You are on page 1of 8

Peran Media Massa, Asniati, dkk.

PERAN MEDIA MASSA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM UPAYA


PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH PADA RUMAH TANGGA
DI KOTA YOGYAKARTA
ROLE OF MASS MEDIA IN MOTHERS’ BEHAVIOR TO PREVENT HEMORRHAGIC
FEVER IN THE HOUSEHOLD AT YOGYAKARTA CITY

Asniati1, Djaswadi Dasuki2, Hari Kusnanto3


2
Minat Kesehatan Ibu dan Anak, FK UGM, Yogyakarta
3
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK UGM, Yogyakarta

ABSTRACT
Background: The incidence of dengue hemorrhagic fever (DHF) is increasing dramatically especially in tropical
areas. DHF can cause death. It is predicted that 25 thousand people die every year because of DHF. Control of
DHF through fogging and use of abate can reduce population of Aedes aegypti mosquitos but it is costly and use
in improper dosage can cause resistance to insecticide. The best way to prevent the disease is eradicating
vector larvae through 3 activities (draining, burying and covering). Such efforts can be done by mothers in their
household. Meanwhile in doing these efforts mothers may be influenced by some factors, i.e. mass media,
knowledge and attitude of mothers about DHF.
Objective: The objective of the study was to identify factors related to mothers’ behavior in preventing
hemorrhagic fever in the household.
Method: This was an observational study with cross sectional design. The sample of the study was as many
as 100 mothers. Data were collected through questionnaires and analyzed using univariate, bivariate and
multivariate techniques.
Result: Variable of role of mass media was statistically significant as predictor of DHF prevention behavior
(p<0.05) with moderate relationship level (r=0.352). Variables of knowledge and attitude were statistically
significant with p<0.05 but they had negative relationship.
Conclusion: Mass media can significantly affect mothers’ behavior in preventing DHF in the household.

Keywords: mass media, knowledge, attitude, DHF, prevention

PENDAHULUAN meninggal dunia sebanyak 22 orang dengan


Demam berdarah dengue (DBD) merupakan CFR=2,41%. Kota Yogyakarta merupakan kota yang
penyakit global. Selama 20 tahun terakhir insiden mempunyai penderita DBD terbanyak di antara 5
DBD meningkat secara dramatis, khususnya di kabupaten yang ada di Propinsi DIY, dengan jumlah
daerah tropis. Ratusan ribu kasus DBD dilaporkan penderita DBD sebanyak 425 orang dengan angka
tiap tahun dan terjadi di daerah tropis seperti kematian sebanyak 11 orang CFR=2,59%.
Amerika, Afrika, Asia dan Oceania.1 Penderita DBD Perbandingan data penderita dan kasus kematian
90%-nya adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun. akibat DBD di 4 kabupaten dan 1 kota.4
Kejadian DBD dapat menyebabkan terjadinya Penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan
kematian rata-rata sekitar 5% dengan catatan oleh virus dan disebarkan oleh nyamuk Aedes (Ae.)
kematian sejumlah 25.000 orang terjadi tiap aegypti. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya
tahunnya.2 penanggulangannya, tetapi belum memberikan hasil
Sebagai daerah tropis, kondisi Indonesia yang optimal. Belum ada obat-obatan khusus untuk
mendukung terjadinya berbagai penyakit infeksi pengobatan DBD dan belum ada vaksin untuk
termasuk penyakit DBD sebagai penyakit endemis. pencegahan penyakit DBD. Dengan demikian,
Hal ini terlihat dari meningkatnya kejadian DBD di pengendalian DBD tergantung pada pengendalian
berbagai daerah.3 Propinsi DIY merupakan salah satu nyamuk Ae. aegypti.
dari 12 propinsi yang dinyatakan KLB, berdasarkan Cara yang paling baik untuk mencegah penyakit
laporan yang terdapat di Dinas Kesehatan Propinsi ini adalah dengan memberantas jentik nyamuk
DIY sampai tanggal 13 Maret 2004 ditemukan data penularnya atau yang dikenal dengan nama
penderita DBD sebanyak 913 orang dan yang Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 24, No. 3, September 2008  103


