You are on page 1of 11

Journal of Positive School Psychology http://journalppw.

com
2022, Vol. 6, No. 7, 1972-1982

Analisis Trend Iklim Penyebab Kejadian Demam


Berdarah Dengue (Dbd) Di Kota Batam Tahun 2016-
2021

Herdianti1, Dewi Susanna2, Tris Eryando3, Siti Nurhalizah Ramadhani4, Roni


Saputra5

1*
herdianti@uis.ac.id, Doctoral Program in Public Health, Faculty of Public Health, Universitas
Indonesia, Indonesia (+62 85395925901))
2,3
Environmental Health Program, Faculty of Public Health, Universitas Indonesia, Indonesia
d.susanna@ui.ac.id, tris.eryando@gmail.com
4,5
Environmental Health Program, Faculty of Health Sciences, Universitas Ibnu Sina, Indonesia
182510011@uis.ac.id, ronisaputra@uis.ac.id

Abstract
Dengue Hemorrhagic Fever is one of the endemic diseases in Indonesia caused by the virus
transmitted by Aedes Aegypti, and the increasing incidence of dengue fever can be influenced by
many factors, one of which is climate factors. This study aims to determine the relationship between
climate and the incidence of dengue hemorrhagic fever in Batam City from 2016-2021.The research
methodology used is quantitative with the Time Series method of correlation test. This study used
secondary data for six years (2016-2021). Data on the number of dengue hemorrhagic fever events
per month was obtained from the Batam City Health Office and climate data from the Batam City
Meteorological Climatology and Geophysics Agency (BMKG). Data analysis was performed
univariately and bivariate using the Pearson Product Moment test if the data is usually distributed
and the Spearman Rank test if the data is not normally distributed.The study’s results proved a
significant relationship of weak meaning with an opposing direction between air temperature and
the incidence of dengue hemorrhagic fever; no relationship meant very weak with a positive
direction between rainfall and the incidence of dengue. No relationship meant very weak with an
opposing direction between humidity and the duration of solar irradiation to the incidence rate of
DHF.This study concludes that only air temperature has a meaningful relationship with dengue
hemorrhagic fever incidence. Suggestions submitted to Batam City Health Office; it is expected to
be able to cooperate with BMKG regarding dengue fever prevention and control programs; The
community is expected to participate in the management of dengue fever; Researchers are
furthermore expected to continue using different designs and variables.

Keywords: Aedes aegypti, Climate, Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

Abstrak
1973 Journal of Positive School Psychology

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah salah satu penyakit endemis di Indonesia yang
disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes Aegypti serta meningkatnya kejadian DBD
tersebut dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor iklim. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara iklim terhadap kejadian demam berdarah dengue di
Kota Batam tahun 2016-2021.Metodologi penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan
metode Time Series uji korelasi. Penelitian ini menggunakan data sekunder selama 6 tahun (2016-
2021). Data jumlah kejadian demam berdarah dengue per bulan yang didapatkan dari Dinas
Kesehatan Kota Batam serta data iklim yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) Kota Batam. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat
menggunakan uji Pearson Product Moment jika data terdistribusi normal dan uji Rank Spearman
jika data tidak terdistribusi normal.Hasil penelitian membuktikan adanya hubungan yang signifikan
bermakna lemah dengan arah negatif antara suhu udara dengan kejadian demam berdarah dengue,
tidak ada hubungan yang bermakna sangat lemah dengan arah positif antara curah hujan terhadap
kejadian DBD, serta tidak ada hubungan yang bermakna sangat lemah dengan arah negatif antara
kelembaban dan lama penyinaran matahari terhadap kejadian DBD.Kesimpulan dari penelitian ini
adalah bahwa hanya suhu udara yang mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kejadian
demam berdarah dengue. Saran yang diajukan kepada : Dinas Kesehatan Kota Batam, diharapkan
untuk dapat bekerjasama dengan BMKG mengenai program pencegahan dan penanggulangan
demam berdarah; Masyarakat, diharapkan untuk ikut serta dalam penanggulangan penyakit demam
berdarah; Peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melanjutkan menggunakan desain dan variabel
yang berbeda.

