You are on page 1of 10

Analisis Spasial Wabah Demam Berdarah Dengue (Dbd) Terhadap Kondisi Kesehatan Lingkungan

Permukiman Dan Perilaku Masyarakat


(Kasus Kecamatan Pakualaman Kota Yogyakarta dan Sekitarnya)

Gina Nur Wahyu


ginanurw@gmail.com

Prima Widayani
primawidayani@ugm.ac.id

Abstract

This study aims to determine the capabilities of Worldview 2 imagery in identifying the quality
parameters of settlements, mapping the health condition of the settlement environment, mapping
the distribution of dengue disease, and knowing the relationship between environmental health
of settlements and human behavior toward the incidence of DHF. Worldview 2 imagery recorded
in 2014 is used to tap environmental health information of settlement that is density of settlement
and condition of page and condition of rain water channel and behavior factor based on field
result. Determination pattern of disease distribution of DHF based on nearest neighbor analysis
method. While the relationship of environmental health conditions of settlements and community
behavior were analyzed using spearman rank method. The results show that Worldview 2
imagery produces accuracy of 88%. The pattern of DHF distribution resulted in a clustering
pattern and there was a relationship between environmental health conditions of settlements and
human behavior with the presence of larva free index where the condition of the rain water
channel has a great influence.

Keywords: Worldview, environmental health, Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), healthy


behavior.
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan citra Worldview 2 dalam


mengidentifikasi parameter kualitas permukiman, memetakan kondisi kesehatan lingkungan
permukiman, memetakan sebaran penyakit DBD, dan mengetahui hubungan antara kesehatan
lingkungan permukiman dan perilaku masyarakat terhadap kejadian penyakit DBD. Citra
Worldview 2 tahun 2014 digunakan untuk menyadap informasi kesehatan lingkungan
permukiman yaitu kepadatan permukiman dan kondisi halaman serta kondisi saluran air hujan
dan faktor perilaku berdasarkan hasil lapangan. Penentuan pola sebaran penyakit DBD
berdasarkan metode analisis nearest neighbor. Sedangkan hubungan kondisi kesehatan
lingkungan permukiman dan perilaku masyarakat dianalisis menggunakan metode spearman
rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Citra Worldview 2 menghasilkan ketelitian sebesar
88%. Pola sebaran penyakit DBD menghasilkan pola yang mengelompok serta terdapat
hubungan antara kondisi kesehatan lingkungan permukiman dan perilaku masyarakat dengan
keberadaan jentik dimana kondisi saluran air hujan memiliki pengaruh yang besar.

Kata Kunci: Worldview, kesehatan lingkungan, Demam Berdarah Dengue (DBD), perilaku
sehat.
PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit namun juga melihat


