You are on page 1of 10

MKM Vol. 07 No.

01 Des 2012

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT MENGENAI PERILAKU


PENCEGAHAN MALARIA DI DESA OESAO KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN
KUPANG TAHUN 2012
Heldygrad Delvyan Jacob, Engelina Nabuasa, Christina Rony Nayoan
Abstract: Malaria is an infectious disease caused by parasitic protozoa of plasmodium group.
Malaria is transmitted by the bite of Anopheles mosquitoes. There are 247 million cases of
malaria in the world. 73,6% of all areas in Indonesia are endemic of malaria. Malaria cases, in
NTT, was 129.708 cases (28 API) in 2009 and increased to 139.747 cases (29,8 API) in
2010. There were 13.314 malaria cases in Kupang Regency in 2010, with the highest number
of clinical malaria cases in Kupang Timur Sub-Regency (2.303 cases) and the lowest number
in Sub-Regency of Semau Selatan (25 cases). The research aim was to know peoples
knowledge and attitude regarding malaria preventive behavior in Oesao Village. The research
was descriptive. The population of this research was 244 Householders and Using simple
random sampling, there were 150 householders become respondent of the research. The
research reveal that the knowledge of most of respondent is inadequate (90 KKs/60%), most
of the people in oesao village has negative attitude (95 KKs/63,33%). Moreover respondent in
this research has malaria preventive behavior as a follows: using mosquito nets are 125 KKs
(83,33%); 115 KKs (76,67%) using mosquito coils; 150 KKs (100%) cleaning their houses; 101
KKs (67,33%) folding their clothes 55 KKs (36,67%) using abate. Nevertheles, respondent do
not install the wire netting at their home ventilation to prevent mosquito entering their house.
Keywords

: Knowledge, Attitude, Malaria Preventive Behavior, Oesao

PENDAHULUAN
Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
merupakan golongan Plasmodium, karena
proses penularannya melalui gigitan nyamuk
Anopheles (WHO dalam Ndoen, 2006).
Malaria merupakan salah satu penyakit
menular yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat utama di dunia termasuk
Indonesia. Penyakit malaria menjadi salah
satu perhatian global karena kasus malaria
yang tinggi dapat berdampak luas terhadap
kualitas hidup dan ekonomi bahkan
mengancam keselamatan jiwa manusia (IDI,
2007).
Menurut World Health Organization (WHO)
tahun 2010, penyakit malaria menyerang 108
negara dan kepulauan di dunia pada tahun
2008. Penduduk dunia yang beresiko terkena
penyakit malaria hampir setengah dari
keseluruhan penduduk di dunia, terutama
negara-negara
berpenghasilan
rendah.
Berdasarkan data WHO (2010), terdapat
sebanyak 247 juta kasus malaria di seluruh
dunia dan menyebabkan lebih dari 1 juta
kematian. Sebagian besar kasus dan
kematian malaria ditemukan di Afrika dan

beberapa negara di Asia, Amerika Latin,


Timur Tengah serta Eropa. Setiap 45 detik
seorang anak di Afrika meninggal dunia
akibat penyakit malaria. Penyakit malaria
merupakan salah satu
penyakit menular yang upaya pengendalian
dan penurunan kasusnya
merupakan
komitmen internasional dalam Millenium
Development Goals (MDGs). mengalami
penurunan pada tahun 2009 menjadi
307.350 dengan AMI 66,5, sedangkan
tahun 2010 menurun kembali menjadi 61 .
Kasus Annual Parasite Incidence (API)
mengalami fluktuasi dari tahun 2007 - 2010.
Jumlah kasus malaria positif pada tahun
2007 sebesar 130.438 dengan API 29 dan
meningkat pada tahun 2008 sebanyak
150.627 kasus dengan API 33. Sedangkan
pada tahun 2009 menurun menjadi 129.708
kasus dengan API 28, dan pada tahun
2010 kembali meningkat menjadi 139.747
kasus dengan API 29,8. Jumlah penyakit
malaria klinis tertinggi di Kabupaten Ende
sebanyak 35.494 kasus, sedangkan kasus
terendah di Manggarai Timur sebanyak 3.295
kasus. Jumlah penyakit malaria positif
tertinggi di Kabupaten Sikka sebanyak
26.973 kasus, sedangkan jumlah penyakit
32

MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012

terendah ada di Kota Kupang sebanyak 280 malaria. Faktor-faktor lain yang berkontribusi
kasus. (Profil Dinkes provinsi NTT tahun terhadap terjadinya penyakit malaria adalah
2010).
dukungan petugas kesehatan dan faktor
lingkungan (Ndoen, 2006)
Laporan Dinas Kesehatan di Kabupaten
Kupang menunjukkan bahwa jumlah kasus Berdasarkan permasalahan tersebut penulis
malaria klinis pada tahun 2010 sebanyak merasa perlu untuk melakukan penelitian
13.314 kasus. Kasus malaria positif pada tentang Gambaran Pengetahuan Dan Sikap
tahun 2010 sebanyak 1.971 kasus. Jumlah Masyarakat Mengenai Perilaku Pencegahan
penyakit malaria klinis tertinggi di Kecamatan Malaria Di Desa Oesao Kecamatan Kupang
Kupang Timur yaitu di Desa Oesao sebanyak Timur Kabupaten Kupang Tahun 2012 .
2.303 kasus, sedangkan kasus terendah di
Kecamatan Semau Selatan sebanyak 25 TUJUAN
kasus. Dibandingkan dengan daerah lain di Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Kabupaten Kupang seperti Fatukanutu, pengetahuan
dan
sikap
masyarakat
Sahraen, Tarus, Oekabiti, Buraen dan daerah mengenai perilaku pencegahan malaria di
lainnya, Oesao merupakan tempat dimana Desa Oesao Kecamatan Kupang Timur
jumlah kasus malaria klinis yang paling Kabupaten Kupang Tahun 2012.
tinggi. Disini terlihat bahwa malaria menjadi
masalah kesehatan di Kecamatan Kupang METODE PENELITIAN
Timur khususnya di Desa Oesao, karena Jenis penelitian ini adalah penelitian
penyakit ini menjadi penyebab kesakitan bagi deskriptif
yang
mana
peneliti
ingin
bayi, balita dan ibu hamil serta kelompok mengetahui gambaran pengetahuan dan
umur lainnya (Profil Kesehatan Kab.Kupang sikap
masyarakat
mengenai
perilaku
tahun 2010).
pencegahan malaria di Desa Oesao
Kecamatan Kupang Timur Kabupaten
Penyakit malaria dapat dicegah dan Kupang Tahun 2012.
disembuhkan.
Tindakan
pencegahan
merupakan salah satu tindakan yang penting Penelitian dilakukan di Desa Oesao
untuk mengatasi penyakit malaria. Undang- Kecamatan Kupang Timur Kabupaten
Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 Kupang. Penelitian dilaksanakan dari bulan
Tentang Kesehatan menyatakan bahwa Maret sampai dengan Agustus 2012.
upaya pencegahan penyakit menular adalah
tanggung jawab bersama pemerintah, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pemerintah
daerah
dan
masyarakat. Kepala Keluarga di Desa Oesao yang
Pencegahan penyakit malaria yang paling berjumlah 244 Kepala Keluarga.
efektif adalah dengan melibatkan peran serta
masyarakat melalui kegiatan kegiatan yang Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dapat merubah perilaku masyarakat yang adalah lottery technique atau teknik undian,
berhubungan
dengan
pemberantasan (Notoatmodjo,
2005).
Sampel
dalam
penyakit malaria. Tingkat pengetahuan penelitian ini yaitu kepala keluarga yang ada
tentang pencegahan, cara penularan serta Di Desa Oesao dan berjumlah 150 KK.
upaya pengobatan penyakit malaria sangat
berpengaruh terhadap perilaku masyarakat, Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap pengisian kuesioner dan pengambilan data
terjadinya penyakit malaria. Faktor perilaku sekunder. Kuesioner merupakan teknik
sangat berkontribusi terhadap terjadinya pengumpulan data yang dilakukan dengan
penyakit malaria. Tingkat pengetahuan yang memberikan seperangkat pertanyaan kepada
rendah, kebiasaan tidur tidak memakai responden untuk dijawab (Riyanto, 2009).
kelambu, sikap yang kurang mendukung Data sekunder yaitu data yang didapat dari
dalam penanggulangan penyakit malaria instansi terkait.
merupakan perilaku yang memiliki risiko
terbesar terhadap terjadinya
penyakit
33

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Mengenai Perilaku Pencegahan Malaria Di Desa Oesao

Analisis data dalam penelitian ini yaitu


analisis univariat yang bertujuan untuk
menjelaskan
atau
mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.
Padaumumnya
dalam
analisis
ini
menghasilkan distribusi frekuensi dan
presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,
2005).

Karakteristik Responden
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
gambaran karakteristik responden dari
karakteristik jenis kelamin, karakteristik
pendidikan dan pekerjaan responden.
Distribusi
Responden
Berdasarkan
Pekerjaan
Distribusi responden berdasarkan umur dan
perbandingan jumlah umur responden dapat
dilihat pada tabel 2

