Professional Documents
Culture Documents
2511
ABSTRACT
Leishmaniasis is a zoonosis, neglected and poorly reported disease, caused by the protozoan Leishmania spp, genus
Leishmania. It is transmitted through several vector species including the sand fly (gnat) genus Phlebotomus. This disease has
complex ecology and epidemiology. This paper presents about Leishmaniasis disease from epidemiological aspects and risk
factors; parasites, vectors and reservoirs; disease transmission and control. Leishmania spp. is an obligate intramacrophage
protozoan, characterized by its kinetoplast, a unique form of mitochondrial DNA. Clinical manifestations of Leishmaniasis
depend on interactions between the characteristics of Leishmania species and the human host immune response, resulting in a
disease spectrum ranging from local lesions on the skin to diffuse involvement of the reticuloendothelial system. There are four
forms of Leishmaniasis in humans with various clinical manifestations, namely Visceral Leishmaniasis (VL), also known as
kala-azar (KA), Cutaneous Leishmaniasis (CL), Mucocutaneous Leishmaniasis (MCL) and Diffuse Cutaneous Leshmaniasis
(DCL). Leishmaniasis that caused by Leismania infantum is the most dangerous disease, but is never found in Indonesia. The
existence of Leishmaniasis needs to be aware in Indonesia as a tropical country that is suitable for the habitat of sand flies
(Phlebotomus). The best method for handling this disease is to control the vectors effectively and to reduce contact between
humans and vectors.
Key words: Leishmaniasis, phlebotomus, vector, zoonosis, Indonesia
ABSTRAK
Leishmaniasis adalah salah satu zoonosis yang terabaikan dan tidak dilaporkan dengan baik, disebabkan oleh protozoa
Leishmania spp, genus Leishmania. Penyakit ini ditularkan melalui beberapa spesies vektor diantaranya lalat pasir (agas) genus
Phlebotomus. Penyakit ini memiliki ekologi dan epidemiologi yang kompleks. Tulisan ini menyajikan tentang penyakit
Leishmaniasis ditinjau dari aspek epidemiologi dan faktor risiko penyakit; parasit, vektor dan reservoir, transmisi penyakit, serta
pengendaliannya. Leishmania spp. merupakan protozoa intramakrofag obligat, dicirikan oleh kinetoplast, bentuk unik dari
mitokondria DNA. Manifestasi klinis Leishmaniasis tergantung pada interaksi antara karakteristik spesies leishmania dan respon
imun inang manusia, menghasilkan spektrum penyakit mulai dari lesi lokal pada kulit hingga keterlibatan difus sistem
retikuloendotelial. Ada empat bentuk Leishmaniasis pada manusia dengan berbagai manifestasi klinis, yaitu Visceral
Leishmaniasis (VL), juga dikenal sebagai kala-azar (KA), Cutaneous Leishmaniasis (CL), Mucocutaneous Leishmaniasis (MCL)
dan Diffuse Cutaneous Leshmaniasis (DCL). Leishmaniasis yang disebabkan oleh Leismania infantum adalah penyakit yang
paling berbahaya, tetapi belum pernah ditemukan di Indonesia. Meskipun demikian, keberadaan Leishmaniasis perlu diwaspadai
di Indonesia karena sebagai negara tropis, sangat cocok sebagai habitat lalat pasir (Phlebotomus). Pengendalian terbaik
Leismaniasis adalah melalui kontrol vektor yang efektif dan mengurangi kontak antara manusia dan vektor.
Kata kunci: Leishmaniasis, phlebotomus, vektor, zoonosis, Indonesia
79
WARTAZOA Vol. 30 No. 2 Th. 2020 Hlm. 79-90
manusia untuk kontrol, pencegahan maupun dan cepat, tetapi belum diketahui metode
pengobatan penyakit (WHO 2010). Leishmaniasis penanganannya dan/atau belum terdapat di suatu area
termasuk penyakit tropis yang terabaikan (neglected atau wilayah negara Republik Indonesia. Indonesia
tropical disease/NTD) dicirikan dengan rendahnya merupakan negara tropis tetapi bukan merupakan
tingkat kesadaran masyarakat dan kurangnya daerah endemis Leishmaniasis. Leishmaniasis belum
pendanaan penelitian dalam rangka mencari solusi pernah ditemukan di Indonesia, akan tetapi telah
terhadap strategi pengendalian penyakit (El-Salam et dilaporkan kasus menyerupai CL dengan diagnosis
al. 2014; Tomassone et al. 2018). diferensial histoplasmosis pada seorang laki-laki muda
Leishmaniasis mempunyai nama lain kala-azar, penderita AIDS stadium IV. Diagnosis ditegakkan
disebabkan oleh Leishmania spp. yaitu protozoa berdasarkan gambaran klinis, laboratorium, dan
flagelata intraseluler obligat, retikuloendotelial histopatologis. Prognosis pada kasus ini buruk karena
(Jarivapan et al. 2018; Akhoundi et al. 2016), termasuk, ada penyakit pernyerta HIV stadium IV (Ekawati &
kelas Kinetoplastida, subfamili Phlebotominae, genus Saputra 2016). Penyakit ini perlu diwaspadai
Leishmania (Ready 2014). Protozoa Leishmania spp, mengingat semakin terbukanya lalu lintas manusia baik
ditularkan melalui gigitan serangga yang dikenal dari dan menuju daerah endemis. Selain itu perubahan
sebagai agas (lalat pasir) betina. Gigitan satu lalat yang iklim global sangat berperan terhadap kejadian
terinfeksi dapat menyebabkan penyakit, karena dalam penyakit yang ditularkan oleh vektor. Tulisan ini
satu gigitan dapat mengeluarkan lebih dari 1000 menyajikan tentang penyakit Leishmaniasis ditinjau
parasit. Secara tradisional sebaran parasit dibagi antara dari aspek epidemiologi dan faktor risiko penyakit;
parasit Dunia Lama (belahan bumi Timur) dan parasit parasit, vektor dan reservoir, transmisi serta
Dunia Baru (belahan bumi Barat). Genus Phlebotomus pengendaliannya. Penulisan review ini bertujuan untuk
dan Sergentomyia terdapat di ‘Dunia Lama’ yaitu di mengenal penyakit Leishmaniasis yang selama ini
Benua Amerika, dan genus Lutzomyia di ‘Dunia Baru’ terabaikan agar dapat diantisipasi kejadiannya di
meliputi Afrika, Asia, dan Eropa. Serangga ini paling Indonesia.