salah satu penyakit endemik yang manusia dalam interaksinya dengan
umumnya di jumpai di daerah tropis dan lingkungan dimana ia hidup (Bintari &
sub tropis. Indonesia merupakan salah satu Setiady dalam Koenjaraningrat, Loedin,
negara endemik wabah demam berdarah 1985).
karena kondisi geografis yang mendukung
perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti Peran serta masyarakat dalam
sebagai vektor utama pembawa virus pemberantasan penyebaran virus dengue
dengue. Terhitung sejak tahun 1968 hingga sangat diperlukan mengingat semakin
tahun 2009, World Health Organization meningkatnya kasus DBD di Kota
(WHO) mencatat Indonesia sebagai negara Yogyakarta di awal tahun 2016. Tercatat
dengan kasus DBD tertinggi di Asia 453 jumlah kasus demam berdarah terjadi
Tenggara. selama 2016 sampai akhir April dengan
empat penderita meninggal dunia. Jumlah
Kondisi lingkungan terus mengalami kasus DBD pada tahun 2016 mencapai
perubahan karena semakin bertambahnya separuh dari total kasus DBD pada tahun
jumlah penduduk. Pembangunan di 2015 dimana kasus ini belum melewati
Indonesia yang kurang merata periode September – Desember yang
mempengaruhi kondisi lingkungan menjadi tren peningkatan kasus demam
permukiman di mana kualitasnya menurun berdarah. Di tahun 2015 tercatat 945 kasus
secara fisik. Lingkungan permukiman dengan 11 penderita meninggal dunia. Di
melebihi daya tampung dan daya dukung tahun 2015 terdapat dua kelurahan nol
lingkungan yang ditandai dengan persen demam berdarah yaitu
meningkatnya permukiman kumuh Purwokinanti (Pakualaman) dan Kotabaru
pertahun (Salim & Thoby, 2008). (Gondokusuman) tapi saat ini kelurahan
Penelitian terkait masalah lingkungan tersebut menjadi endemik demam berdarah
meskipun telah banyak dilakukan namun (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2016).
wabah DBD masih saja memakan korban
jiwa dan sering terulangnya kejadian luar Kepedulian masyarakat dalam
biasa (KLB) setiap tahunnya sehingga meningkatkan perilaku hidup sehat
perlu penelitian baru dalam penanganan menjadi faktor penting dalam menghadapi
masalah DBD serta pencegahan untuk bahaya dari penyakit Demam Berdarah
menuruni angka kematian tersebut Dengue (DBD) sehingga dalam kasus ini
diperlukan peran masyarakat dalam
Permasalahan pembangunan yang
merespon lingkungan bersih seperti
kurang merata tidak dibarengi dengan pola
meningkatkan kebiasaan membersihkan
dan perilaku manusia dalam menjalani
tempat – tempat yang menjadi sarang
kebiasaan hidup bersih sehingga penyakit
perkembangbiakan jentik nyamuk.
menular dengan mudahnya mewabah di
Masalah kesehatan melalui penginderaan
suatu wilayah. Kondisi lingkungan tidak
jauh dan sistem informasi geografis dikaji
hanya sebagai faktor yang terlibat dalam
berdasarkan metode epidemi yaitu
mewabahnya penyakit DBD namun faktor
mengenali karakteristik lingkungan.
sosial-budaya juga menjadi penentu. Di
Karakteristik lingkungan yang
dalam ilmu kesehatan tidak hanya sebatas
berhubungan dengan penyebaran wabah
mempelajari sebab dan akibat terjadinya
atau virus penyakit dapat diidentifikasi dan Sistem informasi geografis memiliki peran
dianalisis melalui data. dalam penilaian dampak kesehatan, baik
secara deskriptif dan analisis secara visual
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: (Maheswaran & Craglia, 2004).
1. Mengetahui kemampuan citra
Worldview 2 dalam mengidentifikasi Peran SIG di bidang kesehatan