Berita Kedokteran Masyarakat
halaman 103 - 110
Vol. 24, No. 3, September 2008

Dengue (PSN-DBD), agar setiap rumah bebas dari namun materi kampanye dan penyuluhan diharapkan
jentik nyamuk Ae. Aegypti dan dapat dilakukan mampu membekali mereka dengan pengetahuan
dengan cara menguras bak mandi seminggu sekali, yang memungkinkan untuk membuat pilihan-pilihan
menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan yang terbaik dalam segala hal yang berkaitan dengan
mengubur barang-barang yang dapat menjadi masalah kesehatan serta memberikan kemampuan
penampung air secara terus-menerus (3M). Gerakan bagi anggota masyarakat untuk bertindak secara
PSN-DBD ini merupakan salah satu usaha dalam individual maupun kolektif 10 Mengingat pentingnya
mewujudkan kesejahteraan keluarga melalui upaya peran ibu dalam upaya pencegahan DBD, maka
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat serta perlu diketahui perilaku ibu di rumah tangga dalam
peran ibu-ibu dalam hal ini sangat sentral.5 Menurut upaya pencegahan DBD.
Harold dan Trudi 6, derajat kesehatan terutama Lokasi penelitian adalah Kota Yogyakarta
kesehatan keluarga, sangat ditentukan oleh perilaku dengan 14 kecamatan karena merupakan daerah
hidup sehat ibu. Perilaku hidup sehat ibu dipengaruhi yang paling tinggi angka kejadian DBD di antara 5
oleh banyak faktor yang tercakup dalam faktor in- kabupaten yang terdapat di Propinsi DIY.
ternal dan eksternal. Berdasarkan populasi yang ada, sampel penelitian
Selain faktor geografi, ekonomi dan sosial, diambil secara simple random sampling.11 Subjek
ternyata juga faktor rendahnya pendidikan, respons penelitiannya adalah ibu yang memiliki anak
dan perilaku yang berperan dalam menghambat menderita DBD atau yang pernah menderita DBD.
pencegahan dan kontrol DBD. Hal ini terbukti dari
terjadinya krisis secara mental yaitu tindakan BAHAN DAN CARA PENELITIAN
pencegahan hanya dilakukan pada saat terjadinya Jenis penelitian ini adalah penelitian
KLB.7 Perilaku hidup sehat ibu tercermin dari caranya epidemiologi observasional dengan rancangan cross
menata rumah serta lingkungannya sesuai dengan sectional.11
persyaratan hidup sehat, sehingga kesehatan dan
mutu lingkungan tetap terpelihara dan berkembang.8 Variabel penelitian dan definisi operasional
Peran media sebagai penyampai pesan layanan Penelitian dianalisis secara deskriptif
kesehatan masyarakat melalui televisi, koran menggunakan distribusi frekuensi dan persentase
maupun radio diharapkan mampu merubah sikap dan pada masing-masing kelompok untuk mengetahui
perilaku ibu dalam melakukan pemberantasan karakteristik subjek penelitian, menetapkan kelas
dengue. Bagaimanapun juga, Departemen variabel dan menetapkan langkah-langkah analisis
Kesehatan yang bertanggung jawab atas informasi, data selanjutnya. Selanjutnya, Analisis bivariat
komunikasi dan media massa harus dilibatkan untuk digunakan untuk mengetahui hubungan antara
melakukan koordinasi keluarnya pesan-pesan variabel bebas dengan variabel terikat secara parsial
pencegahan dan pemberantasan dengue. dengan uji statistik yang digunakan adalah regresi
Dalam kampanye pemberantasan DBD linier (linear rgression). Analisis multivariat digunakan
masyarakat sebaiknya tidak hanya dibekali untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
pengetahuan dan keterampilan memberantas vektor, dengan variabel terikat secara bersama-sama. Uji

Tabel 1. Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional
Peran media massa Persepsi responden terhadap peran penyebaran proses komunikasi melalui
penyampain pesan mengenai pencegahan DBD melalui media massa dengan
memakai peralatan teknis yang meliputi radio, televisi dan surat kabar
Pengetahuan ibu Beberapa hal yang diketahui ibu tentang DBD. Pengetahuan tersebut
tentang penyakit meliputi: (1) penyebab; (2) cara penularan; (3) tanda- tanda; (4) pencegahan.
DBD Hasil ukuran rendah: 0 (< median) dan tinggi: 1 (= median).
Sikap ibu tentang Respons, reaksi atau tanggapan ibu tentang pencegahan DBD melalui
pencegahan DBD kegiatan 3 M. Hasil ukuran rendah (< median) dan tinggi (> median).
Perilaku Usaha-usaha yang dilakukan ibu melalui pengendalian lingkungan di rumah
pencegahan tangga berupa menguras, menutup dan mengubur yang diukur dengan
menggunakan check list. Hasil ukuran buruk jika hanya melakukan sampai 2 M
dan baik bila sudah melakukan 3 M.

