You are on page 1of 5

EcoNews

Advancing the World of Information and Environment


Vol. 3 No. 2 September, 2020, pp. 49-53

Strategi penurunan kejadian penyakit demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas
Journal homepage: https://journal.pasca-unri.org/index.php/econews/index
Gajah Mada Tembilahan

1 Journal homepage: http://journal.pasca-unri.org/index.php/econews


Tri Utami, 1Sukendi, 2Agrina
1
Program Studi Magister Ilmu Lingkungam Program Pascasarjana Universitas Riau
2
Fakultas Keperawatan Universitas Riau.

Koresponden E-mail: utamit39@gmail.com


https://doi.org/10.31258/ecn.3.2.p.49-53 ABSTRACT

Disetujui: 28 September 2020 Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a contagious disease caused by the dengue
Diterbitkan: 30 September 2020 virus and transmitted by the Aedes aegypti mosquito. There were 144 dengue cases,
without any deaths in 2016, while in 2017 it decreased to 54 cases, without any
Keywords: deaths in Indragiri Hilir Regency. Therefore, it was necessary to carry out a
Strategy, Dengue Fever, Puskesmas strategy to solve the problem. This research aims to analyze the strategy to reduce
the case of dengue hemorrhagic fever in Puskesmas Gajah Mada, Tembilahan. The
method in the research was interviews, observation and test. To data analysis, the
researcher used SWOT analysis. The results showed that UPT Puskesmas Gajah
Mada implemented essential health programs and programs development. For
making the program will be success, it requires good human resources that
supported by good management. Good management always concern to the
completeness and accuracy of the data which is basic data and other supporting
data that collected in the Puskesmas Profile. Puskesmas management is connecting
structure that worked systematically to produce the effective and efficient
Puskesmas outputs. The connecting structure of activities include Planning,
Movement, Implementation, Supervision, Control, and Assessment which cannot be
separated from the accuracy of the data, which is basic data and supporting data