aktif di lingkungan yang lembab, seperti saat musim
panas atau pada malam hari (Lambertz et al. 2015).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Leishmaniasis adalah salah satu dari tujuh penyakit
tropis terpenting dan merupakan masalah serius Epidemiologi
kesehatan dunia dengan manifestasi klinis spektrum
luas yang berpotensi fatal. World Health Organization Pada tahun 2017, sebanyak 20.792 dari 22.145
(WHO) memperkirakan 350 juta orang berisiko tertular (94%) insiden (kasus baru). Leishmaniasis terjadi di
penyakit pada tahun 2002 dan diperkirakan sekitar 2 tujuh negara yaitu Brazil, Ethiopia, India, Kenya,
juta kasus baru muncul setiap tahun. Saat ini Somalia, Sudan selatan dan Sudan (WHO 2017).
diperkirakan sekitar 12 juta orang terinfeksi di 98 Berbagai spesies lalat pasir genus Phlebotomus dan
negara (WHO 2010; Alvar et al. 2012), dan Lutzomyia berperan terhadap penularan Leishmaniasis
menyebabkan 70.000 kematian per tahun (Torres- di dunia. Area distribusinya secara luas dibagi menjadi
Guerrero et al. 2017). Kompleksitas penularan penyakit "Dunia Baru" Benua Amerika, dan "Dunia Lama"
ini terletak pada siklus hidup parasit yang melibatkan Afrika, Asia, dan Eropa (Tabel 1), sesuai tipe penyakit
vektor (lalat pasir) dan reservoir mamalia. Penularan yang terjadi berdasarkan spesies, vektor dan reservoir
penyakit dapat bersifat zoonosis (menular dari hewan (Sunter &. Gull 2017; Alcover et al. 2020).
ke manusia) dan / atau antroponotik yaitu penyakit Meskipun Leishmaniasis menjadi masalah
yang secara alami menular dari manusia ke hewan kesehatan masyarakat di beberapa negara, status
vertebrata (Torres-Guerrero et al. 2017). Leishmaniasis epidemiologisnya tidak merata di berbagai belahan
masuk ke dalam populasi manusia ketika manusia, lalat dunia. Distribusi Leishmaniasis sudah banyak terdapat
pasir dan inang reservoir berbagi lingkungan yang di dunia baru, yaitu dari Amerika Serikat bagian selatan
sama (Lemma et al. 2017). ke Uruguay bagian utara di dataran rendah tropis dan
Leishmaniasis pada manusia, ada empat bentuk subtropis (Hashiguchi et al. 2018a). Di sisi lain, di
yaitu visceral Leishmaniasis (VL) juga dikenal sebagai wilayah dataran tinggi Andes melalui Colombia,
kala-azar (KA), Cutaneous Leishmaniasis (CL), Ekuador, Peru dan Bolivia CL telah lama dikenal
Mucocutaneous Leishmaniasis (MCL) dan Diffuse sebagai bentuk khas Andes dan / atau CL dataran
Cutaneous Leshmaniasis (DCL) (Widana & Hilmawan tinggi. Kasus pertama Leishmaniasis di Ekuador yang
2019). Protozoa Leishmania infantum termasuk ke dilaporkan pada tahun 1987 adalah tipe Andes CL
dalam Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) (Andean-CL), parasitnya adalah L. (V.) peruviana di
Golongan I. Menurut Kementan (2009), HPHK Peru dan L. (L.) mexicana di Ekuador (Hashiguchi et
golongan I mempunyai sifat dan potensi yang serius al. 2018a, b; Hashiguchi et al. 2020a).
80
Fitrine Ekawasti dan E Martindah: Mewaspadai Keberadaan Leishmaniasis di Indonesia sebagai Penyakit Zoonosis oleh Protozoa
Zoonosis Visceral Leishmaniasis (ZVL) yang pada hewan di Mediterania sangat kompleks karena
disebabkan oleh L. donovani complex dan L. infantum tidak hanya terbatas pada anjing dan lalat pasir, tetapi
sangat berkorelasi dengan kemiskinan (Alvar et al. juga lagomorph (Molina et al. 2012) dan hewan
2006), tersebar luas di Asia, Amerika Latin, Afrika pengerat liar yang signifikan bertindak sebagai
Utara, Eropa Selatan, dan negara-negara di Timur reservoir (Helhazar et al. 2013). Eropa Barat
Tengah (Alvar et al. 2012; Incobez 2019). Di Tunisia, merupakan daerah endemik Leishmaniasis dengan
ZVL berperan terhadap morbiditas dan mortalitas yang seroprevalensi pada anjing sebesar 23,2% (Franco et al.
