You are on page 1of 7

Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)

ISSN : 2087-1333 (Online)

DETEKSI DINI mycobacterium Leprae PADA KONTAK SERUMAH


PENDERITA PENYAKIT KUSTA PASCA MENJALANI PENGOBATAN

Early Detection Of Mycobacterium Leprae In Home Contact Of Persons Affected By


Leprosy

Mutmainna 1, Mursalim2, Muh Nasir3, St Hadijah4


1
Prodi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Makassar
2,3,4
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jurusan Analis Kesehatan, Makassar

Koresponden : mutmainnakisman02@gmail.com/082292204755

ABSTRACT

The incidence of leprosy in people is at home almost ten times compared to those who do
not have household contact. For those who have contacts at home with people affected
by leprosy, they have a higher risk of contracting it. One contact or several times contact
the disease. The purpose of this study was to determine the presence of Mycobacterium
leprae in the results of staining leprosy home contact after treatment.
This type of research is a laboratory observation study with a descriptive approach,
which is conducting laboratory tests to determine the presence of Mycobacterium leprae
in staining results. This was done in the microbiology laboratory of the center for lung
health of the Makassar communith with a total sample of 40 sample. The results showed
that forty four (40) samples were examined, seven (7) were positive AFB while thirty three
(33) others were negative AFB. The results of the examination of acid resistant bacili on
the early detection of Mycobacterium leprae on house contact of leprosy patients with
negative results were 82.5%, 1+, namely 15%, and 2+, namely 2.5%, there for the need
for increased leprosy education activites. Physical contact (home) with sufferers needs to
be minimized. Individuals such as maintaining cleanliness of beds need to be improved
and sanitation needs to be considered for cleanliness.
Keywords: Mycobacterium leprae, Leprosy

ABSTRAK

Tingginya angka insidensi kusta pada orang-orang kontak serumah hampir sepuluh kali
dibanding mereka yang tidak kontak serumah. Pada mereka yang kontak serumah dengan
penderita penyakit kusta mempunyai resiko lebih tinggi tertular. Kontak sekali saja atau
beberapa kali kontak dengan penderita kusta, orang tersebut dapat saja tertular penyakit
tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keberadaan Mycobacterium leprae pada
hasil pewarnaan kontak serumah penderita kusta pasca menjalani pengobatan. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian observasi laboratorium dengan pendekatan deskriptif
yakni melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya Mycobacterium
leprae pada hasil pewarnaan sediaan kontak serumah penderita Penyakit Kusta Pasca
Menjalani Pengobatan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Balai
Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar dengan jumlah sampel sebanyak 40
sampel.Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat puluh empat (40) sampel yang
diperiksa, tujuh (7) diantaranya positif BTA sedangkan tiga puluh tiga (33) yang lainnya
negatif BTA. Hasil pemeriksaan basil tahan asam pada deteksi dini Mycobacterium leprae

112
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1786
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

pada kontak serumah penderita penyakit kusta dengan hasil negative yaitu 82,5 %, 1+
yaitu 15 %, dan 2+ yaitu 2,5 %, oleh karena itu perlunya peningkatan kegiatan penyuluhan
tentang kusta. Kontak fisik (Serumah) dengan penderita perlu diminimalkan. Hygiene
perorangan seperti menjaga kebersihan tempat tidur perlu ditingkatkan dan sanitasi rumah
perluh dipertimbangkan kebersihannya.
Kata Kunci : Mycobacterium leprae, Kusta