Kata Kunci : Aedes aegypti, Iklim, Demam Berdarah Dengue

PENDAHULUAN oleh perubahan iklim dan kondisi


Penyakit Tular Vektor adalah penyakit yang lingkungan yang sesuai untuk
ditularkan melalui hewan perantara vektor, perkembangan nyamuk. Sesuai dengan
salah satunya adalah Demam Berdarah penjelasan [3], bahwa tingginya penyebaran
Dengue (DBD) yang masih menjadi kasus DBD yang terjadi kemungkinan besar
permasalahan di Indonesia. Di Indonesia disebabkan oleh perubahan iklim,
Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama peningkatan mobilitas penduduk,
kali ditemukan di Kota Surabaya pada tahun perkembangan wilayah perkotaan,
1968. Pada saat itu, 58 orang terinfeksi dan perubahan kepadatan dan distribusi
24 diantaranya meninggal (Angka Kematian penduduk yang tidak merata serta unsur
(AK): 41,3%) dan sejak saat itu Demam epidemiologi [3].
Berdarah Dengue (DBD) menyebar luas ke Nyamuk Aedes aegypti mengalami
seluruh wilayah Indonesia [1]. WHO peningkatan pada musim penghujan karena
memperkirakan sekitar 50-100 juta penyakit curah hujan, suhu udara dan kelembaban
infeksi virus dengue terjadi setiap tahun udara sangat mempengaruhi siklus hidup
dengan 22.000 kematian dan hampir dari 1.8 nyamuk dan meningkatkan daya
triliun masyarakat dalam bahaya terinfeksi perkembangbiakan nyamuk, selain itu juga
oleh DBD [2] mempengaruhi perilaku menggigit dan
Penyebab adanya peningkatan jumlah normal nyamuk pada populasi
penyakit demam berdarah ini disebabkan nyamuk [4]. Perubahan musim dari kemarau
Herdianti 1974

ke penghujan juga merupakan titik lemah Pada tahun 2016 melaporkan kejadian
ledakan kasus Demam Berdarah Dengue, sebanyak 966 kasus dengan Incidence Rate
yang kemudian didukung oleh genangan air (IR) : 85 per 100.000 penduduk, tahun 2017
yang biasanya digunakan oleh nyamuk sebanyak 593 kasus dengan Incidence Rate
untuk tumbuh dan berkembangbiak. (IR) : 46 per 100.000 penduduk, pada 2018
Berdasarkan penelitian [5], nyamuk memiliki terdapat 639 kasus dengan Incidence Rate
suhu ideal yang normal untuk pertumbuhan (IR) : 50 per 100.000 penduduk, pada tahun
dan perkembangannya antara 25o-27oC. 2019 terdapat 727 kasus dengan Incidence
Nyamuk berhenti berkembangbiak pada Rate (IR) : 52,8 per 100.000 penduduk, pada
suhu di bawah 10oC dan pada suhu lebih dari tahun 2020 terdapat 763 kasus dengan
40oC telur nyamuk memerlukan waktu 7 Incidence Rate (IR) : 53, 87 per 100.000
sampai 8 hari untuk menjadi nyamuk penduduk, dan pada tahun 2021 terdapat
dewasa, dan dapat berkembang biak lebih 710 kasus dengan Incidence Rate (IR) : 50
lama jika kondisi lingkungan tidak stabil [6]. per 100.000 penduduk [11]. Berdasarkan latar
Pada kelembaban udara di bawah 60% umur belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
hidup nyamuk akan semakin terbatas [7]. melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
Pada tahun 2020, kejadian DBD di hubungan antara iklim (suhu udara, curah
Indonesia terlaporkan sebanyak 95.893 hujan, kelembaban, dan lama penyinaran
kasus dengan IR :49 per 100.000 penduduk matahari) terhadap kejadian Demam
dengan kematian 661 kasus dan CFR: Berdarah Dengue (DBD) di Kota Batam
0,69% [8]. Kejadian DBD di Provinsi Tahun 2016-2021.
Kepri tahun 2020 yaitu 1.393 kasus dengan
IR: 33,6 per 100.000 penduduk dan 7 kasus METODE PENELITIAN
kematian serta CFR:0,5% [9]. Data iklim di Jenis penelitian yang digunakan adalah
Kota Batam tahun 2020 suhu rata-rata 26- penelitian kuantitatif dengan metode Time
34oC, kelembaban berkisar 73-96%, curah Series uji korelasi dengan pendekatan cross
hujan tahunan sekitar 2.600 mm per tahun sectional yaitu suatu penelitian yang
[10]
. tahun 2021 rata-rata data suhu berkisar mempelajari hubungan antara faktor risiko
26-28oC dimana suhu terendah terjadi di (independen) dengan faktor efek
bulan januari dan tertinggi pada bulan mei, (dependen).
kelembaban rata-rata berkisar 75%- 85% Sampel penelitian ini adalah
dimana kelembaban terendah pada bulan kejadian demam berdarah dengue di Kota
februari dan tertinggi bulan agustus, data Batam per bulan dari bulan Januari 2016
curah hujan dimana curah hujan tertinggi sampai Desember 2021 yaitu sebesar 72
pada bulan januari yaitu 640,3 mm, dan sampel yang diperoleh dari Dinas
lama penyinaran matahari dimana tertinggi Kesehatan.
terjadi pada bulan maret yaitu 214 jam. Analisis data yang digunakan
Berdasarkan data tersebut disimpulkan adalah analisis univariat dan bivariat.
bahwa Kota Batam adalah tropis yang dapat Analisis univariat dilakukan untuk
menjadi potensial dalam penyebaran dan mengetahui gambaran dari masing-masing
perkembangan vektor DBD. variabel. Analisis bivariat menggunakan uji
Kota Batam adalah kota yang korelasi Pearson Product Moment dan Rank
berada di Propinsi Kepulauan Riau dengan Spearman untuk menilai ada tidaknya
laporan kejadian DBD yang cukup tinggi. hubungan antara dua variabel. Jika p<0,05
1975 Journal of Positive School Psychology

