Professional Documents
Culture Documents
net/publication/304481858
CITATIONS READS
0 1,368
1 author:
Solikhah Solikhah
Ahmad Dahlan University
16 PUBLICATIONS 14 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Validation of an Indonesian Version of the Breast Cancer Awareness Scale (BCAS-I) View project
All content following this page was uploaded by Solikhah Solikhah on 27 June 2016.
ABSTRACT
Background: Kulon Progo Regency is one of the malaria-endemic areas in Yogyakarta and Central Java. The
number of malaria cases decreased when compare with the previous year of 85.9 API in 2000 to just 0,2 per mil in
2007. The purpose of this research was to determine the situation of malaria in Kokap Kulon Progo District 2009.
Methods: This research used descriptive method, with cross sectional approach. The sample derived from all cases of malaria
in Kokap Kulon Progo District totaling 14 positive cases of malaria during t June to August 2009. Research Instruments in the
form of a questionnaire and blood tester tool to detect the present of malaria parasites. Data were analyzed descriptively, in
the form of tables and table percentage distribution of malaria according job level, geographical distribution, history of malaria
morbidity, and the infecting plasmodium species. Results: The pattern of distribution of malaria in Kokap Kulon Progo District
by gender was largely male, which totaled 13 people (92.8%). 15–45 year age group is about 10 people (71.4%). Education
level was junior high school (50%). Mine workers (57.1%). Pasient suffering from pain for first time that malaria amounted
to 10 people (71.4%). Lived around the Sermo reservoir and the river (42.8%). Do not use mosquito nets and mosquito
coils (78.4%). Plasmodium positive patients with Plasmodium vivax was 92,8% and 7,2% positive Plasmodium falcifarum.
Conclusion: the gorup of malaria patients are mosly male sex of productive age. Patients infected with Plasmodium vivax
and Plasmodium falcifarum.
ABSTRAK
Latar Belakang: Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu daerah endemis malaria di Yogyakarta dan Jawa
Tengah. Jumlah kasus malaria menurun apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya dari API 85,9 pada tahun
2000 menjadi hanya 0,2 permil pada tahun 2007. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui keadaan penyakit malaria di
Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009. Metode: Jenis penelitian adalah deskriptif, dengan pendekatan
cross sectional. Sampel adalah semua kasus malaria di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo berjumlah 14 kasus
positif malaria selama bulan Juni-Agustus 2009. Instrumen penelitian berupa kuesioner dan seperangkat alat pemeriksaan
parasit malaria. Data dianalisa secara deskriptif, dalam bentuk tabel prosentase dan tabel distribusi penderita malaria
menurut: jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, penyebaran geografis, riwayat kesakitan malaria, dan jenis
plasmodium yang menginfeksi. Hasil: Pola distribusi penyakit malaria di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo
menurut jenis kelamin adalah sebagian besar adalah laki-laki 13 orang (92,8%). Sebagian besar penderita adalah kelompok
usia 15–45 tahun sebanyak 10 orang (71,4%). Tingkat pendidikan penderita adalah sekolah menengah pertama (50%).
Penderita adalah pekerja tambang (57,1%). Penderita baru pertama kali menderita sakit malaria sebanyak 10 orang
(71,4%). Penderita penyakit malaria tinggal disekitar Waduk Sermo dan sungai (42,8%). Penderita penyakit malaria tidak
menggunakan kelambu dan obat nyamuk (78,4%). Penderita positif Plamodum vivax 92,8% dan positif Plasmodium
213
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 3 Juli 2012: 213–222
falcifarum 7,2%. Kesimpulan: Penderita malaria lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yang berusia produktif. Penderita
terinfeksi Plasmodium vivax dan Plasmodium falcifarum.
Naskah Masuk: 15 Februari 2012, Review 1: 24 Februari 2012, Review 2: 24 Februari 2012, Naskah layak terbit: 3 Maret 2012
214
Pola Penyebaran Penyakit Malaria (Solikhah)
215
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 3 Juli 2012: 213–222
Tabel 1. Distribusi Penderita Malaria Menurut Jenis adalah sebagian besar adalah pekerja tambang
Kelamin Tahun 2009 sebanyak 8 orang (57,1%) seperti terlihat dalam
tabel 4.
