You are on page 1of 12

22 Alivia Sasa Muda dan Dani Nasirul Haqi.

n Dani Nasirul Haqi. Jurnal Promkes Alivia Sasa Muda dan Dani Nasirul Haqi
Vol. 7 No. 1 (2019) 22-33
23-34
Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.23-34 22-33
Vol. 7 No. 1 (2019) 22-33 doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.22-33

DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK DI


KELURAHAN RANGKAH BUNTU, SURABAYA

DETERMINANT FACTOR OF LARVA EXISTENCE ON THE RANGKAH,


SURABAYA

Alivia Sasa Muda1), Dani Nasirul Haqi2)


1Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Airlangga Surabaya
2Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Airlangga Surabaya
E-mail: alivia.sasa.muda-2016@fkm.unair.ac.id

ABSTRACT
Background: Dengue Hemorrhagic Fever is still a problem in Indonesia. In 2016, the number of
deaths in East Java due to dengue as much as 339 people or 1.4% of total patients. At the end
of 2017, 4 cases of dengue fever were found in the RW. VI, Rangkah Buntu Village, Surabaya.
One of the causes of dengue is the presence of larvae. Purpose: The purpose of this study to
analyze the factors that affecting the presence of larvae in Rangkah Buntu Village. Methods:
This research is an observational analytic research with quantitative approach. The study
included cross sectional with a sample of 211 respondents. The sampling technique used is
simple random sampling. The independent variables in this study were education, income,
knowledge, attitude, 3M+, hanging dirty clothes for more than one day, draining the bath
at least once a week and cleaning the house. And the dependent variable is the presence
of larvae. Data collection techniques are divided into primary data (direct observation and
questionnaire) and secondary data (journals and articles). Then the data were analyzed by chi
square test with the help of SPSS program to see the influencing factor. Results: The results
of this study indicate that the knowledge, activity of draining the bath tub at least once a
week and hanging dirty clothes more than one day have an influence with the presence of
larvae (chi square obtained p <α (α = 0.05)). Conclusion: There is no significant relationship
between education, income, attitude, 3M+, and cleaning the house with the presence of larva
in RW.VI area, Rangkah Buntu Village, Surabaya.

Keywords: presence of larvae, influencing factors, dengue fever

ABSTRAK
Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah di Indonesia. Tahun 2016,
jumlah kematian di Jawa Timur akibat DBD sebanyak 339 orang, atau persentasenya 1,4%
dari total penderita Pada akhir tahun 2017, ditemukan 4 kasus demam berdarah di wilayah
RW. VI Kelurahan Rangkah Buntu Kota Surabaya. Salah satu indikator penyebab DBD adalah
keberadaan jentik. Tujuan: tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor yang memengaruhi
keberadaan jentik di Kelurahan Rangkah Buntu. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
observasional analitik dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini termasuk cross sectional
dengan sampel 211 responden. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampling adalah
simple random sampling. Variabel independen penelitian adalah pendidikan, pendapatan,
pengetahuan, sikap, 3M+, menggantung pakaian kotor lebih dari satu hari, menguras bak
mandi minimal satu minggu sekali, dan membersihkan rumah. Variabel dependen adalah
keberadaan jentik. Teknik pengumpulan data dibedakan menjadi data primer (pengamatan
langsung dan kuesioner) dan data sekunder (jurnal dan artikel). Kemudian data dianalisis
dengan uji chi square dengan bantuan program SPSS untuk melihat faktor yang berpengaruh.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan, aktivitas menguras bak kamar
mandi minimal satu minggu sekali dan menggantung pakaian kotor lebih dari satu hari
memiliki pengaruh dengan keberadaan jentik (chi square didapatkan hasil p < α (α=0,05)).

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Alivia Sasa Muda dan Dani Nasirul Haqi, Determinan yang Berhubungan dengan… 23

Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan, pendapatan, sikap, 3M+,
dan membersihkan rumah dengan keberadaan jentik di wilayah RW.VI Kelurahan Rangkah
Buntu, Kota Surabaya.
Kata Kunci: keberadaan jentik, faktor yang memengaruhi, demam berdarah

PENDAHULUAN menimbulkan kekhawatiran tentang


dampak lingkungan (WHO, 2009)
Asia berada pada urutan pertama
Ta h u n 2 0 1 6 , t o t a l j u m l a h
dalam jumlah penderita DBD setiap
penderita DBD di Jawa Timur 24.098
tahunnya yang didapat dari data seluruh
orang, dengan rata-rata 61,9/100.000
dunia. Daerah tropis dan sub tropis,
penduduk (peringkat ke-16 di Indonesia).
dominan ditemukan Demam Berdarah
Jumlah kematian akibat DBD sebanyak
Dengue. WHO (2009) sejak tahun 1968
339 orang, atau persentasenya 1,4%
hingga tahun 2009 mencatat kasus DBD
dari total penderita (Grahadi, 2017).
tertinggi di Asia Tenggara ada di Indonesia
Tahun 2017, ditemukan 4 kasus demam
(Buletin Jendela Epidemiologi, 2010).
berdarah di Kelurahan Rangkah Buntu
Tahun 1970, hanya terdapat 9 negara
Kota Surabaya.
yang mengalami wabah DBD, namun
Famili Culicidae merupakan golongan
sekarang DBD menjadi penyakit endemik
Aedes aegypti, yang berperan sebagai
pada lebih dari 100 negara, diantaranya
vektor Demam Berdarah Dengue. Ae.
Afrika, Negara Paman Sam (Amerika),
aegypti dan Ae. albopictus adalah nyamuk
Mediterania Timur, Asia Tenggara dan
yang berperan sebagai vektor potensial
Pasifi k Barat. Jumlah kasus di Amerika
utama DBD di Indonesia. Penularan
Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati
DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Ae.
1,2 juta kasus di tahun 2008 dan lebih
aegypti atau Ae. albopictus betina yang
dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun
sebelumnya telah membawa virus dalam
2013 dilaporkan 37.687 kasus DBD berat
tubuhnya dari penderita demam berdarah
dari jumlah total sebanyak 2,35 juta
lain (Ishartadiati, 2012). Ae. aegypti
kasus di Amerika (Kemenkes, 2016).
mengalami metamorfosis lengkap atau
Kementerian Kesehatan (2010)
metamorfosis sempurna (holometabola)
menyatakan bahwa Demam Berdarah
yang melalui beberapa tahap yaitu Telur,
Dengue masih menjadi masalah utama
Larva, Pupa, dan Dewasa.
di Indonesia. Tahun 2015, tercatat
dari 34 Provinsi di Indonesia terdapat
sebanyak 126.675 penderita DBD dan
1.229 orang diantaranya meninggal dunia.
Jumlah tersebut lebih tinggi dibanding
tahun sebelumnya, yakni sebanyak
100.347 penderita DBD dan sebanyak
907 penderita meninggal dunia tahun
2014. Bahaman menghadapi titik balik
terkait dengan relevansi DB sebagai krisis
kesehatan masyarakat yang berpotensi
merugikan bagi kelangsungan hidup dan
ekonomi negara. Sudah saatnya untuk
sektor kesehatan masyarakat mengambil
langkah untuk mengembangkan kebijakan
pemberantasan DB komprehensif.
Meskipun pengurangan populasi vektor
aedes dengan menggunakan insektisida Sumber: Yimer Muktar, 2017
tampak menjanjikan, namun itu Gambar 1. Siklus daur hidup nyamuk
merupakan tujuan yang sulit dicapai Aedes aegypti
(Sherrie V. Bain. 2011). Penggunaan
insektisida dalam memberi kontrol Telur akan menetas jika kelembaban
terhadap perkembangan vektor nyamuk terlalu rendah dalam waktu 4 atau 5 hari.