cukup tinggi pada anak di bawah 5 tahun (Zoghlami et 2011). Hal ini tampak jelas bahwa ekologi dan
al. 2014). Diperkirakan kejadian ZVL di Tunisia antara epidemiologi Leishmaniasis dipengaruhi oleh inang,
100 hingga 160 kasus per 100.000 penduduk (Alvar et reservoir dan vektor (manusia, hewan, dan lalat pasir)
al. 2012), dengan tingkat fatalitas kasus 6% (Ben Helel serta lingkungan. Oleh karena itu, investigasi
et al. 2017). epidemiologis tidak hanya menargetkan kasus manusia,
Leishmaniasis pada manusia dilaporkan endemik tetapi juga pada reservoir hewan dan potensi
di Italia (Gradoni et al. 2017; Moriconi et al. 2017), dan penularannya (Roque & Jansen 2014; Palatnik & Day
telah terjadi wabah VL di provinsi Bologna, timur laut 2011).
Italia (Varani et al. 2013). Pada manusia, infestasi
Flebovirus diantaranya Virus Toscana (TOSV),
menyebabkan komplikasi yang lebih parah karena lalat Faktor risiko
pasir dari subgenus Larroussius selain sebagai vektor
L. infantum juga sebagai vektor utama Virus Toscana Faktor yang mempengaruhi penyebaran
(TOSV) (Fares et al. 2020). Virus Toscana penyebab Leishmaniasis adalah kondisi iklim dan lingkungan,
meningitis dan ensefalitis pada manusia di negara- sosial ekonomi, malnutrisi, perpindahan penduduk dan
negara Mediterania, diantaranya Portugal (Amaro et al. transportasi hewan. Perubahan lingkungan
2012), Tunisia (Dachraoui et al. 2016) dan Italia menghasilkan modifikasi mikro-ekologi parasit, vektor,
(Marchi et al. 2017). Seroprevalensi TOSV pada reservoir dan inang yang mendukung transmisi
populasi yang berisiko tinggi terhadap zoonosis Leishmaniasis lebih tinggi di suatu daerah (Calborn
Visceral Leishmaniasis (ZVL) di Tunisia mencapai 2010). Aktivitas manusia seperti penggundulan hutan,
40% (Bichaud et al. 2013). pengembangan pertanian dan pemukiman di dekat
Tomassone et al. (2018) menyatakan bahwa kawasan hutan dan domestikasi hewan merupakan
urbanisasi, perubahan iklim, serta adaptasi vektor dan penyebab terjadinya transmisi zoonosis dan
satwa liar terhadap habitat manusia, saling antroponotik Leishmaniasis (Tsegaw et al. 2013).
mempengaruhi satu sama lain sehingga meningkatkan Iklim merupakan salah satu faktor risiko yang
risiko zoonosis. Tidak menutup kemungkinan di berperan terhadap terjadinya suatu penyakit terutama
wilayah suatu negara yang sebelumnya bebas menjadi penyakit yang penularannya melalui vektor (Bahri &
epidemis hingga endemis disebabkan oleh migrasi, Syafriati 2011; Sendow 2013; Ekawasti & Martindah
pariwisata dan aktivitas militer (Inceboz 2019). 2017). Perubahan iklim berdampak pada populasi lalat
Alvar et al. (2006) menyatakan bahwa aktivitas sebagai vektor Leishmaniasis yang dapat menimbulkan
militer (perang) dan kemiskinan, berkontribusi dalam emerging disease banyak ditemukan selama periode
penyebaran penyakit, yang disebabkan oleh bulan Juli hingga November (musim kemarau)
meningkatnya migrasi penduduk yang tidak memiliki (Hashiguchi et al. 2020a). Keberadaan dan jumlah lalat
kekebalan ke daerah endemik penyakit, dan migrasi pasir sangat penting diketahui untuk tujuan
orang yang terinfeksi ke daerah yang sebelumnya tanpa pengendalian dan pengelolaan penyakit, termasuk
penyakit dimana penduduk lokal tidak memiliki infestasi Leishmania secara alami, di setiap daerah
kekebalan. Menurut Oryan & Akbari (2016), pemicu endemik.