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-laki 13 92,8
Tabel 4. Distribusi Penderita Malaria Menurut
2 Perempuan 1 7,2
Pekerjaan Tahun 2009
Jumlah 14 100
No. Pekerjaan Frekuensi Persentase
1 Petani 4 28,5
Distribusi Penderita Malaria Menurut Umur
2 Pekerja Tambang 8 57,1
Pola distribusi penyakit malaria di Kecamatan 3 Belum Bekerja 2 14,3
Kokap Kabupaten Kulon Progo menurut umur adalah Jumlah 14 100
sebagian besar adalah kelompok usia 15–45 tahun
sebanyak 10 orang (71,4%) seperti terlihat dalam
Distribusi Penderita Malaria Menurut Tempat
tabel 2.
Tinggal
Tabel 2. Distribusi Penderita Malaria Menurut Umur Pola distribusi penyakit malaria di Kecamatan
Tahun 2009 Kokap Kabupaten Kulon Progo menurut tempat
tinggal adalah sebagian besar adalah Hargowilis dan
No. Umur Frekuensi Persentase Hargorejo berturut-turut sebanyak 6 orang (42,8%)
1 < 1 tahun 0 0 dan 5 orang (31,2%) seperti terlihat dalam tabel 5.
2 1–5 tahun 1 7,2
3 6–14 tahun 1 7,2 Tabel 5. Distribusi Penderita Malaria Tempat Tinggal
4 15–45 tahun 10 71,4 tahun 2009
5 Lebih dari 45 tahun 2 14,4
Jumlah 14 100 No Alamat Frekuensi Persentase
1 Hargotirto 1 7,1
2 Hargowilis 6 42,8
Distribusi Penderita Malaria Menurut Tingkat 3 Hargorejo 5 35,8
Pendidikan 4 Kalirejo 2 14,2
Pola distribusi penyakit malaria di Kecamatan 5 Hargomulyo 0 0
Kokap Kabupaten Kulon Progo menurut tingkat Jumlah 14 100
pendidikan adalah sebagian besar adalah Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sebanyak 7 orang (50%) Distribusi Penderita Malaria Menurut Riwayat
seperti terlihat dalam tabel 3. Sakit Malaria
Pola distribusi penyakit malaria di Kecamatan
Tabel 3. Distribusi Penderita Malaria Menurut Tingkat
Kokap Kabupaten Kulon Progo menurut riwayat sakit
Pendidikan Tahun 2009
adalah sebagian besar adalah baru pertama kali
No Pendidikan Frekuensi Persentase menderita sakit malaria sebanyak 10 orang (71,4%)
1 Tidak Sekolah 1 7,2 seperti terlihat dalam tabel 6.
2 SD 3 21,4
3 SMP 7 50 Tabel 6. Distribusi Penderita Malaria Riwayat Sakit
4 SMA 3 21,4 tahun 2009
5 PT/akademi 0 0
Jumlah 14 100 No Alamat Frekuensi Persentase
1 Kambuhan 4 28,5
2 Baru pertama 10 71,4
Distribusi Penderita Malaria Menurut Pekerjaan Jumlah 14 100
Pola distribusi penyakit malaria di Kecamatan
Kokap Kabupaten Kulon Progo menurut pekerjaan
216
Pola Penyebaran Penyakit Malaria (Solikhah)
Distribusi Penderita Malaria Menurut Keadaan Tabel 9. Distribusi Penderita Malaria Menurut
Lingkungan penggunaan kasa ventilasi Tahun 2009
1. Distribusi penderita Malaria menurut ada tidaknya Penggunaan
tempat perindukan sekitar rumah. No Frekuensi Persentase
Kasa ventilasi
Pola distribusi penyakit malaria di Kecamatan 1 Memakai 13 92,8
Kokap Kabupaten Kulon Progo menurut ada 2 Tidak pakai 1 7,2
tidaknya tempat perindukan adalah sebagaian Jumlah 14 100
besar terdapat waduk sebanyak 6 (42,8%) seperti
terlihat dalam tabel 7. 4. Distribusi penderita Malaria menurut penggunaan
kelambu tidur
Tabel 7. Distribusi Penderita Malaria Menurut Ada Pola distribusi penyakit malaria di Kecamatan
Tidaknya Tempat Perindukan Sekitar Rumah Kokap Kabupaten Kulon Progo menurut penggunan
Tahun 2009 kelambu adalah sebagian besar adalah tidak
menggunakan kelambu tidur sebanyak 11 orang
No Alamat Frekuensi Persentase
(78,4%) seperti terlihat dalam tabel 10.