PENDAHULUAN Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M yang terus


menerus (Widoyono, 2008).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan Pada tahun 2016 jumlah kasus DBD yang terjadi di
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan Indonesia sebanyak 204.171 kasus, kemudian menurun pada
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti meskipun dapat juga tahun 2017 sebanyak 68.407 kasus. Jumlah penderita DBD
ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus yang hidup di pada 2014 sebanyak 100.347 orang, kemudian 2015
kebun-kebun. Nyamuk penular Demam Berdarah Dengue sebanyak 129.650, kemudian di 2016 sebanyak 204.171.
(DBD) terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali Kemudian di 2017 sebanyak 68.407, kemudian 2018
di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di sebanyak 53.075, dan 2019 sebanyak 110.921 orang
atas permukaan laut (Gita et al, 2007). Di Indonesia penyakit (Republika, 2019). Sepanjang periode Januari-Juli 2020,
DBD menjadi masalah kesehatan masyarakat karena jumlah Kemenkes mencatat sebanyak 71.633 kasus DBD di
penderitanya tinggi dan penyebarannya yang semakin luas. Indonesia. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan pada
Kondisi ini dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang senang setahun terakhir. Penyakit demam berdarah yang ringan
menampung air untuk keperluan rumah tangga dan dapat menyebabkan demam tinggi, ruam, dan nyeri otot dan
kebersihan dirinya. Dari berbagai tempat berkembang biak sendi. Sedangkan penyakit demam berdarah yang parah, atau
bak mandi merupakan tempat penampungan air yang paling juga dikenal sebagai dengue hemorrhagic fever, dapat
banyak mengandung larva nyamuk Aedes aegypti. Hal ini menyebabkan perdarahan serius, penurunan tekanan darah
dikarenakan kamar mandi masyarakat Indonesia yang yang tiba-tiba drastis dan bahkan bisa berujung kematian.
umumnya lembab, kurang sinar matahari, dan sanitasi atau Sebagai salah satu upaya memutus mata rantai
kebersihannya kurang terjaga. Di Indonesia penyakit DBD penyebaran nyamuk tersebut adalah dengan cara
masih merupakan masalah kesehatan global karena masih pengendalian vektor dengan menggunakan insektisida seperti
banyak daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada malathion yang penggunaanya dengan cara fogging tetapi
umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit di penggunaan ini hanya membunuh nyamuk dewasa saja, dan
wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran dan hanya bertahan dua atau tiga hari saja semenjak
mencegah penyakit DBD diperlukan pengasapan (fogging) penggunaannya. Juga cara ini bisa dikatakan mahal dan
secara massal, abatisasi massal, serta Penggerakan kurang efektif. Cara lain yang digunakan adalah dengan
49
Tri Utami, Sukendi, Agrina | ECN 3 (2) (2020) 49-53
abate atau temofes yang ditabur ke bak mandi guna Populasi pada penelitian ini adalah semua tenaga
membunuh larva, tetapi bahaya bagi lingkungan sekitar kesehatan dan masyarakat yang ada di wilayah kerja
karena menimbulkan bau tak sedap pada air yang di taburi Puskemas Gajah Mada. Adapun sampel pada penelitian ini,
abate tersebut. yang terdiri dari 2 orang tokoh masyarakat, 3 orang tenaga
Sesuai instruksi dari pemerintah lewat Kementerian kesehatan di puskesmas, dan 2 orang kader jumantik. Sampel
Kesehatan, pencegahan DBD yang paling efektif adalah di ambil dengan menggunakan metode purposive sampling.
melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara Analisis data yang digunakan adalah menggunakan
3M Plus. PSN merupakan cara pemberantasan yang lebih analisis SWOT. analisis SWOT (Strength, Weakness, Threat,
aman, murah dan sederhana. Oleh sebab itu kebijakan Opportunity) merupakan identifikasi berbagai faktor secara