HASIL DAN BAHASAN


HASIL
Luas Wilayah
Desa Oesao memiliki luas wilayah 1550 Ha. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
Secara geografis terletak pada 121.30 BT Mata Pencaharian di Desa Oesao Tahun
124.11 BT dan 9.19 LS - 10.57 LS dan 2012
secara administratiif Desa Oesao terdiri dari
3 Dusun, 14 Rukun Tetangga (RT) dan 6
No Pekerjaan
Jumlah Persentase
Rukun Warga (RW).
1
Petani
140
93,33
2
Supir
1
0,67
Adapun batas-batas wilayahnya adalah
3
Wiraswasta
4
2,67
sebagai berikut:
a. Sebelah
timur
berbatasan
dengan
4
PNS
5
3,33
Kelurahan Tuatuka
Total
150
100
b. Sebelah
barat
berbatasan
dengan
Kelurahan Oesao
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa
c. Sebelah utara berbatasan dengan Desa
jumlah responden terbanyak terdapat pada
Pukdale
kelompok yang bermata pencaharian petani
d. Sebelah selatan berbatasan dengan
sebanyak 140 KK (93,33%), dan yang paling
Kelurahan Oesuu
sedikit adalah pada kelompok bermata
pencaharian supir sebanyak 1 KK (0,67 %).
Keadaan Demografi
Jumlah Penduduk
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis
Jumlah penduduk di Desa Oesao adalah
Kelamin
1090 jiwa, terdiri dari laki-laki 532 jiwa dan
Distribusi
responden
dikelompokkan
perempuan 558 jiwa. Berikut ini akan
berdasarkan jenis kelamin perempuan dan
diuraikan data jumlah penduduk berdasarkan
laki-laki. Perbandingan jumlah responden
jenis kelamin, mata pencaharian, tingkat
perempuan dan laki-laki dalam penelitian ini
pendidikan, umur dan tingkat kepadatan
dapat dilihat pada Tabel 3.
penduduk.
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan
Tabel 1 Distribusi Penduduk Berdasarkan
Jenis Kelamin di Desa Oesao Tahun 2012
Jenis Kelamin di Desa Oesao Tahun 2012
Jenis Kelamin
Laki Laki
Perempuan
Total

Jumlah
532
558
1090

Persentase
48,81
51,19
100

Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Desa Oesao
terdiri dari 1 (satu) buah Puskesmas, 1
Pustu, 2 Posyandu.

No

Jenis Kelamin

Jumlah

Persentase

Perempuan

4,67

Laki laki

143

95,33

150

100

Total

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa


jumlah responden terbanyak adalah laki-laki
sebanyak 143 KK (95,33%) dan perempuan
sebanyak 7 KK (4,67%).
34

MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012

Distribusi
Responden
Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Distribusi
responden
dikelompokkan
berdasarkan tingkat pendidikan SD, SMP
dan SMA. Perbandingan jumlah responden
berdasarkan tingkat pendidikan SD, SMP
dan SMA dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 4.

Gambaran sikap responden mengenai


perilaku pencegahan malaria dapat dilihat
pada Tabel 6
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan
Sikap Pencegahan Malaria Di Desa Oesao
Tahun 2012

Sikap
Jumlah
Persentase
Positif
55
36,67
Negatif
95
63,33
Total
150
100
No Pendidikan
Jumlah Persentase Data primer
Berdasarkan Tabel IV.11 diketahui bahwa
1
SD
22
14,67
responden yang bersikap negatif sebanyak
2
SMP
76
50,67
95 KK (63,33%) dan yang bersikap positif
sebanyak 55 KK (36,67%).
Dikatakan
3
SMA
52
34,67
negatif karena sebagian besar responden
Total
150
100
mendapat skor dibawa dari skor rata rata
yang telah ditentukan dalam penelitian ini.
Berdasarkan Tabel IV.8, dapat diketahui Skor rata-rata dalam penelitian ini yaitu 40.
bahwa jumlah responden terbanyak adalah
SMP sebanyak 76 KK (50,67%), kemudian Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan
SMA sebanyak 52 KK (34,67 %) dan yang Perilaku Penggunaan
Kelambu Di Desa
paling sedikit adalah SD sebanyak 22 KK Oesao Tahun 2012
(14,67 %).
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan di Desa Oesao Tahun
2012

Pengetahuan,
Sikap
dan
Tindakan
Pencegahan
Gambaran
pengetahuan
responden
mengenai perilaku pencegahan malaria
dapat dilihat pada Tabel IV.9.

Penggunaan Kelambu

Jumlah

Persentase

Ya

125

83,33

Tidak

25

16,67

Total

150

100

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa


Pengetahuan Tentang Pencegahan Penyakit responden yang menggunakan kelambu
Malaria di Desa Oesao Tahun 2012
sebanyak 125 KK (50,76%) dan yang tidak
menggunakan kelambu sebanyak 25 KK
Pengetahuan Jumlah
Persentase
(16,67%).
Baik
25
16,67
Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan
Cukup
35
23,33
Perilaku Penggunaan Obat Nyamuk Bakar
Kurang
90
60,00
Di Desa Oesao Tahun 2012
Total
150
100
Penggunaan Obat Nyamuk

Jumlah

Persentase

Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa Ya


115
76,67
responden yang berpengetahuan baik Tidak
35
23,33
tentang pencegahan malaria sebanyak 25 Total
150
100
KK
(16,67%),
berpengetahuan
cukup Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa
sebanyak 35 KK (23,33%). dan yang responden yang menggunakan obat nyamuk
berpengetahuan kurang tentang pencegahan bakar sebanyak 115 KK (76,67%) dan yang
malaria malaria sebanyak 90 KK (60,00%).

