You are on page 1of 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MALARIA

DI INDONESIA
( ANALISIS DATA RISKESDAS 2007)

The Factors Influencing Of Malaria Insident In Indonesia


(Further Analysis Riskesdas 2007)

Amrul Munif* , Lamria* dan Raflizar**

Abstract. Malaria in Indonesia is a public health problem. The prevalence still have a tendency to increase
in all province in Indonesia. Many factors are influencing the malaria incident among other the
environment, physicall, biologic or social in a place. The purpose of this analysis is to learn and find factors
influencing malaria incident. Sources of data were from the riskesdas 2007. Varibel used for the purpose of
this analysis were age, gender, individual occupation, used bednet, breed cattle and malaria
prevalence.Data analyse was conducted in Logit (Logistik Biner) model or nonlinier model. The result on
analyse showed that respondents of age deferent have significance corelation with risk probability malaria
incident in one month to finish.The risk of having incident malaria of group adult age 1,30 times more
compared of risk to have group adult old, and the risk probability malaria incident of group young age are
1,279 times compared to group adult age (60 th).The probability to have deferent of gender not significance
correlation betwen women and man. Malaria incident of worker on famer or fisherman department with
high risk are 1,22 times more of risk to compared worker other. Malaria incident of human being sleeping
not with bednet high risk are 0,646 times more compared of risk to compared sleeping with bednet.The risk
of having malaria incident of breed cattle indoor with high risk are 1,246 times more compared of risk to
have compared of breed cattle oudoor.

Keywords: Malaria Incident, Age, Gender, Worker, Breed Cattle

PENDAHULUAN morbiditas dan mortalitas, tapi juga


berpengaruh pada kondisi sosial
Latar Belakang
ekonomi masyarakat. Peningkatan
Malaria masih merupakan masalah insidens dan KLB malaria disebabkan
kesehatan masyarakat, beberapa oleh beberapa faktor yaitu perubahan
kabupaten/kota di Indonesia masih lingkungan fisik terutama curah hujan,
merupakan daerah endemis. Penyakit suhu dan perubahan pemanfaatan
tersebut selain menyebabkan gangguan lahan, termasuk kerusakan lingkungan,
fisik juga berdampak terhadap kemiskinan, krisis ekonomi serta
menurunnya produktivitas kerja, dan perpindahan penduduk.
dapat mempengaruhi kesejahteraan
Dalam kurun waktu 7 tahun
masyarakat. Di luar Jawa dan Bali
terakhir telah terjadi peningkatan. Anual
malaria dilaporkan terdapat di 155
parasit incidanse(API) 1,0%o pada tahun
(81,6%) kabupaten/kota,sedangkan di
2000 menjadi 3,2%o pada tahun 2006.
Jawa dan Bali penularan malaria terjadi
Sedangkan di luar Pulau Jawa dan Bali
di 39 kabupaten, 75 kecamatan dan 310
menunjukkan Annual Mounthly Incidence
desa. Kasus malaria di luar Jawa Bali
(AMI) = 31,09%0 pada tahun 2000 menjadi
dinyatakan dalam annual malaria
25,75%o pada tahun 2006 (WHO, 2007,
incidence (AMI) pada tahun 1997-2000
Ditjen.P2M dan PLP, 2008). Peningkatan
mengalami peningkatan berturut-turut
kasus malaria sangat erat hubungannya
mulai dari tahun 1997 sebesar 16,06
dengan faktor lingkungan diantaranya
%o, tahun 1998 sebesar 21,97%o, tahun
kepadatan penduduk, penempatan
1999 sebesar 24,90%0 dan tahun 2000
kandang, pendidikan, pekerjaan dan
sebesar 31,93%o Kandun,Ny (2008).
pemakaian kelambu. Faktor kepadatan
Kejadian luar biasa (KLB) malaria
penduduk berkaitan dengan perilaku
hampir meliputi seluruh wilayah di
nyamuk mengigit manusia. Keberadaan
Indonesia. Peningkatan kasus malaria
binatang ternak akan mempengaruhi
tidak hanya berpengaruh terhadap
* Peneliti pada Puslitbang Ekologi & Status Kesehatan
** Peneliti pada Puslitbang Biomedis dan Farmasi
1207
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 9 No 2 Juni 2010: 1207 — 1218

