Professional Documents
Culture Documents
Strategi penurunan kejadian penyakit demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas
Journal homepage: https://journal.pasca-unri.org/index.php/econews/index
Gajah Mada Tembilahan
Disetujui: 28 September 2020 Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a contagious disease caused by the dengue
Diterbitkan: 30 September 2020 virus and transmitted by the Aedes aegypti mosquito. There were 144 dengue cases,
without any deaths in 2016, while in 2017 it decreased to 54 cases, without any
Keywords: deaths in Indragiri Hilir Regency. Therefore, it was necessary to carry out a
Strategy, Dengue Fever, Puskesmas strategy to solve the problem. This research aims to analyze the strategy to reduce
the case of dengue hemorrhagic fever in Puskesmas Gajah Mada, Tembilahan. The
method in the research was interviews, observation and test. To data analysis, the
researcher used SWOT analysis. The results showed that UPT Puskesmas Gajah
Mada implemented essential health programs and programs development. For
making the program will be success, it requires good human resources that
supported by good management. Good management always concern to the
completeness and accuracy of the data which is basic data and other supporting
data that collected in the Puskesmas Profile. Puskesmas management is connecting
structure that worked systematically to produce the effective and efficient
Puskesmas outputs. The connecting structure of activities include Planning,
Movement, Implementation, Supervision, Control, and Assessment which cannot be
separated from the accuracy of the data, which is basic data and supporting data
Penyebab meningkatnya DBD seperti iklim/cuaca dan penyebaran penyakit demam berdarah. Peningkatan curah
pasang surut dikategorikan dalam Ancaman (Threat). hujan akan meningkatkan kelembaban dan temperatur. Hal
Peningkatan curah hujan akan menyebabkan banyaknya ini akan mendukung seluruh aktivitas nyamuk termasuk
terjadi genangan air dimana-mana sehingga memperluas memperpanjang umur dan bereproduksi. Vektor Aedes
51
Tri Utami, Sukendi, Agrina | ECN 3 (2) (2020) 49-53
aegypti akan berkembang secara optimum pada temperatur Pada bagian Kelemahan (Weakness) yang memuat
20–28 derajat Celcius. Umur nyamuk yang lebih panjang tentang tradisi masyarakat yang menyebabkan peningkatkan
akan meningkatkan peluang bagi virus dengue untuk jumlah DBD seperti membuang sampah sembarangan,
menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsiknya. Indonesia, kebiasaan menggantung pakaian, dan jarang menguras bak
khususnya Tembilahan yang beriklim tropis dengan suhu mandi. Maka pemerintah setempat dapat melakukan
udara 16–32 derajat Celcius dan kelembaban relatif 60–80 beberapa strategi dan program diantaranya:
persen merupakan ruang yang ideal untuk mendukung Melakukan upaya penyuluhan melalui setiap Puskesmas
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. yang berada di Kota Tembilahan dengan cara menggerakan
Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas dapat menjadi petugas Puskesmas ke masing-masing rumah warga untuk
fokus perhatian pemerintah selaku pengambil kebijakan memberikan penyulusan tentang pentingnya menjaga
dalam upaya penganggulangan penyakit DBD. Salah satu kebersihan lingkungan dalam hal mengurangi DBD di daerah
kebijakan yang diambil dapat dilihat dari Kebijakan tersebut, diantaranya dengan membuang sampah pada
Pengendalian Demam Berdarah Dengue (P2DBD) tempanya, menggantung pakaian pada tempat yang terbuka
Berdasarkan Kebijakan Nasional untuk P2DBD sesuai dan tidak pengap udara, dan menguras bak mandi seminggu
KEPMENKES No. 581/MENKES/SK/VII/1992 Tentang sekali dan juga menaburi bak mandi dengan obat pembunuh
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, jentik nyamuk.
kebijakan umum pengendalian penyakit DBD meliputi (a) Pemerintah daerah menyediakan tempat sampah organik
meningkatkan perilaku dalam hidup sehat dan kemandirian dan non organik di daerah-daerah belum tersedia tempat
terhadap P2DBD; (b) meningkatkan perlindungan kesehatan pembuangan sampah. Sehingga masyarakat diharapkan untuk
masyarakat terhadap penyakit DBD; (c) meningkatkan ilmu dapat membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
pengetahuan dan teknologi program DBD; (d) memantapkan Pemerintah setempat juga membuat peraturan yang
kerjasama lintas sektor/lintas program; dan (e) pembangunan memuat denda dan sanksi bagi masyarakat yang kedapatan
berwawasan lingkungan. membuang sampah di daerah tersebut. Sanksi ini diharapkan
Beberapa strategi yang dirumuskan dalam program dapat menjadi efek jera bagi masyarakat
pemberantasan penyakit DBD yaitu melalui: Selanjunya pada bagian Ancaman (Threat) yang terkait
Pemberdayaan masyarakat. Hal ini ditempuh dengan dengan iklim/cuaca dan pasang surut dapat dilakukan
meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan langkah-langkah diantaranya:
penanggulangan penyakit DBD melalui KIE, pemasaran Curah hujan yang tinggi dapat disiasati dengan menutup
sosial, advokasi dan berbagai upaya penyuluhan kesehatan lubang-lubang di permukaan tanah yang berpotensi
lainnya secara intensif dan berkesinambungan. membentuk genangan air yang cukup besar yang dapat
Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit menjadi tempat berkembang biak jentik-jentik.