pemerintah dalam pengendalian vektor DBD lebih sistematis untuk menentukan prioritas strategi alternatif
menitikberatkan pada program ini, walaupun cara ini sangat dalam menurunkan angka kasus DBD yang paling tepat
tergantung pada peran serta masyarakat (Steva et al, 2015). dilaksanakan. Menurut Rangkuti (2014) analisis SWOT
Namun cara ini dalam prakteknya di lapangan belum (Strength, Weakness, Threat, Opportunity) merupakan
memberikan hasil yang diharapkan karena kasus DBD masih identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
saja terjadi di Indonesia. menentukan prioritas strategi alternatif dalam menurunkan
Kabupaten Indragiri Hilir pada Tahun 2016 terdapat angka kasus DBD yang paling tepat dilaksanakan. Analisis
kasus DBD sebanyak 144 kasus, tanpa ada kematian, ini didasarkan pada faktor internal dan eksternal untuk
sedangkan pada Tahun 2017 mengalami penurunan yaitu memaksimalkan kekuatan dan peluang serta dapat
menjadi 54 kasus, tanpa ada kematian. Tembilahan dikenal meminimkan kelemahan dan ancaman.
dengan negri seribu jembatan atau seribu parit, kota
tembilahan mempunyai DAS (daerah aliran sungai) yang HASIL DAN PEMBAHASAN
disebut sungai indragiri, disamping itu dengan kondisi tanah
rawa dan minimnya saluran air drainase, sehingga besar Dari hasil wawancara dan survey yang telah dilakukan
kemungkinan tempat terjadinya perkembangbiakan nyamuk oleh peneliti pada bulan Februari 2020 menunjukkan bahwa
aedes aegypti. Dan juga kebiasaan masyarakat yang kasus DBD di wilayah Kerja Puskesmas mengalami
membuang sampah di sungai yang bias menyediakan tempat peningkatan karena program yang dijalankan pihak
berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti. Dengan keadaan puskesmas belum terealisasikan secara sempurna, di samping
tersebut maka semakin meningkatnya kasus DBD di itu juga ada beberapa faktor yang masih sulit diubah oleh
tembilahan. Dari data terbaru yang di dapat, terdapat kasus masyarakat Tembilahan. Faktor pertama masih sering
tertinggi DBD pada Tahun 2018 periode Januari-November membuang sampah ke sungai, faktor kedua terjadinya pasang
terdapat di Tembilahan, terdapat 159 kasus suspek DBD surut yang menimbulkan pengendapan sampah di bibir parit
menyerang anak-anak. Dari 159 kasus yang di curigai 41 dan sungai Tembilahan, dan faktor ketiga ialah faktor iklim
diantaranya positif DBD dan satu anak balita meninggal sangat mempengaruhi dimana curah hujan yang tak menentu.
dunia. Oleh karena itu dilakukan pengelompokan terhadap faktor-
Penelitian ini bertujuan untuk menganalis strategi faktor tersebut terkait dengan program penanggulangan DBD
penurunan kejadian penyakit demam berdarah Dengue di yang dilakukan oleh pihak puskesmas dalam menurunkan
wilayah kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan. Bagi kajadian demam berdarah dengue di puskesmas tersebut.
pemerintah, hasil studi diharapkan dapat memberikan Faktor-faktor tersebut dikelompokkan dalam kekuatan,
masukan terkait strategi penurunan kejadian penyakit demam kelemahan, peluang dan ancaman dengan
berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Gajah Mada mempertimbangkan kondisi dan peran masing-masing faktor
Tembilahan. Sedangkan bagi masyarakat, diharapkan sebagai dalam menurunkan kejadian angka kasus DBD di Puskesmas
masukan dalam pencegahan gigitan nyamuk Aedes aegypti, Gajah Mada
serta memberikan kesadaran yang lebih baik dalam menjaga 1. Kekuatan (Strength)
lingkungan tempat tinggalnya. a. Faktor Ekonomi
- Sedang
METODOLOGI - Tinggi
Faktor ekonomi dapat dikategorikan menjadi Kekuatan
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Gajah Mada (Strength) apabila semakin baik ekonomi seseorang, maka
Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. Penentuan lokasi akan semakin baik pula dalam menjaga kondisi
ditentukan secara purposive yakni Puskesmas Gajah Mada lingkungannya, sehingga untuk perkembangbiakan nyamuk