maka adanya hubungan dua variabel yang HASIL DAN PEMBAHASAN


signifikan dan menguji korelasi, jika nilai 1
maka hubungan korelasi sangat kuat dan A. Analisis Univariat
hubungan searah jika koefisien korelasi Berikut gambaran statistik kejadian DBD,
positif atau hubungan berlawanan arah jika suhu udara, curah hujan, kelembaban dan
koefisien korelasi negatif. lama penyinaran matahari di Kota Batam
tahun 2016-2021.

Gambar 1. Kejadian DBD per bulan di Kota Batam tahun 2016-2021

Kejadian DBD tertinggi selama tahun 2016-2021 adalah 139 kejadian dan terendah yaitu 14
kejadian.

KEJADIAN DBD PER BULAN DI KOTA


BATAM TAHUN 2016-2021

2016 2017 2018

2019 2020 2021

150

100

50

0
MAR
APR
FEB

AGST

OKT

DES
JAN

JUNI

SEP

NOV
MEI

JULI

SUHU UDARA PER BULAN DI KOTA


BATAM TAHUN 2016-2021

2016 2017 2018

2019 2020 2021

30
29
28
27
26
25
24
JAN

SEP
FEB

APR

NOV
MAR

AGST

DES
OKT
JUNI
MEI

JULI

Gambar 2. Suhu udara per bulan di Kota Batam tahun 2016-2021


Herdianti 1976

Suhu tertinggi selama tahun 2016-2021 suhu udara yaitu pada bulan September
adalah 29,0 oC dan terendah yaitu 26,1 oC. sampai Januari. Sementara trend
nilai rata-rata suhu udara adalah 27,7 oC. peningkatan terjadi pada bulan Januari
Dari gambar diatas bahwa trend penurunan sampai April.