pengobatan terhadap Mycobacterium


PENDAHULUAN leprae. Sediaan dibuat dari kerokan kulit
Penyakit kusta adalah penyakit kronik atau mukosa hidung yang diwarnai
yang disebabkan oleh kuman dengan pewarnaan Ziehl Neelsen.
Mycobacterium leprae yang pertama (Samad dan Ramli, 2017).
kali menyerang susunan saraf tepi, Adanya hubungan yang
selanjutnya depat menyerang kulit, bermakna antara tingkat pengetahuan
mukosa, saluran pernapasan bagian atas, sebagai salah satu bagian dari perilaku
system retikulo endothelial, mata, otot, dengan proses penularan dan
tulang dan testis (Harahap, 2015). penyembuhan pada penderita kusta.
Penyakit kusta masih merupakan Orang yang memiliki pengetahuan yang
masalah kesehatan masyarakat di tinggi tentang penyakit kusta tentunya
Indonesia, menurut data Departemen akan berusaha menjauhkan dirinya dari
Kesehatan pada tahun 2018 terdapat faktor-faktor yang dapat menjadi sumber
18.248 penderita kusta di Indonesia. penularan penyakit ini (Mukhlis, 2010).
Penyakit ini adalah salah satu penyakit Tingginya angka insidensi kusta
menular yang timbulnya memerlukan pada orang-orang kontak serumah
waktu yang lama dengan penyebab hampir sepuluh kali dibanding mereka
kuman Mycobacterium leprae yang yang tidak kontak serumah. Pada mereka
menyerang kulit dan saraf. Penyakit ini yang kontak serumah dengan penderita
sendiri merupakan salah satu gambaran penyakit kusta mempunyai resiko lebih
nyata kemiskinan di masyarakat di tinggi tertular. Seorang anak yang
Indonesia, karena kenyataannya tinggal serumah dengan orang tua yang
sebagian besar penderita kusta berasal menderita penyakit kusta mempunyai
dari golongan ekonomi lemah (Mukhlis, kesempatan yang lebih besar untuk
2010). melakukan kontak dengan penderita
Meskipun penyakit Kusta tidak kusta. Kontak sekali saja atau beberapa
menyebabkan kematian, namun penyakit kali kontak dengan penderita kusta,
ini termasuk penyakit paling ditakuti orang tersebut dapat saja tertular
oleh seluruh dunia. Penyakit ini sering penyakit tersebut.
kali menyebabkan permasalahan yang Mycobacterium leprae sebagai
sangat kompleks bagi penderita kusta itu kuman penyebab penyakit ini
sendiri, keluarga dan masyarakat. Cara sebenarnya sangat lambat dalam
penularannya yang pasti belum diketahui memperbanyak diri sehingga masa
tetapi menurut sebagian besar ahli inkubasi penyakit ini sekitar lima tahun.
melalui pernapasan (inhalasi) dan kontak Gejalanya dapat memakan waktu selama
langsung yang lama dan erat 20 tahun untuk muncul. Meskipun WHO
melaluikulit. Pemeriksaan telah mencanangkan program eliminasi
bakterioskopik merupakan salah satu kusta pada tahun 2000 dan melaporkan
pemeriksaan yang digunakan untuk 118 dari 122 negara telah eliminasi,
membantu menegakkan diagnose dan namun kenyataannya jumlah penderita

113
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1786
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