parameter kualitas permukiman yang digunakan dalam perkembangan ilmu
berpengaruh terhadap penyebaran virus epidemiologi spasial. Epidemiologi spasial
dengue di Kecamatan Pakualaman dan adalah ilmu untuk mendeskripsikan dan
sekitarnya. menganalisis keragaman geografis pada
2. Memetakan kondisi kesehatan penyakit dengan memperhatikan dimensi
lingkungan permukiman di Kecamatan geografis, lingkungan, perilaku, sosial
Pakualaman dan sekitarnya. ekonomi, genetika dan faktor risiko
3. Memetakan sebaran penyakit DBD di penularan. Epidemiologi spasial
Kecamatan Pakualaman dan sekitarnya. menghasilkan pemetaan penyakit, studi
4. Mengetahui hubungan antara kesehatan korelasi geografis, pengelompokkan
lingkungan permukiman dan perilaku penyakit, dan surveilans (Elliot dan
masyarakat terhadap kejadian penyakit Wartenberg, 2004).
DBD di Kecamatan Pakualaman dan
sekitarnya. Virus dengue ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti yang
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan merupakan vektor epidemic yang paling
seni untuk memperoleh informasi tentang utama. Nyamuk penular dengue jenis
suatu objek, luasan, atau tentang fenomena ae.aegypti hampir ditemukan di seluruh
melalui analisis data yang diperoleh dari Indonesia kecuali di tempat dengan
sensor. Sensor tersebut tidak berhubungan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
langsung dengan objek yang menjadi permukaan laut. Nyamuk aedes aegypti
target. Sistem penginderaan jauh adalah merupakan nyamuk yang aktif pada siang
serangkaian komponen yang digunakan hari, berkembang biak di tempat
dalam penginderaan jauh dalam menyadap penampungan air bersih atau genangan air
informasi permukaan bumi meliputi hujan seperti bak mandi, tangki
sumber energi, radiasi dan atmosfer, penampungan air, vas bunga (baik di
interaksi dengan objek, penyimpanan lingkungan dalam rumah, sekolah,
energi oleh sensor, tranmisi, penerimaan, perkantoran maupun pekuburan), kaleng
dan pengolahan, interpretasi, dan analisis bekas, kantung plastik bekas, di atas lantai
serta aplikasi (Indarto, 2014) gedung terbuka, talang rumah, pagar
bambo, kulit buah (rambutan, tempurung
Sistem Informasi Geografis telah
kelapa ), ban bekas ataupun semua bentuk
berkembang menjadi Sains Informasi
kontainer yang dapat menampung air
Geografis melibatkan permasalahan ilmiah
bersih. (Sembel DT, 2009).
melalui pendekatan ilmiah, meliputi
pengembangan dan aplikasi metode sains
Aedes aegypti hidup di lingkungan
untuk memecahkan permasalahan sosial
rumah atau bangunan sedangkan Aedes
yang kemudian berkembang menjadi
albopictus lebih menyukai hidup di luar
bagian integral dan esensial untuk
lingkungan rumah seperti di kebun yang
penelitian di bidang kesehatan dan praktek.
rimbun dengan pepohonan dalam mengidentifikasi kualitas
(Soedarto,2008). Jarak terbang maksimum lingkungan permukiman yang berpengaruh
antara tempat perindukan (breeding place) terhadap penyebaran virus dengue. Metode
nyamuk dengan sumber makanan tidak ini dilakukan dengan uji akurasi di
lebih dari 500 meter. Rata – rata nyamuk lapangan dimana pemilihan sampel dipilih
hanya bisa menyebar dalam jarak dekat. secara acak untuk setiap kelas parameter
Umumnya nyamuk tertarik oleh cahaya dengan satuan pemetaan berupa blok
terang, pakaian berwarna gelap sedangkan permukiman (Stratified Random
untuk daya penarik jarak jauh disebabkan Sampling). Kondisi lingkungan