1 Belik saja 1 7,1
2 Waduk dan sungai 6 42,8
Tabel 10. Distribusi Penderita Malaria Menurut
3 Belik dan sungai 5 35,8
penggunaan kelambu Tahun 2009
4 sungai saja 2 14,2
5 Tidak ada semua 0 0 Penggunaan
Jumlah 14 100 No Frekuensi Persentase
Kelambu
1 Memakai 3 21,4
2. Distribusi penderita Malaria menurut keberadaan 2 Tidak pakai 11 78,4
kandang di sekitar rumah penderita Jumlah 14 100
Pola distribusi penyakit malaria di Kecamatan
Kokap Kabupaten Kulon Progo menurut 5. Distribusi penderita Malaria menurut penggunaan
keberadaan kandang di sekitar rumah adalah obat nyamuk
sebagian besar adalah tidak ada kandang sebesar Pola distribusi penyakit malaria di Kecamatan
8 (57,1%) seperti terlihat dalam tabel 8. Kokap Kabupaten Kulon Progo menurut penggunan
obat nyamuk adalah sebagian besar adalah tidak
Tabel 8. Distribusi Penderita Malaria Menurut menggunakan obat nyamuk sebanyak 11 orang
Keberadaan kandang di sekitar rumah (78,4%) seperti terlihat dalam tabel 11.
Tahun 2009
Tabel 11. Distribusi Penderita Malaria Menurut
No Kandang ternak Frekuensi Persentase
penggunaan obat nyamuk Tahun 2009
1 Ada 6 42,8
2 Tidak ada 8 57,1 Penggunaan
No Frekuensi Persentase
Jumlah 14 100 Kelambu
1 Memakai 3 21,4
3. Distribusi penderita Malaria menurut penggunaan 2 Tidak pakai 11 78,4
kasa ventilasi Jumlah 14 100
Pola distribusi penyakit malaria di Kecamatan
Kokap Kabupaten Kulon Progo menurut penggunan Distribusi Penderita Malaria Menurut spesies
kasa ventilasi adalah sebagian besar adalah plasmodium
menggunakan kasa ventilasi sebanyak 13 orang Pola distribusi penyakit malaria di Kecamatan
(92,8%) seperti terlihat dalam tabel 9. Kokap Kabupaten Kulon Progo menurut spesies
217
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 3 Juli 2012: 213–222
plasmodium adalah sebagian besar adalah kematian akibat malaria ataupun menderita kecatatan
Plasmodium vivax sebanyak 13 orang (92,8%) seperti otak dan gangguan bicara. Sembilan puluh persen
terlihat dalam tabel 12. kematian akibat malaria terjadi di Afrika, terutama
pada anak-anak. Malaria menyebabkan kematian
Tabel 12. Distribusi Penderita Malaria Menurut pada anak-anak di Afrika setiap 30detik. Banyak anak
spesies Plasmodium Tahun 2009 yang sembuh dari serangan malaria berat menderita
No Spesies Plasmodium Frekuensi Persentase
gangguan bicara dan kerusakan otak. Wanita hamil
1 Plasmodium vivax 13 92,8 dan anak yang dikandungnya rentan terhadap malaria,
2 Plasmodium falciparum 1 7,2 yang menyebabkan kematian pada masa perinatal,
Jumlah 14 100 berat lahir rendah dan anemia. (Pasaribu, 2004;
Emelda, 2009).