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Jurnal
JurnalPromkes: The Indonesian
7 No. 1 Journal
(2019) of Healthdoi:
Promotion and Health Education 22-33
24 Promkes Vol. 23–34.
22-33. 10.20473/jpk.V7.I1.2019.23–34
Vol. 7 No. 1 (2019) 22-33. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.22-33

Larva akan berkembang menjadi pupa kesehatan (HL. Blum, 1974; Notoadmodjo,
dalam waktu 5–7 hari. Larva lebih menyukai 2010) adalah pelayanan kesehatan, genetik,
air bersih, akan tetapi tetap dapat perilaku, dan lingkungan. Selain perilaku
hidup dalam air yang keruh baik bersifat PSN, faktor lain yang berpengaruh terhadap
asam atau basa. Pupa membutuhkan derajat kesehatan adalah lingkungan. Peran
waktu 1-3 hari sampai beberapa minggu lingkungan terhadap penyakit DBD (Hendra
untuk menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk Kurniawan, 2011) terdiri dari:
Aedes aegypti betina hanya kawin satu 1. Kepadatan Penduduk
untuk meneruskan keturunan. Biasanya Semakin padat penduduk, semakin
perkawinan terjadi 24-28 hari saat nyamuk mudah nyamuk Aedes menularkan
dewasa. virusnya dari satu orang ke orang
Ke b e r a d a a n j e n t i k m e r u p a k a n lainnya sehingga salah satu faktor
indikator adanya demam berdarah sehingga risiko penularan penyakit DBD adalah
pemberantasan jentik terus diupayakan kepadatan penduduk. Pola tertentu yang
guna meminalisir keberadaan jentik dan tidak dimiliki pertumbuhan penduduk
memutus mata rantai perkembangan dan urbanisasi yang tidak terencana
vektor Aedes. Pengendalian vektor melalui serta tidak terkontrol merupakan
surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes salah satu faktor yang berperan dalam
No. 581 tahun 1992, bahwa kegiatan munculnya kembali kejadian luar biasa
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) penyakit DBD
dilakukan secara periodik oleh masyarakat 2. Mobilitas Penduduk
yang dikoordinir oleh RT/RW dalam Mobilitas penduduk telah menjadi
bentuk PSN dengan pesan inti 3M plus. penyebab dan penerima dampak dari
ABJ merupakan singkatan dari Angka Bebas perubahan dalam struktur ekonomi dan
Jentik, ini digunakan dalam mengukur sosial di suatu daerah, tanpa terlepas
keberhasilan PSN ≥ 95% adalah nilai yang dari penyebaran penyakit tertentu.
diharapkan untuk ABJ, dengan demikian 3. Sanitasi Lingkungan
penularan DBD dapat dicegah. Perkembangbiakan nyamuk Aedes
Sumber: HL. Blum, 1974 dipengaruhi terutama oleh kondisi
sanitasi lingkungan, misalnya terdapat
banyak kontainer penampungan air
hujan yang berserakan dan terlindung
Heredity
dari sinar matahari, apalagi berdekatan
dengan rumah penduduk.
4. Keberadaan Kontainer
PHYCHO- Tingginya risiko terinfeksi virus
Environ SOCIO- Health DBD bisa disebabkan oleh semakin
SOMATIC Care
ment HEALTH banyaknya kontainer karena hal
Services
(WELL BEING) tersebut akan memicu semakin banyak
tempat perindukan nyamuk sehingga
populasi Aedes makin padat dan
waktu penyebaran lebih cepat. (Ditjen
Behaviou
PPM&PL, 2001) berupa penyuluhan
kesehatan masyarakat dalam
Sumber: HL. Blum, 1974 penanggulangan penyakit DBD antara
lain dengan cara Menguras, Menutup,
Gambar 2. B a g a n F a k t o r y a n g dan Mengubur (3M) sangat tepat dan
memengaruhi Derajat perlu dukungan luas dari masyarakat
Kesehatan dalam pelaksanaannya.
5. Kepadatan Vektor
Semakin tinggi angka kepadatan vektor
Pencegahan DBD dapat dilakukan akan meningkatkan risiko penularan
dengan perilaku PSN. PSN merupakan salah penyakit DBD.
satu upaya perilaku kesehatan yang dapat Beberapa faktor yang berhubungan
menurunkan keberadaan jentik. Beberapa dengan penyakit DBD yaitu perilaku
faktor yang dapat memengaruhi derajat dalam pengendalian vektor yang dapat