merupakan salah satu puskesmas dengan kasus angka Aedes aegypti semakin sedikit. Tingkat ekonomi yang tinggi
kejadian DBD tertinggi di Kota Tembilahan. Pelaksanaan akan membuat masyarakat mudah dalam mengakses
penelitian ini telah dimulai bulan Februari 2020. informasi terkait DBD misalnya dari televisi, media internet
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui ponsel dan pendidikan yang akan diterima lewat
metode survey, yaitu dengan melakukan pengamatan anak-anaknya yang bersekolah sehingga pemahaman
langsung terhadap objek penelitian. Metode penelitian masyarakat akan bahaya DBD dapat lebih ditingkatkan.
dengan metode survey sebagai perancangan penelitian Tingkat ekonomi yang baik ini juga akan menjadi peluang
bertujuan melakukan pengujian yang cermat dan teliti bagi masyarakat dalam memikirkan solusi untuk mencegah
terhadap suatu objek penelitian berdasarkan suatu situasi DBD melalui pembuatan sanitasi di rumah atau mendapatkan
maupun kondisi tertentu dengan melihat kesesuaiannya obat yang bisa dibeli untuk mencegah pertumbuhan DBD.
dengan pernyataan (Subiyanto, 2000). Hal ini dapat terlaksana jika kondisi keuangan masyarakat
cukup baik (Dirjen PPM PLP, 2012). Namun jika sebaliknya
50
Tri Utami, Sukendi, Agrina | ECN 3 (2) (2020) 49-53
tentu permasalahn DBD akan dikesampingkan oleh 3. Peluang (Opportunity)
masyarakat karena mereka tidak akan sempat memikirkan hal a. Status Ekonomi
tersebut karena lebih difokuskan bagaimana mencukupi - Rendah
kebutuhan sehari-hari. Hasil ini sesuai dengan penelitian Status ekonomi juga dikategorikan dalam Peluang
yang dilakukan oleh Fitriana (2018) yang menyatakan bahwa (Opportunity) karena pada kondisi ekonomi yang rendah
faktor ekonomi terutama pendapatan keluarga berpengaruh memungkinkan tingkat pengetahuan terhadap lingkungan
terhadap penyebaran penyakit DBD. kurang sehinggga dapat menyebabkan meningkatnya
2. Kelemahan (Weakness) perkembangbiakan nyamuk di sekitar lingkungan lebih
a. Tradisi Masyarakat tinggi. Sedangkan status ekonomi yang baik akan menjadi
- Membuang sampah sembarangan peluang untuk menurunkan angka DBD. Hal ini menjadi
- Kebiasaan menggantung pakaian salah satu peluang yang perlu diperhatiakn terkait status
- Jarang menguras bak mandi ekonomi masyarakat. Ekonomi yang tinggi akan membuat
Tradisi masyarakat di kategorikan menjadi Kelemahan masyarakat lebih mendapatkan pengetahuan lewat
(Weakness) karna sudah menjadi kebiasaan dan kurangnya pendidikan yang diterima oleh anggota keluarga. Semakin
kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka pemahaman akan
b. Kondisi Lingkungan masalah DBD akan semakin baik. Sehingga nantinya akan
- Sampah yang menumpuk menjadi peluang untuk menurunkan kasus DBD.
- Genangan air hujan 4. Ancaman (Threat)
Kondisi lingkungan juga dapat di ketegorikan menjadi a. Penyebab meningkatnya DBD
Kelemahan (Weakness) dimana akibat dari membuang - Iklim/Cuaca
sampah sembarangan dapat menyebabkan sampah yang - Pasang Surut
menumpuk dan juga terdapat genangan air hujan terutama
pada ban-ban bekas dan kaleng-kaleng bekas.
Tabel 1. Analisis SWOT
No Faktor-faktor S w o t
a. Penyebab Meningkatnya Kasus DBD
1. Iklim/Cuaca X
2. Pasang surut X
b. Tradisi Masyarakat
1. Membuang sampah sembarangan X
2. Kebiasaan menggantung pakaian X
3. Jarang menguras bak mandi X
c. Kondisi Lingkungan
1. Sampah yang menumpuk X
2. Genangan air hujan X
d. Status Ekonomi
1. Rendah X
2. Sedang X
3. Tinggi X
No Faktor-faktor S w o t
e. Penyebab Meningkatnya Kasus DBD
1. Iklim/Cuaca X
3. Pasang surut X
f. Tradisi Masyarakat
1. Membuang sampah sembarangan X
2 Kebiasaan menggantung pakaian X
3 Jarang menguras bak mandi X
g. Kondisi Lingkungan
1 Sampah yang menumpuk X
2 Genangan air hujan X
h. Status Ekonomi
1 Rendah X
2 Sedang X
3 Tinggi X