adanya rangsangan bau dari zat – zat yang permukiman diperoleh dari pengharkatan
dikeluarkan dari hewan ataupun manusia , (skoring) setiap parameter. Sistem
CO2 dan beberapa asam amino serta lokasi pengharkatan menggunakan sistem
yang dekat dengan temperature hangat berjenjang tertimbang dimana setiap
serta lembab ( Neva FA dan Brown HW, parameter memiliki bobot masing –
1994). masing sesuai tingkat pengaruhnya
terhadap kesehatan lingkungan
Perilaku yang sehat dan kemampuan permukiman. Sistem pengharkatan
masyarakat untuk memilih dan diperoleh setelah dilakukan interpretasi
mendapatkan pelayanan kesehatan yang visual citra Wordview-2 untuk setiap
bermutu sangat menentukan keberhasilan parameter.
pembangunan kesehatan. Perilaku
mencakup pengetahuan, sikap, dan Parameter – parameter kondisi
tindakan dari individu itu sendiri lingkungan permukiman yaitu kepadatan
(Notoatmodjo,2005). permukiman, kondisi halaman, dan kondisi
saluran air hujan diklasifikasi menjadi tiga
Penyebaran penyakit DBD terkait
kelas yang merupakan hasil dari skor total
dengan perilaku masyarakat yang erat
tiap blok permukiman, yaitu rendah,
kaitannya dengan kebiasaan hidup bersih.
sedang, dan tinggi. Pola sebaran penyakit
Perilaku hidup sehat adalah faktor individu
Demam Berdarah Dengue diperoleh dari
diukur melalui sikap masyarakat yang
hasil plotting kejadian penyakit di
terbiasa dengan lingkungan bersih dan
lapangan. Metode yang digunakan adalah
aman dari segala jenis penyakit. Beberapa
Average Nearest Neighbor.
perilaku yang jika dibiarkan akan
mempengaruhi risiko penularan virus Analisis hubungan setiap parameter
dengue adalah kebiasaan menggantung kondisi lingkungan permukiman dan
pakaian, kebiasaan menggunakan obat anti perilaku masyarakat terhadap kejadian
nyamuk, kebiasaan menyimpan barang – DBD (angka bebas jentik nyamuk)
barang bekas, kebiasaan membersihkan dilakukan dengan perhitungan statistik
bak mandi dan barang – barang sebagai menggunakan metode rank spearman
tempat peristirahatan dan karena jenis data yang bersifat ordinal,
perkembangbiakan nyamuk. sedangkan data sebaran penyakit DBD
METODE PENELITIAN
diperoleh berdasarkan klasifikasi jumlah
kejadian. Faktor perilaku diperoleh dari hasil
Metode penelitian memaparkan empat wawancara responden secara acak yang
tujuan utama penelitian. Tujuan pertama mewakili setiap blok permukiman.
mengkaji kemampuan citra Worldview-2 Wawancara yang dilakukan seputar
parameter yang berkaitan dengan menjaga permukiman di Kelurahan Purwokinanti
lingkungan dari terjangkitnya penyakit termasuk ke dalam kelas sedang dan
DBD yaitu kebiasaan menguras bak mandi, tinggi.
kebiasaan menggantung pakaian,
kebiasaan menyimpan barang – barang Kondisi ini memiliki karakteristik yang
bekas, dan kebiasaan memakai obat sama dengan wilayah endemik DBD
nyamuk. lainnya yaitu Kelurahan Tegalpanggung.
Selain karakteristik yang sama dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN wilayah endemik lainnya, Kelurahan
Uji Parameter Melalui Citra Worldview Porwokinanti berada di sekitar wilayah
2 endemik DBD. Kondisi ini juga
Citra Worldview 2 mampu mempengaruhi mewabahnya virus dengue
menggambarkan kondisi permukaan bumi di daerah tersebut.
dalam skala besar sehingga objek terlihat
jelas. Interpretasi parameter penentu
kesehatan lingkungan dari citra Worldview
berdasarkan metode confusion metrix
menghasilkan ketelitian sebesar 88%
dengan rincian kepadatan permukiman
92% dan kondisi halaman 84%.

