You are on page 1of 12

JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA

HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN


DBD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GAMBIRSARI SURAKARTA

THE CORRELATION BETWEEN 3M PLUS COMMUNITY BEHAVIOR WITH THE


INCIDENCE OF DBD IN PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA

Prabawati Sinta
prabawatisinta887@gmail.com
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sebelas Maret
Indonesia
Program Studi D IVBidan Pendidik Universitas Sebelas Maret Surakarta Indonesia

ABSTRACT

The worldwide incidence of dengue were reported by the WHO with a total of 500,000
patients and 22,000 deaths. Puskesmas Gambirsari were the highest incidence of dengue in
Surakarta. 3M plus movement is an effort in order to decrease the incidence of dengue fever.
Order to determine the behavior of 3M plus community relationship with the incidence of
dengue in Puskesmas Gambirsari Surakarta.
Using observational analytic design with cross sectional design. The population in this
study is all the people in Puskesmas Gambirsari Surakarta (RT 09 RW 20 Village Kadipiro)
as much as 213 people. The sample in this study as many as 138 people and the sampling
technique used was simple random sampling by means of raffle members of the population.
Respondents who behave 3M plus community that is equal to 81.2% (112 people) and
who suffered dengue incidence is equal to 5.8% (8 people). Spearman test results obtained p-
value = 0.000 <0.05 and rs = 0.515.
There is a correlation between 3M plus behavior community with the incidence of DBD
in Puskesmas Gambirsari Surakarta.One of the possible efforts for the society in preventing
dengue disease is “3M plus” behavior; to drain (menguras), to lid (menutup), to burry
(mengubur) and the other steps that may terminate mosquito’s breeding. Thus, it is expected
to promote 3M plus behavior for the society to reduce possibilities for Aedes Aegypti to breed.
References : 41 references (2007-2015)
Keywords : 3MPlus,Behavior, DBD
93
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 07/NOMOR 02/OKTOBER 2018

ABSTRAK

Kejadian DBD di seluruh dunia dilaporkan oleh WHO dengan jumlah sebanyak 500.000
penderita dan 22.000 kematian. Wilayah kerja Puskesmas Gambirsari menempati urutan
tertinggi kejadian DBD di Surakarta. Gerakan 3M plus merupakan upaya agar kejadian DBD
menurun. Tujuan untuk mengetahui hubungan perilaku 3M plus masyarakat dengan kejadian
DBD di wilayah kerja Puskesmas Gambirsari Surakarta.
Menggunakan desain observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gambirsari
Surakarta (RT 09 RW 20 Kelurahan Kadipiro) sebanyak 213 orang. Sampel dalam penelitian
ini sebanyak 138 orang dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random
sampling dengan cara mengundi anggota populasi.
Responden yang berperilaku 3M plus masyarakat yaitu sebesar 81,2% (112 orang) dan
yang mengalami kejadian DBD yaitu sebesar 5,8% (8 orang). Hasil uji Spearman diperoleh
nilai p-value = 0,000 dan rs = 0,515.
Ada hubungan perilaku 3M plus masyarakat dengan kejadian DBD di wilayah kerja
Puskesmas Gambirsari Surakarta.Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat
dalam menanggulangi DBD adalah gerakan 3M plus masyarakat yaitu menguras, menutup,
mengubur plus melakukan langkah lain yang dapat memberantas perkembangbiakkan
nyamuk. Oleh karena itu, diharapkan kepada masyarakat untuk meningkatkan perilaku 3M
plus masyarakat untuk mengurangi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
DaftarPustaka : 41 kepustakaan(2007-2015)
Kata Kunci : Perilaku 3M Plus, Kejadian DBD

PENDAHULUAN sekitar 22.000 orang. Peningkatan kasus


DBD terjadi di benua Amerika dari tahun
Demam Berdarah Dengue (DBD)
1989-1998, tahun 2002 di Brazil penderita
mengancam 2,5-3 milyar manusia yang
DBD dilaporkan sebanyak 700.000 orang
hidup di 112 negara tropis dan subtropis.
(Soedarto, 2012). Berdasarkan data dari
Setiap tahunnya sekitar 500.000 penderita
seluruh dunia, Asia menempati urutan
DBD dilaporkan oleh organisasi kesehatan
pertama dalam jumlah penderita DBD
dunia World Health Organization (WHO)
setiap tahunnya. Data dari WHO juga
di seluruh dunia, dengan jumlah kematian
menunjukkan sejak tahun 1968-2009
sekitar 22.000 orang. Peningkatan kasus
Negara Indonesia tercatat sebagai negara
DBD terjadi di benua Amerika dari tahun
dengan kasus DBD tertinggi di Asia
1989-1998, tahun 2002 di Brazil penderita
Tenggara (Achmadi, dkk., 2010).
DBD dilaporkan sebanyak 700.000 orang
(Soedarto, 2012). Berdasarkan data dari Penularan virus dengue terjadi di daerah
seluruh dunia, Asia menempati urutan subtropis sebelah utara dan selatan
pertama dalam jumlah penderita DBD khatulistiwa dengan curah hujan yang berat
setiap tahunnya. Data dari WHO juga (Soedarmo, 2009). Nyamuk Aedes aegypti
menunjukkan sejak tahun 1968-2009 berkembang di tempat yang mempunyai
Negara Indonesia tercatat sebagai negara lingkungan lembab, curah hujan tinggi, dan
dengan kasus DBD tertinggi di Asia terdapat genangan air di dalam maupun di
Tenggara (Achmadi, dkk., 2010). luar rumah. Gama dan Betty menyebutkan
Demam Berdarah Dengue (DBD) bahwa beberapa faktor lain penyebab DBD
diantaranya sanitasi lingkungan yang buruk
mengancam 2,5-3 milyar manusia yang
dan perilaku masyarakat yang tidak sehat
hidup di 112 negara tropis dan subtropis.
(Nahdah, dkk., 2013).
Setiap tahunnya sekitar 500.000 penderita
DBD dilaporkan oleh organisasi kesehatan Menurut Fathy penyakit DBD di Indonesia
dunia World Health Organization (WHO) sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa
di seluruh dunia, dengan jumlah kematian (KLB) dengan kematian yang besar.