35

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Mengenai Perilaku Pencegahan Malaria Di Desa Oesao

tidak menggunakan obat nyamuk sebanyak


35 KK (23,33%).
Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan
Perilaku Membersihkan Rumah Di Desa
Oesao Tahun 2012
Membersihkan
Rumah
Ya
Tidak
Total

Jumlah
150
0
150

Persentase
100
0
100

Penggunaan abate
Ya

Jumlah
55

Persentase
36,67

Tidak

95

63,33

Total

150

100

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa


responden yang menggunakan abate
sebanyak 55 KK (36,67%) dan yang tidak
menggunakan abate sebanyak 95 KK
(63,33%).

BAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Desa Oesao
dengan melakukan observasi berkenaan
dengan perilaku pencegahan malaria.
Variabel penelitiannya ialah pengetahuan
dan sikap masyarakat terhadap perilaku
pencegahan malaria. Secara teoritis, kedua
Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan variabel tersebut dapat mempengaruhi
Perilaku Penggunaan Kawat Kasa Pada seseorang untuk melakukan tindakan
Jendela/Ventilasi Di Desa Oesao Tahun 2012 pencegahan malaria (Lerik, 2008). Faktor
perilaku sangat berkontribusi terhadap
Penggunaan
terjadinya penyakit malaria. Pengetahuan
Kawat Kasa
Jumlah
Persentase
yang rendah akan memberi peluang yang
Ya
0
0
besar untuk tidak melakukan tindakan
Tidak
150
100
pencegahan. Begitu pula dengan sikap yang
Total
150
100
negatif akan dapat mempengaruhi seseorang
untuk tidak melakukan suatu tindakan, dalam
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa
hal ini tindakan pencegahan.
seluruh responden
tidak menggunakan
kawat kasa dan jumlah responden sebanyak
Penelitian ini juga melihat tindakan
150 KK (100%).
pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat
di Desa Oesao yaitu: penggunaan kelambu,
Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan
penggunaan obat nyamuk, penggunaan
Perilaku Melipat Pakaian Yang bergantungan
kawat kasa, penggunaan abate, melipat
Di Desa Oesao Tahun 2012
pakaian yang bergantungan.
Karena
tindakan tindakan tersebut jika tidak
Melipat Pakaian Yang
dilakukan maka akan memberikan peluang
Bergantungan
Jumlah Persentase
yang besar untuk seseorang dapat
Ya
101
67,33
mengalami atau terjangkit penyakit malaria.
Tidak
49
32,67
Berikut berbagai kajian tentang peran
Total
150
100
pengetahuan dan sikap terhadap perilaku
Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa pencegahan malaria.
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa
seluruh responden dalam penelitian ini
melakukan tindakan membersihkan rumah
dan jumlah responden sebanyak 150 KK
(100%).

responden yang melipat pakaian yang


bergantungan sebanyak 101 KK (67,33%)
dan yang tidak melipat pakain yang Pengetahuan Masyarakat
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
bergantungan sebanyak 49 KK (32,67%).
yang terjadi setelah seseorang melakukan
Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan penginderaan terhadap objek tertentu,
Perilaku Penggunaan Bubuk Abate Di Desa melalui indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan
Oesao Tahun 2012
36

MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012

yang hanya sebatas tahu saja merupakan


tingkat pengetahuan yang paling rendah, di
mana orang hanya bisa menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan,
dan
menyatakan diri apa yang dia pelajari, dia
dengar atau dia lihat, karena sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Semestinya, tingkat kognisi
pengetahuan harus dilanjutkan dengan
proses
memahami,
aplikasi,
analisis,
sintesis, dan evaluasi (Notoatmodjo, 2007).
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa
masyarakat yang memiliki pengetahuan baik
sebesar
16,67%
(25
KK),
yang
berpengetahuan cukup sebesar 23,33% atau
(35 KK), dan yang berpengetahuan kurang
sebanyak 60% (90 KK). Dari proporsi
tersebut dapat terlihat bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini termasuk
dalam kategori tingkat pengetahuan kurang.
Berdasarkan data yang diperoleh dalam
penelitian ini dapat terlihat bahwa sebanyak
129 responden dari 150 responden
mengatakan pencegahan malaria tidak perlu
dilakukan karena penyakit malaria bukanlah
penyakit yang berbahaya, sebanyak 103
responden juga mengatakan bahwa penyakit
malaria tidak dapat dicegah dan sebanyak 59
responden tidak mengetahui jenis nyamuk
pembawa penyakit malaria.

kognitif merupakan domain yang sangat


penting
untuk
terbentuknya
tindakan
seseorang. Menurut Wisang dalam Lodang
(2011)
pengetahuan
yang
kurang
menyulitkan seseorang untuk
menentukan sikap positif dan negatif, apabila
seseorang telah mengetahui suatu hal
namun tidak diikuti kesadaran untuk berbuat
maka
pengetahuannya
tidak
akan
berlangsung lama dan tidak berguna lagi.
Kurangnya
pengetahuan
responden
diharapkan responden dapat mencari tahu
lebih
banyak
lagi
tentang
tindakan
pencegahan malaria sehingga responden
dapat melakukan tindakan pencegahan yang
sejalan dengan upaya pencegahan malaria
yang dianjurkan oleh pihak pelayanan
kesehatan.