Gambar 3. Curah hujan per bulan di Kota Batam tahun 2016-2021

Curah hujan tertinggi selama tahun 2016- November sampai Desember dan Januari
2021 adalah 640,3 mm dan terendah yaitu sampai Februari. Sementara trend
0,8 mm. nilai rata-rata suhu udara adalah peningkatan terjadi pada bulan September
178,6 mm. Dari gambar diatas bahwa trend sampai November.
penurunan suhu udara yaitu pada bulan

CURAH HUJAN PER BULAN DI KOTA


BATAM TAHUN 2016-2021

2016 2017 2018

2019 2020 2021

700
600
500
400
300
200
100
0
FEB

APR
MAR

JUNI

SEP
OKT
JAN

NOV
AGST

DES
MEI

JULI

Gambar 4. Kelembaban per bulan di Kota Batam tahun 2016-2021

Kelembaban tertinggi selama tahun 2016- udara yaitu pada bulan Januari sampai
2021 adalah 86,8% dan terendah yaitu 74%. Februari dan Mei sampai Juli. Sementara
nilai rata-rata suhu udara adalah 81,3%. Dari trend peningkatan terjadi pada bulan
gambar diatas bahwa trend penurunan suhu Februari sampai Mei.
1977 Journal of Positive School Psychology

KELEMBABAN PER BULAN DI KOTA


BATAM TAHUN 2016-2021

2016 2017 2018

2019 2020 2021

90
85
80
75
70
65

AGST
JAN

SEP

DES
APR
FEB

NOV
MAR

OKT
JUNI
MEI

JULI

LAMA PENYINARAN MATAHARI PER


BULAN DI KOTA BATAM TAHUN
2016-2021

2016 2017 2018

2019 2020 2021

300
200
100
0
FEB
MAR
APR

OKT
JAN

JUNI

SEP

NOV
AGST

DES
MEI

JULI

Gambar 5. Lama penyinaran matahari per bulan di Kota Batam tahun 2016-2021

Lama penyinaran matahari tertinggi selama yaitu untuk mengetahui distribusi data
tahun 2016-2021 adalah 248,8 jam/bulan penelitian apakah terdistribusi normal atau
dan terendah yaitu 34 jam/bulan. nilai rata- tidak dan ditunjukkan pada tabel 1 dibawah
rata suhu udara adalah 81,3%. Dari gambar ini.
diatas bahwa trend penurunan suhu udara
yaitu pada bulan Maret sampai Juni. Tabel 1. Hasil uji normalitas data
Sementara trend peningkatan terjadi pada
bulan Juni sampai Agustus. Dari tabel diatas didapatkan hanya pada
variabel kelembaban yang terdistribusi tidak
B. Analisis Bivariat normal dengan nilai p= 0,018 (p<0,05),
1. Uji Normalitas Data sehingga interpretasinya menggunakan
Uji normalitas dalam penelitian ini Rank Spearman.
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov
Herdianti 1978

Test of Normality
Variabel Kolmogorov-Smirnov
Signifikasi n Keterangan
Suhu Udara 0,200 72 Normal

Curah Hujan 0,087 72 Normal


Tidak
Kelembaban 0,018 72
Normal
Lama
Penyinaran 0,070 72 Normal
Matahari
Kejadian
0,082 72 Normal
DBD

Demam Berdarah Dengue


Koef. Signifikans
Jumlah
Variabel Korelasi i Keterangan
(n)
(r) (p)

Korelasi negatif lemah,


Suhu Udara -0,279 0,018 72
hubungan bermakna

Korelasi positif sangat


Curah Hujan 0,166 0,164 72 lemah, tidak ada hubungan
bermakna

Korelasi negatif sangat


Kelembaban -0,032 0,789 72 lemah, tidak ada hubungan
bermakna

Korelasi negatif sangat


Lama Penyinaran
-0,119 0,321 72 lemah, tidak ada hubungan
Matahari
bermakna
1979 Journal of Positive School Psychology