94
HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DBD.. | PRABAWATI SINTA

Nyamuk penular (vektor) yang utama di wilayah kerja Puskesmas Gambirsari


adalah Aedes aegypti. Selain itu, terdapat menunjukkan, tahun 2008 sebanyak 85
dua jenis nyamuk penular DBD yaitu Aedes orang, tahun 2009 sebanyak 95 orang, tahun
albopictus dan Aedes scutellaris (Nahdah, 2010 sebanyak 67 orang, tahun 2011
dkk., 2013). Sebaran Aedes aegypti dibatasi sebanyak 8 orang, tahun 2012 sebanyak 42
oleh tingginya lokasi. Di Asia Tenggara orang, tahun 2013 sebanyak 61 orang, dan
daerah sebaran Aedes aegypti terbatas pada tahun 2014 sebanyak 68 orang (Profil
ketinggian 1000-1500 meter (Soedarto, Puskesmas Gambirsari, 2008-2014).
2012). Metode Pemberantasan Sarang Nyamuk
Kejadian DBD pertama kali ditemukan di Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD)
Kota Surabaya tahun 1968 dengan jumlah merupakan kebijakan WHO yang dikenal
penderita sebanyak 58 orang dan 24 orang dengan istilah 3M (Ganie, 2009). Kegiatan
diantaranya meninggal dunia (41,3%). PSN-DBD melalui gerakan 3M dari Depkes
Semenjak itu, DBD menyebar ke seluruh RI telah diintensifkan sejak tahun 1992 dan
wilayah di Indonesia dan tahun 1988 jumlah pada tahun 2000 dikembangkan menjadi
penderita mencapai 13,45 per 100.000 3M plus (Wuryaningsih, 2008). Menurut
penduduk. Laporan dari Departemen Rochman salah satu faktor penyebab angka
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) kesakitan dan kematian akibat DBD
menunjukkan, angka kejadian DBD di meningkat adalah karena perilaku
seluruh propinsi di Indonesia tahun 1994 masyarakat yang kurang menjaga
sebesar 9,2% dan angka kematian sebesar kebersihan lingkungannya dan kurangnya
4,5% (Soedarto, 2012). Laporan Depkes RI praktik PSN-DBD secara rutin (Zuska,
menyebutkan bahwa tahun 2002-November 2013).
2007 jumlah penderita DBD terus Berdasarkan data di atas peneliti ingin
meningkat dari 40.377 orang menjadi menganalisis tentang perilaku 3M plus
124.811 orang dan dengan jumlah kematian masyarakat dengan mengambil judul
dari 533 orang menjadi 1.277 orang penelitian “Hubungan Perilaku 3M Plus
(Sukohar, 2014). Angka kejadian DBD Masyarakat dengan Kejadian DBD di
tahun 2009 di Propinsi Jawa Tengah Wilayah Kerja Puskesmas Gambirsari
mencapai 54 kasus per 100.000 penduduk Surakarta”.
(Achmadi, dkk., 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Jumlah penderita DBD di Kota Surakarta hubungan perilaku 3M plus masyarakat
tahun 2012 sebanyak 13 orang. Puskesmas dengan kejadian DBD di wilayah kerja
Gambirsari merupakan salah satu Puskesmas Gambirsari Surakarta.
Puskesmas dari 17 Puskesmas yang
terdapat di Kota Surakarta. Jumlah METODOLOGI PENELITIAN
penderita DBD di wilayah kerja Puskesmas Desain penelitian ini adalah observasional
Gambirsari menempati urutan pertama analitik dengan rancangan cross sectional.
dengan angka kejadian tertinggi yaitu Dalam penelitian ini peneliti mencari
sebanyak 7 orang (23,33%) dengan 1 hubungan antara variabel bebas (faktor
jumlah kematian, di Puskesmas Purwosari risiko) yaitu perilaku 3M plus masyarakat
dan Kratonan jumlah penderita DBD dengan variabel terikat (efek) yaitu kejadian
sebanyak 3 orang (10%), di Puskesmas DBD dan pengukurannya dilakukan pada
Pajang, Jayengan, Purwodiningratan, saat yang bersamaan.Penelitian ini
Ngoresan, Pucangsawit, dan Nusukan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
jumlah penderita DBD sebanyak 2 orang Gambirsari Surakarta pada tanggal 2
(6,67%), di Puskesmas Penumping, Desember 2014 sampai dengan Juni
Sangkrah, Sibela, Manahan, dan Setabelan 2015.Populasi target dalam penelitian ini
jumlah penderita DBD sebanyak 1 orang adalah semua masyarakat di wilayah kerja
(3,34%) (Profil Kesehatan Surakarta, Puskesmas Gambirsari Surakarta (RT 09
2012). RW 20 Kelurahan Kadipiro).Populasi
Rekap data mingguan angka kejadian DBD
95
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 07/NOMOR 02/OKTOBER 2018