munculnya dan penyebaran Leishmaniasis disebabkan Karakteristik ekologi lokal dari lokasi transmisi,
oleh faktor lingkungan seperti perubahan suhu dan paparan parasit dan perilaku manusia yang sangat
ketersediaan air, sistim irigasi, deforestasi, perubahan bervariasi menentukan status infestasi pada manusia
iklim, penurunan kekebalan oleh HIV atau transplantasi (Oryan & Akbari 2016). Perpindahan penduduk dan
organ, resistensi obat, meningkatnya perjalanan ke transportasi hewan dari wilayah endemik ke wilayah
daerah endemik dan impor anjing. bebas memiliki risiko yang tinggi dalam menularkan
Prevalensi Leishmaniasis yang tinggi telah infeksi, karena vektor dapat terbawa bersama manusia
dilaporkan pada mamalia kecil baik domestik maupun dan hewan ketika proses transportasi (Ekawasti &
liar. Anjing mempunyai peran penting dalam Martindah 2017). Seperti yang dilaporkan oleh Tedla et
epidemiologi Leishmaniasis karena semua bentuk al. (2018) bahwa epidemi VL ada hubungannya dengan
Leishmaniasis yaitu tipe kulit, mukokutan dan visceral migrasi pekerja dari dataran tinggi non endemis
ditemukan pada anjing. Epidemiologi Leishmaniasis Leishmaniasis ke dataran lahan pertanian endemis
Leishmaniasis. Pada individu imunokompeten, infestasi
81
WARTAZOA Vol. 30 No. 2 Th. 2020 Hlm. 79-90
Spesies
Vektor lalat pasir Penyakit Distribusi Reservoir
Leishmania
L. major 1. Phlebotomus duboscqi Cutaneous Dunia lama Rodensia
2. Phlebotomus papatasi Leishmaniasis Asia Tengah, Timur bagian tengah
3. Phlebotomus salehi dan, Asia Barat, Afrika Utara,
Sahel-Afrika, Afrika Barat dan
Tengah, Sub-Saharan Afrika dan
Sahel - Sudan, India Utara, Pakistan
L. infantum 1. Phiebotomus pcrniciosufi Leishmaniasis Mediterania basin; Asia Timur Anjing, kucing,
2. Phiebotomus arias Visceral bagian tengah, Asia Tengah sampai rubah, srigala
Cutaneous Pakistan; China; Amerika Tengah afrika (jackals),
Leishmaniasis dan Selatan, Eropa Selatan, Afrika landak
Lokal Utara-Barat
L. amazonensis Lutzomyia. flaviscutellata Cutaneus Amerika Selatan, Amazon Utara Rodensia hutan
Leishmaniasis
Lokal
82
Fitrine Ekawasti dan E Martindah: Mewaspadai Keberadaan Leishmaniasis di Indonesia sebagai Penyakit Zoonosis oleh Protozoa
83
WARTAZOA Vol. 30 No. 2 Th. 2020 Hlm. 79-90
Vulpes vulpes, Mustela lutreola, Mustela nivalis, dan penyakit dan menyebabkan masalah kesehatan
Mustela putorius). masyarakat (Hashiguchi et al. 2020a).
Erinaceidae (landak) adalah reservoir potensial Spesies Leishmania memiliki siklus hidup
bagi L. major dan diketahui menginfestasi landak heteroxenous. Ada dua bentuk morfologis dalam siklus
(Atelerix algirus) di Algeria (Tomás-Pérez et al. 2014; hidupnya yaitu amastigot di makrofag inang mamalia
Chemkhi et al. 2015). Muñoz-Madrid et al. (2013) dan promastigot di usus vektor lalat pasir (Gambar 1.).
melaporkan, di wilayah Extremadura Spanyol, deteksi Siklus hidup dimulai ketika seekor lalat betina
qPCR pada sampel rambut dan cakar tunggal E. menggigit dan memasukkan parasit berupa promastigot
europaeus (landak) menunjukkan hasil positif DNA L. ke dalam tubuh inang (manusia). Promastigot
infantum. Daerah Mediterania endemis Leishmaniasis, kemudian difagositosis oleh makrofag inang, akibatnya
memiliki populasi tinggi fauna mamalia liar, termasuk parasit berubah menjadi bentuk non-flagellated,
M. spretus dan S. vulgaris yang berperan dalam siklus amastigot, yang mereproduksi dengan pembelahan
transmisi L. infantum dan E. europaeus sebagai biner. Penggandaan parasit terjadi di dalam makrofag
reservoir potensial dilaporkan pertama kali oleh (Roberts et al. 2009).
Alcover et al. (2020), DNA L. infantum terdeteksi di Keberadaan Leishmania spp. dalam lalat pasir
limpa dan kulit, serta antibodi di darah jantung. adalah tahap yang tak terhindarkan untuk transmisi
Leishmaniasis diantara berbagai inang. Begitu masuk
ke dalam sel inang, promastigot metasiklik berubah
SIKLUS HIDUP menjadi amastigot, yang dapat bertahan dan bereplikasi
di dalam fagolisosom (Veras & de Menezes 2016).
Siklus penularan Leishmaniasis pada prinsipnya Amastigot adalah parasit intraseluler yang ditemukan
dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe lingkungan dalam fagolisosom makrofag dan fagosit lain, dan
yang berbeda yaitu, periurban, urban, dan sylvatic. penyerapannya oleh lalat pasir penghisap darah ke
Berbagai spesies lalat pasir berperan sebagai vektor dalam kulit dan menghasilkan luka kecil di mana darah
kompeten dari infestasi Leishmania spp. dan telah mengalir dari kapiler superfisial (Handman & Bullen
beradaptasi dengan berbagai habitat sylvatic, 2002). Bentuk amastigot dari parasit yang diambil oleh
peridomestic dan domestik. Penularan parasit lalat pasir biasanya tidak ditemukan dalam sirkulasi
Leishmania sylvatic, terjadi ketika manusia perifer, melainkan ada di kulit. Parasit yang ada di
kontak/terkontaminasi pada saat melakukan kegiatan di organ seperti hati dan limpa tidak dapat diakses oleh
lingkungan budidaya pertanian, penebangan area lalat pasir. Kerusakan jaringan inilah yang terkait
hutan/perkebunan, pembangunan jalan di hutan atau dengan terciptanya luka yang melepaskan makrofag
daerah pegunungan. Bahkan beberapa vektor spesies kulit dan / atau amastigot yang dibebaskan ke dalam
lalat pasir yang beradaptasi hidup di sekitar tempat darah, dan memungkinkan penyerapan berikutnya ke
tinggal manusia dapat menimbulkan risiko penularan dalam perut lalat pasir.
metasiklik
promatigot
prosiklik promatigot
84
Fitrine Ekawasti dan E Martindah: Mewaspadai Keberadaan Leishmaniasis di Indonesia sebagai Penyakit Zoonosis oleh Protozoa
85
WARTAZOA Vol. 30 No. 2 Th. 2020 Hlm. 79-90
di alam sangat sulit untuk diberantas. Hal ini berbeda dekat tempat tinggal penduduk (Otranto & Dantas-
dengan beberapa parasit lainnya; sebagai contoh Torres 2013).