104  Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 24, No. 3, September 2008


Peran Media Massa, Asniati, dkk.

statistik yang digunakan adalah regresi ganda


(multiple regression).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Analisis univariat
a. Deskripsi perilaku ibu terhadap
pencegahan DBD
Gambar 3. Kondisi Pengetahuan Ibu Tentang DBD

d. Sikap Ibu

Gambar 1. Kondisi Perilaku Ibu terhadap


Pencegahan DBD
Gambar 4. Kondisi Sikap Ibu terhadap
Pencegahan DBD
Berdasarkan hasil analisis data secara deskriptif
kuantitatif yang disajikan pada Gambar 1
Berdasarkan Gambar 4 mengindikasikan sikap
menunjukkan 69% ibu melakukan kegiatan 3M
ibu yang menyatakan sangat mendukung dalam
sedangkan mereka yang hanya melakukan kegiatan
melakukan kegiatan pemberantasan DBD sebanyak
2 M sebanyak 31%.
64%, sedangkan ibu yang bersikap tidak mendukung
sebanyak 36%.
b. Deskripsi peran media massa
2. Analisis bivariat
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
teknik korelasi bivariat dengan uji t atau P value (nilai
sig. 1-tailed) dan analisis teknik korelasi multivariat
dengan uji F atau nilai sig. F dengan menggunakan
analisis regresi ganda (multiple regression). Teknik
korelasi bivariat digunakan untuk menganalisis
Gambar 2. Peran Media Massa terhadap Pencegahan korelasi antara satu variabel independen dengan satu
DBD variabel dependen. Teknik korelasi multivariat
digunakan untuk menganalisis korelasi antara
Berdasarkan Gambar 2 mengindikasikan peran variabel independen dengan variabel dependen
media massa dalam mendukung kampanye secara bersama-sama.
pemberantasan DBD, 59% ibu menyatakan peran Dalam memberikan penafsiran terhadap koefisien
media massa sangat mendukung, sedangkan yang korelasi yang ditemukan, besar-kecilnya dapat
menyatakan peran media massa tidak mendukung berpedoman pada pernyataan Kerlinger sebagaimana
dalam kampanye pemberantasan DBD sebanyak 41%. yang disajikan pada Tabel 2. Kriteria lain yang dipakai
adalah dengan melihat tingkat signifikansi yang
c. Deskripsi pengetahuan ibu tentang DBD ditunjukkan dengan nilai probabilitas (p) dengan
menggunakan tingkat kepercayaan adalah 95%,
Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan ibu yang
maka nilai probabilitasnya yang dipakai adalah
memiliki pengetahuan tinggi tentang pemberantasan
P=0,05. Suatu hasil analisis dikatakan memiliki
DBD sebanyak 54%, sedangkan ibu yang memiliki
hubungan apabila nilai p < 0,05 dan tidak ada
pengetahuan rendah sebanyak 46%.
hubungan apabila nilai p > 0,05.

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 24, No. 3, September 2008  105


Berita Kedokteran Masyarakat
halaman 103 - 110
Vol. 24, No. 3, September 2008

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan pencegahan DBD”. Dengan demikian hipotesis yang
Pearson Corelation antara variabel media (X1), menyatakan ”semakin baik sikap ibu-ibu mengenai
variabel pengetahuan (X2) dan sikap (X3) dengan DBD akan semakin mendukung perilaku dalam
variabel perilaku (Y) disajikan dalam Tabel 2. pencegahan DBD” ditolak.

Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Variabel Media Massa, 3. Analisis multivariat


Pengetahuan dan Sikap dengan Variabel Perilaku
Pencegahan DBD
Analisis multivariat dengan menggunakan
regresi ganda (mutiple regression) digunakan untuk
Variabel r P Tingkat Signifikansi
Independen Hubungan membuktikan hipotesis. Analisis regresi ganda
Media 0,352 0,000 Rendah Signifikan dilakukan untuk menganalisis hubungan antara
Pengetahuan -0,188 0,030 Rendah Signifikan
Sikap -0,187 0,031 Rendah Signifikan variabel-variabel independen media massa (X1),
pengetahuan (X2), dan sikap (X3) dengan variabel
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa perilaku pemberantasan DBD (Y) secara bersama-
variabel media massa (X1) memiliki hubungan yang sama. Hasil analisis regresi ganda disajikan pada
signifikan dengan perilaku pencegahan DBD (Y) Tabel 3.
karena nilai p sebesar 0,000 lebih kecil dari batas
toleransi yaitu P > 0,05. Dengan demikian, hipotesis Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Ganda
yang menyatakan “semakin tinggi peran media Variabel
No B Beta Sig. T
Independen
massa akan semakin mendukung perilaku 1 Media Massa 2,779 0,390 0,000
pencegahan DBD” dapat diterima. Tingkat hubungan 2 Pengetahuan -4,181 -0,249 0,007
variabel media massa (X1) dengan perilaku 3 Sikap -9,260 -0,212 0,020

pencegahan DBD (Y) sebesar 0,352 tergolong rendah.


Hubungan variabel pengetahuan (X2) dengan Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan adanya
perilaku pencegahan DBD (Y) memiliki hubungan hubungan yang signifikan antara variabel-variabel
yang signifikan karena nilai p sebesar 0,030 lebih independen media massa, pengetahuan dan sikap
kecil dari batas toleransi, yaitu P > 0,05. Namun dengan variabel independen perilaku pencegahan
nilai korelasi (r) sebesar - 0,188 yang tergolong DBD dengan nilai signifinasi F = 0,000. Dengan
memiliki tingkat hubungan yang sangat rendah demikian hipotesis yang menyatakan “semakin tinggi
menunjukkan korelasi negatif yang berarti ”semakin peran media massa, pengetahuan dan sikap ibu-ibu
tinggi pengetahuan ibu-ibu mengenai DBD akan akan semakin mendukung perilaku pencegahan
semakin tidak mendukung perilaku dalam DBD.” terbukti atau dapat diterima. Nilai R square
pencegahan DBD” atau sebaliknya ”semakin rendah 0,224 menunjukkan bahwa perilaku pemberantasan
pengetahuan ibu-ibu mengenai DBD akan semakin DBD dapat dijelaskan oleh variabel media massa,
mendukung perilaku dalam pencegahan DBD”. pengetahuan dan sikap sebesar 22,4%. Dengan
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan demikian terdapat sisa 77,6% bisa dijelaskan oleh
”semakin tinggi pengetahuan ibu-ibu mengenai DBD sebab-sebab atau variabel lain di luar penelitian ini.
akan semakin mendukung perilaku dalam
pencegahan DBD” ditolak. Pembahasan
Selanjutnya, variabel sikap (X3) memiliki Dalam penelitian ini, hubungan peran media
hubungan yang signifikan dengan perilaku massa dengan perilaku ibu dalam pencegahan DBD
pencegahan DBD (Y) karena nilai p sebesar 0,031 menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p
lebih kecil dari batas toleransi, yaitu P > 0,05. Namun sebesar 0,000. Dengan demikian peran media
nilai korelasi (r) sebesar - 0,187 yang tergolong massa dalam mengubah perilaku ibu dalam
memiliki tingkat hubungan yang sangat rendah pencegahan DBD memberikan pengaruh yang cukup
menunjukkan korelasi negatif yang berarti ”semakin berarti. Dalam promosi kesehatan masyarakat, salah
baik sikap ibu-ibu mengenai DBD akan semakin tidak satu pendekatan yang sering digunakan adalah
mendukung perilaku dalam pencegahan DBD” atau menyampaikan pesan atau informasi mengenai
sebaliknya ”semakin buruk sikap ibu-ibu mengenai kesehatan kepada sasaran sehingga informasi
DBD akan semakin mendukung perilaku dalam tersebut dapat diterima dan dipahami sesuai dengan

106  Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 24, No. 3, September 2008


Peran Media Massa, Asniati, dkk.