2. Uji Korelasi udara terhadap kejadian DBD memiliki


Berdasarkan tabel diatas didapatkan nilai r arah negatif. Tingkat keeratan hubungan
= -0,279 pada suhu udara yang berarti suhu udara terhadap kejadian DBD dalam
memiliki hubungan lemah dan berpola penelitian ini dan penelitian sebelumnya
negatif yang artinya kejadian DBD akan tergolong lemah. Suhu berpengaruh pada
menurun jika suhu udara meningkat. Nilai kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
p= 0,018 dapat disimpulkan bahwa ada perkembangannya. Peningkatan suhu
hubungan bermakna antara suhu udara udara akan mengubah pola-pola vegetasi,
terhadap kejadian DBD di Kota Batam. dan juga penyebaran serangga seperti
nyamuk yang akan mampu bertahan di
Variabel curah hujan didapatkan nilai r =
wilayah yang sebelumnya terlalu dingin
0,166 yang berarti memiliki hubungan
untuk perkembangbiakan mereka.
sangat lemah dan berpola positif yang
Adaptasi suatu spesies terhadap keadaan
artinya kejadian DBD akan meningkat jika
suhu udara yang tinggi dan rendah akan
curah hujan meningkat. Nilai p= 0,164
memengaruhi sebaran geografik spesies
dapat disimpulkan bahwa tidak ada
tersebut begitu juga nyamuk Aedes
hubungan bermakna antara curah hujan
Aegypti[12]. Penurunan suhu akan
terhadap kejadian DBD di Kota Batam.
mempengaruhi ketahanan hidup nyamuk
Hasil uji kelembaban didapatkan nilai r = - dewasa sehingga akan mempengaruhi
0,032 yang berarti memiliki hubungan penularan virus dengue dan juga
sangat lemah dan berpola negatif yang mempengaruhi pola menggigit dan
artinya kejadian DBD akan menurun jika reproduksi nyamuk serta meningkatkan
kelembaban meningkat. Nilai p= 0,789 kepadatan populasi nyamuk [13]. Dalam
dapat disimpulkan bahwa tidak ada penelitian[14] menemukan pada suhu 16oC
hubungan bermakna antara kelembaban dan 36oC dapat menyebabkan kurangnya
terhadap kejadian DBD di Kota Batam. kesuburan nyamuk betina sehingga
populasi nyamuk menurun. Pada kisaran
Hasil uji lama penyinaran matahari suhu 25-30oC merupakan rata-rata suhu
didapatkan nilai r = -0,119 yang berarti optimum untuk pertumbuhan nyamuk.
memiliki hubungan sangat lemah dan Pada suhu lebih dari 35oC akan membuat
berpola negatif yang artinya kejadian DBD proses fisiologis melambat [15]
akan menurun jika lama penyinaran
matahari meningkat. Nilai p= 0,321 dapat 4. Hubungan curah hujan terhadap
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan kejadian DBD
bermakna antara lama penyinaran matahari Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya
terhadap kejadian DBD di Kota Batam. hubungan antara curah hujan terhadap
3. Hubungan suhu udara terhadap kejadian DBD di Kota Batam tahun 2016-
kejadian DBD 2021. Hubungan tersebut ditunjukkan
Hasil penelitian ini menunjukkan suhu bernilai positif, artinya semakin tinggi
udara terhadap kejadian DBD memiliki curah hujan maka semakin tinggi kejadian
arah yang negatif, artinya semakin tinggi DBD. Kondisi hujan dan panas yang
suhu maka semakin rendah kejadian DBD. berseling lebih berpengaruh positif
Hal ini sesuai dengan penelitian terhadap populasi nyamuk karena air hujan
sebelumnya bahwa hubungan antara suhu tidak mengalir dibeberapa tempat serta
Herdianti 1980