perilaku nyamuk menggigit orang, dan faktor yang penting dalam mempengaruhi
sebaliknya. Karena semakin banyak intensitas penularan dan tinggi prevalensi
binatang ternak, kemungkinan nyamuk penyakit malaria. Intensitas penularan
menghisap darah semakin besar dan juga akan ditentukan oleh derajat kontak
menggigit orang semakin kecil. antara vektor dan manusianya. Besarnya
ancaman malaria di suatu daerah terkait
Penggunaan kelambu sebagai
dengan dimana dan kapan masalah
usaha proteksi terhadap gigitan nyamuk terjadi, kelompok mana (umur,
malaria
telah lama dilakukan oleh masyarakat. jenis kelamin, pekerjaan) penularan
Kenyataannya, kelambu dapat berperan memungkinkan
terjadi. Keadaan ini
sebagai alat untuk mencegah kontak antara kepadatan nyamuk Anopheles meningkat,
nyamuk dan manusia. Kemudian
sehingga suatu daerah menjadi endemis.
dikembangkan sebagai program dan
Adanya vektor di suatu tempat
penanggulangan malaria dengan dicelup penderita malaria maka
d itemukan
dengan insektisida. Selain sebagai
penularan akan berlangsung dari orang
mencegah kontak dengan manusia, juga sakit ke orang sehat. Untuk memutuskan
membunuh atau menghalau nyamuk, rantai penularan dan penanggulangan
dengan demikian kelambu celup dapat malaria dapat melalui pengendaliaan
digunakan di dalam program pengendalian vektor dan mencegah kontak antara vektor
malaria. Adanya hewan ternak sebagai dan manusia. Faktor resiko yang terdapat
barier maka nyamuk menggigit hewan pada kelompok penduduk pada suatu
ternak sehingga men gu rangi kontak waktu dan tempat tertentu serta agent yang
gigitan nyamuk terhadap manusia. terjadinya penyakit.
menyebabkan
Dilaporkan bahwa An.barbirostris dan Sehingga perlu dilakukan analisis ini,
An.aconitus dalam mencari mangsa untuk mencari hubungan antara faktor-
bersifat heterogen, artinya tidak ada faktor tersebut terhadap angka kesakitan
selektifitas hospes bagi kedua spesies malaria menggunakan data Riskesdas
untuk mendapatkan mangsa sebagai 2007.
cumber darah (Boewe-,o,D.T. dan
Nalim,S. 1998). Sehinga posisi
penempatan kandang ternak akan
BAHAN DAN METODE
mempengarhui banyaknya kontak gigitan
nyamuk pada manusia. Hal ini tentunya Analisis ini menggunakan data
berkaitan dengan faktor sosial ekonomi, riskesdas 2007 secara deskriptif dan
faktor lingkungan dan faktor demografi. analitik, dengan rancangan cross-sectional.
Di India vektor malaria nyamuk An. Sampel penelitian adalah semua anggota
culcifacie.s bersifat zoofilik dengan indeks keluarga yang terpilih sebagai
antropofilik 0,62% bervariasi pada sampel.Populasi adalah semua ART yang
keadaan fisiografik yang berbeda di Kheda termasuk dalam sampel Riskesdas 2007.
( Malaria Researh Centre in India 2002). Dalam analisis ternyata data riskesdas
tersebut tidak dijumpai nilai extrim
Spesies vektor sangat adaptif dan sehingga tidak perlu dilakukan cleaning
cepat mencari mangsa pengganti, apabila data sesuai dengan tujuan penelitian.
hospes pilihan tidak dijumpai di Selanjutnya dilakukan pengkodean sesuai
lingkungan hidupnya, sehingga populasi dengan definisi operasional. Pemilihan
vektor menjadi tinggi dari waktu ke waktu. variabel sesuai dengan kerangka konsep;
berhubungan erat dengan faktor-faktor untuk variabel bebas (independent
lingkungan antara lain kepadatan variable) dikelompokan dalam tiga
penduduk. kelompok faktor yaitu faktor lingkungan,
Faktor-faktor tersebut sangat faktor ekonomi dan faktor demografi
berpengaruh terhadap keaktifan vektor, sebagai variabel bebas. Penelitian
sehingga penyebarannya akan berbentuk ini melihat hubungan faktor-faktor
cluster, mencari tempat hinggap yang tersebut dengan resiko terjadinya kejadian
lembab (di luar rumah). Kepadatan malaria. Sedangkan variabel tidak
vektor merupakan salah satu bebasnya (dependent variabel) adalah

1208
Faktor Yang Mempengaruhi Malaria...( A Munif, Lamria& Rafli4.1r)

kejadian malaria di daerah endimi . = 0, Umur 2= 1, jika umurnya 30 — 59


Pengkodean variabel untuk variabel tidak tahun lainya= 0. sedangkan katagori acuan
bebas adalah kejadian sakit malaria dalam = umur 60 tahun ke atas. Variabel bebas
I bulan terakhir sebagai prevalensi malaria lainnya adalah status pekerjaan dengan
dengan kode P= 0, jika ya dan P= I, jika pengkodean Status pekerjaan individu di
tidak. Variabel bebas jenis kelamin, luar rumah jika petani/ nelayan yang
kelompok umur, status pekerjaan, kerja = 1, sedangkan jika
pemakaian kelambu, hewan ternak adalah tidak= 0. Untuk ternak dengan peletakan
sebagai berikut untuk jenis kelamin OK ) posisi ternak besar apabila ternak diletakan
dikatagorikan jika Laki-laki JK= 1, dan di dalam rumah = 1, sedangkan jika di
jika perempuan JK= 0. Sedangkan untuk luar rumah= 0. Pemakaian kelambu di
umur responden, agar bentuknya katagorik tempat tidur Kelambu = 1, jika tidak
maka dijadikan Dummy Variabel memakai kelambu dan jika memakai
(pembuatan variabel baru) yaitu umur 1 kelambu= 0,
1, jika umurnya 15 — 29 tahun dan lainnya
Jadi model Logit sebagai berikut :
P
Ln = Po 131 Ternak+ ,82 Kelambu+/331Umurl + 1332Umur2+ 4 JK AKerja+
1— P)

Analisis data Oleh karena itu model yang


Prevalensi Malaria (Kejadian digunakan adalah model Logit (Logistik
pernah terkena malaria) sebagai variabel Biner) atau model Nonlinier. Dengan
terikat berbentuk katagorik (bukan model Logit dapat diketahui Odd
Numerik) yaitu pernah terkena malaria dan (kecenderungan) atau sering disebut
tidak pernah terkena malaria. Karena Resiko yaitu perbandingan antara
variabel terikatnya berbentuk katagorik probabilitas terjadinya suatu peristiwa
maka prevalensi malaria dengan probabilitas tidak terjadinya suatu
dapat
diasumsumsikan bernilai 1 bila orang peristiwa. P adalah probabilitas terjadinya
tersebut pernah sakit malaria, dan suatu peristiwa dalam hal ini pernah sakit
diasumsikan 0 bila orang tersebut belum malaria, dan (1 — P ) adalah probabilitas
pernah sakit malaria. tidak terjadinya suatu peristiwa atau tidak
pernah sakit malaria. Jadi secara umum
model logit —nya sebagai berikut :

r P a a y a
—F1( = ± 1,-,2 X2 + 133 X3 ± 164 X4 + 135 X5 +
1— P
dimana :
P = probabilitas terjadinya suatu peristiwa dalam hal ini pernah sakit malaria
1 — P = probabilitas tidak terjadinya suatu peristiwa atau tidak pernah sakit malaria
X = variabel bebas yang mempengaruhi.