maksud dan tujuan informasi tersebut. Suatu semakin mendukung perilaku dalam pencegahan
pendidikan kesehatan dapat diterima oleh sasaran DBD” ditolak. Fakta di lapangan justru
bila pendidikan tersebut merangsang indera mengindikasikan korelasi negatif, ”semakin tinggi
penerima. Rangsangan tersebut dapat diperkuat pengetahuan ibu-ibu mengenai DBD akan semakin
dengan pemakaian media sehingga dikatakan bahwa tidak mendukung perilaku dalam pencegahan DBD”.
media merupakan sarana penting karena dapat Fenomena hipotesis korelasi negatif ini didukung
meningkatkan proses efektivitas komunikasi dalam fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa luasnya
proses pendidikan kesehatan.12 halaman rumah, rendahnya partisipasi dan motivasi
Media memainkan peran penting dalam upaya warga, kurang adanya dukungan pengurus RT adalah
pencegahan dan pemberantasan KLB/ wabah. Agar dugaan penyebab perilaku negatif terhadap
efektif, media harus segera diberi informasi yang pencegahan DBD.
akurat dan komprehensif.12 Peran media massa pada Pengetahuan ibu-ibu yang baik mengenai DBD
dunia kesehatan merupakan peran dalam nampaknya belum mampu memberikan dorongan
menjalankan proses memberdayakan atau terhadap tindakan pencegahan DBD. Ibu-ibu memiliki
memandirikan masyarakat untuk memelihara, pengetahuan bahwa pencegahan DBD tidak akan
meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui berhasil dilakukan secara individual tanpa didukung
peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, dengan kesadaran dan partisipasi warga sekitar.
serta pengembangan lingkungan yang sehat.12 Peran Sebagai contoh, kebersihan selokan di depan rumah
media massa dalam promosi kesehatan mencakup yang sangat potensial untuk berkembang biaknya
aspek perilaku yaitu upaya untuk memotivasi, nyamuk tidak akan terjamin kebersihannya jika
mendorong dan membangkitkan kesadaran akan warga sekitar malas melakukan kerjabakti secara
potensi yang dimiliki masyarakat agar mampu periodik. Kondisi ini tentu saja menimbulkan rasa
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. frustasi ibu-ibu yang memiliki pengetahuan mengenai
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian pemberantasan DBD. Walaupun ibu-ibu memiliki
Agha13 yang mengindikasikan bahwa kampanye kesadaran untuk melakukan pencegahan DBD,
pencegahan AIDS lewat media massa terhadap tanpa diikuti dan direspons oleh warga lain pada
persepsi risiko pribadi memiliki hubungan yang akhirnya akan menimbulkan keengganan untuk
signifikan. Dampak kampanye lewat media telah membersihkan lingkungan sekitar. Dugaan terhadap
memberikan dampak yang signifikan terhadap rendahnya partisipasi sebagian masyarakat lebih
perubahan perilaku seksual. Secara teoritis disebabkan karena alasan kesibukan pekerjaan yang
Sampson14 menyatakan bahwa pengaruh media sebagian masyarakat bekerja sebagai wiraswasta
massa meliputi tiga aspek utama, yaitu aspek di sektor non formal.
kognitif terjadi perubahan pada pengetahuan Padahal menurut Karla dan Bang (cit. WHO12)
(pemikiran) dan persepsi yang berhubungan dengan partisipasi warga sangat penting dalam
transmisi pengetahuan, kepercayaan dan mensukseskan program-program pencegahan dan
ketrampilan. Kemudian pada tahap afektif terjadi pemberantasan DBD agar dapat berkesinambungan.
perubahan pada perasaan dan emosi berkaitan Apabila partisipasi masyarakat luas sulit diwujudkan
dengan sikap dan nilai. Selanjutnya, tahap konatif karena alasan-alasan geografis, pekerjaan atau
merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, demografis, Karla dan Bang (cit. WHO12) lebih lanjut
yang meliputi pola-pola tindakan dan kegiatan/ mengatakan bahwa keterlibatan masyarakat dapat
kebiasaan berperilaku. tetap diwujudkan melalui organisasi masyarakat dan
Berbeda dengan hubungan pengetahuan dengan kelompok sukarela (kader). Para anggota dari
perilaku ibu dalam pencegahan DBD menunjukkan organisasi masyarakat tersebut melakukan interaksi
hasil yang signifikan dengan nilai p sebesar 0,030 setiap harinya sesuai dengan bidang tugas masing-
namun memiliki arah yang negatif dengan nilai masing, seperti dalam kegiatan keagamaan,
koefisien korelasi sebesar-0,188. Dengan demikian, perkumpulan-perkumpulan umum, organisasi wanita
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ”semakin dan sekolah.
tinggi pengetahuan ibu-ibu mengenai DBD akan