kusta masih tinggi dan masih banyak lokasi pemeriksaan sampel dilakukan di
temuan kasus baru yang dilaporkan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
setiap tahunnya. Situasi ini bahkan lebih Makassar. Penelitian ini dilakukan pada
serius jika mereka yang terkena dampak tanggal 27 Mei sampai dengan 31 Mei
adalah anak-anak (Anonim, 2001). 2019.
Indonesia telah mencapai target Bahan dan Alat
eliminasi kusta pada tahun 2001, dengan Populasi pada penelitian adalah
jumlah kasus tercatat pada akhir 2006 orang serumah yang melakukan kontak
sebanyak 22.175 angka prevalensi ini dengan penderita penyakit kusta yang
telah berhasil diturunkan dari 5,1 per telah menjalani pengobatan. Sampel
10.000 penduduk pada tahun 1991 yang digunakan dalam penelitian ini
menjadi 0.98 per 10.000 penduduk pada adalah orang serumah penderita penyakit
tahun 2005 dan pada tahun 2018 menjadi kusta yang telah
0.71 per 10.000 penduduk dengan total Besar sampel dalam penelitian ini yaitu
18.248 kasus terdaftar. Penurunan angka sebanyak 40 orang serumah penderita
prevalensi kusta di Indonesia tidak penyakit kusta yang telah menjalani
disertai penurunan jumlah kasus baru pengobatan. Teknik penarikan sampel
terdeteksi (new case detection) yang yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan proxy angka insidensi kusta. adalah Purposive Sampling. Bahan yang
Fakta ini menunjukkan adanya indikasi digunakan yaitu Reitz Serum dan
terus berlangsungnya transmisi kusta pewarna Ziehl Neelsen. Alat–alat yang
pada setiap wilayah kusta dengan digunakan adalah obyek glass, kapas
kecepatan pertumbuhan yang sama. alkohol 70%, skapel steril, mikroskop,
Indikasi ini diperkuat dengan adanya oil emersi, pipet steril dan lampu
kesenjangan antara jumlah kasus kusta spiritus.
tercatat yang menjadi proxy dari angka Langkah-langkah Penelitian
prevalensi kusta dengan angka Pelaksanaan penelitian meliputi
prevalensi kusta berdasarkan survei. pengambilan Reitz Serum pada serumah
Angka prevalensi hasil survei ditemukan penderita penyakit kusta dan dilakukan
lebih tinggi dari angka kasus tercatat. pewarnaan Ziehl Neelsen dan dilakukan
Hal ini mengindikasikan adanya kasus pembacaan menggunakan mikroskop.
yang tidak terdeteksi yang menjadi Pengolahan dan Analisa Data
sumber penularan di masyarakat Analisa data dalam penelitian ini
(Depkes RI, 2018). dilakukan secara deskriptif dalam bentuk
tabel yang disertai dengan narasi.
METODE
Desain, tempat, waktu HASIL
Desain penelitian ini merupakan Berdasarkan hasil penelitian
penelitian observasi laboratorium yang dilakukan di Laboratorium
dengan pendekatan deskriptif yakni mikrobiologi Balai Besar Kesehatan
melakukan pemeriksaan laboratorium Paru Masyarakat Makassar pada tanggal
untuk mengetahui adanya 27-31 Mei 2019 terhadap 40 sampel
Mycobacterium leprae pada hasil pembacaan basil tahan asam pada kontak
pewarnaan sediaan kontak serumah serumah penderita penyakit kusta
penderita Penyakit Kusta Pasca dengan hasil penderita penyakit kusta
Menjalani Pengobatan. Lokasi dengan hasil negative yaitu 82,5 %, 1+
pengambilan sampel dilakukan di yaitu 15 %, dan 2+ yaitu 2,5 %.
Kampung Kusta Jongaya Makassar dan

114
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1786
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

