You are on page 1of 14

TUGAS EPIDEMIOLOGI PROFESI BIDAN

1. Carilah salah satu jurnal tentang epidemiologi !


Jawab :

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


Vol. 07/No. 1/2014 155 - 160
PREVALENSI KUSTA PAUSIBASILER DAN MULTIBASILER BERDASARKAN
KARAKTERISTIK KEPADATAN HUNIAN, RIWAYAT KONTAK, SOSIAL
EKONOMI DI KABUPATEN BELU PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Alexander Fahik1, Imam Wahjoedi 2, FX. Supardi3


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES WH
2
Dosen Politeknik Kesehatan Yogyakarta 3
Dosen Program Studi Kesehatan Lingkungan STIKES WH

ABSTRACT
Background: Leprosy, a tropical diseases are still a health problem in the world.
Distribution of leprosy at 2007 were 61 cases, in 2008, 33 cases, 2009 were 30
cases, 30 cases in 2010, 25 cases at 2011 and 2012 as many as 25 cases and
increased to 37 cases. The increasing cases of leprosy were allegedly caused by
things associated with the incidence of leprosy in the district of Belu residential
density, contact history and social-economy.
Objective: To know the prevalence of pausibasilery and multibacillary leprosy
building on the characteristic of residential density, contact history, social economy
in Belu regency, Nusa Tenggara Timur Province.
Methods: This research is a observational descriptive study with cross sectional
design. The sampling technique used is Totality Sampling by univariate analysis.
Results: Respondents leprosy Pausibasiler type as many as 23 (62.2%) and
multibacillary type were 14 (37.8%). Respondents with residential density> 8m2 as
many as 16 (43.2%) people, and respondents with residential density <8m2 were 21
(56.8%) people. 25 (67.6%) of respondents had a history of contact with leprosy
patients and 12 (32.4%) of respondents did not have a history of contact with
leprosy patients. 13 (35.1%) of respondents had incomes > Rp. 925.000, while
respondents with income <Rp. 925 000 were 24 people (64.9%).
Conclusions: Respondents with residential density <8m2 were 21 (56.8%). Respondents
who had a history of contact with leprosy patients were 25
(67.6%), and respondents with incomes lepers <Rp.925.000 were 24 (64.9%).

Keywords: Density Residential, Contact History, Social economy, and


Leprosy.

1
PENDAHULUAN termasuk urutan ke-3 di bawah India dan
Penyakit kusta merupakan salah satu
Brazil. Pada awal tahun 1997 di
penyakit tropis yang masih menjadi
perkirakan jumlah penderita kusta di
masalah kesehatan di dunia, khususnya
dunia sebanyak 1.150.000 orang dan
negara-negara yang berkembang. Selain
sekitar 888.340 penderita yang tercatat
menimbulkan dampak psikologis juga
memperoleh pengobatan (WHO, 1997).
menimbulkan dampak sosial ekonomis.
Sebagaimana yang dilaporkan oleh WHO
Penyakit kusta bukan merupakan penyakit
tentang situasi kusta, pada awal tahun
keturunan melainkan penyakit kronik
2007, secara epidemiologi distribusi
yang disebabkan oleh kuman
penyakit kusta dengan angka Prevalensi
Mycobacterium leprae yang intraseluler
Rate 10.000 populasi, yaitu Asia
obligat. Saraf perifer sebagai afinitas
Tenggara (0,70), Afrika (0,55), Amerika
pertama, lalu kulit dan mukosa traktus
(0,76), Mediterania Timur (0,09), dan
respiratorius bagian atas, kemudian dapat
Pasifik Barat (0,06) (Depkes RI, 2007).
ke organ lain kecuali susunan saraf pusat,
Di Indonesia pada tahun 1997 tercatat
Mycobacterium leprae hanya dapat
33.739 penderita dengan prevalensi 1,7
ditemukan di kulit, folikel rambut,
per 10.000 penduduk (Depkes RI, 2005).
kelenjar keringat, dan air susu, jarang
Secara nasional, Indonesia telah mencapai
terdapat pada urine. Sputum dapat
eliminasi kusta sejak tahun juni 2000,
mengandung Mycobacterium leprae yang
dengan kriteria angka prevalensi kusta di
berasal dari teratus respiratorius atas,
Indonesia lebih kecil dari 1 per 10.000
penyakit kusta dapat menyerang semua
penduduk, namun untuk tingkat provinsi
umur, anak-anak maupun orang dewasa
dan kabupaten sampai akhir tahun 2002
(Djuanda, dkk. 2011). Penyakit kusta
masih ada 13 Provinsi dan 111 Kabupaten
masih merupakan masalah kesehatan di
yang angka prevalensinya di atas 1 per
55 negara di dunia dan Indonesia