Penelitian dari Mulawarman, dkk (2011)


dalam
penelitiannya
tentang
Model
Pencegahan Penyakit Malaria Di Pulaukapoposang
Tahun 2011 mengemukakan bahwa perlu
diupayakan
program
pemberdayaan
masyarakat
khususnya
peningkatan
pengetahuan
masyarakat
untuk
mempertahankan dan meningkatkan perilaku
pencegahan malaria yang sudah baik seperti
penggunaan kelambu, penggunaan obat anti
nyamuk, membersihkan lingkungan rumah,
Kurangnya pengetahuan mengenai tindakan pengobatan yang benar dan pengobatan
pencegahan malaria disebabkan karena yang lebih intensif jika malaria semakin
sebagian besar masyarakat tidak hadir pada berat.
saat dilaksanakan penyuluhan kesehatan
atau kegiatan lain seperti penyuluhan Persoalan lain adalah adanya sebagian
ataupun kegiatan rutin di posyandu karena keluarga yang belum tahu cara yang benar
masyarakat menganggap hal itu hanya dalam pencegahan penyakit malaria. Hal ini
membuang-buang waktu saja dan didukung dikarenakan akibat kurangnya informasi yang
dengan mata pencaharian sebagian besar didapat oleh keluarga. Hal ini menunjukkan
masyarakat adalah petani sehingga setiap masih
dibutuhkannya
tambahan
harinya mereka menghabiskan waktu di pengetahuan
bagi
keluarga
dalam
kebun atau ladang tempat mereka bercocok melakukan pencegahan penyakit malaria ini.
tanam sehingga mereka tidak mengikuti Pendapat
Dalimunthe
(2011)
dalam
kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan. penelitiannya tentang Faktor-Faktor Yang
Faktor lain yang menyebabkan kurangnya Mempengaruhi
Partisipasi
Masyarakat
pengetahuan dikarenakan tingkat pendidikan Dalam Program Pencegahan Penyakit
sebagian responden masih sangat rendah Malaria Di Kecamatan Siabu Kabupaten
yaitu hanya sampai tingkat sekolah dasar Mandailing Natal Tahun 2008 mendukung
dan tingkat sekolah menengah pertama.
fakta tersebut, bahwa tingkat pendidikan
yang rendah menyebabkan kurangnya
Kondisi tersebut sangat memprihatinkan, pengetahuan sehingga pemahaman tentang
karena seharusnya pengetahuan atau pemberantasan malaria juga kurang. Kondisi
37

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Mengenai Perilaku Pencegahan Malaria Di Desa Oesao

ini
menyebabkan
buruknya
tindakan
masyarakat dalam pemberantasan malaria.
Upaya - upaya lain yang perlu dilakukan oleh
petugas kesehatan, antara lain optimalisasi
kegiatan
surveilens
epidemiologi,
memasukkan materi pelajaran kesehatan
tentang perilaku hidup bersih dan sehat,
pencegahan
penyakit
malaria
serta
pengelolaan lingkungan hidup. Melalui
sarana pendidikan formal yang ada sebagai
materi pelajaran lokal untuk menanamkan
pengetahuan dan pemahaman tentang
kesehatan khususnya malaria sejak usia dini.
Penyebarluasan informasi melalui radio lokal,
poster, dan penyuluhan juga amat diperlukan
untuk peningkatan pengetahuan (Siahaan,
2008).

sebanyak 75 responden mengatakan bahwa


mereka tidak bisa melakukan tindakan
pencegahan, faktor lain yang menyebabkan
sikap sebagian responden masih negatif
dikarenakan tingkat pendidikan responden
yang hanya sampai tingkat sekolah
menengah pertama. Hal ini menunjukkan
bahwa seseorang yang memiliki sikap
mendukung
terhadap
malaria
akan
mendorong seseorang untuk mencari
pelayanan kesehatan apabila menderita
malaria, melakukan upaya pencegahan dan
sebaliknya, apabila sikap seseorang kurang
mendukung
terhadap
malaria
maka
seseorang akan bersikap masa bodoh bila
mengalami kejadian malaria serta tidak
melakukan upaya pencegahan malaria.