ventilasi rumah (<10% luas lantai), serta


kurangnya cahaya yang masuk ke dalam
PEMBAHASAN rumah mengakibatkan kelembaban yang
Kusta adalah suatu penyakit tinggi. Hal ini akan membawa pengaruh
infeksi granulomatosa menahun yang buruk bagi penghuninya dan merupakan
disebabkan oleh organisme intraseluler media tumbuh bakteri kusta dan
obligat Mycobacterium leprae. mikroorganisme lainnya (Titik et al,
Awalnya, bakteri ini menyerang susunan 2017).
saraf tepi, lalu kulit, mukosa, saluran Pemeriksaan mikroskopis
nafas, sistem retikuloendotelial, mata, dilakukan untuk melihat keberadaan
otot, tulang, dan testis (Titik et al, 2017). basil M. lepra pada hasil insisi telinga
Berdasarkan teori Blum, yaitu pasien lepra. Pewarnaan yang digunakan
diketahui bahwa terjadinya suatu adalah Pewarnaan Ziehl Neelsen karena
penyakit disebabkan oleh empat faktor M. leprae memiliki dinding sel yang
utama yaitu lingkungan, perilaku, mengandung banyak zat lipid (lemak)
pelayanan kesehatan, dan genetik. sehingga bersifat permeabel dengan
Secara umum lingkungan dapat dibagi pewarnaan biasa. Positif BTA ditandai
menjadi lingkungan fisik, lingkungan dengan ditemukannya basil M. leprae
biologik, dan lingkungan sosial, yang berwarna merah pada pengamatan
ekonomi, dan budaya. Rumah mikroskopis. Warna merah yang muncul
merupakan bagian dari lingkungan fisik merupakan reaksi antara carbol fuchsin
yang dapat mempengaruhi kesehatan dengan sel M. leprae. Warna ini tidak
individu dan masyarakat, sehingga luntur setelah pencucian dengan asam
rumah yang ditempati harus memenuhi alkohol 3 % karena sel M. leprae
syarat kesehatan. mengandung lapisan lilin dan lemak.
Rumah yang tidak sehat dapat Penambahan metilen biru akan
meningkatkan resiko penghuninya memberikan warna biru pada latar
mengalami berbagai macam penyakit sehingga bakteri M. leprae mudah
(Wijaya, 2016). Berdasarkan Report of diamati di bawah mikroskop (Maladan et
the International Leprosy Association al, 2017).
Technical Forum dilaporkan adanya M. Berdasarkan hasil penelitian
leprae pada debu, air untuk mandi dan menunjukkan keempat puluh empat
mencuci di rumah penderita (Norlatifah, (40) sampel yang diperiksa, tujuh (7)
2010). Hal ini sesuai penelitian yang diantaranya positif BTA sedangkan tiga
dilakukan oleh Patmawati (2015), puluh tiga (33) yang lainnya negatif
bahwa kondisi fisik rumah seperti luas BTA. Hasil pemeriksaan basil tahan
ventilasi, intensitas pencahayaan, asam pada deteksi dini Mycobacterium
kelembaban, kepadatan hunian dan leprae pada kontak serumah penderita
frekuensi mengganti alas tidur berisiko penyakit kusta dengan hasil negative
terhadap kejadian kusta. Faktor lainnya yaitu 82,5 %, 1+ yaitu 15 %, dan 2+ yaitu
yaitu seperti jenis lantai yang tidak baik 2,5 %.
dan personal hygiene yang buruk Pada penelitian sebelumnya
(Prasetyaningtya, 2017). menunjukkan variabel kontak fisik
Pada rumah yang tidak sehat dan (Serumah) menunjukkan bahwa
tidak memenuhi syarat kesehatan, sebagian besar responden yaitu 43
memiliki komponen fisik yang kurang responden atau sebesar 84,3% yang
baik seperti lantai dan dinding tidak berisiko tinggi tertular kusta melalui
kedap air, kurangnya jendela dan kontak fisik. Sedangkan sisanya yaitu

115
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1786
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