Penyebab meningkatnya DBD seperti iklim/cuaca dan penyebaran penyakit demam berdarah. Peningkatan curah
pasang surut dikategorikan dalam Ancaman (Threat). hujan akan meningkatkan kelembaban dan temperatur. Hal
Peningkatan curah hujan akan menyebabkan banyaknya ini akan mendukung seluruh aktivitas nyamuk termasuk
terjadi genangan air dimana-mana sehingga memperluas memperpanjang umur dan bereproduksi. Vektor Aedes
51
Tri Utami, Sukendi, Agrina | ECN 3 (2) (2020) 49-53
aegypti akan berkembang secara optimum pada temperatur Pada bagian Kelemahan (Weakness) yang memuat
20–28 derajat Celcius. Umur nyamuk yang lebih panjang tentang tradisi masyarakat yang menyebabkan peningkatkan
akan meningkatkan peluang bagi virus dengue untuk jumlah DBD seperti membuang sampah sembarangan,
menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsiknya. Indonesia, kebiasaan menggantung pakaian, dan jarang menguras bak
khususnya Tembilahan yang beriklim tropis dengan suhu mandi. Maka pemerintah setempat dapat melakukan
udara 16–32 derajat Celcius dan kelembaban relatif 60–80 beberapa strategi dan program diantaranya:
persen merupakan ruang yang ideal untuk mendukung Melakukan upaya penyuluhan melalui setiap Puskesmas
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. yang berada di Kota Tembilahan dengan cara menggerakan
Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas dapat menjadi petugas Puskesmas ke masing-masing rumah warga untuk
fokus perhatian pemerintah selaku pengambil kebijakan memberikan penyulusan tentang pentingnya menjaga
dalam upaya penganggulangan penyakit DBD. Salah satu kebersihan lingkungan dalam hal mengurangi DBD di daerah
kebijakan yang diambil dapat dilihat dari Kebijakan tersebut, diantaranya dengan membuang sampah pada
Pengendalian Demam Berdarah Dengue (P2DBD) tempanya, menggantung pakaian pada tempat yang terbuka
Berdasarkan Kebijakan Nasional untuk P2DBD sesuai dan tidak pengap udara, dan menguras bak mandi seminggu
KEPMENKES No. 581/MENKES/SK/VII/1992 Tentang sekali dan juga menaburi bak mandi dengan obat pembunuh
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, jentik nyamuk.
kebijakan umum pengendalian penyakit DBD meliputi (a) Pemerintah daerah menyediakan tempat sampah organik
meningkatkan perilaku dalam hidup sehat dan kemandirian dan non organik di daerah-daerah belum tersedia tempat
terhadap P2DBD; (b) meningkatkan perlindungan kesehatan pembuangan sampah. Sehingga masyarakat diharapkan untuk
masyarakat terhadap penyakit DBD; (c) meningkatkan ilmu dapat membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
pengetahuan dan teknologi program DBD; (d) memantapkan Pemerintah setempat juga membuat peraturan yang
kerjasama lintas sektor/lintas program; dan (e) pembangunan memuat denda dan sanksi bagi masyarakat yang kedapatan
berwawasan lingkungan. membuang sampah di daerah tersebut. Sanksi ini diharapkan
Beberapa strategi yang dirumuskan dalam program dapat menjadi efek jera bagi masyarakat
pemberantasan penyakit DBD yaitu melalui: Selanjunya pada bagian Ancaman (Threat) yang terkait
Pemberdayaan masyarakat. Hal ini ditempuh dengan dengan iklim/cuaca dan pasang surut dapat dilakukan
meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan langkah-langkah diantaranya:
penanggulangan penyakit DBD melalui KIE, pemasaran Curah hujan yang tinggi dapat disiasati dengan menutup
sosial, advokasi dan berbagai upaya penyuluhan kesehatan lubang-lubang di permukaan tanah yang berpotensi
lainnya secara intensif dan berkesinambungan. membentuk genangan air yang cukup besar yang dapat
Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit menjadi tempat berkembang biak jentik-jentik.
DBD. Upaya pemberantasan penyakit DBD tidak dapat Sebelum memasuki musim penghujan, masyarakat bisa
dilaksanakan oleh sektor kesehatan saja, peran sektor terkait memanfaatkan waktu untuk menerapkan program 3M plus