Jurnal Promkes:
© 2019. The
Jurnal Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Alivia Sasa Muda dan Dani Nasirul Haqi, Determinan yang Berhubungan dengan… 25

dilakukan secara kimiawi, biologi preventif upaya promotif juga dapat


maupun dengan manajemen lingkungan. dilakukan dalam pencegahan BDD.
Pengendalian vektor secara kimiawi Promosi Kesehatan adalah suatu
menggunakan insektisida. Sasaran proses yang memungkinkan orang untuk
insektisida berupa stadium dewasa meningkatkan kendali (control) atas
ataupun stadium pradewasa. Insektisida kesehatannya, dan meningkatkan status
merupakan racun bersifat toksik. kesehatan mereka (Ottawa Charter,
Pelaksanaannya jenis insektisida, dosis 1986; Notoadmodjo, 2010). Kementerian
dan metode menjadi hal penting untuk Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan
dipahami dalam kebijakan pengendalian buku Pedoman Pengendalian Demam
vektor. Secara Biologi Penggunaan Berdarah Dengue di Indonesia sebagai
vektor dilakukan dengan menggunakan upaya promotif dan preventif dalam
predator, pemangsa, parasit, dan pengendalian DBD (Kemenkes, 2013),
bakteri yang merupakan agen biologi. meliputi:
Jenis predator yang digunakan yaitu 1. P e m b u d a y a a n p e m b e r a n t a s a n
ikan pemakan larva seperti ikan guppy, sarang nyamuk (PSN) 3M Plus secara
cupang, tampalo, dan ikan gabus. berkelanjutan sepanjang tahun dan
mewujudkan terlaksananya Gerakan 1
Secara manajemen lingkungan
Rumah 1 Jumantik
upaya mengurangi vektor DBD dilakukan
2. Membentuk Kelompok Kerja Operasional
dengan pengelolaan lingkungan, sehingga
(Pokjanal) DBD di setiap tingkat
perkembangbiakan nyamuk menjadi
administrasi dan melakukan revitalisasi
tidak kondusif. Penanggulangan ini bisa
Pokjanal DBD yang sudah ada dengan
diaplikasikan dengan cara menguras,
dukungan APBD
menutup, dan mengubur serta melakukan
3. Upaya promosi kesehatan dilakukan di
hal lain yang menunjang pemberantasan
semua sektor, termasuk pembentukan
jentik, seperti mengurangi tempat gelap,
Juru Pembasmi Jentik (Jumantik) pada
tidak menggantung pakaian kotor dan
anak sekolah dan pramuka
menjaga kebersihan lingkungan rumah agar
4. Penemuan dini kasus DBD dan
tidak lembab (Sarudji, 2010). Penyebaran
pengobatan segera (early diagnosis and
DBD bisa dicegah dengan melakukan RBJ
prompt treatment) yang merupakan
(Rumah Bebas Jentik) yang dilakukan
bagian dari tata laksana kasus di fasilitas
secara berkala. Pemberantasan jentik
pelayanan kesehatan tingkat pertama
dimulai dari lingkungan rumah, sehingga
dan lanjutan (Puskesmas dan Rumah
menjadi rumah yang terbebas dari jentik.
Sakit)
Melakukan kegiatan rutin seperti bak
5. Pelatihan tatalaksana kasus untuk Dokter
kamar mandi yang dikuras dan disikat, TPA
dan Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan
(Tempat Penampungan Air) yang ditutup
Rumah Sakit
dan barang-barang bekas yang dikubur serta
6. Penyediaan logistik tatalaksana kasus
menghindari gigitan nyamuk (Proverawati,
DBD berupa Rapid Diagnostik Tes (RDT)
2012).
dan reagen untuk diagnosis serotype
Hasil uraian di atas diketahui bahwa
virus DBD
upaya preventif dalam pencegahan DBD
7. Pelaksanaan surveilans kasus DBD untuk
yaitu tindakan pemberantasan sarang
memantau dinamika kejadian penyakit
nyamuk dimulai dari jentik, larva,
DBD di Indonesia sehingga kemungkinan
kepompong hingga dewasa. Cara lain untuk
terjadinya KLB DBD dapat diantisipasi
memberantas sarang nyamuk dengan 3M
dan dicegah sejak dini
yaitu dengan memastikan lingkungan bebas
8. Pelaksanaan surveilans vektor Aedes
dari genangan air, seperti cek tatakan
spp. untuk memantau dinamika vektor
kulkas, pot bunga, tempat minum burung.
dengan demikian peningkatan populasi
Pastikan untuk selalu bebas jentik, seperti
Aedes spp dapat diantisipasi.
menutup air tendon, lubang pohon, selokan
maupun tempat sampah yang berpotensi Beberapa hal yang memengaruhi
menampung air saat hujan juga ban, kejadian demam berdarah diteliti oleh
kaleng, dan plastik bekas. Selain upaya Pramudiyo Teguh Sucipto dkk (2015),
terdapat 5 variabel yang memengaruhi

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Jurnal
JurnalPromkes: The Indonesian
7 No. 1Journal
(2019) of Healthdoi:
Promotion and Health Education.22-33
26 Promkes Vol. 23–34.
22-33. 10.20473/jpk.V7.I1.2019.23–34
Vol. 7 No. 1 (2019) 22-33. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.22-33