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 24, No. 3, September 2008  107


Berita Kedokteran Masyarakat
halaman 103 - 110
Vol. 24, No. 3, September 2008

Penelitian ini berbeda dengan Winch, et al,15 tetapi merasa terpaksa karena sudah menjadi
yang meneliti tentang community-based dengue program RT.
prevention program in Puerto Rico: impact on Menurut Karla dan Bang (cit. WHO 12) jika
knowledge, behavior and residental mosquito partisipasi dan sikap warga masyarakat rendah
infestation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melakukan program pencegahan dan
program pencegahan dengue berbasiskan komunitas pemberantasan DD/DBD direkomendasikan untuk
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan menggabungkan kegiatan partisipasi masyarakat
sesuai dengan komunitasnya secara signifikan telah dalam program pencegahan dan pemberantasan DBD
memberikan pengaruhnya terhadap perubahan dengan prioritas pembangunan masyarakat lainnya.
perilaku pencegahan dengue. Pelaksanaan program Apabila pelayanan masyarakat di suatu daerah
-program pencegahan dengue yang berbasiskan (seperti pengumpulan sampah, pembuangan sampah
komunitas ini dikaitkan dengan peningkatan cair, penempatan air yang layak minum, dan lain-
pengetahuan mengenai dengue, mengurangi proporsi lainnya) dinilai kurang berfungsi, maka masyarakat
penyimpanan air yang berpotensi untuk dan mitra mereka dapat dimobilisasikan untuk ikut
berkembangbiaknya larv a nyamuk dan meningkatkan kegiatan tersebut, dan pada saat yang
memanfaatkan penggunaan aerosol insecticides. bersamaan seluruh komponen masyarakat dapat
Pelaksanaan program pemberantasan nyamuk pada mengurangi tempat-tempat perkembangbiaan
sekolah dasar dikaitkan dengan mengurangi indikasi nyamuk Aedes sebagai bagian dari usaha total
terhadap gangguan nyamuk di dalam rumah tinggal. pembangunan masyarakat.
Pada akhirnya program pemberantasan dengue Mengkombinasikan upaya pemberantasan
tersebut telah menghasilkan kesadaran yang lebih vektor dengue dengan seluruh penyebab penyakit
tinggi, perubahan perilaku dan munculnya usaha dan nyamuk pengganggu serta serangga lainnya,
untuk memberantas larva nyamuk. guna mendapatkan manfaat yang terbaik bagi
Selanjutnya, hasil penelitian hubungan antara masyarakat sehingga dapat meningkatkan
sikap dengan perilaku pencegahan DBD partisipasi masyarakat dalam kampanye lingkungan.
menunjukkan hubungan yang signifikan (p = 0,031) Menyiapkan insentif bagi mereka yang berpartisipasi
namun hasil koefisien korelasi menunjukkan arah dalam program pemberantasan dengue. Seperti
negatif (r = -0,187). Dengan demikian hipotesis yang contoh, dapat dilakukan perlombaan di tingkat
diajukan ditolak karena fakta menunjukkan adanya nasional untuk mengidentifikasi lingkungan terbersih
hubungan negatif “semakin baik sikap ibu-ibu atau lingkungan dengan indeks jentik terendah dalam
mengenai DBD akan semakin tidak mendukung suatu daerah perkotaan.
perilaku pencegahan DBD” atau sebaliknya “semakin Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
buruk sikap ibu-ibu mengenai DBD akan semakin Winch, et al,16 , yang meneliti tentang vector control
mendukung perilaku pencegahan DBD. at the household level: an analysis of its impact on
Fenomena hubungan negatif tersebut terjadi women. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
pada saat ibu memiliki respon sikap positif untuk korelasi positif antara tingkat partisipasi wanita
melakukan pencegahan DBD di rumah tinggalnya, dengan pengetahuan, sikap dan perilaku
anggota keluarga atau masyarakat sekitar lainnya pengontrolan vektor. Rendahnya tingkat partisipasi
tidak memberikan partisipasi dan menganggap wanita dalam pengontrolan vektor dikarenakan
sudah dilakukan oleh sebagian orang, sehingga tidak rendahnya pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap
perlu bersusah payah untuk membantunya. pengontrolan vektor.
Sebaliknya, pada saat ibu tidak memiliki respon Uji korelasi secara bersama-sama dengan
sikap negatif untuk melakukan pencegahan DBD menggunakan multiple regression menunjukkan
padahal DBD sudah mulai mewabah atau dinyatakan hubungan yang signifikan (Sig. F= 0,000) yang berarti
sebagai kondisi luar biasa (KLB) justru sebaliknya hipotesis “semakin tinggi peran media massa,
anggota keluarga atau masyarakat sekitar lainnya pengetahuan dan sikap ibu-ibu akan semakin
berusaha keras melakukan upaya pemberantasan mendukung perilaku pencegahan DBD” dapat
DBD. Dalam kondisi seperti ini ibu-ibu akan diterima”, dengan persamaan regresinya; perilaku =
melakukan tindakan bukan dengan kesadaran sendiri 2,813 + 2,779 (media massa) - 4,181 (pengetahuan)