Plasmodium vivax khusus pada manusia. Mencegah 2. Memakai alat pelindung diri, penggunaan krim
penyebaran Leishmaniasis spp. dari host definitif dan penangkal gigitan serangga dan pestisida di pakaian
host intermediate lebih sulit dibandingkan dengan dan kelambu tidur dapat mengurangi risiko gigitan
Plasmodium spp (Inceboz 2019). Berbeda dengan lalat pasir secara efektif. Selain itu, penggunaan
malaria, efek dari pengendalian vektor Leishmaniasis zooprophylaxis, aplikasi residu dalam dan luar
belum banyak terbukti karena habitat Phlebotomus ruangan, larvisida, dan kerah (koler) anjing yang
sebagian besar tidak diketahui. Program pemberantasan diolesi insektisida sangat dianjurkan (Cetin &
Kala-azar di wilayah Asia Tenggara, mengalami Ozbel 2017).
kemajuan yang memuaskan, negara Bangladesh pada 3. Pengembangan vaksin terhadap leishmaniasis,
tahun 2006 melaporkan lebih dari 9000 kasus, sepuluh seperti Letifend®, dengan perlindungan 90%, yang
tahun kemudian yaitu pada tahun 2016 dan 2017 merupakan rekombinan dari antigen MON-1;
dilaporkan masing-masing 255 dan 192 kasus baru peptida yang mengandung epitop dari protein ribo
(WHO 2017). Sementara itu dari Ethiopia dilaporkan somal LiP2a, LiP2b, dan LiP0; dan histone H2A,
bahwa tren insiden leishmaniasis selama 6 tahun secara serta CpG-ODN (Reguera et al. 2014).
epidemiologis terbukti menurun dengan adanya task 4. Memberikan pengetahuan/penyuluhan kepada
force Leishmaniasis nasional sebagai upaya masyarakat mengenai siklus hidup dan bahaya
mengendalikan dan kontrol penyakit (Tedla et al. penyakit Leishmaniasis.
2018). Peran setiap spesies inang dalam pemeliharaan 5. Mengurangi aktivitas di luar rumah sejak matahari
dan penyebaran parasit Leishmania penting diketahui terbenam hingga terbit. Lalat pasir adalah hewan
dan diklarifikasi untuk memahami dinamika populasi nokturnal (aktif di malam hari) sehingga
vektor dan epidemiologi Leishmaniasis (Roque & pengurangan aktivitas di malam hari dapat
Jansen 2014). menurunkan risiko digigit lalat pasir.
Alemayehu & Alemayehu (2017) menyatakan 6. Waspada atas peningkatan populasi lalat pasir saat
bahwa metode terbaik untuk pengendalian penyakit ini menjelang musim hujan
selain kontrol vektor, juga mengurangi kontak antara 7. Pasien Leishmaniasis diisolasi dan diobati untuk
manusia dengan vektor. Strategi kontrol dan eliminasi mencegah berkembangnya amastigot parasit
Leishmaniasis memerlukan deteksi kasus/survei pada Leishmania dalam inang, sehingga dapat memutus
hewan dan manusia, identifikasi dan isolasi hospes siklus hidup parasit Leishmania. Memberikan obat
reservoir, perawatan pasien yang terinfestasi dan dan konsultasi kesehatan gratis terkait
implementasi manajemen pengendalian vektor yang penyembuhan Leishmaniasis, mengingat obat
efektif. Leishmaniasis yang efektif relatif mahal, dan
Mengingat Leishmaniasis merupakan penyakit penggunaan yang tidak tepat dapat menimbulkan
yang cukup sulit disembuhkan, serta belum ada vaksin parasit resisten terhadap obat. Dengan memberi
dan obat yang efektif maka metode terbaik adalah obat sekaligus konsultasi gratis, penderita
dengan pencegahan yaitu menghindari gigitan lalat Leishmaniasis dapat disembuhkan dan tidak lagi
pasir betina. Memutus daur hidup parasit Leishmania menjadi inang secara antroponosis.
sangat penting untuk membatasi risiko terjadinya 8. Pengobatan Leishmaniasis dengan paromomycin
epidemik dengan mengontrol infestasi Leishmania spp. (aminosidine), pentamidine, spiramycin,
di inang hewan dan manusia (Cetin & Ozbel 2017). metronidazole, quinolone, dan ketoconazole,
Kasus Leishmaniasis pada manusia banyak walaupun mungkin tidak menghilangkan parasit,
ditemukan di daerah dengan kondisi lingkungan dan namun potensi obat dapat ditingkatkan dengan
pemukiman dengan sanitasi yang buruk. Oleh karena pemberian imunomodulator seperti levamisole,
itu, perbaikan sistem perumahan dan kebiasaan pola interferon gamma, domperidona, dan lainnya.