kejadian demam berdarah yaitu: sarang nyamuk, namun jarang yang


kepadatan jentik, perilaku menggantung menghubungkan dengan keberadaan
pakaian, kadar uap air di udara dalam jentik. Sebuah studi tentang keberadaan
ruangan, keberadaan jentik pada tempat jentik pernah diteliti oleh Nani (2016),
penyimpanan air, dan penggunaan dalam penelitian yang dilakukan di
repellent. Pelabuhan Pulang Pisau didapat bahwa
Keberadaan jentik merupakan pengetahuan PSN yang kurang, sikap PSN
indikator adanya potensi terjadi demam yang negative, dan tindakan PSN yang
berdarah, oleh sebab itu perilaku dalam buruk ditemukan jentik Aedes aegypti di
pemberantasan jentik dijadikan sebagai rumahnya.
solusi dalam upaya pencegahan demam Penjelasan diatas dapat diketahui
berdarah. Perilaku Pemberantasan bahwa keberadaan jentik berpengaruh
Sarang Nyamuk (PSN) akan mampu dengan terjadinya demam berdarah,
meningkatkan derajat kesehatan. sehingga rumusan masalah dalam
Pemberantasan jentik diharapkan dapat penelitian ini berfokus pada faktor
dilakukan secara berkesinambungan, yang memengaruhi keberadaan jentik
sehingga mampu memutus mata di wilayah RW. VI Kelurahan Rangkah
rantai vektor perkembangbiakan Buntu, Kota Surabaya. Tujuan penelitian
nyamuk. Keberlangsungan program ini adalah mengetahui faktor yang
diperlukan pelaku dalam menjalankan memengaruhi keberadaan jentik. Penelitian
program tersebut agar berjalan secara ini diharapkan bermanfaat bagi Puskesmas
berkelanjutan, sehingga dalam program Rangkah, sehingga kasus DB tidak
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) terulang.
diperlukan kerja sama yaitu dengan
membentuk kader pemberantas jentik
yang dikenal dengan Jumantik (Juru METODE
Pemantau Jentik). Keaktifan kader sangat Penelitian ini jenisnya adalah
berpengaruh terhadap keberhasilan penelitian observasional analitik, desain
pemberantasan sarang nyamuk. Banyak yang digunakan adalah cross sectional.
penelitian yang membahas tentang Peneliti hanya melakukan observasi
faktor yang memengaruhi keaktifan dengan memperhatikan determinan
pemberantasan sarang nyamuk. yang berhubungan dengan keberadaan
Sebuah studi yang dilakukan Puguh jentik, yaitu pendidikan, pendapatan,
Ika Listyorini pada tahun 2016, diketahui pengetahuan, sikap, tindakan (3M+,
beberapa faktor yang memengaruhi Menguras bak mandi minimal satu
perilaku pemberantasan sarang nyamuk minggu sekali, menggantung pakaian
pada masyarakat Karangjati Kabupaten kotor lebih dari satu hari), dan kebiasaan
Blora antara lain pengetahuan, sikap, membersihkan rumah tanpa memberikan
ketersediaan informasi, dan peran petugas. perlakuan yang dilakukan sekaligus pada
Faktor lain yang juga memengaruhi suatu waktu (point time approach).
partisipasi Kader Jumantik dalam Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari
pemberantasan DBD di Desa Ketintang hingga Februari 2018. Populasi penelitian
adalah pendidikan, penghasilan, jenis ini didasarkan dari seluruh Kartu Keluarga
Pekerjaan, dan ketersediaan fasilitas (KK) RW.VI Kelurahan Rangkah Buntu
(Pambudi, 2009). yang diwakili satu orang per KK, sehingga
Penelitian lain yang juga mendukung populasi dalam penelitian ini berjumlah
pernyataan tersebut dilakukan oleh 447 orang kemudian diambil sampel dengan
Hafshah Riza Fawzia (2012) yang metode simple random sampling dengan
melakukan penelitian tentang Faktor Yang perhitungan menggunakan rumus Slovin
Memengaruhi Partisipasi Kader Jumantik dan didapat 211 responden yang ditetapkan
dalam Upaya Pemberantasan Sarang menjadi sampel.
Nyamuk di Desa Wirogunan didapat Data kuantitatif dikumpulkan melalui
beberapa variabel yang berpengaruh yaitu indepth interview dan observasi dengan
pendidikan dan jenis pekerjaan. Banyak form observasi yang dijadikan instrumen
penelitian yang membahas tentang untuk mengetahui keberadaan jentik dan
faktor yang memengaruhi pemberantasan kondisi kebersihan di lingkungan sekitar

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Alivia Sasa Muda dan Dani Nasirul Haqi, Determinan yang Berhubungan dengan… 27

rumah. Pengumpulan data juga dilakukan keberadaan jentik di rumahnya sebesar 121
dengan kuesioner yang berisi karakteristik rumah (57%) dan rumah responden yang
responden, meliputi jenis kelamin, umur, tidak terdapat jentik sebesar 90 rumah
pendidikan, pendapatan, serta perilaku (43%).
responden yang mencakup pengetahuan, Tabel 1 menyajikan hasil penelitian.
sikap, dan tindakan responden. Tiga Sebagian besar responden diketahui
kategori untuk pendidikan yaitu SD/SMP berjenis kelamin perempuan sebesar 88%,
merupakan pendidikan rendah, SMA/SMK dengan usia terbanyak 41–65 tahun yaitu
pendidikan menengah dan D3/S1 pendidikan 48%, berpendidikan rendah sebanyak 50%
tinggi. Tiga kategori juga digunakan untuk dan pendapatan responden hampir tersebar
penghasilan yaitu penghasilan >3.500.000/ merata yaitu masing-masing sekitar 34%.
bulan merupakan golongan penghasilan Pada tabel 2, dari hasil penelitian
sangat tinggi, Rp. 2.500.000-3.500.000/ dapat dilihat hubungan variabel
bulan penghasilan tinggi, Rp. 1.500.000- independen dengan keberadaan jentik
2.500.000/bulan penghasilan sedang dan ≤ yang disajikan dalam bentuk frekuensi.
Rp. 1.500.000/bulan penghasilan rendah. Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar
Lima pertanyaan diukur dengan responden yang berpendidikan rendah
menggunakan pernyataan benar atau salah terdapat jentik dalam rumahnya yaitu
untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebesar 57,7%. Jumlah pendapatan dapat
responden. Kemudian hasil pengetahuan diinterpretasikan bahwa persebaran jentik
dibagi menjadi tiga kategori, untuk cukup merata antara responden dengan
pertanyaan yang dijawab benar >75% pendapatan rendah hingga tinggi, namun
(>4 pertanyaan) maka dikatakan bahwa bagi responden yang berpendapatan sedang
responden memiliki pengetahuan yang baik, keberadaan jentik lebih dari setengahnya,
60-75% (3 pertanyaan) pengetahuan cukup yaitu 62,5%. Separuh responden memiliki
dan <60% (≤ 2 pertanyaan) pengetahuan pengetahuan yang baik. Responden yang
kurang. Skala likert digunakan untuk memiliki pengetahuan baik, ternyata juga
mengukur sikap. Dua kategori untuk menilai ditemukan jentik didalam rumahnya, yaitu
sikap yaitu jika skor menunjukkan > median sebesar 68,9%. Hampir seluruh responden
maka dikatakan responden memiliki sikap memiliki sikap yang baik. Sebagian besar
yang baik dan skor ≤ median menunjukkan
sikap kurang. Median merupakan nilai hasil
penjumlahan antara skor minimal dan skor Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
maksimal lalu dibagi dalam kategori yang Responden di Kelurahan Rangkah
diinginkan. Skor >14, maka dapat dikatakan Buntu Tahun 2018
responden memiliki sikap yang baik dan Responden
skor ≤14 artinya responden memiliki sikap Karakteristik
F %
kurang.
Jenis Kelamin
Pengolahan data dilakukan dengan cara
editing, coding, dan entry data. Teknik Laki-laki 26 12
analisa data digunakan untuk menganalisis Perempuan 185 88
tiap variabel. Tabulasi didapat dari analisis Umur
data menggunakan statistik deskriptif, 12–17 tahun 1 1
sedangkan untuk melihat hubungan antar 18–40 tahun 83 39
variabel digunakan uji chi-square kemudian 41–65 tahun 101 48
bentuk distribusi frekuensi atau presentase >66 tahun 26 12
(%) dari tiap tabel dilaporkan sebagai hasil Pendidikan
analisis. Tinggi 7 3
Menengah 100 47
HASIL DAN PEMBAHASAN Rendah 104 50
Pendapatan
Hasil penelitian yang dilakukan di
Sangat tinggi 0 0
wilayah RW. VI Kelurahan Rangkah Buntu,
Kota Surabaya melalui observasi keberadaan Tinggi 71 34
jentik, dari 211 rumah yang didatangi Sedang 72 34
diketahui bahwa responden yang terdapat Rendah 68 32

