You are on page 1of 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,

Volume 2, Nomor 1, Januari 2013


Online dihttp://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


MAYONG I KABUPATEN JEPARA

Lara Nurbayani

1.
Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro 2.
Staf Pengajar Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT

Malaria is one of the health problems are still a major problem in public health. It
is re-emerging disease which caused many deaths in Indonesia. The working
area of mayong health centre I have Annual Malaria Incidence (AMI) for the
period December 2011-May 2012 amounted to 17,56 per 1000 population. The
aim of this study was to analyze the relationship between malaria risk factors to
the incidence of malaria in the working area of mayong health centre I. This study
used observational research with case control study desaign. The sample
consists of 38 respondents in the case group and 38 respondents in the control
group. Total respondents were 76 people taken by random sampling technique.
The data were analyzed using the chi aquare.
Based on bivariate analysis variables that have a relationship with the incidence
of malaria are: the presence of the shrub (OR = 4.63, 95% CI = 1.69 to 12.7), the
presence of rice field (OR = 3.11, 95% CI (1.043 -9.281), knowledge (OR = 3.03,
95% CI = 1.174 to 7.831), habit of not using mosquito-net (OR = 3.03, 95% CI =
1.107 to 8.323), and habit of hanging clothes (OR = 3, 11, 95% CI = 1.188 to
8.147).
It can be concluded that the environment around the house and the household’s
practices / habits showed a significant relationship to the incidence of malaria, it
is recommended to hold health education about malaria, keep the environment of
the house, especially around the shrub, and cultivate the habit of using mosquito
nets while sleeping night.

Keywords : Malaria, Risk factors, Mayong health centre


dimana banyak menyebabkan
kematian di Indonesia. Saat ini
PENDAHULUAN malaria dikenal sebagai salah satu
Malaria adalah salah satu penyakit endemis di sebagian besar
masalah kesehatan yang masih wilayah Indonesia. Daerah
menjadi masalah utama di bidang persebaran dari penyakit ini cukup
kesehatan masyarakat. Penyakit ini luas, yaitu tersebar pada lokasi 60o
merupakan penyakit re-emerging, LU sampai 49o LS.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online dihttp://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan data pada selama tahun 2010 dan 951 kasus


World Health Organization (WHO) malaria klinis pada tahun 2011.
tahun 2010 menyebutkan sebanyak Jumlah kasus malaria klinis
665 ribu orang meninggal dapat dipengaruhi oleh beberapa
disebabkan penyakit ini. Dari jumlah faktor yang ada, diantaranya adalah
tersebut, sebanyak 86 persen faktor lingkungan rumah
merupakan anak-anak di bawah (keberadaan kandang ternak,
lima tahun. Diperkirakan 80 persen keberadaan semak-semak dan
kematian terjadi di Afrika dan 15 keberadaan sawah berair); faktor
persen terjadi di Asia. Di kawasan lingkungan fisik rumah (suhu,
Asia, Indonesia merupakan salah kelembaban, keberadaan kawat
satu negara dengan risiko transmisi pada ventilasi, keberadaan
malaria yang cukup tinggi. langitlangit rumah, dan kerapatan
Berdasarkan berita online yang dinding rumah); faktor perilaku
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal (pengetahuan, sikap dan
Pengendalian Penyakit & praktek/perilaku penghuni rumah
Penyehatan Lingkungan seperti kebiasaan menggunakan
menyebutkan bahwa pada tahun kelambu & obat nyamuk saat tidur
2010 terdapat 544.470 kasus positif pada malam hari, kebiasaan
malaria di Indonesia. Pada tahun menutup jendela pada malam hari,
2009 terdapat 1.100.000 kasus kebiasaan keluar rumah pada
malaria klinis yang dilaporkan, malam hari, dan kebiasaan
sedangkan tahun 2010 meningkat menggantung pakaian di dalam
menjadi 1.800.000 kasus malaria ruangan); dan faktor sosial ekonomi
klinis. Kasus malaria tersebut (jenis pekerjaan, pendidikan dan
tersebar ke seluruh pelosok penghasilan). Oleh karena itu untuk
Indonesia. Salah satunya adalah mengetahui faktor-faktor apa saja
Kabupaten Jepara di Jawa tengah yang berpengaruh terhadap
yang terkonsentrasi di wilayah kerja kejadian malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas Mayong I Kecamatan Puskesmas Mayong I penulis
Mayong. Berdasarkan data berkeinginan untuk melakukan
registrasi dari Puskesmas Mayong I penelitian mengenai Faktor Risiko
terdapat 1172 kasus malaria klinis Kejadian Malaria di Wilayah Kerja
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online dihttp://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Puskesmas Mayong I Kabupaten dibandingkan frekuensi paparan


Jepara. antara keduanya.
Jika terlihat perbedaan frekuensi
atau level paparan antara kasus dan
kontrol, maka dapat ditarik