aktual dalam penelitian ini adalah semua mengisi kuesioner dan tidak berada di
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas rumah saat penelitian dilakukan. Cara
Gambirsari Surakarta (RT 09 RW 20 pengambilan data dalam penelitian ini
Kelurahan Kadipiro) sebanyak 213 menggunakan data primer melalui
orang.Sampel dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diberikan kepada responden
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas sebagai instrumen yang digunakan untuk
Gambirsari Surakarta (RT 09 RW 20 mengukur perilaku 3M plus
Kelurahan Kadipiro) sebanyak 138 masyarakat.Cara pengambilan data dalam
orang.Teknik pengambilan sampel yang penelitian ini juga menggunakan data
digunakan adalah simple random sampling sekunder melalui studi pendahuluan di
dengan cara mengundi anggota populasi. wilayah kerja Puskesmas Gambirsari
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah Surakarta untuk mengetahui jumlah
masyarakat yang berdomisili di RT 09 RW kejadian DBD pada tahun 2014.Teknik
20 Kelurahan Kadipiro, masyarakat yang analisis yang digunakan adalah uji Pearson
sehat jasmani maupun rohani, dan masih pada tingkat kesalahan atau α sebesar 5%
hidup sedangkan kriteria eksklusi pada dengan bantuan program SPSS versi 18.
penelitian ini adalah tidak bersedia untuk
Tabel 1 Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Alat Ukur Skala Ukur Kategori
Operasional
1. Variabel Perilaku 3M Kuesioner Interval 0. Berperilaku 3M
Bebas: plus masyarakat plus masyarakat
Perilaku 3M dalam upaya 1. Tidak
Plus pemberantasan berperilaku 3M
Masyarakat sarang nyamuk plus masyarakat
demam berdarah
dengue
2. Variabel DBD yang Studi pendahuluan Nominal 0. DBD
Terikat: pernah dialami di wilayah kerja 1. Tidak DBD
Kejadian oleh anggota Puskesmas
DBD masyarakat Gambirsari
Surakarta

2. Laki-laki 69 50,0
HASIL PENELITIAN & Total 138 100,0
PEMBAHASAN
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 138
Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Umur di responden, persentase pada kelompok jenis
Wilayah Kerja Puskesmas Gambirsari
kelamin perempuan dan laki-laki memiliki
Surakarta Tahun 2015
jumlah yang sama yaitu sebesar 50% (69
No Umur Jumlah Persentase
(%) orang).
1. <15 41 29,7 Tabel 4 Distribusi Responden Menurut
2. 15-50 86 62,3
Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas
3. >50 11 8,0
Total 138 100,0
Gambirsari Surakarta Tahun 2015
No Pendidikan Jumlah Persentase
(%)
Tabel 2menunjukkan bahwa dari 138 1. Tidak 49 35,5
responden, persentase tertinggi pada Sekolah
kelompok umur 15-50 tahun yaitu sebesar 2. SD dan 21 15,2
SMP
62,3% (86 orang). 3. SMA atau 43 31,2
Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Jenis SMK
Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas 4. Diploma 9 6,5
5. Perguruan 16 11,6
Gambirsari Surakarta Tahun 2015
Tinggi
No Jenis Jumlah Persentase Total 138 100,0
kelamin (%)
1. Perempuan 69 50,0

96
HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DBD.. | PRABAWATI SINTA

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 138 Tabel 8 menunjukkan bahwa hasil uji
responden, persentase tertinggi pada statistik untuk mengetahui hubungan
kelompok tidak sekolah yaitu sebesar perilaku 3M plus masyarakat dengan
35,5% (49 orang). kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas
Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Gambirsari Surakarta tahun 2015 diperoleh
Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas nilai p-value = 0,000 < 0,05 dan rs = 0,515.
Gambirsari Surakarta Tahun 2015 Nilai rs = 0,515 termasuk dalam rentang
No Pekerjaan Jumlah Persentase koefisien korelasi yang kuat, sehingga H1
(%)
1. Tidak 86 62,3 diterima. Artinya, ada hubungan perilaku
Bekerja 3M plus masyarakat dengan kejadian DBD
2. Bekerja 52 37,7 di wilayah kerja Puskesmas Gambirsari
Total 138 100,0
Surakarta tahun 2015.
Tabel 5menunjukkan bahwa dari 138
responden, persentase tertinggi pada PEMBAHASAN
kelompok tidak bekerja yaitu sebesar Pada pembahasan ini akan disajikan hasil
62,3% (86 orang). penelitian mengenai hubungan perilaku 3M
Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Perilaku plus dengan kejadian DBD.
3M Plus Masyarakat di Wilayah Kerja Umur
Puskesmas Gambirsari Surakarta Tahun 2015
Hasil penelitian ini yang ditunjukkan pada
No Perilaku 3M Jumlah Persentase
Plus (%) tabel 2 mengenai umur responden
Masyarakat menunjukkan dari 138 responden,
1. Tidak 26 18,8 persentase tertinggi pada kelompok umur
Berperilaku
3M Plus 15-50 tahun yaitu sebesar 62,3% (86 orang).
Masyarakat Menurut WHO kelompok umur 15-50
2. Berperilaku 112 81,2 tahun termasuk pada jenjang muda sampai
3M Plus
Masyarakat dewasa (Kurniawan, E., dkk). Hal ini
Total 138 100,0 didukung oleh penelitian Wuryaningsih
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 138 dengan judul “Deteksi Virus Den pada
responden, persentase tertinggi pada Monosit dengan Uji Streptavidin Biotin
kelompok berperilaku 3M plus masyarakat untuk Diagnosis Dini Penyakit Demam
yaitu sebesar 81,2% (112 orang). Berdarah Dengue” yang menyatakan bahwa
penderita terbanyak pada rentang umur 21-
Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Kejadian
30 tahun yaitu 9 orang (28,125%).
DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Gambirsari
Surakarta Tahun 2015 Sugiyanto dalam kepustakaannya juga
No Kejadian Jumlah Persentase sependapat bahwa distribusi penderita DBD
DBD (%) yang berumur 15 tahun ke atas jumlahnya
1. DBD 8 5,8 meningkat (Wuryaningsih, Y.S.N., 2007).
2. Tidak DBD 130 94,2
Total 138 100,0 Hal ini sependapat pula dengan Achmadi,
U.F., dkk. (2010), yang menyatakan bahwa
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 138
kasus DBD perkelompok umur dari tahun
responden, persentase tertinggi pada
1993-2009 mengalami pergeseran. Dari
kelompok tidak DBD yaitu sebesar 94,2%
tahun 1993 sampai tahun 1998 kelompok
(130 orang).
umur terbesar kasus DBD adalah kelompok
Tabel 8 Hasil Uji Korelasi Spearman Hubungan umur < 15 tahun, tahun 1999-2009
Perilaku 3M Plus Masyarakat dengan Kejadian kelompok umur terbesar kasus DBD
DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Gambirsari
Surakarta Tahun 2015 cenderung pada kelompok umur ≥ 15 tahun.
Kejadian DBD Melihat data tersebut kemungkinan
Perilaku 3M Plus p 0,000 penularan tidak hanya terjadi di rumah
Masyarakat tetapi juga di sekolah atau tempat kerja.
r 0,515
n 138
Soedarto dalam kepustakaannya juga
menyatakan bahwa DBD menginfeksi