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Jurnal
JurnalPromkes: TheVol.
Indonesian
7 No. 1Journal
(2019)of23–34.
Healthdoi:
Promotion and Health Education.22-33
28 Promkes 22-33. 10.20473/jpk.V7.I1.2019.23–34
Vol. 7 No. 1 (2019) 22-33. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.22-33

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden dilakukan responden tidak berpengaruh


berdasarkan Variabel Independen terhadap keberadaan jentik di Kelurahan
terhadap Keberadaan Jentik di Rangkah, Surabaya.
Kelurahan Rangkah Buntu Tahun Ada hubungan yang signifikan antara
2018 menguras bak mandi minimal sekali
seminggu dengan keberadaan jentik.
Keberadaan Artinya kebiasaan menguras bak mandi
Jentik minimal sekali seminggu responden
Variabel Total
Ada Bebas berpengaruh terhadap keberadaan jentik
Independen
Jentik Jentik di Kelurahan Rangkah.
F F F Ada hubungan yang signifikan antara
Pendidikan menggantung pakaian kotor lebih dari satu
Tinggi 4 3 7 hari dengan keberadaan jentik. Artinya
Sedang 57 43 100 kebiasaan menggantung pakaian kotor lebih
Rendah 60 44 104 dari satu hari oleh responden berpengaruh
Pendapatan terhadap keberadaan jentik di Kelurahan
Sangat tinggi 0 0 0 Rangkah, Surabaya.
Tidak ada hubungan yang signifikan
Tinggi 40 31 71
antara membersihkan rumah dengan
Sedang 45 27 72
keberadaan jentik. Artinya responden
Rendah 36 32 68 dengan kebiasaan membersihkan rumah
Pengetahuan tidak berpengaruh terhadap keberadaan
Baik 73 33 106 jentik di Kelurahan Rangkah, Surabaya.
Cukup 9 17 26 Berikut adalah rangkuman dari hasil
Kurang 39 40 79 analisis bivariat melalui uji Chi Square yang
Sikap disajikan dalam Tabel 4.
Baik 121 88 209 Wilayah RW. VI Kelurahan Rangkah
Kurang 0 2 2 Buntu, Kota Surabaya dipilih karena
3M+ terdapat empat kasus demam berdarah
di akhir tahun 2017, setelah dilakukan
Ya 92 66 159
pemeriksaan banyak ditemukan keberadaan
Tidak 29 23 52
jentik di rumah warga. Jentik merupakan
Menguras bak mandi minimal satu kali indikator terjadinya demam berdarah,
seminggu sehingga populasinya harus diberantas atau
Ya 58 57 115 dikurangi. Demi tercapainya tujuan tersebut
Tidak 63 33 96 pemerintah mencanangkan program
Menggantung pakaian kotor lebih dari Jumantik (Juru Pemantau Jentik) sebagai
satu hari upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk
Ya 51 54 105 (PSN). Hal ini tertulis dalam pedoman
Tidak 70 36 106 Kemenkes (2013) yang menyatakan bahwa
Membersihkan rumah upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk
Setiap hari 108 76 184 bisa dilakukan dengan membentuk Juru
Kadang 13 14 27 Pemantau Jentik (Jumantik), Satu Rumah
Satu Jumantik.
Bumantik (Ibu pemantau jentik) di
responden melakukan 3M+, dari seluruh Kelurahan Rangkah Buntu sudah terbentuk.
responden yang melakukan 3M+ lebih dari Kader ini baru saja mengalami regenerasi,
separuh terdapat jentik di rumahnya, yaitu banyak anggota baru yang direkrut
sebesar 57,9%. mengganti bumantik yang lama. Bumantik
Diketahui tidak ada hubungan di Kelurahan Rangkah Buntu terdiri dari 14
signifikan sikap dengan keberadaan jentik. orang dan rutin melakukan pemeriksaan
Artinya sikap responden tidak berpengaruh di rumah warga setiap hari minggu untuk
terhadap keberadaan jentik di Kelurahan memantau kegiatan pemberantasan
Rangkah, Surabaya. Tidak ada hubungan sarang nyamuk yang dilakukan oleh
yang signifikan antara 3M+ dengan warga. Pemeriksaan PSN dibagi per RT
keberadaan jentik. Artinya 3M+ yang secara bergantian, kemudian menyebar

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Alivia Sasa Muda dan Dani Nasirul Haqi, Determinan yang Berhubungan dengan… 29

Tabel 3. Hubungan Variabel Independen dengan Keberadaan Jentik di Kelurahan Rangkah


Buntu Tahun 2018

Keberadaan Jentik
Variabel Independen Ada Jentik Bebas Jentik P-value
(%) (%)
Pendidikan
Tinggi 57,1 42,9
0,995
Sedang 57 43
Rendah 57,7 42,3
Pendapatan
Sangat tinggi 0 0
Tinggi 56,3 43,7 0,509
Sedang 62,5 37,5
Rendah 52,9 47,1
Pengetahuan
Baik 68,9 31,1
0,001
Cukup 34,6 65,4
Kurang 49,4 50,6
Sikap
Baik 57,9 42,1 0,353
Kurang 0 100
3M+
Ya 57,9 42,1 0,918
Tidak 55,8 44,2
Menguras bak mandi minimal sekali seminggu
Ya 50,4 49,6 0,037
Tidak 65,6 34,4
Menggantung pakaian kotor lebih dari satu hari
Ya 48,6 51,4 0,015
Tidak 66 34
Membersihkan rumah
Setiap hari 58,7 41,3 0,409
Kadang-kadang 48,1 51,9