Di daerah endemis penularan malaria Plasmodium
PEMBAHASAN
falciparum, neonatus relatif lebih tahan terhadap
Pola Distribusi Penderita Penyakit Malaria serangan malaria komplikasi dibanding anak yang
Menurut Jenis Kelamin lebih dewasa. Lamanya daya tahan ini bervariasi,
Dari hasil penelitian diperoleh data, bahwa ada antara dua sampai lima bulan, tergantung pada
perbedaan yang mencolok antara distribusi penderita tingkat penularannya. Setelah itu, risiko terkena
laki-laki dan perempuan. (yaitu penderita laki-laki malaria komplikasi akan meningkat seiring dengan
(92,8% dan penderita perempuan sebesar 7,2%). pertambahan usia anak hingga dewasa.(Putera,
Perbedaan yang ada disebabkan pengaruh faktor 2001). Berdasarkan penelitian Adriani dan Salmun,
yang lain seperti pekerjaan, dimana laki-laki lebih pemberian suplemen seng (Zn), seng (Zn) + zat besi
banyak bekerja luar rumah, yaitu di sawah atau (Fe) secara bersama-sama atau berselang-seling
tegalan/kebun sebagai buruh maupun sebagai petani. (interval waktu) dapat menurunkan angka kejadian
Hal ini sesuai dengan literatur bahwa pola distribusi penyakit malaria sebesar 66,7 persen dan 100 persen
penyakit malaria dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, menghilangkan pembesaran limpa pada anak-anak
perumahan, dan lain-lain. SD yang anemia di daerah endemis malaria. (Andriani,
2006).
Pola Distribusi Penderita Penyakit Malaria
Menurut Umur Pola Distribusi Penderita Penyakit Malaria
Dari hasil penelitian diperoleh data, bahwa Menurut Tingkat Pendidikan
terdapat perbedaan yang mencolok jumlah kesakitan Dari hasil penelitian menunjukan bahwa
malaria antara kelompok umur produktif dengan pola distribusi penderita penyakit malaria tidak
kelompok umur lainnya yaitu: dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang.
– Untuk bayi (< 1 tahun) sebesar 0% Diketahui bahwa penderita malaria yang tidak
– Untuk balita (1–5 tahun) sebesar 7,2% sekolah sebanyak 7,2%, berpendidikan SD sebanyak
– Untuk usia anak-anak (6–14 tahun) sebesar 21,4%, yang berpendidikan SMP sebanyak 50% dan
7,2% yang berpendidikan SMA 21,4% sedangkan yang
– Untuk usia produktif (15–45 tahun) sebesar pendidikannya tinggi hanya 0%. Kejadian malaria
71,4% disebabkan karena terganggunya keseimbangan
– Untuk usia tua (> 45 tahun) sebesar 14,4% antara pejamu (manusia dan nyamuk Anopheles sp),
agent (Plasmodium) dan lingkungan. Pada manusia
Perbedaan jumlah kesakitan malaria diperkirakan salah satu faktor yang mempengaruhi adalah perilaku
karena faktor pekerjaan, migrasi penduduk, dan lain- yang tersusun atas pengetahuan, sikap dan tindakan.
lain. Dimana pada usia produktif mereka aktif bekerja Walaupun malaria angka kematiannya rendah tapi
dan juga sering berpindah-pindah (migrasi) dalam morbiditasnya (angka kesakitan) tinggi yang dapat
rangka bekerja. Hal in sesuai dengan literatur bahwa menyebabkan daya tahan tubuh rendah, daya kerja
pola distribusi penyakit malaria dipengaruhi oleh faktor menurun, menghambat lancarnya kepariwisataan
pekerjaan, migrasi, dan lain-lain. Namun demikian karena adanya malaria disuatu kawasan objek wisata.
yang paling diwaspadai adalah penyakit malaria pada (Entjang, 2000).
anak usia balita. Usia bayi dan balita rawan terhadap
218
Pola Penyebaran Penyakit Malaria (Solikhah)
Pola Distribusi Penderita Penyakit Malaria daerah pegunungan dengan kodisi social ekonomi
Menurut Jenis Pekerjaan rendah, disamping daerah terisolir yang sulit
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dijangkau pelayanan kesehatan. Keterbatasan dana
penderita penyakit malaria lebih banyak diderita oleh pemerintah juga mengakibatkan kegiatan penemuan
penduduk yang bekerja sebagai pekerja tambang dan pengobatan penderita untuk memutus atau
di luar wilayah Kecamatan Kokap (malaria impor). mengurangi sumber penularan dilakukan oleh juru
Peningkatan jumlah penderita malaria, terutama malaria desa (JMD) sedangkan kunjungan minimal satu
kasus impor, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, kali sebulan, tidak bisa dipertahankan sebagaimana
antara lain: masih adanya daerah-daerah di Pulau seharusnya, hal ini menyebabkan rendahnya cakupan
Jawa yang belum bebas malaria, peningkatan jumlah pencarian kasus, terlambatnya penemuan penderita
pekerja yang bekerja di daerah endemis malaria di luar yang akan berakibat turunnya cakupan pengobatan.