hidup bersih serta sanitasi lingkungan mutlak
diperlukan dan peningkatan kesadaran/pemahaman
masyarakat tentang bahaya Leishmaniasis. Beberapa ANTISIPASI LEISHMANIASIS DI INDONESIA
hal yang dapat dilakukan dalam mencegah dan
mengendalikan infestasi Leishmaniasis, adalah sebagai Keberadaan protozoa Leishmania spp. di
berikut: Indonesia, baik pada hewan maupun manusia belum
1. Pemberantasan vektor dan inang hewan dengan pernah dilaporkan, meskipun kasus Cutaneus
penyemprotan pestisida, atau menggunakan alat Leishmaniasis dengan diagnosis diferensial
penangkap serangga serta pengendalian inang histoplasmosis pernah dilaporkan pada manusia.
hewan seperti tikus, anjing, rubah, khususnya di Keberadaan Leishmaniasis perlu diwaspadai karena
penyakit ini banyak terjadi di negara tropis seperti
86
Fitrine Ekawasti dan E Martindah: Mewaspadai Keberadaan Leishmaniasis di Indonesia sebagai Penyakit Zoonosis oleh Protozoa
Indonesia sebagai habitat yang cocok bagi adalah negara tropis merupakan habitat yang cocok
perkembangan vektor dari Leishmaniasis (lalat pasir). untuk lalat pasir (Phlebotomus) dan tingginya mobilitas
Untuk mengantisipasi munculnya dan penularan manusia dari dan menuju daerah endemis.
Leishmaniasis, vektor Phlebotomus perlu diinvestigasi Pengendalian Leishmaniasis terbaik adalah melalui
karena keberadaananya sangat dipengaruhi oleh kontrol vektor yang efektif untuk mengurangi kontak
perilaku dan jenis pekerjaan atau kegiatan manusia ke manusia karena belum tersedianya vaksin.
seperti bekerja di hutan/ sawah/ ladang/ perkebunan Kewaspadaan dan antisipasi Leishmaniasis melalui
serta tinggal di pemukiman terpencil seperti kondisi di metode diagnosis akurat dan pengendalian yang tepat
Indonesia. Selain itu, Indonesia juga mempunyai perlu dilakukan di Indonesia selain melakukan
berbagai spesies hewan liar dan domestik bahkan surveilans penyakit untuk mendapatkan informasi
rodensia banyak terdapat di hutan dan perkebunan. keberadaan parasit, vektor dan reservoir Leishmania
Leishmania spp. memiliki induk semang reservoir pada spp.
beberapa spesies hewan liar dan domestik serta
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Selain faktor lingkungan dan hewan, faktor
mobilisasi manusia sebagai reservoir juga perlu Akhoundi M, Kuhls K, Cannet A, Votýpka J, Marty P,
mendapat perhatian. Pada tahun 2006 Indonesia pernah Delaunay P, Sereno D. 2016. A historical overview of
mengirim Kontingen Garuda untuk misi perdamaian di the classification, evolution, and dispersion of
perbatasan Lebanon-Israel (Widana & Hilmawan Leishmania parasites and sandflies. Plos Negl Trop
2019). Lebanon sebagai salah satu tempat dislokasi Dis. 10:e0004349. doi: 10.1371/journal.pntd.
rakyat Suriah pada saat terjadi perang saudara dan 0004349.
terorisme merupakan wilayah endemis CL dengan Alcolea PJ, Alonso A, Molina R, Jime´nez M, Myler PJ,
kasus infeksi yang terburuk di dunia. Kondisi ini Larraga V. 2019. Functional genomics in sand fly–
merupakan peluang risiko infeksi Leishmaniasis derived Leishmania promastigotes. PLoS Negl Trop
sebagai imported case CL masuk ke Indonesia. Dis. 13:e0007288. doi: 10.1371/journal.
Leishmaniasis menjadi salah satu penyakit yang pntd.0007288.
mendapat perhatian WHO karena diperkirakan terus Alcover M, Alexis RM. Carmen G, Diana B, M Tomás-
berkembang dan menghantui dunia, sehingga harus Pérez, Cristina R, Roser F. 2020. Wild mammals as
diwaspadai sejak awal. Menurut data WHO (2017), potential silent reservoirs of Leishmania infantum in
Indonesia menempati peringkat Leishmaniasis nomor a Mediterranean area. Prev Vet Med. 175:104874.
183 di dunia dengan tingkat mortalitas 0 atau 0,00%
Alemayehu B, Alemayehu M. 2017. Leishmaniasis: A review
dari total kematian. Angka kematian disesuaikan on parasite, vektor and reservoir host. Health Sci J.
dengan usia adalah 0,00 per 100.000 penduduk. 11:519. doi: 10.21767/1791-809X.1000519
Walaupun tingkat mortalitas Leishmaniasis di
Indonesia rendah, namun karena belum ditemukan Alvar J, Vélez ID, Bern C, Herrero M, Desjeux P, Cano J,
vaksin Leishmaniasis dan obat yang tersedia saat ini Jannin J, den Boer M. 2012. Leishmaniasis
worldwide and global estimates of its incidence.
memiliki toksisitas tinggi maka untuk memperkecil WHO Leishmaniasis Control Team. PLoS ONE.
risiko transmisi Leishmaniasis pada manusia yang 7:e35671. doi: 10.1371/journal.pone.0035671.
paling efektif adalah dengan mencegah gigitan lalat
pasir, menggunakan alat pelindung, serta melakukan Alvar J, Yactayo S, Bern C. 2006. Leishmaniasis and
karantina dan memulihkan manusia yang terinfestasi. poverty. Trends Parasitol. 22:552-557.