Tabel 4. Rangkuman hasil analisis bivariat melalui uji Chi Square

Variabel Nilai p α Keterangan


Pendidikan 0,995 0,05 Tidak ada hubungan yang
signifikan
Pendapatan 0,509 0,05 Tidak ada hubungan yang
signifikan
Pengetahuan 0,001 0,05 Ada hubungan yang signifikan
Sikap 0,353 0,05 Tidak ada hubungan yang
signifikan
3M+ 0,918 0,05 Tidak ada hubungan yang
signifikan
Menggantung pakaian kotor lebih dari 0,015 0,05
Ada hubungan yang signifikan
satu hari
Menguras bak mandi minimal satu kali 0,037 0,05
Ada hubungan yang signifikan
seminggu
Membersihkan rumah 0,409 0,05 Tidak ada hubungan yang
signifikan

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education.22-33
30 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 23–34.22-33. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.23–34
Vol. 7 No. 1 (2019) 22-33. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.22-33

di lingkungan RT tersebut. Setiap dua meminta pertolongan apabila anggota


orang bumantik mendapat jatah untuk keluarganya sakit dapat dipengaruhi
memeriksa 20 rumah, kemudian dilakukan oleh kemampuan anggaran rumah tangga
pencatatan untuk selanjutnya direkap dan (Widoyono, 2008). Hasil dari penelitian ini
dilaporkan kepada Puskesmas Rangkah. tidak terdapat hubungan antara pendapatan
Keaktifan bumantik sangat penting dalam dengan keberadaan jentik.
penyelenggaraan Pemberantasan Sarang Pambudi (2009) dalam skripsinya
Nyamuk agar rantai perkembangan vektor didapatkan hasil bahwa penghasilan
Aedes dapat diputus dan terbebas dari berpengaruh terhadap partisipasi kader
jentik, sehingga dapat mengurangi kejadian dalam pemberantasan demam berdarah
demam berdarah. Beberapa determinan yang salah satunya dilakukan dengan
yang memengaruhi keberadaan jentik Pemberantasan Sarang Nyamuk dalam
dijadikan sebagai variabel dalam penelitian upaya pengurangan jentik.
ini.
Pengetahuan
Pendidikan
Hasil penginderaan manusia atau
Pendidikan merupakan sebuah hasil tahu seseorang terhadap suatu
usaha nyata dan terencana untuk objek dari indra yang dimilikinya adalah
mengembangkan potensi diri, pengendalian Pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).
diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia Peningkatan pengetahuan diharapkan
serta keterampilan yang bermanfaat (UU mampu meningkatkan kesadaran seseorang
No.20 Tahun 2003). Memperoleh dan agar memiliki perilaku yang benar
mencerna informasi akan lebih mudah dalam memelihara kesehatan. Untuk
didapat oleh tingkat pendidikan yang itu perlu ditingkatkan kesadaran untuk
tinggi, sehingga menerapkan hidup sehat masing-masing kader dengan mengadakan
akan lebih mudah untuk dipilih dalam pelatihan ataupun pendampingan dalam
kesehariannya. Pendidikan berhubungan pelaksanaan Pemberantasan Sarang
dengan kemampuan menerima informasi Nyamuk. Pengetahuan yang baik akan
kesehatan (Widoyono, 2008). Penelitian dapat memengaruhi tindakan seseorang
ini mendapatkan hasil tidak ada hubungan dalam pemberantasan sarang nyamuk
antara pendidikan dan keberadaan jentik. sehingga kasus demam berdarah tidak
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian kembali terulang (Helly Conry Pangemanan,
yang pernah dilakukan oleh Pambudi (2009) 2016). Hasil penelitian ini diketahui
dalam skripsinya diketahui bahwa variabel bahwa pengetahuan berhubungan dengan
yang berpengaruh terhadap partisipasi keberadaan jentik.
kader dalam pemberantasan DBD yaitu Hal ini sesuai dengan penelitian Erni
pendidikan, penghasilan, jenis Pekerjaan, Nuryanti (2013) yang menyatakan bahwa
dan ketersediaan fasilitas. perilaku pemberantasan sarang nyamuk
berhubungan dengan pengetahuan,
Pendapatan sikap, ketersediaan informasi serta
peran petugas kesehatan. Penelitian lain
Badan Pusat Statistik (2008)
yang juga meneliti tentang faktor yang
menggolongkan pendapatan menjadi
memengaruhi partisipasi kader menyatakan
beberapa tingkatan, yaitu pendapatan
bahwa variabel yang memengaruhi
sangat tinggi dimana penghasilan lebih dari
partisipasi kader Jumantik dalam upaya
Rp 3.500.000 setiap bulan, pendapatan
pemberantasan sarang nyamuk adalah
tinggi dimana penghasilan Rp 2.500.000
pendidikan dan jenis pekerjaan (Hafshah
– Rp 3.500.000 setiap bulan, pendapatan
Riza Fawzia, 2012).
sedang dimana penghasilan Rp 1.500.000 –
Hal serupa juga pernah diteliti oleh
Rp 2.500.000 setiap bulan dan pendapatan
Listyorini dan Puguh Ika (2016) tentang
rendah dimana penghasilan kurang dari Rp
faktor-faktor yang memengaruhi perilaku
1.500.000 setiap bulan.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) pada
Semua penghasilan baik berupa uang
masyarakat Karangjati, Blora didapat
ataupun jasa yang didapat oleh keluarga
beberapa variabel yang memengaruhi
adalah bentuk dari pendapatan rumah
perilaku PSN yaitu pengetahuan, sikap,
tangga. Kecepatan seseorang untuk