Sikap Masyarakat
Sikap merupakan respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Thurstone dalam Lerik
(2008) menyebutkan sikap sebagai suatu
tingkatan afeksi yang bersifat positif atau
negatif dalam hubungannya dengan objek
objek psikologis.

Terwujudnya sikap agar menjadi suatu


perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau kondisi yang memungkinkan misalnya
faktor dukungan dari pihak keluarga, teman
dekat, ataupun masyarakat (Afridah, 2008).

Newcomb dalam Notoatmodjo (2007),


mengemukakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan
bukan merupakan pelaksana suatu motif
tertentu. Sikap bukan merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku, demikian pula sikap responden
terhadap penyakit malaria masih merupakan
reaksi tertutup.
Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa
masyarakat pada Desa Oesao memiliki sikap
pencegahan malaria yang negatif yaitu
sebanyak 95 KK atau 63,33%. Ini berarti
kebanyakan responden dalam penelitian ini
belum bersikap sesuai dengan tindakan
pencegahan malaria. Hasil penelitian ini di
buktikan dengan fakta yang terjadi di
lapangan pada saat penelitian, sebanyak 125
responden dari 150 responden mengatakan
bahwa tidak perlu dilakukannya pencegahan
malaria karena penyakit malaria bukanlah
penyakit yang berbahaya dan 97 responden
mengatakan bahwa tidak perlu tidur
menggunakan obat
nyamuk bakar dan

Penelitian ini sama dengan penelitian


Dalimunte (2008), yang menyatakan bahwa
pengetahuan dan sikap masyarakat tentang
penyakit malaria berpengaruh terhadap
partisipasi masyarakat dalam program
pencegahan penyakit malaria. Keberhasilan
pengembangan
partisipasi
masyarakat
dalam pelaksanaan program pencegahan
malaria terkait dengan ketersediaan tenaga
kesehatan dan fasilitas yang digunakan
dalam
program
pencegahan
penyakit
malaria, khususnya dalam pelaksanaan
kegiatan penyuluhan dan penyemprotan
rumah. Ketersediaan dan kecukupan fasilitas
dalam
pengelolaan
program
malaria
kemungkinan terkait dengan partisipasi
masyarakat dalam program pencegahan
penyakit
malaria,
khususnya
dalam
pelaksanaan kegiatan penyemprotan rumah.
Secara keseluruhan variabel yang paling
berpengaruh (dominan) terhadap partisipasi
masyarakat dalam program pencegahan
penyakit malaria adalah sikap masyarakat.
Diharapkan
peningkatan
jumlah
dan
kemampuan petugas kesehatan yang
mengelola program pencegahan malaria
dapat dilakukan. Penambahan fasilitas yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan program
pencegahan
penyakit
malaria,
serta
38

MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012

kerjasama lintas program dan lintas sektor


dalam
menggerakkan
masyarakat
berpartisipasi dalam program pencegahan
malaria merupakan hal yang sangat penting
dilakukan.
Menurut Afridah (2009) dalam penelitiannya
tentang
Pengaruh
Perilaku
Penderita
Terhadap Angka Kesakitan Malaria Di
Kabupaten Rokan Hilir, kajian tersebut
menyiratkan serta menuntut instansi terkait
agar meningkatkan kegiatan penyuluhan baik
dalam kuantitas maupun kualitas kepada
masyarakat, tentang pencegahan penyakit
malaria sebagai upaya meningkatkan
pengetahuan dan sikap masyarakat dalam
pencegahan penyakit malaria sehingga
angka
kesakitan
malaria
dapat
diminimalisasi.
Melakukan
program
modifikasi lingkungan seperti pembuatan
drainase untuk mengalirkan air yang
tergenang.
Tindakan Masyarakat
Tindakan merupakan suatu respon
seseorang terhadap rangsangan atau
stimulus dalam bentuk nyata yang dapat
diobservasi secara langsung dan kegiatan
wawancara tentang kegiatan responden
(Lerik, 2008).
Menurut Notoatmodjo (2011), tindakan atau
praktek adalah respon atau reaksi konkret
seseorang terhadap stimulus atau objek.
Respon ini sudah dalam bentuk tindakan
(action) yang melibatkan aspek psikomotor
atau seseorang telah mempraktekkan apa
yang diketahui atau disikapi.
Tindakan atau perilaku kesehatan terjadi
setelah seseorang mengetahui stimulus
kesehatan, kemudian mengadakan penilaian
terhadap
apa
yang
diketahui
dan
memberikan respon batin dalam bentuk
sikap. Proses selanjutnya diharapkan subjek
akan melaksanakan apa yang diketahui atau
disikapinya.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan, untuk terbentuknya sikap
menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan antara lain
adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas

juga diperlukan faktor dukungan (support)