jumlah media perindukan nyamuk dan kesempatannya untuk menjadi vektor. Pada
semakin menurunnya daya dukung kelembaban tinggi menyebabkan nyamuk
lingkungan[16]. Curah hujan yang tinggi cepat lemah dan dapat menyebabkan
akan menambah jumlah tempat kematian. Pada kelembaban kurang dari
perindukkan nyamuk secara alami berupa 60% umur nyamuk akan menjadi pendek
wadah yang dapat menampung air sehingga tidak cukup untuk siklus
sehingga wadah tersebut dapat menjadi pertumbuhan virus dalam tubuh nyamuk
[17].
tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes Menurut [20] bahwa kelembaban tidak
aegypti dan menyebabkan meningkatnya berpengaruh secara langsung pada total
kejadian DBD[17]. Curah hujan ideal artinya kasus DBD, melainkan berpengaruh pada
hujan yang tidak sampai menimbulkan umur nyamuk Aedes aegypti yang
banjir dan menggenang di suatu wadah [18]. merupakan vektor penularan DBD. Hasil
Menurut [19] bahwa Indeks Curah Hujan penelitian ini relevan dengan penelitian
(ICH) tidak secara langsung sebelumnya bahwa tidak ada hubungan
mempengaruhi perkembangbiakan yang berkorelasi negatif antara
nyamuk, tetapi berpengaruh pada curah kelembaban terhadap kejadian DBD.
hujan ideal. Namun, tingkat keeratan
hubungan antara curah hujan terhadap 6. Hubungan lama penyinaran
kejadian DBD berada dalam tingkatan matahari terhadap kejadian DBD
sangat lemah. Hasil penelitian ini sejalan Hasil penelitian menunjukkan nilai
dengan penelitian sebelumnya bahwa tidak korelasi negatif dengan tingkat keeratan
ada hubungan yang signifikan antara curah hubungan tergolong sangat lemah yang
hujan terhadap kejadian DBD dan bernilai artinya bahwa semakin meningkatnya lama
positif yang artinya bahwa jumlah kejadian penyinaran matahari maka akan
DBD akan meningkat apabila curah hujan menurunkan kejadian DBD. Cahaya
pun meningkat matahari berpengaruh pada kebiasaan
nyamuk untuk mencari makan dan
5. Hubungan kelembaban terhadap beristirahat. Nyamuk Aedes Aegypti
kejadian DBD memiliki kebiasaam beristirahat di tempat
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai yang gelap dan terlindung dari sinar
korelasi negatif dengan tingkat keeratan matahari, begitu pula dalam kebiasaan
hubungan tergolong sangat lemah dimana meletakkan telur [17]. Penelitian ini sejalan
jika terjadi kenaikan pada kelembaban dengan penelitian sebelumnya dengan
maka kejadian DBD menurun. koefisien korelasi negatif yang menyatakan
Kelembaban udara merupakan faktor bahwa tidak ada hubungan antara lama
penting dalam pertumbuhan nyamuk. penyinaran matahari terhadap kejadian
Kelembaban optimal yang diperlukan DBD. [21]
untuk pertumbuhan nyamuk berkisar
KESIMPULAN
antara 60-80%. Umur nyamuk betina rata-
rata mencapai 10 hari. Namun, dengan
Dari hasil penelitian uji korelasi iklim
keadaan kelembaban yang optimal umur
terhadap kejadian demam berdarah dengue
nyamuk dapat mencapai lebih dari 1 bulan.
di Kota Batam tahun 2016-2021 dapat
Secara tidak langsung kelembaban dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
berpengaruh terhadap umur nyamuk dalam
1. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi
1981 Journal of Positive School Psychology

kejadian DBD di Kota Batam tahun kepada YAPISTA, Pimpinan dan Civitas
2016-2021 kejadian terendah yaitu 14 Akademik Universitas Ibnu Sina, Badan
dan tertinggi 139 kejadian. Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
2. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (BMKG) Kota Batam yang telah
Suhu Udara di Kota Batam tahun 2016- memberikan kesempatan untuk melakukan
2021 didapati bahwa suhu udara penelitian ini. Terimakasih kepada Dinas
terendah 26,1oC dan tertinggi 29,0oC. Kesehatan Kota Batam beserta staf yang
3. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi telah membantu penelitian ini.
Curah Hujan di Kota Batam tahun 2016-
2021 didapati bahwa curah hujan DAFTAR PUSTAKA
terendah 0,8 mm dan tertinggi 640,3
mm. [1] Permenkes, “Peraturan Menteri
4. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Kelembaban di Kota Batam tahun 2016- 50 Tahun 2017 Tentang Standar Baku
2021 didapati bahwa kelembaban Mutu Kesehatan Lingkungan Dan
terendah adalah 74% dan tertinggi yaitu Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor
86,8%. Dan Binatang Pembawa Penyakit Serta
5. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi Pengendaliannya,” vol. 3, no. 1. pp. 1–
Lama Penyinaran Matahari di Kota 14, 2017.
Batam tahun 2016-2021 didapati bahwa [2] A. Sartika, E. Nofita, and E. Asri,
lama penyinaran matahari terendah 34 “Status Kerentanan Nyamuk Aedes
jam/bulan dan tertinggi yaitu 248.8 Aegypti terhadap Malathion Belimbing
jam/bulan. Kecamatan Kuranji Kota Padang,” vol.
6. Ada hubungan antara suhu udara 9, no. Supplement 1, pp. 22–28, 2019.
terhadap kejadian Demam Berdarah [3] N. E. Wahyuningsih, “Hubungan
Dengue (DBD) di Kota Batam tahun Kondisi Lingkungan Rumah dan
2016-2021. Perilaku Keluarga dengan Kejadian
7. Tidak ada hubungan antara curah hujan Demam Berdarah Dengue Di
terhadap kejadian Demam Berdarah Kabupaten Aceh Besar The
Dengue (DBD) di Kota Batam tahun Relationship of Home Environmental
2016-2021. Conditions and Family Behavior with
8. Tidak ada hubungan antara kelembaban Genesis Dengue In Aceh Besar,” vol.
terhadap kejadian Demam Berdarah 13, no. 1, 2014.
Dengue (DBD) di Kota Batam tahun [4] I. M. Sihombing, Gustina Fajarwati,
2016-2021. “Hubungan Curah Hujan, Suhu Udara,
9. Tidak ada hubungan antara lama Kelembaban Udara, Kepadatan
penyinaran matahari terhadap kejadian Penduduk dan Luas Lahan Pemukiman
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Dengan Kejadian Demam Berdarah
Kota Batam tahun 2016-2021. Dengue Di Kota Batam Periode Tahun
2002-2011,” 2011.
UCAPAN TERIMAKASIH [5] N. E. sofia, suhartono, “Hubungan
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan Kondisi Lingkungan Rumah dan
terima kasih kepada LPDP yang telah Perilaku Keluarga dengan Kejadian
membantu publikasi ini. Terima kasih juga Demam Berdarah Dengue di Kabupaten
Herdianti 1982