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Alivia Sasa Muda dan Dani Nasirul Haqi, Determinan yang Berhubungan dengan… 31

ketersediaan informasi, dan peran air yang baru saja dikuras sudah terdapat
petugas. jentik didalamnya, kemudian dilakukan
penelusuran dan ternyata terdapat banyak
Sikap jentik di sumur warga.
Reaksi dari seseorang terhadap stimulus
Menggantung Pakaian Kotor Lebih dari
yang tertutup tidak dalam bentuk tindakan
Satu Hari
nyata, namun masih berupa kesiapan
serta persepsi seseorang untuk bereaksi Nyamuk sangat menyukai genangan air,
terhadap stimulus di sekitarnya merupakan selain itu ia juga suka dengan tempat yang
definisi sikap. Pengukuran sikap bisa beraroma tubuh manusia contohnya pakaian
secara langsung maupun tidak langsung. yang baru dipakai dan meninggalkan bau
Ungkapan oleh responden terhadap objek keringat. Seseorang ingin menyimpan
dijadikan pedoman dalam pengukuran sikap pakaian yang baru dipakai, sebaiknya
(Notoatmodjo, 2012). Hasil penelitian ini simpan di tempat yang tertutup, atau
diketahui bahwa sikap tidak berhubungan segera masukkan ke mesin cuci (dr. Leonard
dengan keberadaan jentik. Nainggolan dalam beritasatu.com, 2014).
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Hasil dari penelitian didapat hubungan
yang pernah dilakukan oleh Yanuarita antara menggantung pakaian kotor lebih
Tursinawati dan Afiana Rohmani (2016) dari satu hari dengan keberadaan jentik.
yang menyatakan bahwa sikap berpengaruh Hal ini serupa dengan pernyataan
terhadap pelaksanaan pemberantasan yang diutarakan oleh Abd. Majid HR.
sarang nyamuk, yang juga berpengaruh Lagu dkk (2017), dalam penelitiannya
terhadap keberadaan jentik. yang menjadikan kebiasaan menggantung
pakaian sebagai salah satu variabel 3M
3M plus plus, didapat hasil bahwa menggantung
pakaian dalam rumah berhubungan dengan
Kegiatan pemberantasan sarang
keberadaan jentik.
nyamuk (PSN) dilakukan secara periodic
oleh masyarakat yang dikoordinir oleh RT/
Menguras Bak Mandi Minimal Satu Kali
RW dalam bentuk PSN dengan pesan inti
Seminggu
3M plus merupakan pengendalian vektor
melalui surveilans vektor yang diatur Waktu kira-kira 2 hari, umumnya telur
dalam Kepmenkes No. 581 tahun 1992. akan menetas menjadi larva setelah telur
3M plus merupakan tindakan dalam upaya terendam air. Nyamuk betina meletakkan
pencegahan penyakit demam berdarah telur di dinding wadah di atas permukaan
yaitu dengan cara menguras, menutup, air dalam keadaan menempel pada dinding
mengubur, dan menghindari gigitan perindukannya.
nyamuk. Semua itu merupakan cara yang Sebanyak 100 butir dikeluarkan setiap
harus dilakukan agar rumah menjadi bebas kali betina bertelur, kemudian selama
jentik (Proverawati, 2012). Penelitian yang 8-12 hari (fase aquatic), stadium jentik
telah dilakukan di wilayah RW. VI Kelurahan berlangsung di hari 6-8, dan stadium pupa
Rangkah, Surabaya didapat hasil bahwa sekitar 2-4 hari. Dibutuhkan 10-14 hari bagi
tidak ada hubungan antara 3M plus dengan nyamuk untuk melakukan pertumbuhan
keberadaan jentik. dimulai dari telur sampai menjadi nyamuk
Pe n e l i t i a n t e n t a n g p e r i l a k u dewasa. Umur nyamuk dapat mencapai 2-3
pemberantasan sarang nyamuk dengan bulan. Ae. aegypti mengalami metamorfosis
keberadaan jentik di Pelabuhan Pulang lengkap atau metamorfosis sempurna
Pisau diketahui bahwa terdapat hubungan (holometabola) yang melalui beberapa
antara pengetahuan, sikap, dan tindakan (Hoedoyo, dkk, 2013), sehingga menguras
dalam pemberantasan sarang nyamuk bak mandi minimal seminggu sekali
dengan kejadian demam berdarah (Nani, diharapkan dapat memutus siklus vektor
2017). Salah satu tidak berhasilnya 3M Aedes. Hal ini sesuai dengan hasil yang
plus di Kelurahan Rangkah Buntu ini didapat dari penelitian ini, yaitu terdapat
disebabkan oleh sumber air. Pernyataan hubungan yang signifikan antara menguras
seorang warga yang didapat saat observasi, bak mandi minimal seminggu sekali dengan
beberapa warga menyatakan bahwa tandon keberadaan jentik.

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education 22-33
32 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 22-33.23–34. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.23–34
Vol. 7 No. 1 (2019) 22-33. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.22-33