Pulau Jawa yang kemudian kembali ke daerahnya di Disamping hal tersebut penderita enggan untuk
Pulau Jawa.(Anitasari, 2004). Perpindahan penduduk datang ke puskesmas, karena sulit dan mahalnya
dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih transportasi, hal ini akan berakibat tingginya angka
menimbulkan masalah. Sejak dulu, telah diketahui kesakitan dan penularan malaria di daerah tersebut.
bahwa wabah penyakit ini sering terjadi di daerah- Situasi ini sangat berpotensi untuk dapat terjadi re-
daerah pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan emerging. (Utami, 2007).
dan transmigrasi. Hal ini terjadi karena pekerja yang Pola Distribusi Penderita Penyakit Malaria
datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan Menurut Riwayat Kesakitan Malaria
sehingga rentan terinfeksi. (Suryadinata, 2008).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 28,5%
Pola Distribusi Penyakit Penyakit Malaria penderita kambuhan sebanyak 28,5% adalah penderita
Menurut Letak Geografis yang mempunyai riwayat kesakitan pernah menderita
Pola distribusi penderita malaria diduga malaria. Penderita malaria kasus lama dibandingkan
dipengaruhi oleh letak geografis. Kondisi geografis dengan kasus baru (71,4%) prosentasenya lebih kecil
secara umum hampir sama, yaitu berupa namun hal itu masih menunjukkan bahwa daerah
pegunungan. Keadaan cuaca maupun keadaan Kecamatan Kokap merupakan daerah endemis,
alam, antara lain sepert keberadaan tempat-tempat sehingga kemungkinan terinfeksi ulang Plasmodium
yang memungkinkan dapat terjadi sarang perindukan lebih besar dikarenakan keterbatasan jangkauan
nyamuk cukup mendukung, antara lain terdapatnya pelayanan kesehatan dan kegagalan pengobatan
Waduk Sermo, belik, dan lain-lain. Peningkatan disebabkan karena parasit malaria resisten terhadap
kepadatan penduduk mendorong pembukaan hutan obat antimalaria terutama resistensi Plasmodium
dan penghunian kawasan perbukitan seperti Bukit falciparum terhadap klorokuin.(Utami, 2007; Dewi,
Menoreh di perbatasan Kabupaten Kulon Progo, 2002). Disamping itu penderita dapat terinfeksi oleh
Purworejo dan Magelang, Jawa Tengah. Akibatnya, beberapa jenis Plasmodium sekaligus, yang demikian
dikawasan Menoreh banyak genangan air dan sungai disebut infeksi campuran (mixed infection), infeksi
kecil yang merupakan tempat perkembangbiakan semacam ini biasanya terjadi di daerah yang angka
nyamuk penular malaria, Anopheles balabacensis malarianya tinggi. Biasanya paling banyak dua jenis
dan Anopheles maculatus.(Atk,2003). Perubahan parasit yakni campuran antara Plasmodium falciparum
iklim seperti curah hujan yang relatif tinggi atau dengan Plasmodium vivax atau Plasmodium malariae.
adanya hujan setiap bulan memungkinkan tersedianya Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah
tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles sp. yang tinggi angka penularannya. (Prabowo, 2007).