Untuk mengetahui adanya tingkat signifikansinya lebih besar


hubungan antara faktor-faktor demografi, daripada a = 0,05, maka variabel bebas
sosial ekonomi dan lingkungan sebagai tersebut secara statistik tidak mempunyai
variabel bebas dan Prevalensi malaria hubungan dengan variabel tidak bebasnya.
sebagai variabel tidak bebas digunakan Pengolahan data Riset Kesehatan Dasar
tingkat keyakinan sebesar 95% atau (RISKESDAS) 2007 dilakukan dengan
tingkat signifikansinya a = 0,05 (5 %). bantuan Program SPSS (Statistical
Oleh karena itu apabila dari hasil uji Products and Solution Services).
statistik tingkat signifikansinya lebih kecil
daripada atau sama dengan a = 0,05, maka
variabel bebas tersebut secara statistik
mempunyai hubungan dengan variabel
tidak bebas. Demikian sebaliknya apabila

1209
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 9 No 2, Juni 2010: 1207 — 1218

BASIL DAN PEMBAHASAN responden di seluruh Propinsi di Indonesia


958.121 jiwa (98.4%) tidak terkena
Analisis Deskriptif malaria dalam 1 bulan terakhir, sedangkan
Secara epidemiologi kejadian 15.382 jiwa (1,6%) lainnya pernah terkena
malaria di suatu tempat karena ada malaria dalam 1 bulan terakhir dan 154
interaksi antara agen, Host (inang) dan responden tidak memberikan jawaban
Lingkungan. Agent malaria adalah hewan (Tabel 1). Propinsi Nusa Tenggara Timur
sporozoa yang termasuk genus (NTT) paling besar persentase responden
Plasmodium. Di Indonesia Plasmodium yang pernah terkena malaria dalam 1 bulan
yang menyebabkan malaria pada manusia terakhir yaitu sebesar 17,9% dibandingkan
diantaranya adalah spesies P.vivax, dengan 32 propinsi lainnya di seluruh
P.falcifarum dan P.ovale. Sejalan dengan Indonesia. Untuk propinsi D.I Yogyakarta
men ingkatnya mobilitas penduduk yang responden paling kecil persentasenya
tinggi maka malaria mudah tersebar di pernah terkena malaria dalam 1 bulan
seluruh wilayah respektif. Malaria terakhir adalah sebesar 0.03%
tersebar dari dataran rendah hingga dibandingkan dengan 32 propinsi lainnya
dataran tinggi yang keberadaanya di seluruh Indonesia. Kejadian ini
merupakan masalah kesehatan masyarakat. berkaitan dengan kepentingan kegiatan
Malaria telah menyerang 30 juta penduduk penanggulangan yang diprioritaskan
yang mengakibatkan kematian satu juta terlebih dahulu ( Somthes, M 1993).
penduduk di dunia pertahun. Dari semua

Tabel 1. Persentase Kejadian Malaria di Seluruh Propinsi di Indonesia

Persentase
N Persentase (%)
Jawaban
Menjawab Tidak 958121 98.4 98.4
Pernah 15382 1.6 1.6
Total 973503 100.0 100.0
Tidak menjawab 154 .0
Total 973657 100.0

Kejadian ini disebabkan pengaruh Hubungan Kejadian Malaria dengan


beberapa faktor salah satu diantaranya Kelompok Umur
belum maksimalnya pengendalian malaria Umur responden yang masuk
secara optimal di Indonesia bagian timur, dalam pengamatan adalah dari bayi (0
baik pengobatan penderita maupun tahun) sampai dengan 14 tahun yang
pemberantasan vektor bila dibandingkan dikatagorikan kelompok usia anak, 15
dengan D.I.Yogyakarta yang secara rutin tahun sampai dengan 29 tahun
ditanggulangi dan banyaknya interfensi dikatagorikan sebagai kelompok usia
dari berbagai intansi. Selain program tidak muda, 30 tahun sampai dengan 59 tahun
berjalan dalarn pengobatan dan penemuan dikatagorikan kelompok usia dewasa dan
penderita juga disebabkan banyaknya lebih dari 60 tahun dikatagorikan
tempat perkembangbiakan vektor yang kelompok usia tua. Tetapi dari seluruh
sulit dijangkau. Hal ini menyebabkan responden hanya 68,2% yang menjawab
tingginya kejadian malaria di Indonesia variabel umur, yaitu dari responden
bagian timur. kelompok umur remaja, dewasa dan tua.
Sedangkan 31,8% tidak menjawab yaitu
dari kelompok umur anak. Dari semua
responden di seluruh Propinsi di Indonesia
menurut kelompok umur menunjukkan
persentase terbesar responden adalah