97
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 07/NOMOR 02/OKTOBER 2018

semua kelompok umur (Soedarto, 2012). Pendidikan


Oleh karena itu, gerakan PSN-DBD perlu Hasil penelitian ini yang ditunjukkan pada
diintensifkan pula di sekolah dan tempat tabel 4 mengenai pendidikan responden
kerja mengingat bahwa telah terjadinya menunjukkan dari 138 responden,
perubahan pola penyakit DBD yang saat ini persentase tertinggi pada kelompok tidak
menyerang seluruh kelompok umur sekolah yaitu sebesar 35,5% (49 orang).
(Achmadi, U.F., dkk, 2010). Responden dalam penelitian ini sebagian
Jenis Kelamin besar belum menyelesaikan pendidikan
Hasil penelitian ini yang ditunjukkan pada dasar sehingga jumlah kelompok yang tidak
tabel 3 mengenai jenis kelamin responden sekolah menempati urutan terbesar (Data
menunjukkan dari 138 responden, Primer, 2015).
persentase pada kelompok jenis kelamin
Menurut teori yang dikemukakan oleh
laki-laki dan perempuan memiliki jumlah
Wawan dan Dewi (2010), menyatakan
yang sama yaitu sebesar 50% (69 orang). Ini
bahwa pendidikan diperlukan untuk
menunjukkan bahwa responden dalam
mendapatkan informasi misalnya hal-hal
penelitian memiliki jumlah yang seimbang
yang menunjang kesehatan sehingga dapat
antara laki-laki dan perempuan. Kejadian
meningkatkan kualitas hidup. Notoatmodjo,
DBD dapat menyerang semua jenis kelamin
sependapat dengan teori diatas yang
baik laki-laki maupun perempuan
menyatakan bahwa perubahan perilaku
(Soemarmo, 2009).
kesehatan melalui cara pendidikan diawali
Hal ini sependapat dengan beberapa dengan pemberian informasi-informasi
kepustakaan yang menyebutkan pada kesehatan. Pendidikan berpengaruh
umumnya pria dan wanita mempunyai
terhadap penerimaan informasi-informasi
perbandingan yang sama. Chan (1996) di yang diterima sehingga dapat menyebabkan
Thailand menyebutkan bahwa penderita perubahan perilaku kesehatan. Selanjutnya
wanita dan pria di Filipina berbanding 1:1. dengan informasi-informasi itu akan
Nimmanitya (1987) di Thailand menimbulkan keasadaran masyarakat dan
menyebutkan meskipun kasus berat lebih akhirnya akan menyebabkan orang
banyak pada wanita, tetapi secara statistik berperilaku sesuai dengan pengetahuan
tidak berbeda. Sutaryo (2004), menyatakan yang dimilikinya. Hasil perilaku dengan
bahwa tidak ada perbedaan antara jumlah cara ini membutuhkan waktu yang lama,
kasus pria dan wanita (Wuryaningsih, tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat
Y.S.N., 2007). langgeng karena didasari oleh kesadaran
Hal ini juga sependapat dengan Achmadi, masyarakat sendiri (Notoatmodjo, 2010).
U.F., dkk. (2010), yang menyatakan bahwa
distribusi kasus DBD berdasarkan jenis Oleh karena itu, diharapkan kepada
kelamin pada tahun 2008, persentase masyarakat untuk menambah informasi
penderita laki-laki dan perempuan hampir kesehatan mengenai DBD melalui
sama. Jumlah penderita berjenis kelamin kampanye atau penyuluhan dan melakukan
laki-laki adalah 10.463 orang (53,78%) dan tindakan individu seperti gerakan 3M plus
perempuan berjumlah 8.991 orang sehingga kejadian DBD menurun (WHO,
(46,23%). Hal ini menggambarkan bahwa 2014).
risiko terkena DBD untuk laki-laki dan Pekerjaan
perempuan hampir sama, tidak tergantung Hasil penelitian ini yang ditunjukkan pada
jenis kelamin. tabel 5 mengenai pekerjaan responden
Oleh karena itu, bagi masyarakat baik yang menunjukkan dari 138 responden,
berjenis kelamin laki-laki maupun persentase tertinggi pada kelompok tidak
perempuan untuk melaksanakan bekerja yaitu sebesar 62,3% (86 orang). Ini
pemberantasan vektor di pusat daerah menunjukkan bahwa sebagian besar
penyebaran yaitu sekolah, rumah sakit, dan masyarakat memiliki waktu yang lebih
sekitarnya. Dengan demikian epidemi DBD banyak untuk beraktivitas di rumah dan
dapat dicegah (Soedarmo, 2009). digunakan untuk membersihkan rumah
98
HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DBD.. | PRABAWATI SINTA