Kondisi Kesehatan Lingkungan


Permukiman
Kesehatan lingkungan permukiman
daerah penelitian ditentukan dengan 3
parameter lingkungan yaitu kepadatan
permukiman, kondisi halaman, dan kondisi
saluran air hujan. Melalui perhitungan
tumpang susun peta tiap parameter maka
dihasilkan kelas kesehatan lingkungan
permukiman. Gambar 1 merupakan peta
sebaran kejadian DBD dengan kondisi
kesehatan lingkungan permukiman.
Gambar 1. Peta Sebaran Kejadian DBD
Kelurahan Purwokinanti dan dan Kelas Kondisi Kesehatan Lingkungan
Tegalpanggung termasuk ke dalam blok Permukiman
permukiman dengan kualitas rendah
sedangkan blok yang berada di Kelurahan Pola sebaran kejadian demam berdarah
Wirogunan, Semaki, dan Tahunan secara dengue menggunakan metode Average
umum termasuk ke dalam kelas dengan Nearest Neihbour. Metode ini menghitung
kualitas permukiman sedang. Dapat nilai indeks dengan membandingkan jarak
diketahui bahwa salah satu faktor rata – rata objek yang diamati dengan jarak
Kelurahan Purwokinanti dinyatakan pada distribusi acak dengan jumlah yang
endemik DBD disebabkan karena kualitas mencakup total luas yang sama. Sehingga
permukiman yang buruk. Kepadatan dalam menghitung pola sebaran diperlukan
luas wilayah penelitian yaitu 3.335.331 m2. Gambar 3. Pola Sebaran DBD Metode
Gambar merupakan pola sebaran kejadian Manhattan
DBD dengan kedua metode menghasilkan
nilai indeks rasio, nilai z, dan nilai p. Nilai Kelurahan Purwokinanti, Gunungketur,
z merupakan nilai standar deviasi dan nilai Tegalpanggung memiliki sebaran
p merupakan nilai signifikansi berdasarkan mengelompok, sedangkan untuk Kelurahan
tingkat kepercayaan. Metode Euclidean Tahunan, Semaki, dan Wirogunan
menghasilkan nilai indeks = 0.73, nilai z = cenderung acak. Kejadian DBD di
-6.17 dan p-value = 0.00 sedangkan Kelurahan Purwokinanti dengan Kelurahan
metode Manhattan menghasilkan nilai Tegalpanggung juga berdekatan yang
indeks = 0.88, nilai z = -2.44, dan p-value memungkinkan kejadian DBD di dua
= 0.01. Kedua metode menunjukkan pola kelurahan ini terjadi akibat penularan dari
sebaran mengelompok. daerah sekitarnya. Tabel 5.5 menunjukkan
hubungan antara kualitas lingkungan
permukiman dan angka bebas jentik
dengan kejadian demam berdarah dengue.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa
kejadian demam berdarah dengue tidak
selalu terjadi pada kualitas lingkungan
permukiman buruk dan kejadian banyak
dijumpai di daerah tidak bebas jentik.

Angka bebas jentik dapat diketahui


polanya dengan menggunakan metode
High/Low Clustering. Metode High/Low
Clustering menghitung nilai indeks G yaitu
nilai indeks yang menghitung tinggi
rendahnya suatu pengelompokkan objek.
Pola angka bebas jentik juga menggunakan
Gambar 2. Pola Sebaran DBD Metode perhitungan dengan metode Euclidean dan
Euclidean Manhattan. Gambar 2 menunjukkan pola
yang menyebar dari kedua metode. Metode
Euclidean menghasilkan nilai indeks =
0.00, nilai z = 8.37 dan p-value = 0.00
sedangkan metode Manhattan
menghasilkan nilai indeks = 0.88, nilai z =
8.19, dan p-value = 0.00.
Parameter Nilai
Hubungan
Kepadatan Permukiman 0,479
Kondisi Halaman 0,435
Kondisi saluran air 0,685
hujan
Kesehatan lingkungan 0,498
permukiman
Sumber: Pengolahan data, 2018
Nilai hubungan semakin tinggi jika
mendekati 1 sebaliknya hubungan bernilai
rendah jika menjauhi angka 1. Kesehatan
lingkungan permukiman secara umum
memiliki hubungan dengan angka bebas
Gambar 4. Pola Angka Bebas Jentik jentik senilai 0,498 sedangkan untuk ketiga
Metode Euclidean parameter kualitas permukiman, kondisi
saluran air hujan menjadi faktor yang
paling tinggi dalam mempengaruhi jentik
nyamuk. Hal ini menandakan bahwa
genangan air dapat mempengaruhi
perkembangbiakan jentik nyamuk. Selain
itu kepadatan permukiman dan kondisi
halaman juga mempengaruhi angka bebas
jentik. Daerah penelitian secara umum
berada di daerah padat permukiman
terutama di Kelurahan Tegalpanggung dan
Purwokinanti.