sebanyak 8 responden atau sebesar


15,7% adalah responden yang berisiko SARAN
rendah tertular kusta melalui kontak Penelitian ini menyarankan
fisik. Kontak fisik yang paling sering perlunya peningkatan kegiatan
dilakukan responden adalah kontak kulit penyuluhan tentang kusta. Kontak fisik
dan berbicara dengan penderita (Serumah) dengan penderita perlu
(Manyullei et al, 2012). diminimalkan. Hygiene perorangan
Pada penelitian yang lain seperti menjaga kebersihan tempat tidur
menunjukkan bahwa M. leprae mampu perlu ditingkatkan dan sanitasi rumah
hidup beberapa waktu di lingkungan. M. perluh dipertimbangkan kebersihannya.
leprae juga dapat ditemukan pada debu Penelitian selanjutnya diharapkan bisa
rumah penderita, air untuk mandi dan dilanjutkan untuk melihat hubungan
mencuci yang dapat menjadi sumber kontak serumah dengan terjadinya
infeksi, akan tetapi hal ini masih infeksi penyakit kusta yang disebabkan
memerlukan penelitian lebih lanjut oleh Mycobacterium leprae
(Nurkasanah et al, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh UCAPAN TERIMA KASIH
Yohana dkk menunjukkan Ada Kepada seluruh pihak Balai Besar
hubungan antara riwayat kontak dengan Kesehatan Paru Masyarakat Makassar
kejadian kusta di Kecamatan Kenjeran, yang tidak bisa penulis sebutkan satu
Kecamatan Semampir dan Kecamatan persatu dan seluruh pihak yang telah
Tandes dengan nilai p value 0.003 <0.05. membantu dalam Penelitian ini.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara riwayat kontak dengan DAFTAR PUSTAKA
kejadian kusta dengan nilai OR 5.278 Depkes RI. 2015. Kusta.
(CI 95 % : 1.687-16.514). Responden http://www.depkes.go.id/downlo
yang memiliki riwayat kontak dengan ad.php?file=download/pusdatin/i
penderita kusta berisiko terkena kusta nfodatin/infodatin_kusta.pdf.
sebesar 5.278 kali lebih besar Harahap M. 2015. Ilmu Penyakir Kulit.
dibandingkan dengan responden yang Jakarta: Hipokrates
tidak memiliki riwayat kontak (Yohana http://www.atlmedu.id/2018/01/
et al, 2017). pewarnaan-ziehl-neelsenzn.html
Husen Samad Hi dan Muhammad Ramli.
KESIMPULAN 2017. Faktor-faktor yang
Berdasarkan hasil penelitian Berhubungan dengan
yang dilaksanakan di Balai Besar Kejadian Kecacatan pada
Kesehatan Paru Masyrakat Makassar Pasien Kusta di Wilayah
pada tanggal 27-31 Mei 2019 Kerja Puskesmas Kalumata
menunjukkan bahwa keempat puluh Kota Ternate Selatan.
empat (40) sampel yang diperiksa, tujuh https://www.researchgate.net/p
(7) diantaranya positif BTA sedangkan ublication/327055218_faktor-
tiga puluh tiga (33) yang lainnya negatif faktor_yang_berhubungan_den
BTA. Hasil pemeriksaan basil tahan gan_kejadian_kecacatan_pada_
asam pada deteksi dini Mycobacterium pasien_kusta_di_wilayah_kerja
leprae pada kontak serumah penderita _puskesmas_kalumata_kota_ter
penyakit kusta dengan hasil negative nate_selatan
yaitu 82,5 %, 1+ yaitu 15 %, dan 2+ yaitu Maladan, Y., Tanjung, R., Dwi, V.C.
2,5 %. 2017. Analisis Mutasi Terkait

116
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1786
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

Resistensi Rifampisin pada Gen


rpoB Mycobacterium leprae di
Kota Jayapura.
Manyullei, S., Alif, D.U., Bintara, A.B.
2012. Gambaran Faktor Yang
Berhubungan Dengan Penderita
Kusta Di Kecamatan Tamalate
Kota Makassar. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Mukhlis. 2010. Hubungan Pengetahuan
dan Sikap Keluarga dengan
Proses Penyembuhan pada
Penderita Kusta di Kabupaten
Bengkalir Riau.
Medan:Universitas Sumatera
Utara
Nurkasanah, S., Umbul, C.W., Wibowo,
A. 2013. Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Kenaikan
Titer Antibodi Spesifik Kusta.
Universitas Airlangga. Surabaya.
Prasetyaningtyas, Astri, Y. 2017.
Karakteristik Kondisi Fisik
Rumah dan Personal Hygiene
Penderita Kusta dan sekitarnya.
HIGEIA, 1(2): 21-29
Titik, N.I., Windraswara, R., Nita, G.P.
2017. Analisis Spasial Faktor
Risiko Lingkungan Dengan
Kejadian Kusta Di Wilayah
Pesisir. Universitas Negeri
Semarang.
Wijaya, I.G.P.S.A., Dewi, W.C.W.S.
2016. Kesehatan Rumah di
Wilayah Kerja Puskesmas I
Karangasem Bali 2015. E-Jurnal
Medika, 5(5): 1-7Winarsih.
2011. Analisis Spasial Faktor
Risiko Kejadian Penyakit Kusta
di Kabupaten Jepara. Semarang:
Universitas Muhammadiyah
Semarang
Yohana, T.P.G., Agusni, I., Nuswantoro,
D. 2017. Hubungan antara
Riwayat Kontak dengan
Kejadian Kusta Multibasiler.
Universitas Muhammadiyah
Magelang.

117
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1786
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

Tabel 1
Distribusi Hasil Pembacaan BTA

BTA N Persentasi (%)

Neg 33 82.5

1+ 6 15

2+ 1 2.5

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer, 2019

118
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1786

You might also like