serta lingkungan sekitar. dalam bentuk PSN dengan pesan inti 3M


Hal ini didukung penelitian yang dilakukan plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain
oleh Widagdo, L., dkk. (2008), dengan dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik
judul “Kepadatan Jentik Aedes aegypti (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan
sebagai Indikator Keberhasilan 95% diharapkan penularan DBD dapat
Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus): dicegah atau dikurangi (Achmadi U.F.,
di Kelurahan Srondol Wetan, Semarang” dkk., 2010).
yang menyatakan bahwa frekuensi terbesar Oleh karena itu, diharapkan masyarakat
yakni 93 responden (49,5%) yang untuk melakukan berbagai kegiatan
melakukan PSN 3 M Plus adalah tidak pemberantasan penyakit demam berdarah
bekerja atau di rumah. dengue secara dini dan terus-menerus
Oleh karena itu, untuk mencegah dan sehingga target pemerintah untuk
mengurangi penularan virus dengue menurunkan kejadian DBD dapat tercapai
tindakan yang sangat penting adalah (Kemenkes RI, 2011).
melakukan pemberantasan nyamuk Aedes Kejadian DBD
aegypti untuk menghambat terjadinya Hasil penelitian ini yang ditunjukkan pada
kontak antara nyamuk dewasa dan manusia tabel 7 mengenai kejadian DBD responden
terkait waktu yang lebih banyak saat berada menunjukkan dari 138 responden,
di rumah (Soedarto, 2012). persentase tertinggi pada kelompok tidak
Perilaku 3M Plus Masyarakat DBD yaitu sebesar 94,2% (130 orang). Ini
Hasil penelitian ini yang ditunjukkan pada menunjukkan bahwa sebagian besar
tabel 6 mengenai perilaku 3M plus responden sudah menerapkan perilaku 3M
masyarakat menunjukkan dari 138 plus masyarakat dengan baik sehingga
responden, persentase tertinggi pada persentase kelompok yang tidak terkena
kelompok berperilaku 3M plus masyarakat DBD lebih tinggi daripada kelompok yang
yaitu sebesar 81,2% (112 orang). Ini terkena DBD (Data Primer, 2015).
menunjukkan bahwa sebagian besar Kasus DBD cenderung meningkat pada
masyarakat sudah menerapkan perilaku 3M musim penghujan (Desember-Maret) dan
plus masyarakat (Data Primer, 2015). menurun pada musim kemarau (Juni-
Keberhasilan PSN-DBD ini dikarenakan September), walaupun setiap daerah
motivasi yang tinggi dari pihak ketua RT mempunyai variasi musim sesuai
dan kader kesehatan dalam menggerakkan regionalnya (Achmadi, U.F., dkk., 2010).
masyarakatnya untuk berperilaku 3M plus Wilayah kerja Puskesmas Gambirsari
masyarakat. Peran tokoh masyarakat sangat Surakarta merupakan daerah pemukiman
penting dalam memberikan panutan untuk yang padat penduduk. Wilayah kerja
dicontoh oleh masyarakat. Hal ini Puskesmas ini membawahi Kelurahan
sependapat dengan Depkes RI yang Kadipiro Surakarta yang memiliki
menyatakan bahwa strategi program lingkungan kumuh, selokan yang terbuka
pengendalian penyakit DBD adalah dengan genangan air yang kotor, dan
meningkatkan komitmen dan peran serta terdapat beberapa lokasi pemukiman
aktif pimpinan daerah, tokoh agama, tokoh penduduk yang kumuh karena dekat dengan
masyarakat serta meningkatkan rel kereta api. Di daerah ini juga terdapat
pengetahuan dan keterampilan petugas Sungai Pepe yang airnya tidak mengalir,
kesehatan, kader, dan masyarakat agak kotor, serta menjadi tempat
(Hendrayanti, 2008). pembuangan limbah pabrik setempat.
Pengendalian vektor melalui surveilans Kondisi ini diperkirakan menjadi faktor
vektor diatur dalam Kepmenkes No. 581 penyebab berkembangnya nyamuk Aedes
tahun 1992 yang menyatakan bahwa aegypti penyebab DBD yang terjadi di
kegiatan pemberantasan sarang nyamuk wilayah kerja Puskesmas Gambirsari
(PSN) dilakukan secara periodik oleh Surakarta. Angka kejadian DBD di Kota
masyarakat yang dikoordinir oleh RT/RW Surakarta khususnya wilayah kerja
99
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 07/NOMOR 02/OKTOBER 2018