2
10.000 penduduk, Provinsi tersebut sosial ekonomi, diduga meningkatkan

adalah Nanggroe Aceh Darussalam, DKI prevalensi kejadian kusta (Depkes, 2006).

Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Berdasarkan uraian latar belakang

Sulawesi Utara, Sulawesi menunjukkan Kabupaten Belu

Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi mempunyai angka prevalensi kusta cukup

Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Maluku, tinggi, sehingga penyakit ini masih

Papua, Maluku Utara dan menjadi masalah kesehatan bagi

Gorontalo (Depkes RI, 2008). masyarakat di Kabupaten Belu dengan

Kabupaten Belu merupakan salah melihat adanya angka prevalensi kusta

satu daerah dengan angka prevalensi kusta yang masih tinggi belum mencapai target

sangat tinggi Selama tahun 6 tahun yaitu yang ditetapkan oleh WHO yaitu kurang

dari tahun 2007-2012 sebanyak 221 dari 1 per 10.000 penduduk, maka peneliti

penderita yang terdiri dari tertarik melakukan penelitian untuk

111 orang penderita kusta tipe mengetahui prevalensi kusta Pausibasiler

pausibasiler dan 110 orang penderita dan Multibasiler berdasarkan krakteristik

multibasiler, kemudian pada tahun 2012 kepadatan hunian, riwayat kontak, sosial

meningkat menjadi 37 kasus kusta ekonomi di Kabupaten Belu.

(Dinkes Kabupaten Belu. 2012).


METODE PENELITIAN
Meskipun faktor-faktor yang mendukung Jenis penelitian ini kuantitatif

peningkatan kusta tersebut tidak diketahui deskriptif observasional menggunakan

secara pasti namun ada beberapa faktor rancangan penelitian cross sectional yaitu

penting yang berhubungan dengan meneliti mengukur variabel bebas dan

peningkatan prevalensi kusta seperti variabel terikat pada saat yang

kepadatan hunian, riwayat kontak, dan bersamaan. Sampel dalam penelitian ini

sebanyak 37 sampel.

3
Alexander Fahik, Imam Wahjoedi, FX. SD 12 32,4
Supardi
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil SMP 3 8,1
Penelitian Karakteristik responden
Umur 10 , 8
Jumlah responden dalam penelitian Jumlah 100 , 0
SMA 4
ini adalah sebanyak 37 orang. Umur
37
termudah responden adalah 50 tahun dan Catatan. Dari data primer.

umur tertua adalah 70 tahun yang Pekerjaan


Untuk mengetahui distribusi
kemudian dikategorikan dalam empat
frekuensi responden berdasarkan jenis
kategori. Distribusi frekuensi umur
pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 3.
responden dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jenis


Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Pekerjaan Responden Kabupaten
Responden di Kabupaten Belu Belu
Umur 50- Frekuensi (f) % Pekerjaan Frekuensi (f) %
55 15 40,5
56-60 13 35,1 Petani 30 81,1
61-65 7 18,9
65-70 2 5,4 Pensiunan 3 8,1
Jumlah 37 100,0
10 , 8
Catatan. Dari data primer.
Jumlah 100 , 0
Pendidikan Swasta 4
Untuk mengetahui distribusi
37
frekuensi tingkat pendidikan responden Catatan. Dari data primer.

dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil Analisis Variabel Tunggal


Analisis variabel tunggal dilakukan

Tabel 2. Distribusi Frekuensi untuk mendapatkan gambaran umum


Tingkat
Pendidikan Responden di dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap
Kabupaten Belu
variabel yang menjadi objek penelitian.
Pendidikan Frekuensi (f) %

Tidak

18 48,6
Sekolah

4
Kepadatan hunian Responden Mengenai Penghasilan di
Untuk mengetahui Distribusi Kabupaten Belu
Penghasilan Frekuensi %
frekuensi kepadatan hunian maka, dapat (Rp ) (f)
< 925.000, 00 24 64 , 9
dilihat pada Tabel 4. 13 35 , 1
≥925.000
Jumlah 37 100,0

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Catatan. Dari data primer.


Kepadatan Hunian Responden di
Kabupaten Belu Kasus Penyakit Kusta
Kepadatan Frekuensi (f) % Untuk mengetahui distribusi
< 8 m 2 /orang 21 56 ,8
2 frekuensi responden penderita kusta dapat
≥ 8 m /orang 16 43 , 2
Jumlah 37 100 , 0 dilihat pada Tabel 7.
Catatan. Dari data primer.

Riwayat kontak Tabel 7. Distribusi Frekuensi


Untuk mengetahui distribusi Responden Penderita Kusta di
Kabupaten Belu
frekuensi riwayat kontak responden Umur Frekuensi %
(f)
penderita kusta dapat dilihat pada Tabel 5.
Pausibasiler
23 62,2
Tabel 5. Distribusi Frekuensi (PB)
Responden Berdasarkan Riwayat Multibasiler
14 37,8
Kontak di Kabupaten Belu (MB)
Riwayat Frekuensi % Jumlah 37 100,0
Catatan. Dari data primer.
Kontak (f)
PEMBAHASAN
Ya 25 67,6 Penyakit kusta merupakan penyakit

Tidak 12 32,4 menular yang menahun dan kronik


100,0
Jumlah 37 disebabkan oleh Mycobacterium leprae

Catatan. Dari data primer. yang menyerang saraf tepi, kulit dan

Sosial ekonomi jaringan tubuh lainnya kecuali susunan


Untuk mengetahui distribusi
saraf pusat penyakit kusta dapat
frekuensi responden mengenai
menyerang semua umur, anak-anak
penghasilan dapat dilihat pada Tabel 6.
maupun orang dewasa. Penyakit kusta

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dibedakan menjadi 2 yaitu kusta

5
tuberkuloid (Inggris : paucibacillary), dan minimum per orang sangat relatif,

kusta lepropmatosa (penyakit Hansen tergantung dari kualitas bangunan dan

multibasiler), atau kusta multibasiler. fasilitas yang tersedia. Untuk perumahan

Meskipun belum diketahui secara pasti sederhana, minimum 8m²/orang, kamar

cara penularannya tetapi sebagian besar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih dari 2

para ahli berpendapat bahwa penyakit ini orang, kecuali untuk suami istri dan anak

kusta dapat tertular apabila terjadi kontak dibawah dua tahun (Lubis, 1989).

langsung antara kulit yang lama dan erat Berdasarkan hasil penelitian yang

dengan penderita kusta serta keterbatasan dilakukan menunjukkan bahwa responden

kemampuan dari suatu negara dalam dengan kepadatan hunian lebih dari sama

pemberian pelayanan kesehatan yang dengan 8m2 sebanyak 16 orang (43,2%),

memadai dalam bidang kesehatan, sedangkan responden dengan kepadatan

pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi hunian kurang dari 8m2 sebanyak 21

pada masyarakat (Depkes, 2006). orang (56,8%).