(Suwasono, 2005). Malaria merupakan merupakan masalah kesehatan
Di samping itu Kecamatan Kokap berseberangan masyarakat di Indonesia, dikarenakan sebagai salah
dengan wilayah endemis malaria (Kabupaten satu penyakit re-emerging (menular kembali secara
Purworejo), sehingga memungkinkan terjadi migrasi massal). Hingga saat ini malaria masih menjadi
nyamuk Anopheles ke Wilayah Kecamatan Kokap. ancaman serius bagi masyarakat yang tinggal di
Meskipun demikian wilayah Kokap sendiri merupakan daerah tropis dan subtropis. Di dua kawasan tersebut,
219
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 3 Juli 2012: 213–222
malaria sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) Pola Distribusi Penderita Penyakit Malaria
dengan jumlah kematian mencapai lebih dari satu juta Menurut Spesies Plasmodium
orang setiap tahunnya. (Darundiati, 2003). Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa spesies
Pola Distribusi Penderita Penyakit Malaria Plasmodium penyebab penyakit malaria di Kecamatan
Menurut Lingkungan Tempat Tinggal Kokap Kabupaten Kulon Progo adalah: Plasmodium
vivax, sebanyak 92,8% dan Plasmodium falcifarum,
Keadaan lingkungan di sekitar tempat tinggal
sebanyak 7,2%. Hal ini sejalan dengan teori yang
penderita malaria, seperti halnya wilayah yang cukup
menjelaskan, bahwa Plasmodium vivax mempunyai
kondusif untuk hidupnya nyamuk vektor penyakit
distribusi geografis yang paling luas, dari mulai daerah
malaria maupun Plasmodium penyebab penyakit
yang beriklim dingin sampai di daerah tropis dan
malaria tersebut. Hal ini terlihat bahwa Kecamatan
plasmodium ini juga yang paling banyak ditemukan
Kokap secara geografis berupa daerah pegunungan,
di wilayah Indonesia, selain Palsmodium ovale,
ketersediaan air yang menggenang cukup tinggi,
Plasmodium malariae, dan Plasmodium falsiparum.
keberadaan kebun/tegalan masih banyak, adanya
(Pasaribu, 2004). Di wilayah Jawa dan Bali spesies
waduk dan sungai (42,8%), adanya belik dan sungai
yang paling banyak dijumpai adalah Plasmodium
(35,8%), dan lain-lain.
falsiparum dan Plasmodium vivax. Disamping itu
Hal ini sesuai dengan literatur bahwa lingkungan
apabila Plasmodium vivax dan Plasmodium falcifarum
yang mendukung berkembangnya populasi nyamuk
lebih dominan akan menunjukan:
malaria adalah:
a. Dominan Plasmodium falcifarum, penularan
a) Lingkungan fisik, antara lain: suhu udara, curah
malaria masih baru atau belum lama berlangsung
hujan, kecepatan angin, sinar matahari dan arus
dan pengobatan kurang sempurna sehingga
air.
menimbulkan rekrudensi. Gejala malaria yang
b) Lingkungan kimiawi, khususnya kadar garam di
disebabkan Plasmodium falciparum memberikan
tempat perindukan nyamuk
gambaran klinis yang sangat bervariasi seperti
c) Lingkungan biologik (flora dan fauna), keberadaan
demam, menggigil, berkeringat, batuk, diare,
berbagai jenis tumbuhan dapat menghalangi
gangguan pernapasan, sakit kepala dan dapat
masukknya sinar matahari atau melindungi nyamuk
berlanjut menjadi ikterik, gangguan koagulasi,
tersebut dari gangguan mahluk hidup yang lain.
syok, gagal ginjal dan hati, ensefalopati akut, edemi
Dan sebagian besar di tempat tinggal paru dan otak, dan berakhir dengan kematian.
penderita malaria ada kandang ternak (42,8%) hal Gejala-gejala seperti itu pada orang yang belum
ini menyebabkan terjadinya tempat perindukan mempunyai kekebalan terhadap malaria yang baru
dan peristirahatan nyamuk. Disamping perilaku kembali dari daerah endemis (Kandun, 2000).
masyarakat tidak menggunakan kelambu 78,4% b. Dominan Plasmodiu vivax, biasanya dijumpai di
dan tidak menggunakan obat nyamuk 78,4% dapat darah letusan atau transmisi yang tinggi pada
memperbesar jumlah gigitan nyamuk. (Hadi, 2001). beberapa masa sebelumnya tidak mendapatkan
Perilaku masyarakat di wilayah endemis malaria dalam perhatian yang cukup sehingga timbul akumulasi/
penggunaaan kelambu sebagai upaya pencegahan penumpukan penderita. Hal ini dikarenakan:
dari gigitan nyamuk akan mempengaruhi banyaknya – Transmisi dini yang tinggi dengan vektor yang
kejadian penyakit malaria. (Thaharudin dll, 2004). poten
Handayani, dkk, menyatakan bahwa ada hubungan – Pengobatan radikal kurang sempurna
antara kebiasaan menggunakan kelambu dengan
penularan malaria vivax di Kabupaten Bengkulu Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale,
Selatan Provinsi Bengkulu. (Handayani dll, 2007). sebagian sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati
Faktor lingkungan sosial ekonomi seperti kebersihan (atau sporozoit yang tidur selama periode tertentu)
lingkungan, kondisi rumah, kemiskinan memberi sehingga mengakibatkan relaps jangka panjang,
dampak penting terhadap besarnya prevalensi yaitu kembalinya penyakit setelah tampak mereda
penyakit malaria di negara-negara berkembang. dan rekurens. (Prabowo, 2007).