1210
Faktor Yang Mempengaruhi Malaria...( A Munif, Lamria& Raflizar)

kelompok umur dewasa (30 tahun — 59 menurut jenis kelamin laki — laki lebih
tahun) sebesar 36,3% , sedangkan besar dari pada perempuan. Karena laki-
persentase terkecil adalah kelompok umur laki mempunyai resiko terkena malaria
tua (60 tahun keatas) sebesar 8,2%. lebih memungkinkan sebab aktivitasnya
Responden kelompok umur anak (0 tahun berhubungan dengan lingkungan, bertani,
— 14 tahun) tidak ditemukan, hal ini berternak, mengelola tambak yang
disebabkan dari kelompok umur ini tidak merupakan habitat dari nyamuk vektor
menjawab (missing system) Persentase (Stops C.A., Yoyo R.G., Saptoro R.,
Kejadian Malaria dalam 1 bulan terakhir Dwiko S., Kathryn A.B., Heri A., lqbbal
menurut kelompok umur menunjukkan F.E., and Amrul M., (2008).
bahwa 1,6 kali dari seluruh responden
kelompok umur muda pernah terkena
malaria dalam 1 bulan terakhir, untuk Hubungan Kejadian Malaria dengan
kelompok umur dewasa 1,7 kali dari Bidang Pekerjaan
seluruh responden kelompok umur
tersebut pernah terkena malaria dalam 1 Penularan malaria dapat
bulan terakhir, sedangkan pada kelompok dihubungkan dengan aktivitas terbanyak
umur tua 1,4 kali dari seluruh responden yang d ilakukan seseorang yang
berumur lebih dari 60 tahun pernah berhubungan dengan dimana orang
terkena malaria dalam 1 bulan terakhir. tersebut melakukan aktivitas sehari—hari.
Hal ini menunjukkan bahwa kelompok Hal inilah yang menjadi dasar untuk
umur dewasa memiliki persentase terbesar melihat hubungan pekerjaan utama dengan
kejadian malaria. Berdasarkan data Riset
dibandingkan dengan kelompok lainnya,
terjadi karena adanya perbedaan imunitas Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
pekerjaan utama responden
Fox,J.P, Hall, C.R.N. and Elvecback,L.
dikelompokkan menjadi 13 yaitu : tidak
R.(1989).
bekerja, sekolah, ibu rumah tangga,
TNI/Polri, PNS, pegawai BUMN, pegawai
Hubungan Kejadian Malaria dengan swasta, wiraswasta/pedagang, pelayanan
Jenis Kelamin jasa, petani, nelayan, buruh, dan lainnya.
Dari semua responden di seluruh Propinsi
Dari semua responden menurut di Indonesia yang bekerja di bidang
Jenis Kelamin di seluruh Propinsi di pertanian dan nelayan sebesar 18,5% dan
Indonesia secara valid 52% adalah sisanya bekerja di bidang lain serta
perempuan, sedangkan 48,1% lainnya beberapa responden tidak memberi
adalah laki-laki. Dan .31,8% dari seluruh jawaban. Kejadian Malaria dalam 1 bulan
responden tidak memberi jawaban terakhir menurut bidang pekerjaan,
(missing system) hal ini karena responden yang pernah terkena malaria
kemungkinan muncul pada responden dalam 1 bulan terakhir sebesar 41% adalah
yang berumur di bawah 15 tahun bekerja di bidang pertanian atau nelayan
Sedangkan Responden yang tidak pernah dibandingkan seluruh responden yang
terkena malaria dalam 1 bulan terakhir pernah terkena malaria dalam satu bulan
52% adalah perempuan dan 48% laki-laki. terakhir. Persentase Kejadian Malaria
Hal ini menunjukkan bahwa secara dalam 1 bulan terakhir menunjukkan
persentase responden yang pernah terkena bahwa 2,4 kali dari semua responden yang
malaria dalam 1 bulan terakhir laki-laki bekerja di bidang pertanian atau nelayan
lebih banyak di banding perempuan. pernah terkena. Sedangkan untuk
Persentase Kejadian Malaria dalam 1 responden yang bekerja dibidang lainnya
bulan terakhir menunjukkan bahwa 1,4 (selain petani/nelayan) 1,3 kali pernah
kali dari seluruh responden perempuan terkena malaria dalam 1 bulan terakhir.
pernah terkena malaria dalam satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa persentase
terakhir, Sedangkan untuk responden laki Kejadian Malaria dalam 1 bulan terakhir
— laki 1,8 kali pernah terkena malaria. Hal menurut bidang pekerjaan, orang yang
ini menunjukkan bahwa persentase bekerja di bidang pertanian/nelayan besar
Kejadian Malaria dalam 1 bulan terakhir dari pada pekerja lainnya, selalu

1211
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 9 No 2, Juni 2010: 1207 — 1218