Berdasaran hasil penelitian yang Penelitian ini sejalan dengan penelitian

dilakukan di Kabupaten Belu terhadap yang dilakukan di Ternate rata-rata

prevalensi kejadian kusta di pengaruhi masing-masing kepadatan hunian kurang

oleh beberapa faktor yaitu: dari 8m2/orang (Tauda, 2008). Hasil

observasi dan wawancara terhadap


Kepadatan Hunian
Kepadatan penghuni adalah responden mengatakan bahwa terjadinya

perbandingan antara luas lantai rumah kepadatan hunian tersebut disebabkan

dengan jumlah anggota keluarga dalam oleh kondisi sosial ekonomi sehingga

satu rumah tinggal. Persyaratan kepadatan Alexander Fahik, Imam Wahjoedi, FX.
Supardi
hunian untuk seluruh perumahan biasa rumah yang ditempati masih tergolong

dinyatakan dalam m² per orang. Luas sederhana atau semi permanen (di

6
bawah ketentuan rumah sehat), dengan Berdasarkan hasil penelitian

jumlah penghuni lebih dari 2 kepala menunjukkan bahwa, sebagain besar

keluarga dalam satu rumah terdapat 6 responden yang mempunyai riwayat

anggota keluarga dengan jumlah kamar kontak dengan penderita kusta yaitu

tidur kurang dari 3 kamar tidur dalam sebanyak 25 orang (67,6%), sedangkan

satu rumah sehingga menimbulkan responden yang tidak mempunyai

kepadatan hunian hal ini disebabkan riwayat kontak dengan penderita kusta

karena keterbatasan ekonomi yang sebanyak 12 (32,4%). Penelitian ini

berhubungan dengan pekerjaan yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan

ditekuni oleh responden yaitu petani di Ternate bahwa rata-rata responden

dengan demikian penelitian ini sejalan mempunyai riwayat kontak dengan

dengan teori yang menyatakan bahwa penderita kusta (Murniati, 2009).

kepadatan hunian kurang dari 8m2 dapat Hasil observasi dan wawancara

mempengaruhi terjadinya peningkatan terhadap responden mengatakan bahwa

kejadian kusta (Lubis, 1989). terjadinya kusta tersebut dikarenakan

responden tinggal serumah dengan


Riwayat Kontak
Riwayat kontak adalah riwayat penderita kusta, tidur sekamar dengan

seseorang yang berhubungan dengan penderita bahkan sering bergantian

penderita kusta baik serumah maupun pakian dengan penderita kusta responden

tidak serumah. Sumber penularan kusta tersebut masih ada hubungan

adalah kusta utuh yang berasal dari kekerabatan dalam keluarga dengan

penderita kusta, jadi penularan kusta penderita kusta sehingga memungkinkan

lebih mudah terjadi jika ada kontak terjadinya penularan Mycobakterium

langsung dengan penderita kusta (Brakel leprae. Selain itu secara keseluruhan

dan Kaur, 2002). responden tidak mengetahui jika

7
penyakit kusta merupakan penyakit yang menunjukkan status ekonomi keluarga

bisa menulari orang lain melalui kontak penyakit kusta berpenghasilan rendah

langsung, hal ini disebabkan oleh adat- dapat mempengaruhi kejadian kusta

istiadat atau kebiasaaan yang (Tauda, 2008).