108  Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 24, No. 3, September 2008


Peran Media Massa, Asniati, dkk.

- 9,260 (sikap). Dengan demikian setiap penambahan Saran


1 nilai untuk peran media massa akan meningkatkan Untuk meningkatkan kampanye kesehatan
perilaku pencegahan terhadap DBD nilai sebesar hendaknya Pemerintah Kota Yogyakarta bekerja
2,799. Setiap penurunan 1 nilai pengetahuan akan sama dengan media massa untuk mensosialisasikan
meningkatkan perilaku pencegahan terhadap DBD program pencegahan dan pemberantasan DD/DBD
nilai sebesar 4,181 dan setiap penurunan 1 nilai sikap dengan menggabungkan kegiatan partisipasi
akan meningkatkan perilaku pencegahan terhadap masyarakat dalam program pencegahan dan
DBD nilai sebesar- 9,260. pemberantasan DBD melalui prioritas pembangunan
Berdasarkan hasil uji residu regresi ganda masyarakat lainnya. Apabila pelayanan masyarakat
diperoleh nilai R square sebesar 0,224 yang berarti di suatu daerah (seperti pengumpulan sampah,
variabel independen dalam penelitian ini mampu pembuangan sampah cair, penempatan air yang
memberikan kontribusi pengaruhnya terhadap layak minum, dan lain-lainnya) dinilai kurang
perilaku pencegahan DBD sebesar 22,4%. Berarti berfungsi, maka masyarakat dan mitra mereka dapat
diprediksikan masih terdapat 77,6% variabel-variabel dimobilisasikan untuk ikut meningkatkan kegiatan
independen lainnya yang mempengaruhi perilaku tersebut, dan pada saat yang bersamaan seluruh
pencegahan DBD. komponen masyarakat dapat mengurangi tempat-
tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes sebagai
KESIMPULAN DAN SARAN bagian dari usaha total pembangunan masyarakat.
Kesimpulan Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang
Terdapat hubungan positif antara peran media pencegahan DBD, Dinas Kesehatan Kota
massa dengan perilaku pencegahan DBD yang Yogyakarta hendaknya memilih alternatif yang pal-
berarti semakin tinggi peran media massa akan ing tepat untuk mengkampanyekan program-program
semakin mendukung perilaku pencegahan DBD. pemberantasan DBD melalui organisasi masyarakat
Terdapat hubungan negatif antara pengetahuan dan kelompok sukarela (kader). Para anggota dari
ibu dengan perilaku pencegahan DBD yang berarti organisasi masyarakat tersebut melakukan interaksi
semakin tinggi pengetahuan ibu tentang DBD akan setiap harinya sesuai dengan bidang tugas masing-
semakin tidak mendukung perilaku pencegahan DBD. masing, seperti dalam kegiatan keagamaan,
Terdapat hubungan negatif antara sikap ibu perkumpulan-perkumpulan umum, organisasi wanita
dengan perilaku pencegahan DBD yang berarti dan sekolah.
semakin tinggi sikap ibu terhadap pemberantasan Untuk menumbuhkan sikap positif ibu terhadap
DBD akan semakin tidak mendukung perilaku pencegahan DBD hendaknya Dinas Kesehatan Kota
pencegahan DBD. memberikan penghargaan bagi mereka yang
Terdapat hubungan positif antara peran media berpartisipasi dalam program pemberantasan den-
massa, pengetahuan, sikap ibu dengan perilaku gue melalui lomba kebersihan lingkungan.
pencegahan DBD yang berarti semakin tinggi peran Bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti
media massa, pengetahuan dan sikap ibu terhadap perilaku pencegahan DBD agar mampu memberikan
pencegahan DBD akan semakin mendukung cakupan prediksi yang lebih baik hendaknya
perilaku pencegahan DBD. memasukkan variabel-variabel prediksi motivasi,
Berdasarkan analisis residu variabel peran me- partisipasi dan kondisi lingkungan.
dia massa, pengetahuan dan sikap ibu terhadap
pencegahan DBD mampu memprediksikan perilaku KEPUSTAKAAN
pencegahan DBD sebesar 22,4 persen berarti masih 1. Gubler, D. J. & Hayes, E. B. Dengue and Den-
terdapat 77,6 persen variabel lain di luar penelitian gue Hemorrhagic Fever, Center for Disease
ini yang kemungkinan berpengaruh terhadap perilaku Control, CID Fort Collins.1998.
pencegahan DBD.