berhubungan dengan tempat perkembang saja, sedangkan lainnya memelihara


biakan nyamuk (Stops C.A., Yoyo R.G., unggas (ayam, bebek, burung) serta
Saptoro R., Dwiko S., Kathryn A.B., Heri binatang peliharaan (kucing, anjing,
A., Iqbbal F.E., and Amrul M., (2008). kelinci), dan 45,1% tidak memberi
Laboratory and Field Testing of Bed-net jawaban atau tidak memiliki binatang
Trap for). ternak maupun binatang peliharaanLokasi
Ternak tersebut di pelihara dikelompokkan
menjadi 2 yaitu : dalam rumah baik
Hubungan Kejadian Malaria dengan dengan kandang ataupun tanpa kandang
Pemakaian Kelambu dan di luar rumah dengan kandang ataupun
tanpa kandang. Dari seluruh responden
Dari semua responden di seluruh yang memelihara ternak besar/sedang
Propinsi di Indonesia yang semalam tidur 10,8% memelihara ternak di dalam rumah
menggunakan kelambu adalah 32,9% dengan kandang ataupun tanpa kandang,
persen, sedangkan lainnya semalam tidak sisanya dipelihara diluar rumah. Kejadian
menggunakan kelambu dan beberapa Malaria dalam 1 bulan terakhir menurut
responden menjawab tidak tahu Kejadian persentase lokasi ternak besar/sedang
Malaria dalam 1 bulan terakhir menurut dipelihara menunjukkan responden yang
persentase pemakaian kelambu, responden pernah terkena malaria dalam 1 bulan
yang pernah terkena malaria dalam 1 bulan terakhir 87,1% memelihara ternak diluar
terakhir 54,2 semalam tidur tidak
rumah dibanding seluruh responden yang
menggunakan kelambu. Sedangkan
pernah terkena malaria dalam 1 bulan
Responden yang tidak pernah terkena terakhir dan memiliki ternak besar/sedang.
malaria dalam 1 bulan terakhir 67,1% Sedangkan responden yang memelihara
semalam tidur tidak menggunakan ternak besar/sedang dan tidak pernah
kelambu. Hal ini menunjukkan bahwa terkena malaria dalam 1 bulan terakhir
secara persentase responden yang pernah 89,2% memelihara ternak di luar rumah
terkena malaria dalam 1 bulan lebih dibanding seluruh responden yang tidak
banyak yang tidak menggunakan kelambu. pernah terkena malaria dalam 1 bulan
Persentase Kejadian Malaria dalam 1 terakhir dan memelihara ternak
bulan terakhir menunjukkan bahwa 2,2 besar/sedang. Persentase Kejadian Malaria
kali dari seluruh responden yang semalam dalam 1 bulan terakhir menunjukkan
tidur pakai kelambu pernah terkena bahwa 2,5 kali dari seluruh responden
malaria dalam satu bulan terakhir, yang memelihara ternak besar/sedang di
Sedangkan untuk responden yang semalam luar rumah pernah terkena malaria dalam
tidak pakai kelambu 1,3 kali pernah
satu bulan terakhir, Sedangkan untuk
terkena malaria dalam I bulan terakhir.
responden yang memelihara ternak
Hal ini menunjukkan bahwa persentase besar/sedang di dalam rumah 3,1 kali
Kejadian Malaria dalam 1 bulan terakhir pernah terkena malaria dalam 1 bulan
lebih besar pada responden yang semalam terakhir (Tabel 2). Hal ini menunjukkan
pakai kelambu, kejadian ini disebabkan bahwa persentase Kejadian Malaria dalam
penggunaan kelambu yang tidak benar. 1 bulan terakhir lebih besar pada
Hubungan Kejadian Malaria dengan responden yang memelihara ternak
Lokasi Ternak Besar dan Sedang besar/sedang di dalam rumah
dipelihara dibandingkan di luar rumah, karena
nyamuk yang terbang ke dalam rumah
Dari 33 Propinsi di Indonesia juga akan menggigit manusia (
tidak semua responden memelihara ternak Kirnowardoyo,S and Supalin , 1986).
sedang (kambing, domba, babi) dan ternak
besar (sapi, kerbau, kuda) hanya 20,3%

1212
Faktor Yang Mempengaruhi Malaria...( A Munif, Lamria& Raflizar)

Tabel 2. Kejadian Malaria dalam 1 bulan terakhir menurut berbagai variabel

Variabel
Kejadian Malaria
Tidak Pernah
Kelompok Umur
Jumlah (n) Jumlah(n)
Muda 227144 34.8 3614 33.9
Dewasa 347767 53.2 5973 56.0
Tua 78516 12.0 1085 10.2
Total 653427 100.0 10672 100.0
Jenis kelamin
Perempuan 339692 52.0 4845 45.4
Laki - Laki 313735 48.0 5827 54.6
Total 653427 100.0 10672 100.0
Bidang pekerjaan
Lainnya 477152 73.1 6273 59.0
Pertanian/Nelayan 175488 26.9 4362 41.0
Total 652640 100.0 10635 100.0

Pemakaian kelambu
Pakai 312298 32.9 6932 45.8
Tidak Pakai 638281 67.1 8207 54.2
Total 950579 100.0 15139 100.0

Lokasi ternak sedang/besar


Luar Rumah 171847 89.2 4410 87.1
Dalam Rumah 20724 10.8 654 12.9
Total 192571 100.0 5064 100.0

Analisis Statistik Inferensial Sedangkan variabel bebas (independent)


yang mempengaruhi kejadian malaria
Hasil estimasi dari model adalah adalah umur, jenis kelamin, bidang
model probabilitas resiko kejadian malaria pekerjaan, pemakaian kelambu dan lokasi
dalam 1 bulan terakhir antara satu ternak.
katagorik variabel bebas yang
mempengaruhinya dengan katagorik dengan spesifikasi sebagai berikut
pembandingnya dengan teknik analisis
Regresi Logistik Biner (Logit). Model Dari hasil estimasi koefisien
probabilitas Kejadian Malaria dalam 1 hubungan antara kejadian malaria dalam 1
bulan terakhir, yang digunakan sebagai bulan terakhir dengan variabel yang
variabel terikat (dependent) adalah mempengaruhi diperoleh persamaan atau
kejadian malaria dalam 1 bulan terakhir. model regresi sebagai berikut

1213
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 9 No 2, Juni 2010: 1207 - 1218

P
Ln -3.817 + 0.265 Age 1 + 0.246 Age 2 + 0.067 Sex + 0.196 Kerja
`1 -P j

-0.437 Kelambu + 0.22 Kandang


Dimana :
P = probabilitas terdapat kejadian malaria dalam 1 bulan terakhir
1 -P = probabilitas tidak terdapat kejadian malaria dalam 1 bulan terakhir.
Agel = kelompok umur 30 - 59 tahun
Age2 = kelompok umur 15 - 29 tahun
Sex = jenis kelamin
Kerja = bidang pekerjaan
Kelambu = pemakaian kelambu
Kandang = lokasi ternak besar/sedang di pelihara

Tabel 3. Estimasi koefisien hubungan antara kejadian malaria dalam 1 bulan terakhir dengan
variabel yang mempengaruhi.
Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)


Step Age1(1) .265 .062 18.352 1 .000 1.304
1(a) Age2(1) .246 .058 18.291 1 .000 1.279
SEX(1) .067 .037 3.330 1 .068 1.069
KERJA(1) .196 .038 26.831 1 .000 1.216
KELAMBU(1) -.437 .036 150.437 1 .000 .646
KANDANG(1) .220 .053 17.508 1 .000 1.246
Constant -3.817 .063 3728.424 1 .000 .022
a Variable(s) entered on step I: Agel, Age2, Sex, Kerja, Kelambu, Kandang.