mengganggap bahwa penyakit kusta Berdasarkan hasil observasi dan

merupakan penyakit kutukan dari nenek wawancara dengan responden

moyang dan bahkan dianggap sebagai mengatakan bahwa rendahnya

hasil guna-guna atau santet. penghasilan responden disebabkan oleh

sumber penghasilan yang tidak tetap,


Sosial Ekonomi
Faktor ekonomi sangat berpengaruh dimana sebagian besar responden adalah

terhadap semua aspek di mana faktor petani, sehingga tidak lagi memperhatikan

ekonomi sangat berperan dalam kesehatan dan pentingnya mengkonsumsi

pengaruhnya terhadap faktor-faktor lain makanan yang bergizi sehingga dapat

khususnya penyakit kusta. Faktor mempengaruhi penurunan kekebalan atau

ekonomi dapat mempengaruhi tingkat imunitas tubuh terhadap infeksi suatu

pendidikan, lingkungan, status gizi, penyakit, seperti Micobakterium leprae

perumahan dan pemukiman serta akses dapat menyebabkan seseorang dengan

pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2007). mudah menderita penyakit kusta.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Memiliki jaminan kesehatan

responden, yang menderita penyakit kusta (Jamkesmas), namun tidak mendapatkan

dengan penghasilan lebih dari sama akses pelayanan kesehatan yang baik,

dengan Rp 925.000,00 sebanyak 13 orang karena jarak antara rumah dengan

(35,1%), sedangkan responden dengan puskesmas ataupun rumah sakit sangat

penghasilan kurang dari Rp 925.000,00 jauh, sehingga responden lebih memilih

sebanyak 24 orang (64,9%). Penelitian ini pengobatan alternatif yaitu pengobatan

8
dengan menggunakan obat tradisional. WHO. 1997. A Guide To Elimating
Leprosy As A Public Health
Selain itu, dari hasil pengamatan terhadap Problem, Edisi 1, Geneva
Switzerland, PP, 1-18.
responden penderita penyakit kusta
Depkes RI. 2007. Buku Pedoman
tampak bahwa sebagian besar tidak
Nasional Pengendalian Penyakit
memperhatikan pentingnya kebersihan
Kusta, Direktorat Jenderal PPM
diri (personal hygiene) serta kebersihan
dan PLP, Jakarta.
lingkungan.
Depkes RI. 2005. Buku Pedoman
Perkembangan penyakit kusta dalam
Nasional Pengendalian Penyakit
diri penderita bila tidak ditangani secara
Kusta, Direktorat Jenderal PPM
cermat dapat menimbulkan cacat dan
dan PLP, Jakarta.
keadaan ini menjadi halangan bagi
Depkes RI. 2008. Pedoman
penderita kusta dalam kehidupan
Pemberantasan Penyakit Kusta.
bermasyarakat untuk memenuhi Available from

kebutuhan sosial ekonomi (Hiswani, URL:http//www.depkes.go.id/dow


nloads/kusta.pdf.Accssed 1 Maret
2001). 2013.
Dinkes Kabupaten Belu. 2012. Profil
Kesehatan Kabupaten Belu.
KESIMPULAN Depkes, RI. 2006. Pedoman Kusta.
Prevalensi kusta pausibasiler dan
Available.
multibasiler berdasarkan krakteristik http://www.ppp/depkes.go.id/imag

kepadatan hunian kurang dari 8m2 es-data/ (Accssed 1 Maret 2013).

sebanyak 56%, riwayat kontak sebanyak Lubis, P. 1989. Perumahan Sehat. Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan
67,6% dan penghasilan kurang dari Rp Depkes RI.Jakarta.
Tauda, 2008. Faktor-Faktor Yang
925.000,00 sebanyak 64,9%.
Berhubungan Dengan Kejadia

DAFTAR PUSTAKA Penyakit Kusta Dikota Ternate,


Djuanda, dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit
Dan Kelamin. Edisi
keenam. Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

9
Tesis, Program Pasca Sarnaja, Mission Indian, New Delhi 110

Fakultas Kedokteran Universitas 001, Indian 24 Juli 2002.

Gadjah Mada, Yogyakarta. Hiswani. 2001. Kusta Salah Satu


Penyakit Menular Yang Masih
Murniati. 2009. Faktor Risiko dalam Dijumpai Di Indonesia, FK
Universitas Sumatera Utara,
Individu dan Luar Individu yang digitalizet by USU digital library,
2001
Berhubungan dengan Kejadian

Kusta di Rumah Sakit Kusta

Makassar Sulawesi Selatan.