pemberantasan penyakit DBD sangat menentukan. yaitu menguras, menutup, mengubur atau menimbun barang-
Peningkatan profesionalisme pengelola program Sumber barang bekas, dan menyikat bersih dinding tempat
Daya Manusia yang terampil dan menguasai ilmu penyimpanan air.
pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu unsur Selanjutnya faktor yang telah berada di kategori kekuatan
penting dalam pelaksanaan program P2DBD. Pengetahuan dan peluang dapat ditingkatkan lagi lewat program:
mengenai bionomic vector, virologi, dan faktor-faktor Memberdayakan masyarakat sekitar dengan mengadakan
perubahan iklim, tatalaksana kasus harus dikuasai karena hal- berbagai pelatihan keterampilan terkait mata pencaharian
hal tersebut merupakan landasan dalam penyusunan masyarakat dalam hal ini pertanian, seperti mengadakan
kebijaksanaan program P2DBD. Pengembangan tenaga: pelatihan budidaya tanaman pertanian unggul, peningkatan
Petugas Lapangan PP & PL dan Juru Pemantau Jentik jumlah produksi masyarakat sehingga pendapatan
(JUMANTIK) untuk memperkuat surveilans vektor. masyarakat juga akan semakin meningkat.
Desentralisasi Optimalisasi pendelegasian wewenang Pemerintah daerah mencarikan link (jalur) atau target
pengelola program pusat kepada pemerintah kabupaten/kota. pasar yang lebih luas lagi terkait produk pertanian yang
Operasionalisasi P2DBD sepenuhnya dilaksanakan di tingkat dihasilkan, sehingga petani bisa memasarkan produknya
Kabupaten/Kota dan Puskesmas. Perlunya peningkatan lebih luas lagi. Hal ini juga akan berdampak kepada
kapasitas SDM di setiap tingkatan melalui pelatihan, peningkatan ekonomi petani.
bimbingan teknis dan magang. Peran pusat dalam hal Menyediakan modal bagi petani yang masuk kategori
surveilans epidemiologi, dukungan teknis dan pembuatan layak menerima bantuan sehingga petani tersebut atau
pedomanpedoman/standarisasi prosedur. masyarakat dapat terbantu dalam meningkatkan produksinya
Pembangunan berwawasan kesehatan lingkungan Mengadakan pekan pameran hasil produksi petani
Meningkatnya mutu lingkungan hidup dapat mengurangi sehingga diharapkan produk pertanian di Tembilahan dapat
angka kesakitan penyakit DBD, karena di tempat-tempat lebih dikenal luas.
penampungan air bersih dapat dibersihkan setiap minggu Penyakit DBD hampir tersebar luas di seluruh Indonesia.
secara berkesinambungan, sehingga populasi vektor sebagai Angka kesakitan penyakit ini bervariasi antara satu wilayah
penular penyakit DBD dapat berkurang. Orientasi, advokasi, dengan wilayah lain di karenakan perbedaan situasi dan
sosialisasi, dan berbagai kegiatan KIE kepada semua pihak kondisi wilayah. Oleh karena itu diperlukan model
terkait perlu dilaksanakan agar semuanya dapat memahami pencegahan demam berdarah berupa pemberantasan sarang
peran lingkungan dalam pemberantasan penyakit DBD. nyamuk (PSN) melalui peran serta masyarakat yang sesuai
situasi budaya setempat, karena kunci utama dari
52
Tri Utami, Sukendi, Agrina | ECN 3 (2) (2020) 49-53
pengendalian penyakit DBD adalah pemutusan mata rantai Puskesmas yang telah mengizinkan saya untuk melakukan
penularan melalui pengendalian pada vektor DBD yaitu penelitian di Puskesmas tersebut
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Program pokok
pengendalian DBD meliputi surveilans epidemiologi, DAFTAR PUSTAKA
penemuan dan tatalaksana kasus, pengendalian vektor,
peningkatan peran serta masyarakat, sistem kewaspadaan Dirjen PPM, PLP. (2012). Pedoman Teknis Penilaian Rumah
dini (SKD) dan penanggulangan KLB, penyuluhan, Sehat. Jakarta: Depkes RI.
membangun kemitraan/jejaring kerja, peningkatan capacity Fitriana. (2018). Hubungan Faktor Suhu Dengan Kasus
building, penelitian dan survei; dan monitoring dan evaluasi Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Sawahan
(Rahmat M, 2016). Oleh karena itu pihak puskesmas harus Surabaya. The Indonesian Journal of Public Health, Vol