Puskesmas Gambirsari mengalami dilakukan tetapi hasilnya belum optimal


peningkatan dan penurunan. Hal ini untuk dapat merubah perilaku masyarakat
dibuktikan dengan rekap data mingguan agar secara terus menerus melakukan PSN-
angka kejadian DBD di wilayah kerja DBD di tatanan dan lingkungan masing-
Puskesmas Gambirsari menunjukkan, tahun masing (Kemenkes RI, 2008).
2008 sebanyak 85 orang, tahun 2009 Kejadian DBD di wilayah kerja Puskemas
sebanyak 95 orang, tahun 2010 sebanyak 67 Gambirsari Surakarta menempati urutan
orang, tahun 2011 sebanyak 8 orang, tahun pertama dengan angka kejadian tertinggi
2012 sebanyak 42 orang, tahun 2013 dalam beberapa tahun terakhir. Masih
sebanyak 61 orang, dan tahun 2014 tingginya kejadian DBD di wilayah tersebut
sebanyak 68 orang (Profil Puskesmas disebabkan karena belum adanya
Gambirsari, 2008-2014). perubahan perilaku masyarakat dalam
Oleh karena itu, untuk memberantas upaya PSN-DBD (Profil Puskesmas
penyakit DBD diperlukan pembinaan peran Gambirsari, 2008-2014).
serta masyarakat untuk mencegah dan Hal ini didukung oleh penelitian yang
membatasi penyebaran penyakit melalui dilakukan Afriza, T., dan Nasriati (2012),
pemberian motivasi pelaksanaan 3M plus dengan judul “Pengaruh Perilaku
(Kemenkes, 2011). Masyarakat dalam 3M Plus Terhadap
Hubungan Perilaku 3M Plus Resiko Kejadian Demam Berdarah di
Masyarakat dengan Kejadian DBD Wilayah Kerja Puskesmas Labuhanhaji
Hasil penelitian ini pada tabel 8 mengenai Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun
uji statistik untuk mengetahui hubungan 2012” yang menyatakan bahwa hasil
perilaku 3M plus masyarakat dengan analisa data menunjukkan ada pengaruh
kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas antara perilaku 3M Plus terhadap resiko
Gambirsari Surakarta tahun 2015 diperoleh kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas
nilai p-value = 0,000 < 0,05 dan rs = 0,515. Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh
Nilai rs = 0,515 termasuk dalam rentang Selatan tahun 2012. Hal ini didukung pula
koefisien korelasi yang kuat, sehingga H1 oleh penelitian Desniawati, F. (2014),
diterima. Artinya, ada hubungan perilaku dengan judul “Pelaksanaan 3M Plus
3M plus masyarakat dengan kejadian DBD Terhadap Keberadaan Larva Aedes aegypti
di wilayah kerja Puskesmas Gambirsari di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota
Surakarta tahun 2015. Ini menunjukkan Tangerang Selatan Bulan Mei-Juni Tahun
bahwa perilaku 3M plus masyarakat di 2014” yang menyatakan bahwa hasil
wilayah tersebut berhubungan dengan penelitian menunjukkan ada lima variabel
kejadian DBD (Data Primer, 2015). yang berhubungan dengan larva Aedes
Salah satu kegiatan pokok sebagai aegypti yaitu variabel menguras tempat
kebijakan dalam pengendalian penyakit penampungan air, mengubur barang bekas,
DBD yang disebabkan oleh nyamuk Aedes mengganti air vas bunga dan tempat minum
aegypti yaitu pemberdayaan masyarakat hewan, memperbaiki saluran dan talang air
dalam gerakan PSN-DBD. Berbagai upaya yang tidak lancar, serta mengupayakan
telah dilakukan untuk menanggulangi pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
terjadinya peningkatan kasus, salah satu Hal ini didukung pula oleh penelitian
diantaranya dan yang paling utama adalah Nahdah, dkk. (2013), dengan judul
dengan memberdayakan masyarakat “Hubungan Perilaku 3M Plus dengan
melalui gerakan 3M. Kegiatan Densitas Larva Aedes aegypti di Kelurahan
pemberantasan sarang nyamuk telah Birobuli Selatan Kota Palu Sulawesi
dilaksanakan secara intensif sejak tahun Tengah” yang menyatakan bahwa ada
1992 dan pada tahun 2002 dikembangkan hubungan antara pengetahuan, sikap, dan
menjadi 3M Plus. Selama ini berbagai tindakan dengan keberadaan larva Aedes
upaya untuk memberdayakan masyarakat aegypti. Selain itu didukung pula oleh
dalam kegiatan PSN-DBD sudah banyak penelitian Mutiana (2011), dengan judul

100
HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DBD.. | PRABAWATI SINTA

“Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan lingkungan sekitar tempat tinggal.