Dari basil estimasi parameter maka (age2) memiliki probabilitas resiko lebih
diperoleh hasil bahwa : besar yaitu exp (fin ) = exp (0,245) = 1,279
kali dibandingkan dengan responden
Hubungan Kejadian Malaria dengan
kelompok umur tua, 60 tahun keatas.
Kelompok Umur
Hal ini disebabkan karena
Secara statistik kelompok umur
dewasa (30 - 59 tahun) memiliki adanya perbedaan daya ketahanan tubuh
hubungan yang signifikan ( memiliki antara yang muda dengan yang tua selain
pengaruh yang nyata) dengan probabilitas perbedaan aktivitas ( Malaria Research
Centre in India (1977-2002).
terjadinya malaria dalam 1 bulan terakhir
dibandingkan kelompok umur tua (60
tahun ke atas). Terjadinya malaria pada
Hubungan Kejadian Malaria dengan
kelompok umur dewasa, 30 - 59 tahun
Jenis kelamin
(agel) memiliki probabilitas resiko lebih
besar yaitu exp (PH ) = exp (0,265) = 1,304 Secara statistik variabel jenis
kali dibandingkan dengan responden kelamin tidak memiliki hubungan yang
kelompok umur tua, 60 tahun keatas signifikan (tidak memiliki pengaruh yang
(Tabel 3). nyata) dengan probabilitas terjadinya
malaria dalam 1 bulan terakhir . Jadi
Secara statistik kelompok umur secara statistik tidak ada perbedaan yang
muda (15 - 29 tahun) memiliki hubungan nyata terhadap resiko terjadinya malaria
yang signifikan (memiliki pengaruh yang dalam I bulan terakhir antara laki - laki
nyata) dengan probabilitas terjadinya dan perempuan.
malaria dalam 1 bulan terakhir
dibandingkan kelompok umur tua (60
tahun ke atas).Terjadinya malaria pada
kelompok umur muda, 15 - 29 tahun

1214
Faktor Yang Mempengaruhi Malaria...( A Munif, Lamria& Raflizar)

Hubungan Kejadian Malaria dengan memiliki hubungan yang signifikan


Bidang Pekerjaan (memiliki pengaruh yang nyata) dengan
probabilitas terjadinya malaria dalam 1
Secara statistik bidang pekerjaan
bulan terakhir dibandingkan orang yang
petani atau nelayan memiliki hubungan
tadi malam tidur memakai kelambu.
yang signifikan (memiliki pengaruh yang
Terjadinya malaria pada orang yang tadi
nyata) dengan probabilitas terjadinya
malam tidur tidak memakai kelambu
malaria dalam 1 bulan terakhir
memiliki probabilitas resiko lebih kecil
dibandingkan orang yang memiliki bidang
pekerjaan lainnya. Terjadinya malaria yaitu exp ( A) = exp (- 0,437) = 0,646 kali
pada orang yang bekerja di bidang dibandingkan dengan orang yang tadi
nelayan memiliki malam tidur memakai kelambu (Tabel 3).
pertanian atau
probabilitas resiko lebih besar yaitu exp Komitmen yang diberikan oleh
(,63 ) = exp (0,196) = 1,216 kali WHO, Bank Dunia, UNICEF dan UNDP
dibandingkan dengan orang yang bekerja pada tahun 1998. Sepakat untuk membantu
di bidang yang lain Tabel 3). Pada lahan negara-negara anggota dalam
yang dikelola manusia seperti lahan meningkatkan upaya pemberantasan
persawahan, tambak akan menjadi malaria berdasarkan pendekatan kemitraan
perkembangbiakan tempat berbagai jenis dengan seluruh komponen masyarakat,
nyamuk yang berperan sebagai vektor donor internasional, LSM, sektor terkait
Fox,J.P, Hall, C.R.N. and Elvecback,L. termasuk swasta/dunia usaha yang dikenal
R.(1989). dengan Roll Back Malaria (RBM) yang di
Indonesia dikenal Gebrak Malaria.
Indonesia merupakan negara
Kesepakatan bersama pada hari jadi 30 th
agraris dengan bentangan sawah dari
koordinasi bersama dewan pengurus
dataran rendah sampai pegunungan
tentang suatu strategi baru dalam
sehingga cocok bagi perkembangan
penanggulangan nyamuk yang dilakukan
berbagai jenis nyamuk. Persawahan di
TDR melalui UNICEF, dengan pembelian
dekat pantai ternyata ditemukan sebanyak
25 juta kelambu berinsektisida pada tahun
33 spesies yang terdiri 10 jenis Anopheles
2006 untuk 68 negara dengan WHO
5 diantaranya berperan menularkan
bekerjasama dengan World Bank, UNDP
malaria 13 jenis Culex , 4 jenis Aedes
dan Unicef.(UNISEF (2007).
sisanya jenis Mansonia dan Ficalbia
(Stops C.A., Yoyo R.G., Saptoro R., Dalam melindungi induvidu atau
Dwiko S., Kathryn A.B., Heri A., Iqbbal keluarga dari gigitan nyamuk dengan
F.E., and Amrul M., (2008). kelambu celup untuk mengurangi resiko
malaria pada sekelompok penduduk. Cara
Sawah dengan tanaman padi
ini dapat menggunakan berbagai macam
dipastikan ada An.aconitus, Cx
insektisida dan dapat dipergunakan
tritaeniorhyncus, Anopheles indefinitus
diantaranya : Permethrin, Deltamethrin,
dan Anopheles anullaris . Pada musim
Lambda cyhalothrin. Kelambu
kemarau nyamuk bermigrasi ke daerah
berinsektisida dengan orang yang tidur di
bukit untuk melanjutkan kehidupannya
dalam merupaka perangkap untuk
dan pada umunya nyamuk mempunyai
nyamuk, sehingga bila nyamuk hinggap
umur yang relatif panjang untuk nyamuk
pada kelambu nyamuk akan mati. Pada
betina sebaliknya nyamuk jantan berumur
penggunaan insektisida imperator 100 EC
pendek. Pada saat musim penghujan
pada kelambu nilon yang dicelup dosis
petani mengelolah sawah sehingga
0,5 g bahan aktif /m2 dan 0,75 gr bahan
menjadi tempat nyamuk berkembang
aktif/m2 dapat melumpuhkan 100
biak.
nyasmuk Anopheles aconitus selama kurun
waktu kontak rata-rata 10 menit pada hari
ke 90 setelah pencelupan ( Munif A, dan
Hubungan Kejadian Malaria dengan
Yusniar, 2005).
Pemakaian Kelambu
Secara statistik orang yang tadi
malam tidur tidak memakai kelambu