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 24, No. 3, September 2008  109


Berita Kedokteran Masyarakat
halaman 103 - 110
Vol. 24, No. 3, September 2008

2. Pardue, S. and Ward, S. Viral Hemorrhagic Alternative Strategies for Sustainable Pest
Fevers: Assessing the Global Health Risk.1999. and Vector Management, Geneva.2002.
3. Depkes. DBD Penyakit Endemis di Indonesia, 11. Lemeshow, S., Hosmer, D. W., Klar, J., &
Jakarta.2004. Lwanga, S. K. Adequacy of Sample Size in
4. Dinkes. Data Penderita dan Kematian Penyakit Health Studies, John W iley and Sons,
DBD Propinsi DIY, Yogyakarta.2004. Chichester.1990.
5. Depkes. Menggerakkan Masyarakat dalam 12. W HO. Preventing Dengue and Dengue
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Hemorrhagic Fever, Division of Control of Tropical
Berdarah Dengue (PSN-DBD), Ditjen PPM Disease and Division of Communicable
dan PLP.1996. Diseases, Geneva.1995.
6. Harold, R.H., & Trudi, L. F. Changing Leaner 13. Agha, S. The Impact of a Mass Media Campaign
Behavior Thtrough Environmental Education, The on Personal Risk Perception, perceived self-
Journal of Environmental Education, 1992;21 (3). efficacy and on other behavioral Predictors, AIDS
7. Simon, S., Saputra, E. J., & Nirmalasari, O. CARE, 2003;15(6):749-62.
Dengue Hemorrhagic Fever: An Indonesian Per- 14. Sampson, E. Social Psychology; Approaches
spective, Majalah Kedokteran Atma Jaya, Contex and Problems of Social Psychology,
2004;3(1). Prentice Hall Inc, USA. 1984.
8. Zaahara, T. Upaya Peningkatan Perilaku Sehat 15. Winch, Leontsini, Perez, Clarke, & Gubler,
Ibu dalam Keluarga dalam Rangka Community-Based Dengue Prev ention
Pembangunan Keluarga Sejahtera, Departemen Programs in Puerto Rico: Impact on Knowledge,
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, behavior and Residential Mosquito Infestation,
Jakarta.2001. American Journal of tropical Medicine and
9. WHO. Prevention Control of Dengue and Den- Hygiene. 2002;67(4): 363-70.
gue Hemorrhagic Fever, Regional Publication, 16. Winch, Lioyd, Hoemeke, and Leontsini, Vector
Geneva.2000. Control at the Household Level: An Analysis of
10. WHO. Reducing and Eliminating the Use of its Impact on Women, Acta Tropica,1994;56:
Persistent Organic Pesticides Guidance on 327-39.

110  Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 24, No. 3, September 2008

You might also like