dari pihak lain.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa
masyarakat di Desa Oesao yang melakukan
perilaku menggunakan kelambu sebanyak
125 KK atau 83,33 %, yang menggunakan
obat nyamuk sebanyak 115 KK atau 76,67%
dan yang tidak menggunakan obat nyamuk
bakar sebanyak 35 KK atau 23,33%, yang
melakukan perilaku membersihkan rumah
sebanyak 150 KK atau 100%. Namun,
seluruh responden tidak melakukan perilaku
menggunakan kawat kasa yaitu sebanyak
150 KK atau 100%. Yang melakukan perilaku
melipat
pakaian
yang
bergantungan
sebanyak 101 KK atau 67,33% dan yang
tidak melakukan perilaku melipat pakaian
yang bergantungan sebanyak 49 KK atau
32,67%.
Yang
melakukan
perilaku
menggunakan bubuk abate sebanyak 55 KK
atau 36,67% dan yang tidak menggunakan
bubuk abate sebanyak 95 KK atau 63,33%.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
masyarakat seperti perilaku pencegahan
malaria harus selalu ditingkatkan melalui
penyuluhan
kesehatan,
pendidikan
kesehatan, diskusi kelompok maupun melalui
kampanye masal untuk mengurangi tempat
sarang nyamuk (pemberantasan sarang
nyamuk, PSN). Kegiatan ini meliputi
penggunaan kelambu, penggunaan obat
nyamuk, tindakan melipat pakaian yang
bergantungan, penggunaan kawat kasa,
penggunaan
bubuk
abate,
tindakan
pemeriksaan rutin di puskesmas.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa
perilaku pembersihan rumah dan lingkungan
sekitar dilakukan oleh masyarakat bukan
untuk menghindari nyamuk tetapi mereka
hanya ingin rumah mereka bersih. Hal ini
sejalan dengan Akal (2006) dalam Lerik
(2008) bahwa seseorang telah berperilaku
positif meskipun pengetahuan dan sikapnya
masih negatif.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa
dengan menggunakan kawat kasa hanya
membuang - buang uang saja dan alasan
lainnya yaitu mereka tidak mengetahui kalau
dengan menggunakan kawat ini dapat
mengurangi nyamuk dalam rumah mereka.
39

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Mengenai Perilaku Pencegahan Malaria Di Desa Oesao

Hal ini sejalan dengan teori perilaku yang


menyatakan bahwa pengetahuan dapat
mempengaruhi tindakan seseorang, jika
pengetahuan seseorang rendah maka dapat
mendukung seseorang agar tidak berperilaku
secara baik dan benar.
Hasil penelitian di desa menemukan bahwa
mereka melipat pakaian yang bergantungan
tersebut agar tidak terlalu sesak dalam
kamar mereka dan juga untuk mengurangi
jumlah nyamuk dalam rumah mereka.
Masyarakat yang tidak melakukan perilaku
tersebut
mengatakan
bahwa
mereka
membiarkan saja pakaian nya bergantungan
karena nanti akan diangkat untuk dicuci dan
biasanya dibiarkan bergantungan berhari hari, tentunya hal itu dapat menyebabkan
nyamuk semakin banyak dalam rumah
mereka dan mereka tidak mengetahui hal
tersebut.
Sementara itu, khusus untuk perilaku
penggunaan bubuk abate, mereka yang tidak
menggunakan bubuk tersebut mengatakan
bahwa mereka tidak pergi ke posyandu untuk
mengambil bubuk tersebut karena sibuk
bekerja dan hal lainnya yaitu mereka tidak
mengetahui kalau ada pembagian bubuk
abate. Hal ini dipengaruhi karena kurangnya
kesadaran dari masyarakat untuk menjaga
kesehatan mereka dan kurangnya informasi
yang mereka dapatkan.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1)
Masyarakat
di
Desa
Oesao
masih
berpengetahuan kurang tentang pencegahan
malaria sebanyak 90 KK (60,00%); (2)
Masyarakat di Desa Oeaso masih bersikap
negatif sebanyak 95 KK (63,33%); (3)
Masyarakat di Desa Oesao telah melakukan
perilaku pencegahan
malaria dengan
menggunakan kelambu sebanyak 125 KK
(83,33%), menggunakan obat nyamuk bakar
sebanyak 115 KK (76,67%), membersihkan
rumah sebanyak 150 KK (100%), melipat
pakaian yang bergantungan sebanyak 101
KK (67,33%) dan yang menggunakan abate
sebanyak 55 KK (36,67%) akan tetapi