Perilaku Orang Tua Mengenai Demam Bagi Peneliti
Berdarah Dengue Terhadap Kejadian Mengembangkan variabel penelitian,
Demam Berdarah Dengue Pada Anak seperti pada variabel bebas yaitu densitas
Dirawat Inap di Rumah Sakit Dr. Suyoto larva, kepadatan hunian rumah, dan
Jakarta Selatan Periode Desember 2010- kelembaban, sehingga hasil penelitian yang
Maret 2011” yang menyatakan bahwa ada diperoleh dapat menambah referensi.
hubungan yang signifikansi antara sikap Bagi Responden
dan perilaku orang tua mengenai DBD Menambah informasi mengenai perilaku
dengan kejadian DBD pada anak. 3M plus masyarakat melalui berbagai
Oleh karena itu, diharapkan kepada sumber diantaranya tenaga kesehatan,
masyarakat untuk berperilaku 3M plus media cetak, maupun elektronik dan
masyarakat secara rutin sehingga kejadian meningkatkan perilaku 3M plus masyarakat
DBD tidak bertambah. Karena dengan untuk mengurangi perkembangbiakan
berperilaku 3M plus masyarakat maka nyamuk Aedes aegypti.
rumah dan lingkungan sekitar menjadi
bersih, sehat, serta bebas dari DAFTAR PUSTAKA
perkembangbiakkan sarang nyamuk Aedes Achmadi, U.F., Sudjana, P., Sukowati, S.,
aegypti. Sehingga, program pemerintah Wahyono, T.Y.M., Haryanto, B.,
PSN-DBD dapat memberikan hasil yang Mulyono, S., dkk. 2010. Buletin
optimal dalam menurunkan kejadian DBD Jendela Epidemiologi Kementerian
(Achmadi, U.F., dkk, 2010). Kesehatan RI. Demam Berdarah
Dengue, Volume 2, Agustus 2010, pp.
SIMPULAN DAN SARAN 1-43.
Berdasarkan hasil penelitian dan Afriza, T., dan Nasriati. 2012. Pengaruh
pembahasan hubungan perilaku 3M plus Perilaku Masyarakat dalam 3M Plus
masyarakat dengan kejadian DBD di terhadap Resiko Kejadian Demam
wilayah kerja Puskesmas Gambirsari Berdarah di Wilayah Kerja
Surakarta tahun 2015, dapat disimpulkan: Puskesmas Labuhanhaji Timur
1. Perilaku 3M plus masyarakat di wilayah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012.
kerja Puskesmas Gambirsari Surakarta Aceh: STIKes U’Budiyah Banda
tahun 2015 yaitu sebesar 81,2% (112 Aceh
orang). www.ejournal.uui.ac.id/jurnal/TUTI
2. Kejadian DBD di wilayah kerja _AFRIZA-2ds-jurnal_tuti_a.pdf
Puskesmas Gambirsari Surakarta Bulan (diakses tanggal 30 Mei 2015).
Januari 2014-Maret 2015 yaitu sebesar Anif. 2012. Tinjauan Tentang Masyarakat.
5,8% (8 orang) dari 138 orang. eprints.uny.ac.id/8538/3/BAB%202
3. Ada hubungan perilaku 3M plus %20-%2008401244022.pdf (diakses
masyarakat dengan kejadian DBD di tanggal 11 Januari 2015).
wilayah kerja Puskesmas Gambirsari Arief, M.T., Erindra, B.C., Sri, M.,
Surakarta tahun 2015 dengan nilai p- Bambang, W., Mujahidatul, M., Ika,
value = 0,000 dan rs = 0,515. S., dkk. 2013. Panduan Penulisan
KTI. Surakarta: Universitas Sebelas
SARAN Maret.
Bagi Dinas Kesehatan Surakarta Budiman, dan Riyanto, A. 2013. Kapita
dan Puskesmas Gambirsari Selekta Kuesioner. Edisi Cetakan ke-
Menambah frekuensi pemantauan jentik 1. Jakarta: Salemba Medika, pp. 23.
secara rutin seminggu sekali dan Dahlan, M.S. 2013. Statistik untuk
memotivasi masyarakat untuk menerapkan Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 5
perilaku 3M plus masyarakat mulai dari Cetakan ke-2. Jakarta: Salemba
anggota keluarga di rumah sampai ke Medika, pp. 47-59, 178-79.

101
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 07/NOMOR 02/OKTOBER 2018

Departemen Pendidikan Nasional Republik Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia. 2003. Sistem Pendidikan Indonesia. 2011. Modul
Nasional UUD Nomor 20 Tahun Pengendalian Demam Berdarah
2003. Jakarta: Presiden Republik Dengue. Jakarta: Direktorat Jenderal
Indonesia. Pengendalian Penyakit dan
Desniawati, F. 2014. Pelaksanaan 3M Plus Penyehatan Lingkungan.
terhadap Keberadaan Larva Aedes Kurniawan, E., Ketut, E.P., Surya, S. 2011.
aegypti di Wilayah Kerja Puskesmas Analisa Rekam Medis untuk
Ciputat Kota Tangerang Selatan Menentukan Pola Kelompok Penyakit
Bulan Mei-Juni Tahun 2014. Jakarta: Menggunakan Klasifikasi dengan
Universitas Islam Negeri Syarif Decision Tree J48. Surabaya: Institut
Hidayatullah. Sepuluh Nopember
Fajar, I., Isnaeni, D.T.N., Astutik, P., Isman, digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-
A., Rudy, S.B., Anom, A.A.A.G., 19946-Paper.pdf (diakses 25 Januari
dkk. 2009. Statistika untuk Praktisi 2015).
Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Mutiana. 2011. Hubungan Pengetahuan,
pp. 27-8, 82-3, 95. Sikap, dan Perilaku Orang Tua
Ganie, M.W. 2009. Gambaran Mengenai Demam Berdarah Dengue
Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Terhadap Kejadian Demam
Tentang 3M (Mengubur Barang Berdarah Dengue Pada Anak
Bekas, Menutup, dan Menguras Dirawat Inap di Rumah Sakit Dr.
Tempat Penampungan Air) Pada Suyoto Jakarta Selatan Periode
Keluarga di Kelurahan Padang Desember 2010-Maret 2011.
Bulan Tahun 2009. Medan: Yogyakarta: Universitas
Universitas Sumatera Utara. Pembangunan Nasional Veteran.
Hendrayanti, N. 2008. Analisis Manajemen Nahdah, Ishak, H., dan Birawida, A.B.
Kegiatan Pemberantasan Sarang 2013. Hubungan Perilaku 3M Plus
Nyamuk Demam Berdarah Dengue dengan Densitas Larva Aedes aegypti
(PSN DBD) dengan Metode COMBI di Kelurahan Birobuli Selatan Kota
(Communication for Behavior Palu Sulawesi Tengah. Makassar:
Impact) di Pekanbaru, Studi Kasus di Universitas Hasanuddin.
Kelurahan Sidomulyo Timur tahun Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku
2008. Jakarta: Universitas Indonesia. Kesehatan. Edisi Cetakan ke-1.
Hidayat, A.A.A., 2010. Metode Penelitian Jakarta: Rineka Cipta, pp. 2, 90, 126-
Kesehatan. Edisi Cetakan ke-1. 9, 140, 146-7.
Surabaya: Kelapa Pariwara, pp. 81. _______. 2010. Metodologi Penelitian
Hutagalung, I. 2007. Pengembangan Kesehatan. Edisi Cetakan ke-1.
Kepribadian. Edisi Cetakan ke-1. Jakarta: Rineka Cipta, pp. 40, 83,
Jakarta: Indeks, pp. 52-3. 120-1, 164.
Jainuri, M. 2015. Skala Pengukuran. _______. 2012. Edisi Cetakan ke-2.
Bangko: Sekolah Tinggi Keguruan Jakarta: Rineka Cipta, pp. 182-3.
dan Ilmu Pendidikan YPM Bangko. Profil Kesehatan Surakarta. 2012. Jumlah
Kementerian Kesehatan Republik Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin,
Indonesia. 2008. Pelatihan Bagi Kecamatan, dan Puskesmas Kota
Pelatih Pemberantasan Sarang Surakarta. Surakarta: Dinas
Nyamuk Demam Berdarah Dengue Kesehatan Kota Surakarta, tabel. 23.
(PSN-DBD) dengan Pendekatan _______. 2012. Sebaran Kasus DBD dan
Komunikasi Perubahan Perilaku CFR Menurut Puskesmas di Kota
(Communication for Behavioral Surakarta. Surakarta: Dinas
Impact). Jakarta: Direktorat Jenderal Kesehatan Kota Surakarta, pp. 40-1.
Pengendalian Penyakit dan Profil Puskesmas Gambirsari. 2013. Data
Penyehatan Lingkungan, pp. 6. Kasus DBD Puskesmas Gambirsari
102
HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DBD.. | PRABAWATI SINTA