Aceh Besar,” 2014. Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF )


[6] Kemenkes RI, PROFIL KESEHATAN And Dengue Virus Serotipe in
INDONESIA. 2013. Semarang District,” vol. 14, no. 2, pp.
[7] S. Wijirahayu and T. W. Sukesi, 51–56, 2015.
“Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik [15] A. Lahdji and B. B. Putra, “Hubungan
dengan Kejadian Demam Berdarah Curah Hujan, Suhu, Kelembaban
Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas dengan Kasus Demam Berdarah
Kalasan Kabupaten Sleman,” vol. 18, Dengue di Kota Semarang,” Syifa’
no. 1, pp. 19–24, 2019. Med. J. Kedokt. dan Kesehat., vol. 8, no.
[8] Kemenkes RI, Profil Kesehatan 1, p. 46, 2019, doi:
Kemenkes RI, 2019. 2020. 10.32502/sm.v8i1.1359.
[9] D. K. R. Dinas Kesehatan Prov Kepri, [16] Arifatun Nisaa, “Studi Time Series
Profil Kesehatan Provinsi Kepri, 2020, Dinamika Lingkungan Terhadap
no. 0761. 2020. Kejadian DBD Berbasis Geographic
[10] BPS Batam, “No Title,” 2020. Information System,” 2018.
[11] Dinas Kesehatan Kota Batam, “Jumlah [17] Depkes RI, Profil Kesehatan Indonesia
Penderita Dbd Di Kota Batam,” 2021. 2010. 2010.
[12] UNDP, “No Title,” 2017. [18] Solihin, “Ekologi Vektor Demam
[13] WHO SEARO, “Comprehensive Berdarah Dengue,” 2004.
guidelines for prevention and control [19] Sukowati, “Masalah Vektor Demam
of dengue and dengue haemorhagic Berdarah Dengue dan Pengendaliannya
fever: Resived and expanded edition, di Indonesia,” 2004.
New Delhi,” 2011. [20] Yanti, “Hubungan Faktor-faktor Iklim
[14] P. T. Sucipto and M. Raharjo, “Faktor dengan Kasus Demam Berdarah
– Faktor Yang Mempengaruhi Dengue di Kota Madya Jakarta Timur
Kejadian Penyakit Demam Berdarah tahun 2000-2004,” 2004.
Dengue ( DBD ) Dan Jenis Serotipe [21] Sintorini MM, “Pengaruh Iklim
Virus Dengue Di Kabupaten Semarang terhadap Kasus DBD,” 2007.
Factors Related to The Occurence of

You might also like