Membersihkan Rumah keberadaan jentik di wilayah RW.VI


Kelurahan Rangkah Buntu, Kota Surabaya.
Upaya dalam menciptakan lingkungan
Hubungan yang signifikan didapat
rumah yang bersih dan sehat adalah dengan
antara pengetahuan, menggantung pakaian
membersihkannya. Siang hari adalah waktu
kotor lebih dari satu hari dan menguras
aktif nyamuk Aedes sp. dan biasanya akan
bak mandi minimal sekali seminggu dengan
berbiak dan meletakkan telurnya pada
keberadaan jentik di wilayah RW. VI
genangan air atau tempat penampungan
Kelurahan Rangkah Buntu, Kota Surabaya.
hujan. Sebuah tempat penampungan air,
tempat untuk bunga seperti pot atau
vas bunga, botol atau tabung dengan DAFTAR PUSTAKA
rongga yang sudah tidak terpakai yang
memungkinkan air menggenang, tempat Badan Pusat Statistik. 2008. “Penggolongan
aliran air talang rumah, wadah yang Pendapatan Penduduk”. Jakarta: BPS.
terbuat dari plastik atau kantung bekas, Blum, H,L. 1974. “Planning for Health:
di atas lantai gedung terbuka, bambu Development Application of Social
yang dijadikan sebagai pagar, sisa kulit Change Theory”. New York.
buah (rambutan, tempurung kelapa), Fawzia, Hafshah Riza. 2012. “Faktor-Faktor
lengkungan pada bentuk kontainer yang yang Memengaruhi Partisipasi Kader
dapat menampung air bersih merupakan Jumantik dalam Upaya Pemberantaan
contoh tempat genangan air (Sembel DT, Sarang Nyamuk di Desa Wirogunan
2009). Kecamatan Kartasura Kabupaten
Bangunan rumah bagian dalam lebih Sukoharjo” [Skripsi]. Surakarta: Program
dusukai Aedes aegypti dewasa untuk hidup Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
dan mencari mangsa sedangkan lingkungan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
luar seperti kebun atau tanaman yang Surakarta
rimbun lebih disukai Aedes albopictus. Hendri, Joni, dkk. “Tempat Perkembangbiakan
(Soedarto, 2008). Antara 50 sampai 100 Nyamuk Aedes spp. di Pasar Wisata
mil merupakan jarak terbang maksimum Pangandaran”, Jurnal Aspirator Vol. 2
breding place dengan sumber makanan No. 1 Tahun 2010 : 23-31.
pada Aedes sp. Keberadaan manusia atau Herman. 2014. “Gantung Pakaian Kotor
hewan, cahaya terang ataupun warna Bisa Undang Nyamuk Aedes Aegypti”.
pakaian yang mencolok sering menjadi [beritasatu.com].
perhatian nyamuk. Kegiatan membersihkan Hoedojo R, S. Sungkar. 2013. “Parasitologi
rumah setiap hari dapat dijadikan alternatif Kedokteran Edisi Keempat”. Jakarta:
untuk memutus perkembangbiakan vektor Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Aedes. Penelitian ini menunjukkan tidak Universitas Indonesia.
ada hubungan antara membersihkan rumah Grahadi. 2017. “Jumlah Kasus Demam
setiap hari dengan keberadaan jentik. Hal Berdarah di Jatim Menurun berkat Tiga
ini bisa dikaitkan dengan sumber air yang Program ini”. [surabaya.tribunnews.
digunakan warga, yaitu air sumur yang com].
masih ditemukan jentik. Lingkungan juga Ishartadiati. K. 2012. “Aedes aegypti sebagai
berpengaruh dengan keberadaan jentik Vektor Demam Berdarah Dengue” [Naskah
tersebut seperti keberadaan tempat Publikasi]. Surabaya: Universitas Wijaya
sampah yang terbuka dan ada beberapa Kusuma Surabaya
got yang tidak tertutup di wilayah RW.VI Kemenkes RI. 2013. “Pedoman Pengendalian
Kelurahan Rangkah, Surabaya. Hal ini Demam Berdarah Dengue di Indonesia”.
berpotensi menimbulkan genangan dan bisa Jakarta : Ditjen PP dan PL.
dijadikan tempat perindukan nyamuk. Kemenkes. 2016. “Pusat Informasi dan
Data Situasi DBD di Indonesia”. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
SIMPULAN Kurniawan, Hendra. 2011. “Peran Faktor
Lingkungan Terhadap Penyakit dan
Tidak ada hubungan yang signifikan
Penularan Demam Berdarah Dengue”,
antara pendidikan, pendapatan, sikap,
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume
3M+, dan membersihkan rumah dengan
11 Nomor 1 April 2011.

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Alivia Sasa Muda dan Dani Nasirul Haqi, Determinan yang Berhubungan dengan… 33

Lagu, Abd. Majid HR, dkk, “Hubungan Jumlah Proverawati. 2012. “Perilaku Hidup Bersih
Penghuni, Jumlah Tempat Penampungan dan Sehat (PHBS)”. Yogyakarta: Nuha
Air dan Pelaksanaan 3M Plus dengan Medika.
Keberadaan Jentk Nyamuk Aedes Sp di Pusat Data. “Deman BD”. Buletin Jendela
Kelurahan Balleangin Kecamatan Balocci Epidemiologi, Volume 2, Agustus 2010.
Kabupaten Pangkep” Jurnal Higiene Sarudji. 2010. “Kesehatan Lingkungan,
Volume 3, No. 1, Januari—April 2017. Cetakan Pertama”. Bandung: Karya
Listyorini, Puguh Ika, “Faktor-Faktor yang Putra Darwati.
Memengaruhi Perilaku Pemberantasan Sembel DT. 2009. “Entomologi Kedokteran”.
Sarang Nyamuk (PSN) pada Masyarakat Yogyakarta: Andi Publisher.
Karangjati Kabupaten Blora”, Jurnal Sherrie V. Bain, “Dengue Fever: An Emerging
Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Infectious Disease in The Bahamas”,
Kesehatan Infokes, Vol 6 No 1, Juli 2016 The International Journal of Bahamian
ISSN : 2086 – 2628. Studies, Vol.17, no.2 2011.
Notoadmodjo, S. 2010. “Promkes teori dan Soedarto. 2008. “Parasitologi Klinik”.
aplikasi”. Jakarta: Rineka Cipta. Surabaya: Airlangga University Press.
Notoadmodjo, S. 2012. “Ilmu perilaku Tursinawati, dkk. 2016. “Pelaksanaan
kesehatan”. Jakarta: Rineka Cipta. pemberantasan sarang nyamuk
Nuryanti, Erni, “Perilaku Pemberantasan DBD berbasir perilaku masyarakat
Sarang Nyamuk di Masyarakat”, Jurnal di Kalipancur Semarang” [Rakernas
Kesmas 9 (1), 2013, hlm. 15-23. AIPKEMA] “Temu Ilmiah Hasil Penelitian
Pambudi. 2009. “Faktor-Faktor yang dan Pengabdian Masyarakat”.
Memengaruhi Partisipasi Kader Jumantik Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
dalam Pemberantasan DBD di Desa 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Nasional [kelembagaan.ristekdikti.
Boyolali Tahun 2009” [Skripsi]. Surakarta: go.id].
Program Studi Kesehatan Masyarakat Widoyono. 2008. “Penyakit Tropis:
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,
Muhammadiyah Surakarta. dan Pemberantasannya”. Semarang:
Pramudiyo, Mursid, & Nurjazuli. “Faktor Erlangga.
– Faktor yang Memengaruhi Kejadian World Health Organization. 2009. “Dengue
Penyakit Demam Berdarah Dengue and dengue haemorrhagic fever” [who.
(DBD) dan Jenis Serotipe Virus Dengue di int].
Kabupaten Semarang”, Jurnal Kesehatan Yimer Muktar, Nateneal Tamerat and Abnet
Lingkungan Indonesia Vol. 14 No. 2 Tahun Shewafera, “Aedes aegypti as a Vektor of
2015. Flavivirus”, Journal of Tropical Diseases
& Public Health, Volume 4, Issue 5,
October 31, 2017.

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019

You might also like