lebih meningkatkan kegiatan yang telah ada. Adapun inovasi 13, No 1 July 2018: 83-94.
baru dalam pemberantasan jentik nyamuk adalah dengan Gita, K. (2007). Reliabilitas Antara Angka Bebas Jentik
menggunakan bahan insektisidaa alami yaitu dengan ekstrak Hasil Pemantauan Jentik Berkala dan Hasil Penyelidikan
buah bintaro yang mana telah dilakukaan penelitian. Epidemiologi di Kota Denpasar Tahun 2007. Denpasar:
Jurnal
KESIMPULAN Kardinan, A. (2003). Tanaman Pengusir dan Pembasmi
Nyamuk. Agro Media Pustaka. Jakarta
Upaya pencegahan penyakit ini telah dilakukan oleh Rahayu, T. (2012). Evaluasi Pelaksanaan Program
pihak puskesmas dan bekerjasama dengan DInas Kesehatan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam
Kabupaten Indaragiri Hilir antara lain dengan pemutusan Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Ketapang
rantai nyamuk penularnya dengan cara penaburan larvasida, 2. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2,
fogging focus serta pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Tahun 2012, Halaman 479 – 492
PSN merupakan cara pemberantasan yang lebih aman, murah Rangkuti, Freddy. (2014). Teknik Membedah Kasus Bisnis
dan sederhana. Oleh sebab itu kebijakan pemerintah dalam Analisis SWOT Cara. Perhitungan Bobot, Rating, dan
pengendalian vektor DBD lebih menitikberatkan pada OCAI. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
program ini, walaupun cara ini sangat tergantung pada peran Republika. (2019). Kemenkes Rilis Jumlah Korban DBD
serta masyarakat. dari 2014 Hingga 2019.
Dari hasil wawancara dan survei yang telah peneliti https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/19/01/
lakukan pada bulan februari 2020 yang lalu tentang mengapa 30/pm5fi1349-kemenkes-rilis-jumlah-korban-dbd-dari-
DBD di wilayah Kerja Puskesmas bisa meningkat? 2014-hingga-2019. Diakses 17 Agustus 2020.
dikarnakan program yang dijalankan pihak puskesmas belum Samarang. (2012). Tingkat Kematian Larva Aedes Aegypti
terealisasikan secara sempurna, di samping itu juga ada dan Aedes Albopictus Terhadap Penggunaan Abate
beberapa faktor yang masih sulit di ubah oleh masyarakat Dengan Metode Berbeda. Jumal Vektor Penyakit, Vol. Vi
tembilahan faktor pertama masih sering membuang sampah No. 1, 2012 :26 – 33
ke sungai, faktor kedua terjadinya pasang surut yang Satari, H.I & Mila, M. (2004). Demam Berdarah Perawatan
menimbulkan pengendapan sampah di bibir parit dan sungai di Rumah dan Rumah Sakit + Menu. Jakarta: Puspa
tembilahan, dan faktor ketiga ialah faktor iklim sangat Swara.
mempengaruhi dimana curah hujan yang tak menentu. maka Subiyanto, I. (2000). Metodologi Penelitian, Upp Ampykpn.
selanjutnya dilakukan pengelompokan terhadap faktor-faktor Yogyakarta
tersebut terkait dengan program penanggulangan DBD yang World Health Organization. (2004). Demam Berdarah
dilakukan oleh pihak puskesmas dalam menurunkan kajadian Dengue. Jakarta Egc
demam berdarah dengue di puskesmas tersebut.
Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue
(P2DBD) Berdasarkan Kebijakan Nasional untuk P2DBD
sesuai KEPMENKES No. 581/MENKES/SK/VII/1992
Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue,
kebijakan umum pengendalian penyakit DBD meliputi (a)
meningkatkan perilaku dalam hidup sehat dan kemandirian
terhadap P2DBD; (b) meningkatkan perlindungan kesehatan
masyarakat terhadap penyakit DBD; (c) meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi program DBD; (d) memantapkan
kerjasama lintas sektor/lintas program; dan (e) pembangunan
berwawasan lingkungan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada kedua pembimbing saya yang telah


banyak membantu dalam meyelesaikan makalah ini, juga
kepada kedua orang tua saya dan suami saya yang telah
mengizinkan saya untuk menyelesaikan studi saya dan juga
kepada anak saya. Serta teman-teman seperjuangan yang tak
dapat saya sebutkan satu persatu. Terutama kepada pihak
53

You might also like