DBD. Upaya pemberantasan penyakit DBD tidak dapat Sebelum memasuki musim penghujan, masyarakat bisa
dilaksanakan oleh sektor kesehatan saja, peran sektor terkait memanfaatkan waktu untuk menerapkan program 3M plus
pemberantasan penyakit DBD sangat menentukan. yaitu menguras, menutup, mengubur atau menimbun barang-
Peningkatan profesionalisme pengelola program Sumber barang bekas, dan menyikat bersih dinding tempat
Daya Manusia yang terampil dan menguasai ilmu penyimpanan air.
pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu unsur Selanjutnya faktor yang telah berada di kategori kekuatan
penting dalam pelaksanaan program P2DBD. Pengetahuan dan peluang dapat ditingkatkan lagi lewat program:
mengenai bionomic vector, virologi, dan faktor-faktor Memberdayakan masyarakat sekitar dengan mengadakan
perubahan iklim, tatalaksana kasus harus dikuasai karena hal- berbagai pelatihan keterampilan terkait mata pencaharian
hal tersebut merupakan landasan dalam penyusunan masyarakat dalam hal ini pertanian, seperti mengadakan
kebijaksanaan program P2DBD. Pengembangan tenaga: pelatihan budidaya tanaman pertanian unggul, peningkatan
Petugas Lapangan PP & PL dan Juru Pemantau Jentik jumlah produksi masyarakat sehingga pendapatan
(JUMANTIK) untuk memperkuat surveilans vektor. masyarakat juga akan semakin meningkat.
Desentralisasi Optimalisasi pendelegasian wewenang Pemerintah daerah mencarikan link (jalur) atau target
pengelola program pusat kepada pemerintah kabupaten/kota. pasar yang lebih luas lagi terkait produk pertanian yang
Operasionalisasi P2DBD sepenuhnya dilaksanakan di tingkat dihasilkan, sehingga petani bisa memasarkan produknya
Kabupaten/Kota dan Puskesmas. Perlunya peningkatan lebih luas lagi. Hal ini juga akan berdampak kepada
kapasitas SDM di setiap tingkatan melalui pelatihan, peningkatan ekonomi petani.
bimbingan teknis dan magang. Peran pusat dalam hal Menyediakan modal bagi petani yang masuk kategori
surveilans epidemiologi, dukungan teknis dan pembuatan layak menerima bantuan sehingga petani tersebut atau
pedomanpedoman/standarisasi prosedur. masyarakat dapat terbantu dalam meningkatkan produksinya
Pembangunan berwawasan kesehatan lingkungan Mengadakan pekan pameran hasil produksi petani
Meningkatnya mutu lingkungan hidup dapat mengurangi sehingga diharapkan produk pertanian di Tembilahan dapat
angka kesakitan penyakit DBD, karena di tempat-tempat lebih dikenal luas.
penampungan air bersih dapat dibersihkan setiap minggu Penyakit DBD hampir tersebar luas di seluruh Indonesia.
secara berkesinambungan, sehingga populasi vektor sebagai Angka kesakitan penyakit ini bervariasi antara satu wilayah
penular penyakit DBD dapat berkurang. Orientasi, advokasi, dengan wilayah lain di karenakan perbedaan situasi dan
sosialisasi, dan berbagai kegiatan KIE kepada semua pihak kondisi wilayah. Oleh karena itu diperlukan model
terkait perlu dilaksanakan agar semuanya dapat memahami pencegahan demam berdarah berupa pemberantasan sarang
peran lingkungan dalam pemberantasan penyakit DBD. nyamuk (PSN) melalui peran serta masyarakat yang sesuai
situasi budaya setempat, karena kunci utama dari
52
Tri Utami, Sukendi, Agrina | ECN 3 (2) (2020) 49-53
pengendalian penyakit DBD adalah pemutusan mata rantai Puskesmas yang telah mengizinkan saya untuk melakukan
penularan melalui pengendalian pada vektor DBD yaitu penelitian di Puskesmas tersebut
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Program pokok
pengendalian DBD meliputi surveilans epidemiologi, DAFTAR PUSTAKA
penemuan dan tatalaksana kasus, pengendalian vektor,
peningkatan peran serta masyarakat, sistem kewaspadaan Dirjen PPM, PLP. (2012). Pedoman Teknis Penilaian Rumah
dini (SKD) dan penanggulangan KLB, penyuluhan, Sehat. Jakarta: Depkes RI.