Hasil perhitungan berdasarkan nilai


koefisien Spearman menunjukkan nilai
Gambar 5. Pola Angka Bebas Jentik kedekatan antar 2 variabel selanjutnya
Metode Manhattan dilakukan perhitungan tabulasi silang
untuk mengetahui hubungan tiap parameter
Hubungan Parameter Kesehatan kualitas permukiman dengan angka bebas
Lingkungan Permukiman dengan jentik.
Angka Bebas Jentik
Peta dan Hubungan Perilaku
Nilai hubungan parameter kesehatan Masyarakat dengan Angka Bebas Jentik
lingkungan permukiman dengan angka
Nilai hubungan masing – masing
bebas jentik dirangkum pada Tabel 1 di
variabel dengan angka bebas jentik dapat
bawah ini.
dilihat dari tabel 2 di bawah ini.
Tabel 1. Hubungan Angka Bebas Jentik
Tabel 2. Hubungan Angka Bebas Jentik
dan Kesehatan Lingkungan Permukiman
dan Perilaku Sehat
Variabel Nilai Semakin rendah angka bebas jentik
Hubungan maka nilai untuk variabel semakin tinggi
Membersihkan tempat -0,025 yaitu angka bebas jentik rendah jika
penampungan air perilaku menjaga lingkungan sehat tinggi
Tidak menggantung pakaian 0,000 seperti selalu membersihkan bak
Memakai obat anti nyamuk -0,204 penampung air, membersihkan barang –
Membakar/membersihkan -0,133 barang bekas yang dapat dijadikan sebagai
barang – barang yang dapat tempat berkembangbiaknya nyamuk, dan
menjadi tempat bersarang memakai obat anti nyamuk untuk
nyamuk mencegah terjadinya gigitan nyamuk.
Perilaku sehat masyarakat -0,201 Variabel membersihkan tempat
Sumber: Pengolahan Data, 2018 penampungan air, memakai obat nyamuk,
dan membersihkan barang – barang bekas
Variabel membersihkan tempat meskipun memiliki hubungan dengan
penampungan air, memakai obat anti angka bebas jentik namun besarnya nilai
nyamuk, membakar/ membersihkan barang hubungan termasuk ke dalam kelas rendah.
– barang yang dapat menjadi tempat Sedangkan untuk variabel tidak
bersarang nyamuk, dan perilaku sehat menggantung pakaian tidak memiliki
memiliki nilai negatif. Nilai positif dan hubungan dengan angka bebas jentik
negatif menunjukkan arah hubungan antar dibuktikan dengan nilai hubungan adalah 0
variabel. Nilai negatif 4 variabel dari 5 meskipun di dalam teori variabel ini juga
variabel tersebut menunjukkan hubungan dapat mempengaruhi wabah penyakit
yang berbanding terbalik dengan angka DBD.
bebas jentik.
Hal tersebut dikarenakan meskipun
daerah penelitian dikatakan bebas jentik
namun masyarakat memiliki kebiasaan
menggantung pakaian dan ada juga daerah
yang dikatakan tidak bebas jentik namun
masyarakat tidak memiliki kebiasaan
menggantung pakaian. Kasus ini sangat
berbanding terbalik dengan teori yang ada
dimana nyamuk aedes aegypti betina
banyak dijumpai beristirahat pada pakaian
yang menggantung. Ketidak korelasian ini
juga dipengaruhi oleh sampel yang
digunakan dimana responden untuk
penelitian ini adalah masyarakat umum
yang tidak memiliki hubungan langsung
dengan penyakit DBD.