masyarakat di Desa Oesao tidak memasang


kawat kasa pada ventilasi rumah mereka.
Saran
Kepada masyarakat
Bagi masyarakat agar melakukan tindakan
pencegahan penyakit malaria bukan hanya
dengan menggunakan kelambu dan obat
nyamuk tetapi juga dengan menggunakan
kawat kasa, menggunakan bubuk abate,
selalu berpartisipasi aktif dalam kegiatan
penyuluhan yang diselenggarakan dan juga
harus memiliki kesadaran yang tinggi
mengenai pentingnya hidup bersih dan sehat
dengan meningkatkan hygiene perorangan
dan kebersihan lingkungan .
Kepada petugas kesehatan
Diharapkan agar memberikan penyuluhan
kesehatan tentang malaria agar dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai penyebab, gejala, penularan serta
pencegahan dan pengobatan penyakit
malaria,
dilakukannya
kegiatan
pemberdayaan
masyarakat
sehingga
masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam
kegiatan di bidang kesehatan, penyuluhan
yang dilakukan harus disesuaikan dengan
kondisi di Desa Oesao dalam hal ini waktu
dan
tempat
penyuluhan,
harus
memperhatikan frekuensi penyuluhan dan
materi penyuluhan,
diharapkan
dapat
menyusun program baru seperti pengadaan
poster atau
spanduk tentang pencegahan malaria yang
bisa mempermudah masyarakat dalam
mengetahui tentang penyakit malaria dan
melakukan tindakan pencegahan penyakit
tersebut dan sasaran untuk penyuluhan lebih
ditargetkan pada masyarakat yang tingkat
pendidikannya masih rendah.
Kepada peneliti lain
Diharapkan
agar
dapat
melanjutkan
penelitian ini dengan menggunakan variabel
yang belum digunakan dalam penelitian ini
atau dapat meneliti lebih lanjut dengan
mencari hubungan dan pengaruh dari
variabel dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Afridah. 2009. Pengaruh Perilaku Penderita
Terhadap Angka Kesakitan Malaria Di
40

MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012

Kabupaten
Rokan
Hilir.
http://afridah.blog.com/2011/01/10/
proposal-skripsi-malaria/ (diakses pada
tanggal: 14 juli 2012 pukul 15.40 Wita).
Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, 2010.
Profil Kesehatan Kabupaten Kupang
Tahun 2010. kupang: Pemda Kupang.
Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2010. Profil
Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2010. NTT: Pemda NTT
Ikatan Dokter Indonesia. 2007. Penyakit
Malaria. http://id.wikipedia.org/wiki/malaria
(di akses pada tanggal : 6 maret 2012
pukul 16 : 11 wita).
Lerik, M.Dinah.Ch. 2008. Buku Ajar Dasar
Psikologi. Kupang : Undana Press.
Dalimunthe,
2008.Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Dalam Program Pencegahan Penyakit
Malaria Di Kecamatan Siabu Kabupaten
Mandailing
Natal
Tahun
2008.
http://dalimunthe.blog.com/2011/06/11/pro
posal-skripsi-malaria/
(diakses
pada
tanggal: 14 juli 2012 pukul 15.00 Wita).
Mulawarman.2011. Analisis Model Pencegahan
Penyakit Malaria Di Pulaukapoposang Tahun
2011.
http://mulawarman.blog.com
/
2011/04/11/
proposal-skripsi-malaria/
(diakses pada tanggal: 14 juli 2012 pukul
15.00 Wita).
Ndoen, Ermin. 2006. Malaria pembunuh
besar
sepanjang
abad
http://www.indomedia.com/poskup/2006/0
5/15/edisi15/opini.htm
(diakses
pada
tanggal 22 februari 2012 pukul 15.00
Wita).
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
. 2003. Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
.
2007. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
.2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

.2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Riwidikdo,
Handoko.2009.
Statistik
Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press
Riyanto, Agus. 2009. Aplikasi Metodologi
penelitian kesehatan. Yogyakarta : Mulia
Medika.
Setiadi, 2007. Konsep Dan Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Mulia.
Siahaan,
Rumanti.2008.
Determinan
Tindakan
Masyarakat
dalam
pemberantasan Malaria Di Kecamatan
Tanjung Balai kabupaten Asahan 2008.
http://rumianti.blog.com
/2011 /04/11/
proposa l-skripsi- malaria/(diakses pada
tanggal: 14 juli 2012 pukul 15.30 Wita).
Sofyan, 2010. Hubungan Pengetahuan Dan
Perilaku Tentang Pencegahan Malaria
Dengan Kejadian Malaria Pada Pasien
Di Puskesmas..
http://Sofyan.blog.com/2011/04/11/
proposal- skripsi- malaria/(diakses pada
tanggal: 3 Agustus 2012 pukul 15.00
Wita).
Syamruth, Yendris Krisno. 2009. Buku ajar
Biostatistika Inferensial. Kupang : Undana
Press.
Theresia , Maria. 2010. Faktor Yang
Berhubungan
Dengan
Pengetahuan,
Sikap Dan Tindakan Pencegahan Malaria
Di
Daerah
Endemis.
http://theresia.blog.com/2011/04/11/
proposal- skripsi- malaria/(diakses pada
tanggal: 2 maret 2012 pukul 15.00 Wita).
Tim penyusun, dkk. 2008. Pedoman
Penulisan Usulan Penelitian Dan Skripsi.
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas Nusa Cendana.

41

You might also like