Timbulnya penyakit baru (emerging disease) dari Amaro F, Luz T, Parreira P, Marchi A, Ciufolini M, Alves M.
beberapa penyakit zoonosis seperti Leishmaniasis harus 2012. Serological evidence of Toscana virus infection
diwaspadai dengan melakukan antisipasi secara in Portuguese patients. Epidemiol Infect. 140:1147–
menyeluruh dengan melibatkan peran serta 1150.
kementerian terkait. Survei terhadap keberadaan vektor Bahri S, Syafriati T. 2011. Mewaspadai munculnya beberapa
serta identifikasi spesies hewan liar sebagai reservoir penyakit hewan menular strategis di Indonesia terkait
Leishmania spp. yang ada di Indonesia perlu dilakukan dengan pemanasan global dan perubahan iklim.
untuk mencegah secara dini timbulnya penyakit Wartazoa. 21:25-39.
leismaniasis di Indonesia. Bashaye S, Nombela N, Argaw D, Mulugeta A, Herrero M.
2009. Risk factors for visceral Leishmaniasis in a new
epidemic site in Amhara Region, Ethiopa. Am J Trop
KESIMPULAN Med Hyg. 81:34-39.
Infeksi Leishmaniasis pada manusia dapat Ben Helel K, ben Rejeb M, Habboul Z, Khattat N, Mejaouel
berakibat fatal, apabila tidak diobati dengan tepat. H. 2017. Risk factors for mortality of children with
Leishmaniasis perlu diwaspadai karena Indonesia zoonotic visceral Leishmaniasis in Central Tunisia.
87
WARTAZOA Vol. 30 No. 2 Th. 2020 Hlm. 79-90
PLOS ONE 12:e0189725. doi: 10.1371/journal.pone. Gramiccia M, Gradoni L. 2005. The current status of
0189725. zoonotic leishmaniases and approaches to disease
control (Invited review). Int J Parasitol. 35:1169-
Bichaud L, Dachraoui K, Piorkowski G, Chelbi I, Moureau 1180.
G, Cherni S, de Lamballerie X, Sakhria S, Charrel R,
Zhioua E. 2013. Isolation of Toscana virus from sand Hashiguchi Y, Gomez EL, Kato H, Martini LR, Velez LN,
flies, Tunisia. Emerg Infect Dis. 19:322-324. Uezato H. 2016. Diffuse and disseminated cutaneous
leishmaniasis: clinical cases experienced in Ecuador
Calborn DM. 2010. The biology and control of Leishmaniasis and a brief review. Trop Medic Health. 44:2-9. doi:
vektors. J Glob Infect Dis. 2:127-134. 10.1186/s41182-016-0002-0.
Chappuis F, Sundar S, Hailu A, Ghalib H, Rijal S. 2007. Hashiguchi Y, Gomez EAL, Cáceres AG, Velez LN, Villegas
Visceral Leishmaniasis: What are the needs for NV, Hashiguchi K, Mimori T, Uezato H, Kato H.
diagnosis,treatment and control? Nat Rev Microbiol. 2018b. Andean cutaneous Leishmaniasis (Andean-
5:873-882. CL, uta) in Peru and Ecuador: the vektor Lutzomyia
Chemkhi J, Souguir H, Belhadjali I, Driss M, Ikram G, sand flies and reservoir mammals. Acta Trop.
Souheila G. 2015. Natural infection of Algerian 178:F264-275.
hedgehog, Atelerix algirus (Lereboullet 1842) with Hashiguchi Y, Gomez EAL, Cáceres AG, Velez LN, Villegas
Leishmania parasites in Tunisia. Acta Trop. 150. doi: NV, Hashiguchi K, Mimori T, Uezato H, Kato H.
10.1016/j.actatropica.2015.06.009. 2018a. Andean cutaneous Leishmaniasis (Andean-
Dachraoui K, Fares W, Bichaud L, Barhoumi W, Beier JC, CL, uta) in Peru and Ecuador: the causative
Derbali M, Cherni S, de Lamballerie X, Chelbi I, Leishmania parasites and clinico-epide- miological
Charrel RN, Zhioua E. 2016. Phleboviruses features. Acta Trop. 177:135-145.
associated with sand flies in arid bio-geographical Hashiguchi, Kazue H, Flavio C, Zambranob, Francisco D.
areas of Central Tunisia. Acta Trop. 158:13-19. Parragad, Viriginia P, Martillob, Edison XT, Lenin N,
Ekawati NP, Saputra H. 2016. Leishmaniasis Kutaneus Veleza, Nancy V, Villegasa, Eduardo A, Gomeza,
dengan Diferensial Diagnosis Histoplasmosis pada Hirotomo K. 2020a. Anthropophilic sand fly
Seorang Penderita HIV. Laporan Sebuah Kasus. Lutzomyia ayacuchensis in the Ecuadorian Andes.
Bagian/Smf Patologi Anatomi FK. Bali (Indonesia): Acta Trop. 203:105321.
UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. Hashiguchi Y, Eduardo A, Gomeza, Lenin NV, Nancy V,
Ekawasti F, Martindah E. 2017. Vektor control of zoonotic Villegasa, Makoto K, Tatsuyuki M, Kazue H,
arbovirus disease in Indonesia. Wartazoa. 26:151. Hirotomo K. 2020b. Anthropophilic phlebotomine
doi: 10.14334/wartazoa.v26i4.1402. sand fly Lutzomyia species and search for the natural
Leishmania infections in an area endemic for
El-Salam ANM, Sultan A, Riaz U. 2014. PCR and cutaneous Leishmaniasis in Ecuador. Acta Trop.
microscopic identification of isolated Leishmania 203:105287.
tropica from clinical samples of Cutaneous
Leishmaniasis in human population of Kohat Region Helhazar M, Leitao J, Duarte A, Tavares L, da Fonseca IP.
in Khyber Pakhtunkhwa. BioMed Res Int. 2013. Natural infection of synathropic rodent species
2014:861831. doi: 10.1155/2014/861831. Mus musculus and Rattus norvegicus by Leishmania
infantum in Sesimbra and Sintra-Portugal. Parasit
Fares W, K. Dachraoui, W. Barhoumi, S. Cherni, I. Chelbi, E. Vektors. 6:88. doi: 10.1186/1756-3305-6-88.
Zhioua. 2020. Co-circulation of Toscana virus and
Leishmania infantum in a focus of zoonotic visceral Inceboz T, Lambrecht FY, Eren MŞ, Girginkardeşler N,
Leishmaniasis from Central Tunisia. Acta Trop. Bekiş R, Yilmaz O. 2014. Evaluation of 131 I-
204:105342. pentamidine for scintigraphy of experimentally
Leishmania tropicainfected hamsters. J Drug
Franco AO, Davies CR, Mylne A, Dedet JP, Gállego M, Targeting. 22:416-420. doi:
Ballart C, Gramiccia M, Gradoni L, Molina R, Gálvez 10.3109/1061186X.2013.878943
R, Morillas-Márquez F, Barón-López S, Pires CA,
Afonso MO, Ready PD, Cox J. 2011. Predicting the Inceboz T. 2019. Epidemiology and ecology of
distribution of canine Leishmaniasis in western Leishmaniasis [Internet]. [accessed 3 May 2020].
Europe based on environmental variables. Parasitol. Available from: http://creativecommons.org/licenses/
138:1878-1891. by/3.0.
Gradoni L, Rogelio LV. 2017. Mourad M Regional office for Jiménez M, González E, Martín-Martín I, Hernández S,
Europe. Manual on case management and Molina R. 2014. Could wild rabbits (Oryctolagus
surveillance of the leishmaniases in the WHO cuniculus) be reservoirs for Leishmania infantum in
European Region [Internet]. [accessed 24th February the focus of Madrid, Spain?. Vet Parasitol. 202:296-
2020]. Available from: http://www.euro.who.int/en/ 300. doi: 10.1016/j.vetpar.2014.03.027
publications/abstracts/manual-on-case-management- [Kementan] Kementerian Pertanian. 2009. Penggolongan
and-surveillance-of-the-leishmaniases-in-the-who- jenis-jenis hama penyakit hewan karantina,
european-region-2017. penggolongan dan klasifikasi media pembawa. No:
88
Fitrine Ekawasti dan E Martindah: Mewaspadai Keberadaan Leishmaniasis di Indonesia sebagai Penyakit Zoonosis oleh Protozoa
89
WARTAZOA Vol. 30 No. 2 Th. 2020 Hlm. 79-90
Neglected vektor-borne zoonosis in Europe: into the [WHO] World of Health Organization. 2017. Leishmaniasis.
wild. Vet Parasitol. 25:17–26. epidemiological situation [Internet]. [accessed 3 May
2020]. Available from: https://www.who.int/
Torres-guerrero E, Quintanilla-cedillo MR, Ruiz-esmenjaud Leishmaniasis/burden/en/.
J, Arenas R. 2017. Leishmaniasis: a review.
F1000Res. 6:1–15. doi: 10.12688/f1000research. [WHO] World of Health Organization. 2020. Visceral
11120.1 Leishmaniasis. WHO Regional Publications, Eastern
Mediterranean Series [Internet]. [accessed 3 May
Tsegaw T, Gadisa E, Seid A, Abera A, Teshome A. 2013. 2020]. Available from https://www.who.int/en/ news-
Identification of environmental parameters and risk room/fact-sheets/detail/Leishmaniasis.
mapping of visceral Leishmaniasis in Ethiopia by
using geographical information systems and a Widana IDKK, Hilmawan A. 2019. Urgensi pencegahan dan
statistical approach. Geospat Health. 7:299-308. pengendalian risiko infeksi Leishmaniasis atas
Kontingen Garuda di Lebanon. J Kesehatan
Varani S, Cagarelli R , Melchionda F , Attard L , Salvadori Lingkungan Indonesia. 18:34-41.
C, Finarelli AC. 2013. On-going outbreak of visceral
Leishmaniasis in Bologna province, Italy, November Wijayanti K. 2008. Penyakit-penyakit yang meningkat
2012 to May 2013. Euro Surveill. 18:20530. kasusnya akibat perubahan iklim global. J Med Rev.
21.
Veras PST, de Menezes JPB. 2016. Using proteomics to
understand how Leishmania parasites survive inside Zoghlami Z, Chouihi E, Barhoumi W, Dachraoui K,
the host and establish infection. Int J Mol Sci. Massoudi N, Ben Helel K, Habboul Z, Hadhri MH,
17:1270. doi: 10.3390/ijms17081270. Limam S, Mhadhbi M, Gharbi M, Zhioua E. 2014.
Interaction between canine and human visceral
[WHO] World of Health Organization. 2010. Control of the leishmaniases in a holoendemic focus of Central
Leishmaniasis. Report of a meeting of the WHO Tunisia. Acta Trop. 139:32–38.
Expert Committee on the Control of Leishmaniases,
Geneva, 22–26 March 2010. p. 37. Genewa (Swiss):
World of Health Organization.
90