KESIMPULAN
Gambar 6. Peta Perilaku Masyarakat
1. Citra Worldview 2 mampu
menggambarkan kondisi permukaan
bumi dalam skala besar sehingga objek karena perbedaan tahun dapat
terlihat jelas. Interpretasi parameter mempengaruhi validasi hasil
penentu kesehatan lingkungan dari penelitian.
citra Worldview menghasilkan 3. Kondisi kesehatan lingkungan
ketelitian sebesar 88%. permukiman dan faktor perilaku
2. Kondisi kesehatan lingkungan merupakan faktor yang saling berkaitan
permukiman daerah penelitian secara dalam mempengaruhi sebaran penyakit
umum termasuk ke dalam kelas sedang DBD. Tidak hanya dari faktor
dengan luas 1025,28 m2. Sedangkan lingkungan namun perlu adanya
luas kesehatan lingkungan permukiman penelitian lebih lanjut dengan
kelas rendah adalah 251,31 m2 dan memasukkan parameter perilaku dalam
kelas tinggi adalah 206,77 m2. menentukan tingkat mewabahnya
3. Pola sebaran penyakit Demam penyakit DBD.
Berdarah Dengue adalah mengelompok 4. Hasil penelitian diharapkan menjadi
sedangkan pola sebaran angka bebas masukan untuk penelitian berikutnya
jentik menyebar. Kondisi ini dengan memperhitungkan parameter
menunjukkan bahwa sebaran penyakit lain seperti curah hujan. Lingkup
DBD dapat dipengaruhi oleh kondisi daerah yang sempit (kecamatan) tidak
daerah sekitar yang endemik. memungkinkan untuk menambahkan
4. Parameter kepadatan permukiman, parameter curah hujan yang mana
kondisi halaman, dan kondisi saluran faktor ini masih menjadi faktor utama
air hujan memiliki hubungan yang mempengaruhi wabah penyakit DBD
signifikan dengan angka bebas jentik. di Kota Yogyakarta.
Parameter perilaku sehat yaitu
kebiasaan menguras bak mandi, DAFTAR PUSTAKA
memakai obat nyamuk, membersihkan Brown, HW. and Neva ,FA. (1994). Basic
barang – barang bekas memiliki Clinical Parasitology. 6th Ed.
hubungan yang signifikan dengan Prentice Hall International Edition.
angka bebas jentik meskipun nilai Departemen Kesehatan RI. 2011. Modul
hubungan ketiga variabel rendah. Pengendalian Demam Berdarah
Dengue. Jakarta: Direktorat
SARAN Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Kesehatan Lingkungan.
1. Perekaman citra Worldview 2 dengan Elliot, P and D. Wartenberg, (2004).
pengecekan di lapangan memiliki Spatial Epidemiology: Current
rentang waktu yang berbeda (2014- Approach and Future Challenges.
2018) sehingga mengakibatkan adanya Enviroment Health Perspective
perubahan kenampakan sebenarnya di 112, no 9:99 - 1006
lapangan. Penggunaan citra Worldview Indarto. (2014). Teori dan Praktek
2 lebih baik dengan rentang yang Penginderaan Jauh . Yogyakarta:
berdekatan dengan kegiatan lapangan ANDI OFFSET.
yaitu 1 tahun. Koenjaraningrat, Loedin. (1985). Ilmu –
2. Analisis parameter perilaku dengan Ilmu Sosial dalam Pembangunan
tahun kejadian DBD sebaiknya Kesehatan. Jakarta: Gramedia.
dilakukan di dalam tahun yang sama
Maheswaran, R., & Craglia, M. (2004).
GIS in Public Health Practice.
United States of America: CRC
PRESS.
Marfai, M. A. (2011). Pengantar
Pemodelan Geografi. Yogyakarta:
Fakultas Geografi UGM.
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Salim, Emil & Thoby Mutis. (2008).
Pembangunan Berkelanjutan
Berwawasan Lingkungan. Jakarta :
Bumi Akasara.
Sembel, DT. (2009). Entomologi
Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit
ANDI.
Soedarto. (2008). Parasitologi Klinik.
Surabaya: Airlangga University
Press.
World Health Organization. Dengue Fever
In Indonesia.
http://www.who.int/csr/don/2004_0
5_11a/en/ diakses pada tanggal 14
November 2016.

You might also like