Brakel V.W.H., Kaur, H. 2002, Leprosy

Review; Is Beggary a Chosen

Profession Among People Living

in Leprosy Colony, The leprosy

10
2. Identifikasi jurnal penelitian tersebut
JAWAB :
No Perihal

1 Judul Prevalensi Kusta Pausibasiler Dan

Multibasiler Berdasarkan

Karakteristik Kepadatan Hunian,

Riwayat Kontak, Sosial Ekonomi

Di Kabupaten Belu Provinsi Nusa

Tenggara Timur

2 Nama Penulis Alexander Fahik

Imam Wahjoedi

Fx. Supardi

3 Nama Jurnal Penerbit & Jurnal Kesehatan Masyarakat

Tahun Publikasi 2014

4 Isu Yang Diteliti Penyakit Kusta Yang Terjadi Di

Kabupaten Belu

5 Hal Yang Melatarbelakangi Tingginya Penderita Kusta Di

Dilakukannya Penelitian Ini Kabupaten Belu

6 Alasan Mengapa Topik Ini Mengetahui Prevalensi Kusta

Penting Untuk Diteliti Pausibasiler Dan Multibasiler

Berdasarkan

Krakteristik Kepadatan Hunian,

Riwayat Kontak, Sosial Ekonomi Di

11
Kabupaten Belu.

7 Masalah Yang Ingin Diteliti Prevalensi Kusta

Pausibasiler Dan Multibasiler

Berdasarkan

Krakteristik Kepadatan Hunian,

Riwayat Kontak, Sosial Ekonomi Di

Kabupaten Belu.

8 Tujuan Penelitian Untuk Mengetahui Prevalensi Kusta

Pausibasiler Dan Multibasiler

Berdasarkan Karakteristik

Kepadatan Hunian, Riwayat Kontak,

Sosial Ekonomi Di Kabupaten Belu

Provinsi Nusa Tenggara Timur

9 Apa Yang Unik Dari

Penelitian Ini

10 Basis Teori Yang Digunakan Teori Kesehatan

Dalam Penelitian

11 Hipotesis Penelitian (Kalau

Ada)

12 Model Penelitian (Kalau Ada)

13 Jenis Penelitian Kuantitatif

Deskriptif Observasional

14 Metode Uji Yang Digunakan Menggunakan Rancangan Penelitian

Cross Sectional

12
Yaitu Meneliti Mengukur Variabel

Bebas

Dan Variabel Terikat Pada Saat

Yang

Bersamaan.

15 Hasil Penelitian Berdasaran Penelitian Yang

Dilakukan Di Kabupaten Belu Terhadap

Prevalensi Kejadian Kusta Di Pengaruhi

Oleh Beberapa Faktor Yaitu:

 Kepadatan Hunian

 Riwayat Kontak

 Sosial Ekonomi

16 Implikasi Penelitian

17 Kesimpulan Penelitian Prevalensi Kusta Pausibasiler Dan

Multibasiler Berdasarkan

Krakteristik

Kepadatan Hunian Kurang Dari 8m2

Sebanyak 56%, Riwayat Kontak

Sebanyak

67,6% Dan Penghasilan Kurang Dari

Rp

925.000,00 Sebanyak 64,9%.

13
18 Keterbatasan Penelitian

19 Rekomendasi Penelitian

20 Kritik Anda Terhadap Jurnal

3. Sebutkan penyakit di Indonesia dilihat dari time, place dan person


Jawab :
Person : dalam penelitian ini melibatkan 37 orang dengan umur termuda 50 tahun dan
umur tertua 70 tahun
Time : waktu dilakukan penelitian ini tahun 2014
Place : penelitian ini dilakukan di kabupaten Belu

14

You might also like