Tahun 2008-2014. Surakarta: UPTD World Health Organization. 2014. Demam


Puskesmas Gambirsari Surakarta. Berdarah Dengue, Diagnosis,
Putri, I.S.M. 2008. Penyakit DBD. Jakarta: Pengobatan, Pencegahan, dan
Universitas Indonesia. Pengendalian. Edisi Cetakan ke-2.
Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Jakarta: EGC, pp. 1, 10, 11, 16, 31-2,
Penelitian Kesehatan. Edisi Cetakan 98.
ke-1. Yogyakarta: Nuha Medika, pp. Wuryaningsih, T. 2008. Hubungan Antara
102-46. Pengetahuan dan Persepsi dengan
Sembiring. 2013. Konsep dan Teori Perilaku Masyarakat dalam
Perilaku. Medan: Universitas Negeri Pemberantasan Sarang Nyamuk
Medan Demam Berdarah Dengue (PSN
repository.usu.ac.id/bitstream/12345 DBD) di Kota Kediri. Surakarta:
6789/38761/4/Chapter%20IIpdf Universitas Sebelas Maret.
(diakses tanggal 11 Januari). Wuryaningsih, Y.S.N., 2007. Deteksi Virus
Sitorus, R.S. 2009. Perilaku Masyarakat Den pada Monosit dengan Uji
dalam Pencegahan Penyakit Demam Streptavidin Biotin untuk Diagnosis
Berdarah Dengue di Puskesmas Dini Penyakit Demam Berdarah
Medan Johor Kota Medan Tahun Dengue, Volume 8, Nomor 3
2009. Medan: Universitas Sumatera Halaman: 174-178.
Utara. Zulkoni, A. 2011. Parasitologi. Edisi
Soedarmo. 2009. Demam Berdarah Cetakan ke-1. Yogyakarta: Nuha
(Dengue) Pada Anak. Edisi Cetakan Medika, pp. 145-50.
ke-2. Jakarta: Universitas Indonesia, Zuska. 2013. Pengaruh Pengetahuan dan
pp. 5, 56-7, 98. Kepercayaan Ibu Terhadap Tindakan
Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue. Mencegah Demam Berdarah Dengue
Edisi Cetakan ke-1. Jakarta: Sagung (DBD) di Kelurahan Tualang
Seto, pp. 2, 4, 15, 32, 42, 44, 46-7, 64, Kecamatan Padang Hulu Kota
77, 99, 111, 116-17. Tebing Tinggi. Medan: Universitas
Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Sumatera Utara.
Bandung: Alfabeta, pp.373.
Sukohar, A. 2014. Demam Berdarah
Dengue (DBD). Medula, Volume 2,
Nomor 2, Februari 2014, pp. 1-15
http://download.portalgaruda.org/arti
cle.php?article=148812&val=5502
(diakses tanggal 10 Januari).
Suryani, A. 2013. Profil Gaya Hidup Sehat
Lansia Yang Aktif Melakukan
Olahraga Kesehatan. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Wawan, A., dan Dewi M. 2010. Teori dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika, pp. 16-7, 48, 54-5.
Widagdo, L., Husodo, B.T., dan Bhinuri.
2008. Kepadatan Jentik Aedes
aegypti sebagai Indikator
Keberhasilan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (3M Plus)di Kelurahan
Srondol Wetan, Semarang.Makara,
Kesehatan, Vol. 12, No. 1, Juni 2008:
13-19.
103
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 07/NOMOR 02/OKTOBER 2018

104

You might also like