1215
Jumal Ekologi Kesehatan Vol. 9 No 2, Juni 2010: 1207 — 1218

Hubungan Kejadian Malaria dengan jarang, terutama di daerah perbukitan yang


Lokasi Ternak Besar dan Sedang endemic malaria (Fox,J.P, Hall, C.R.N.
dipelihara and Elvecback,L. R. 1989), . Menurut
Boewono dan Nalim, (1988) melaporkan
Secara statistik orang yang bahwa Anopheles dalam mencari mangsa
memelihara ternak besar/sedang di dalam bersifat heterogen, artinya tidak ada
rumah memiliki hubungan yang signifikan selektifitas hospes untuk mendapatkan
(memiliki pengaruh yang nyata) dengan mangsa sebagai sumber darah. Nyamuk
probabilitas terjadinya malaria dalam 1 sangat adaptif dan cepat mencari mangsa
bulan terakhir dibandingkan yang pengganti, apabila hospes pilihan tidak
memelihara ternak besar/sedang di luar dijumpai di lingkungan hidupnya
rumah. Terjadinya malaria pada orang ( Mendoza,C.F. and Oliveira,R.L.d. 1996).
yang memelihara ternak besar/sedang di Kesukaan nyamuk terhadap suatu hospes
dalam rumah memiliki probabilitas resiko salah satu di antaranya adanya perbedaan
lebih besar yaitu exp (fi3 ) = exp (0,220) = genetik, tetapi banyak hal tersedianya
1,246 kali dibandingkan dengan orang inang memegang peran penting bahkan
yang memelihara ternak besar/sedang di turut menentukan sifat antropofilik dan
luar rumah ( Tabel 3). zoofilik di suatu daerah (Kirnowardoyo,S
Penduduk dalam kegiatan and Supalin , 1986 )
berternak hewan kerbau, sapi, ayam dan
kambing, hal ini akan mengundang
nyamuk bila kandang ternak tersebut dekat KESIMPULAN DAN SARAN
dengan rumah namun demikian penduduk Kesimpulan
mengusir nyamuk dengan asap. Bahkan
dengan adanya ternak hewan disekitar Perbedaan kelompok umur
pemukiman dapat dimanfaatkan sebagai memiliki hubungan yang signifikan
barier, sehingga kontak gigitan nyamuk terhadap probabilitas resiko terjadinya
terhadap manusia berkurang (Hasan,A.A, malaria dalam 1 bulan terakhir.
Rahman,W.A., Rashid,M.Z.A., Probabilitas resiko terjadinya malaria pada
Shahrem,M.R. and Adanan,C.R. (2001). kelompok umur dewasa 1,304 kali
Zooprofilaksis merupakan salah satu cara dibandingkan dengan kelompok umur tua,
biologis yang bertujuan untuk mencegah 60 tahun keatas, dan probabilitas resiko
dan menghindarkan kejadian kontak antara terjadinya malaria pada kelompok umur
nyamuk dan manusia dalam upaya muda 1,279 kali dibandingkan dengan
pengendalian nyamuk vektor penyakit. kelompok umur tua, 60 tahun keatas.
Zooprofilaksis dapat dikombinasi dengan Perbedaan jenis kelamin antar
insektisida untuk menurunkan insiden reponden tidak memiliki hubungan yang
malaria yang di sebabkan P. falciparum signifikan (tidak memiliki pengaruh yang
sebesar 56 dan P. vivax sebesar 31 , nyata) dengan probabilitas terjadinya
dengan biaya lebih rendah sekitar 80 malaria dalam 1 bulan terakhir . Jadi tidak
dibanding dengan metode indoor Residual ada perbedaan yang nyata terhadap resiko
sprying (Vytilingam,l., Chiang,G.L. and terjadinya malaria dalam 1 bulan terakhir
Shing,K.l., (1992). antara laki — laki dan perempuan.
Nyamuk dapat menghisap darah Perbedaan bidang pekerjaan
yang berasal dari berbagai hospes atau memiliki hubungan yang signifikan
inang yang dibedakan menjadi tiga. (memiliki pengaruh yang nyata) dengan
Nyamuk tidak memilih inang merupakan probabilitas terjadinya malaria dalam 1
sekelompok nyamuk tanpa kesukaan bulan terakhir. Probabilitas resiko
trertentu. Pada umumnya nyamuk terjadinya malaria pada orang yang
Anopheles bersifat zoofilik, eksofagik dan bekerja di bidang pertanian atau nelayan
eksofilik yang aktif menggigit tengah 1,216 kali dibandingkan dengan orang
malam (Munif,A. dan M.Sudomo, 2006c). yang bekerja di bidang yang lain.
Di Malaysia, penel itian tentang
antropofilik Anopheles masih sangat

