel
Diharapkan dapat meningkatkan penganggu dengan lebih baik.
kinerja dan mutu pelayanan TB paru,
dengan memberikan pendidikan
kesehatan tentang pentingnya
dukungan sosial keluarga dalam
pengobatan TB paru sehingga akan
meningkatkan kesadaran keluarga
untuk memberikan dukungan kepada

8
DAFTAR PUSTAKA Danusantoso, H. (2000). Buku Saku Ilmu
Penyakit Paru. Hipokrates, Jakarta.
Ali, Z. (2009). Pengantar Keperawatan
Keluarga. EGC, Jakarta. Depkes RI, (2001). Panduan Pengawas
Menelan Obat TBC. Balai Pustaka,
Amira. (2005). Pemberantasan Penyakit Jakarta.
Paru dan Strategi
Dots,www.library.usu.ac.id, di akses --------------, (2006). Pedoman
tanggal 27 Desember 2010. Penyelenggaraan Upaya Keperawatan
Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas.
Anonim, (2010). Dukungan Balai pustaka, Jakarta.
Sosial,www.creasoft.wordpress.com,
diakses tanggal 27 Desember 2010. --------------, (2008). Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberculosis. Balai
Anonim, (2010). Riward Bagi Pustaka, Jakarta.
Penderita TB Paru,
www.jogjakota.go.id, diakses tanggal Efendi, Makhfudli. (2009). Keperawatan
18 Oktober 2010. Kesehatan Komunitas. Salemba Medika,
Jakarta.
Anonim, (2010). TB Global,
www.who.tb/publications/global, diakses Gunarsa, S. (2008). Psikologi Perawatan.
tanggal 28 Desember 2010. BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian


Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Keperawatan dan Tehnik Analisis Data.
Cipta.Jakarta Salemba Medika, Jakarta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Hutapea, (2002).Faktor-Faktor Yang


Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Mempengaruhi Kesembuhan Penderita TB
Cipta.Jakarta. Paru Di RSUD dr Saiful Anwar Malang.
www.jurnalrespirologi.org/jurnal,diakses
Asih, Effendy, (2004). Keperawatan tanggal 18 Oktober 2010.
Medikal Bedah, “Klien Dengan Gangguan
Pernapasan”. EGC, Jakarta. Laban, Y. (2008). TBC. Kanisius,
Yogyakarta.
Azwar, S. (2005). Penyusunan Skala
Psikologi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta Litaay, (2005). Hubungan Dukungan
Sosial Keluarga Dengan Kesembuhan
------------(2005). Reliabilitas dan Penderita Tuberculosis Paru Di Balai
Validitas. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Pengobatan Penyakit Paru-Paru
Yogyakarta, Skripsi, PSIK – FK UGM,
Yogyakarta; Tidak Dipublikasikan.
------------ (2008). Penyusunan Skala
Psikologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Marliyah, L. (2004). Jurnal Provitae.
Fakultas Psikologi Universitas
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Tarumanegara Jakarta.
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Volume 1. EGC, Jakarta. Murtiwi, (2006). Jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 10. Fakultas Ilmu
Chandra, B. (2009). Ilmu Kedokteran Keperawatan Indonesia, Jakarta.
Pencegahan & Komunitas. EGC, Jakarta.

9
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Sugiyono. (2005). Statistika untuk
Klien Dengan Gangguan Pernapasan. Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Salemba Medika, Jakarta.
Sugiyono. (2007). Statistika untuk
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta. Suprajitno, (2004). Asuhan Keperawatan
Keluarga “Aplikasi Dalam Praktik”.
Notoatmodjo, S. (2006). Metodologi EGC, Jakarta.
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta. Videbeck, S. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. EGC, Jakarta.
Nurhidayah, I. (2008). Hubungan Peran
Keluarga Dengan Kepatuhan Dalam Widiastuti, R. (2010). Peran Keluarga
Mengkonsumsi Obat Anti Tuberculosis Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang
(OAT) Pada Penderita TB Paru Di BP4 Menderita TB Paru Di Wilayah Kerja
Unit Minggiran Yoyakarta, Skripsi, PSIK Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta,
STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta; Tidak Skripsi, PSIK STIKES ‘Aisyiyah
Dipublikasikan. Yogyakarta; Tidak Dipublikasikan.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Widyanti, (2008). Dukungan Sosial dan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Kelurga,www.lontar.ui.ac.id,diakses
Salemba Medika, Jakarta. tanggal 23 November 2010.

Nursalam, Kurniawati. (2007). Asuhan Yuniarti, E. (2008). Hubungan Tingkat


Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi Pengetahuan Dengan Kepatuhan Minum
HIV/AIDS. Salemba Medika, Jakarta. Obat Pada Penderita Tuberculosis Paru
Dewasa Di BP4 Klaten, Skripsi, PSIK
Ratnasari, (2004). Hubungan Dukungan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta; Tidak
Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada Dipublikasikan.
Penderita TB Paru Di BP4 Yogyakarta,
Skripsi, PSIK UGM Yogyakarta; Tidak
Dipublikasikan.

Setyasih, H. (2008). Hubungan Dukungan


Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada
Penderita TB Paru Di Balai Pengobatan
Penyakit Paru-Paru Unit Minggiran
Yogyakarta, Skripsi, PSIK STIKES
‘Aisyiyah Yogyakarta; Tidak
Dipublikasikan,

Somantri, I. (2007). Asuhan Keperawatan


Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Salemba Medika, Jakarta.

Sudoyo, Setiyohadi, dkk. (2006). Buku


Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Edisi IV, Jilid
II.Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.

10
11

You might also like