(Thaharudin dll, 2004).
220
Pola Penyebaran Penyakit Malaria (Solikhah)
KESIMPULAN DAN SARAN cakupan dan pelayanan dengan diagnose cepat dan
pengobatan dini di lini terdepan dari jajaran kesehatan
Kesimpulan
yaitu puskesmas; d) Melakukan pemberantasan vector
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, secara selektif baik sasaran maupun metode.
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Menurut jenis kelamin laki-laki lebih banyak
menderita penyakit malaria daripada perempuan. DAFTAR PUSTAKA
Sebagian besar penderita malaria berusia Adriani M, Salmun R, 2006. Pengaruh Pemberian Zat
produk tif, pada umumnya penderita malaria Besi (Fe) dan Seng (Zn) terhadap Peningkatan
berpendidikan SMP. Kadar Hemoglobin (Hb) Anak Sekolah Dasar di
Sebagian besar penderita malaria bekerja sebagai Daerah Endemis Malaria Kecamatan Amanuban
Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan,
pekerja tambang di luar Wilayah Kokap (Kalimantan),
Propinsi Nusa Tenggara Timur, www.digilib.litbang.
pada umumnya penderita penyakit malaria merupakan
depkes.go.id, (Diambil pada tanggal 10 April
kasus baru (Plasmodium vivax) 2008,Yogyakarta).
Sebagian besar penderita penyakit malaria tinggal Anitasari, 2004. Reaktivitas Antibodi pada Infeksi Malaria
disekitar Waduk Sermo, penderita penyakit malaria Falciparum Kasus Impor dan Indigenous terhadap
bertempat tinggal dekat kandang ternak. Antigen Plasmodium falciparum di Daerah Endemis
Sebagian besar penderita penyakit malaria tindak Malaria Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek.
menggunakan kelambu dan obat nyamuk, jenis www.digilib.litbang.depkes.go.id, (Diambil pada
Plasmodium penyebab malaria adalah Plasmodium tanggal 18 Maret 2008, Yogyakarta).
Achmadi UF, 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah,
vivax dan Plasmodium falcifarum.
Kompas, Jakarta
Saran Atk, 2003. Pahami Lingkungan Berantas Penyakit Menular,
www.kompas.com, (Diambil pada tanggal 18 Maret
Mengingat yang terserang penyakit malaria
2008, Yogyakarta).
adalah usia produktif, dan sebagian pernah menderita
Departemen Kesehatan RI, 2008. Presiden Hadiri Peringatan
malaria sebelumnya, maka disarankan: Hari Malaria Sedunia ke-1 dan Resmikan Gedung
Bagi masyarakat: a) Peningkatan pengetahuan Rawat Inap Terpadu RSCM, www.depkes.go.id,
masyarakat tentang penyakit malaria, pengobatan, (Diambil pada tanggal 14 Mei 2008, Yogyakarta)
penanggulangan dan pertolongan pertama melalui Departemen Kesehatan RI, 2007. Malaria. 49 Persen
pendidikan Kesehatan Masyarakat; b) Perlunya Penduduk Tinggal di Daerah Penularan Malaria,
pengaktifan peran serta masyarakat dalam usaha- www.depkes.go.id, (Diambil pada tanggal 20 April
saha pemberantasan penyakit malaria melalui; 2008, Yogyakarta)
Dinkes Kabupaten Kulon Progo, 2008. Profil Kesehatan
pemberantasan sarang nyamuk, pemakaian kelambu
Kabupaten KulonProgo, Dinas Kesehatan Kabupaten
tidur, penggunaan obat nyamuk, pemindahan lokasi
Kulon Progo, Yogyakarta.