1216
Faktor Yang Mempengaruhi Malaria...( A Munif, Lamria& Raflizar)

Perbedaan orang yang tadi malam vector malaria An. aconitus. Seminar
tidur memakai kelambu memiliki Parasitologi Nasional ke V. Ciawi, Bogor.
Dit.Jen P2M dan PLP( 2008). Program dan
hubungan yang signifikan (memiliki Kebijakan Pengendalian Vektor/Reservoir
pengaruh yang nyata) dengan probabilitas Penyakit di Indonesia. SimNas
terjadinya malaria dalam 1 bulan terakhir. Pengendalian vektor dan Reservoar,
Resiko terjadinya malaria pada orang yang 17Desember
tadi malam tidur tidak memakai kelambu Fox,J.P, Hall, C.R.N. and Elvecback,L. R.(1989),
Epidemiology, Man an Diseases. The
0,646 kali dibandingkan dengan orang Macmillan Company, Collier - Mac
yang tadi malam tidur memakai kelambu. millan. Ltd., London
Hasan,A.A, Rahman,W.A., Rashid,M.Z.A.,
Perbedaan orang yang memelihara Shahrem,M.R. and Adanan,C.R. (2001),
ternak besar/sedang di dalam atau di luar Composition and biting activity of
rumah memiliki hubungan yang signifikan Anopheles (Diptera: Culicidae) attracted
(memiliki pengaruh yang nyata) dengan to human bait in a malaria endemic
. village in peninsular Malaysia near the
probabilitas terjadinya malaria dalam 1 Thailand border. Journal of Vector
bulan terakhir. Resiko terjadinya malaria Ecology. 70-75
pada orang yang memelihara ternak Kandun,Ny. Kesehatan dan perubahan lklim.
besar/sedang di dalam rumah 1,246 kali Dit.Jen P2 & PLP, Seminar Pengaruh
dibandingkan Pemanasan Global, Jakarta 7 April 2008
dengan orang yang Kirnowardoyo,S and Supalin , 1986.
memelihara ternak besar/sedang di luar Zooprophylaxis as a Usefultool for control
rumah of An.aconitus transmitted malaria in
Central Java, Indonesia. J.Com. Dis., 18
(2):90-94
Malaria Research Centre in India (1977-2002).
Saran Bionomics of Malaria Vectors in India.
Penempatan kandang yang tepat Vector Biology, 19-31.
Mendoza,C.F. and Oliveira,R.L.d.(1996). Bionomic
diletakan di luar rumah dapat mengurangi of Anopheles aquasalis Curry 1932, in
kontak gigitan nyamuk vektor sehigga Guarai, State of Rio de Janeiro,
dapat mengurangi resiko terkena malaria. Southeastern Brazil-I. Seasonal
Dalam Riskesdas masa mendatang perlu Distribution and Parity Rates. Mem. Inst.
Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro. 91.(3);
dilibatkan biologi lingkungan khususnya
265-270.
dalam bidang penyakit tular vektor Munif A, dan Yusniar,(2005). Tabel kehidupan
sehingga dapat memberikan kontribusi An.aconitus sebagai pendukung analisis
lebih cermat. epidemiologi penyakit tular vector. Media
litbangKes.vol XV No4/2005
Munif,A. dan M.Sudomo (2006c) Bionomi
Anopheles spp di daerah endemis malaria
UCAPAN TERIMA KASIH Kecamatan Lengkong, Kabupaten
Sukabumi. Prosiding Seminar Nasional
Kami ucapkan terimakasih pada Penyakit Tropis Parasiter, Purwokerto, 8
Kapuslit Ekologi dan Status Kesehatan Juli 2006
yang telah memberi kesempatan untuk Somthes,M.( I 993),Consolidated Annual Report on
menganalisa hasil riskesdas tahun 2007. Malaria Control Programme Indonesia
Kepada Dr. Trihono Sundoro Phd selaku Ministry of Health World Health
Organization, WHO/Ino.Ma1.001
kepala badan Penelitian dan Stops C.A., Yoyo R.G., Saptoro R., Dwiko S.,
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kathryn A.B., Heri A., Iqbbal F.E., and
Kesehatan R.I. kami sangat berterimakasih Amrul M., (2008). Laboratory and Field
untuk minat dann perhatiannya serta pula Testing of Bed-net Trap for Mosquito
(Diptera: Culicidae) Collection in West
untuk kesempatan yang diberikan dalam Java, Indonesia. Submited Journal of
melakukan analisis lanjut Riskesdas tahun Medical Entomology
2007. UNICEF/UNDP/World Bank/WH0,2007. Special
Programme for Research and Training in
Tropical Diseases (TDR), WHO, TDR
News no 78, Geneva.
DAFTAR PUSTAKA Vytilingam,I., Chiang,G.L. and Shing,K.I., (1992),
Boewono, D.T. dan Nalim.S. (1998). Pencirian, Bionomic of important mosquito vector in
Pelepasan dan penangkapan ulang sebagai Malaysia. Southeast Asean. J.
upaya mengetahui perilaku menggigit Trop.Public. Hlth, 23 (4), 587-603

1217
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 9 No 2, Juni 2010: 1207 — 1218

WHO (2007). Special Programme for Research and WHO, TDR News no. 78 Geneva.
Training in Tropical Diseases (TDR),

1218

You might also like