membangun kemitraan/jejaring kerja, peningkatan capacity Fitriana. (2018). Hubungan Faktor Suhu Dengan Kasus
building, penelitian dan survei; dan monitoring dan evaluasi Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Sawahan
(Rahmat M, 2016). Oleh karena itu pihak puskesmas harus Surabaya. The Indonesian Journal of Public Health, Vol
lebih meningkatkan kegiatan yang telah ada. Adapun inovasi 13, No 1 July 2018: 83-94.
baru dalam pemberantasan jentik nyamuk adalah dengan Gita, K. (2007). Reliabilitas Antara Angka Bebas Jentik
menggunakan bahan insektisidaa alami yaitu dengan ekstrak Hasil Pemantauan Jentik Berkala dan Hasil Penyelidikan
buah bintaro yang mana telah dilakukaan penelitian. Epidemiologi di Kota Denpasar Tahun 2007. Denpasar:
Jurnal
KESIMPULAN Kardinan, A. (2003). Tanaman Pengusir dan Pembasmi
Nyamuk. Agro Media Pustaka. Jakarta
Upaya pencegahan penyakit ini telah dilakukan oleh Rahayu, T. (2012). Evaluasi Pelaksanaan Program
pihak puskesmas dan bekerjasama dengan DInas Kesehatan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam
Kabupaten Indaragiri Hilir antara lain dengan pemutusan Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Ketapang
rantai nyamuk penularnya dengan cara penaburan larvasida, 2. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2,
fogging focus serta pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Tahun 2012, Halaman 479 – 492
PSN merupakan cara pemberantasan yang lebih aman, murah Rangkuti, Freddy. (2014). Teknik Membedah Kasus Bisnis
dan sederhana. Oleh sebab itu kebijakan pemerintah dalam Analisis SWOT Cara. Perhitungan Bobot, Rating, dan
pengendalian vektor DBD lebih menitikberatkan pada OCAI. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
program ini, walaupun cara ini sangat tergantung pada peran Republika. (2019). Kemenkes Rilis Jumlah Korban DBD
serta masyarakat. dari 2014 Hingga 2019.
Dari hasil wawancara dan survei yang telah peneliti https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/19/01/
lakukan pada bulan februari 2020 yang lalu tentang mengapa 30/pm5fi1349-kemenkes-rilis-jumlah-korban-dbd-dari-
DBD di wilayah Kerja Puskesmas bisa meningkat? 2014-hingga-2019. Diakses 17 Agustus 2020.
dikarnakan program yang dijalankan pihak puskesmas belum Samarang. (2012). Tingkat Kematian Larva Aedes Aegypti
terealisasikan secara sempurna, di samping itu juga ada dan Aedes Albopictus Terhadap Penggunaan Abate
beberapa faktor yang masih sulit di ubah oleh masyarakat Dengan Metode Berbeda. Jumal Vektor Penyakit, Vol. Vi
tembilahan faktor pertama masih sering membuang sampah No. 1, 2012 :26 – 33
ke sungai, faktor kedua terjadinya pasang surut yang Satari, H.I & Mila, M. (2004). Demam Berdarah Perawatan
menimbulkan pengendapan sampah di bibir parit dan sungai di Rumah dan Rumah Sakit + Menu. Jakarta: Puspa
tembilahan, dan faktor ketiga ialah faktor iklim sangat Swara.
mempengaruhi dimana curah hujan yang tak menentu. maka Subiyanto, I. (2000). Metodologi Penelitian, Upp Ampykpn.
selanjutnya dilakukan pengelompokan terhadap faktor-faktor Yogyakarta
tersebut terkait dengan program penanggulangan DBD yang World Health Organization. (2004). Demam Berdarah
dilakukan oleh pihak puskesmas dalam menurunkan kajadian Dengue. Jakarta Egc
demam berdarah dengue di puskesmas tersebut.
Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue
(P2DBD) Berdasarkan Kebijakan Nasional untuk P2DBD
sesuai KEPMENKES No. 581/MENKES/SK/VII/1992
Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue,
kebijakan umum pengendalian penyakit DBD meliputi (a)
meningkatkan perilaku dalam hidup sehat dan kemandirian
terhadap P2DBD; (b) meningkatkan perlindungan kesehatan
masyarakat terhadap penyakit DBD; (c) meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi program DBD; (d) memantapkan
kerjasama lintas sektor/lintas program; dan (e) pembangunan
berwawasan lingkungan.