kandang ternak ke pinggiran pemukiman dan Dewi RM, 2002. Angka Kegagalan Pengobatan Klorokuin
pelaporan secara cepat terhadap adanya kasus di Daerah dengan Beda Endemisitasnya; Kajian
yang diduga malaria agar mendapatkan penanganan dengan Teknik PCR dan Kovensional, www.digilib.
secara tepat. litbang.depkes.go.id, (Diambil pada tanggal 10 April
Bagi petugas kesehatan: a) Mengintensifkan 2008, Yogyakarta).
kegiatan Malaria surveillance program dengan Darundiati H, 2003. Analisis Faktor-Faktor Risiko Malaria
meningkatkan kualitas surveilans, penemuan penderita, di Daerah Endemis Dengan Pendekatan Spasial di
Kabupaten Purworejo, Jurnal Kesehatan Lingkungan
biological control, larvaciding, manajemen lingkungan,
Indonesia, www.keslingundip.com, Diambil pada
indoor recidul spraying, kelambunisasi, dan mengukur
tanggal 28 Maret 2008, Yogyakarta.
pencapaian program serta menilai dampak program Emelda A Okiro etc. 2009. Age patterns of severe paediatric
berdasarkan indikator yng ditetapkan; b) Meningkatkan malaria and their relationship to Plasmodium
kemampuan manajerial pelaksanaan program dengan falciparum transmission intensity, Malaria Journal
mengadakan penyegaran, penataran, atau bimbingan 2009, 8:4 doi:10.1186/1475-2875-8-4, BioMed Central
di lapangan secara berkala; c) Meningkatkan kualitas Ltd.
221
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 3 Juli 2012: 213–222
Entjang I, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Citra Aditya Suryadinata, 2001. Analisis Sistim Pelaksanaan
Bakti, Bandung. Penyemprotan Rumah dalam Program Pemberantasan
Hadi Hamam, 2001. Perilaku Manusia dan Lingkungan Malaria di Daerah Transmigrasi Kabupaten Kapuas
Sebagai Faktor Risiko Kejadian Malaria di Propinsi Hulu Tahun 1999/2000, FKM, Universitas Airlangga.
Jawa Tengah. Berita Kedokteran Masyarakat Volume www.digilib.litbang.depkes.go.id, (Diambil pada
3 Nomor XVII, 157–169. tanggal 28 Maret 2008, Yogyakarta).
Handayani L, Pabrorizal, Soeyoko, 2007. Faktor-Faktor Suwasono H, 2005. Review Malaria di Wilayah Puskesmas
Risiko Penularan Malaria Vivax, Berita Kedokteran Loano II Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, 1998,
Masyarakat, Yogyakarta, Volume 24, No. 1, Hal: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Medika XXXI (1)
38–43. 29–32.
Harijanto PN, 2000. Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, Thaharudin, Soeyoko, Sutomo A, 2004. Lingkungan
manifestasi Klinis dan Penanganannya. Jakarta, Perumahan, Kondisi Fisik, Tingkat Pengetahuan,
EGC. Perilaku Masyarakat dan Angka Kejadian Malaria di
Kandun I, 2000. Nyoman. Manual Pemberantasan Penyakit Kota Sabang. Jurnal Manusia dan Lingkungan, XI (1)
Menular Edisi 17, James Chin MD. MPH Editor (tidak 126–133, UGM, Yogyakarta.
diperjualbelikan). Utami B, 2007. Pengembangan Pelayanan Kesehatan Untuk
Prabowo A, 2007. Malaria Mencegah dan Mengatasinya, Malaria di Daerah Sulit di Jangkau di Kabupaten
Puspa Swara. Jakarta. Purworejo, Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan,
Putera H, 2001. Malaria Serebral (Komplikasi): Suatu www.digilib.litbang.depkes.go.id, (Diambil pada
Penyakit Imunologis, Jurnal Kedokteran dan tanggal 28 Maret 2008, Yogyakarta).
Kesehatan Medika, XXVII (10): 641–644. World Health Organization, 2004. Malaria, Global and
Pasaribu S, 2004. Malaria: Pencegahan dan Pengobatan Regional Risk, Available at: www.who.int/countries,
Terkini, The Medical Journal of the Medical School, Geneva, (Diambil pada tanggal 28 Maret 2008,
University of Sumatra Utara, 37(1): 34–41. Yogyakarta).
222