BAHAN DAN METODE kesimpulan terdapat asosiasi antara


penyakit dan paparan, dan dapat
Penelitian ini dilakukan di ditafsirkan temuan itu konsisten
wilayah kerja Puskesmas Mayong I dengan hipotesis yang menyatakan
Kabupaten Jepara Jawa Tengah, hubungan kausatif.
yang meliputi 9 Kelurahan yaitu Penentuan sampel dalam
Pancur, Bungu, Bandung, Pule, penelitian ini menggunakan
Buaran, Datar, Ngroto, dan perbandingan 1:1. Besar sampel
Rajekwesi dalam penelitian ini adalah 76
Jenis penelitian yang responden yang terbagi atas 38
digunakan dalam penelitian ini responden dalam kelompok kasus
adalah observasional dengan dan 38 responden dalam kelompok
menggunakan studi analitik, yang kontrol. Teknik pengambilan sampel
mana merupakan suatu studi atau dalam penelitian ini menggunakan
penelitian yang berupaya simple random sampling.
menganalisis hubungan antara Alat-alat serta instrumen
suatu faktor dengan faktor lainnya. yang akan digunakan pada saat
Oleh karena itu jenis penelitian penelitian dalam pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian adalah (1) Daftar pertanyaan untuk
ini adalah case control. Penelitian responen penelitian berupa
ini melibatkan dua kelompok kuisioner, (2) Termometer untuk
subjek sebagai sampelnya, yaitu mengukur suhu rata-rata lingkungan
satu kelompok dengan penyakit sekitar rumah, (3) Hygrometer untuk
(kasus) dan satu kelompok lainnya mengukur kelembaban rata-rata
tanpa penyakit (kontrol). Status lingkungan sekitar rumah, (4)
paparan diantara kedua kelompok Kamera digital, (5) Alat tulis.
tersebut kemudian diperiksa Cara pengukuran dan
secara retrospektif dan pengumpulan data (1) Wawancara
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online dihttp://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan menggunakan kuisioner dan penghuni rumah, dan faktor sosial


observasi dengan ekonomi penghuni rumah) dengan
melakukan kunjungan ke rumah. (2) variabel terikat yaitu kejadian
Pengukur suhu rata-rata lingkungan malaria di Wilayah Kerja Puskesmas
dengan termometer dan Mayong I Kabupaten Jepara.
kelembaban ratarata lingkungan
dengan hygrometer.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi


di lapangan menunjukkan bahwa
sebagian besar responden dalam
penelitian ini sebesar 52 responden
(68,4%) yang didominasi oleh
kelompok umur 31-45 tahun
sebesar 44 responden (57,9%).
Rata-rata tingkat pendidikan
responden dalam penelitian ini
adalah SD/MI (38,2%) dengan jenis
pekerjaan paling banyak adalah
sebagai buruh

(43,4%).
Analisis bivariat merupakan
analisis yang dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga
mempunyai korelasi. Analisis
bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas
(faktor lingkungan sekitar rumah,
faktor fisik rumah, faktor perilaku
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online dihttp://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan analisis bivariat pada hubungan antara variabel bebas


penelitian ini didapatkan hasil dengan kejadian malaria di Wilayah
sebagai berikut : Kerja Puskesmas Mayong I.
Signifikan

Tidak
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Antara Faktor Risiko
7 Kerapatan dinding 0,103 3,111 0,757-12,79 Signifikan
Malaria dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas Mayong I kabupaten Jepara Tidak
Keberadaan Signifikan
0,48 2,188 0,505-9,48
No Variabel
8 kawat/kasa Nilai p OR CI 95% Keterangan
Keberadaan
1 Keberadaan langit- 0,002
semaksemak 4,632 1,69-12,7 Tidak
Signifikan
9 langit 1 1 0,133-7,491 Signifikan
Tidak
2 10Keberadaan
Pengetahuan
kandang 0,491 0,021,3730,3032 1,174-7,831
0,557-3,384 Signifikan
Signifikan
Tidak
3 11Keberadaan
Sikap sawah 0,037 1 3,1110,648 1,043-9,281 Signifikan
0,102-4,117 Signifikan
Tidak
Kebiasaan
4 Keberadaan memakai 0,442
selokan 1,487 0,54-4,097 Signifikan
12 kelambu 0,028 3,036 1,107-8,323 Signifikan
Tidak
5 Suhu Kebiasaan memakai 1 1 0,314-3,19 Tidak
Signifikan
13 obat nyamuk 0,168 1,894 0,761-4,716 Signifikan
6 Kelembaban 1 0,648 0,102-4,117 Tidak
Kebiasaan menutup Tidak
14 jendela rumah 0,589 0,747 0,258-2,161 Signifikan

Kebiasaan keluar Tidak


15 malam 1 1 0,332-3,013 Signifikan

Kebiasaan
16 menggantung pakaian 0,019 3,111 1,188-8,147 Signifikan

Tidak
17 Pendidikan 0,48 2,188 0,505-9,48 Signifikan

Tidak
18 Pekerjaan 0,24 2,086 1,642-2,649 Signifikan

Tidak
19 Penghasilan 0,139 2,101 0,78-5,662 Signifikan

Hasil analisa statistik dalam Variabel tersebut antara lain


penelitian menyatakan bahwa dari keberadaan semak-semak, sawah,
19 variabel bebas yang dianalisis, tingkat pengetahuan, kebiasaan
terdapat 5 variabel memakai kelambu dan kebiasaan
yang menyatakan ada
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online dihttp://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

menggantung pakaian di dalam luar rumah (di antara semak-


ruangan. semak). Keberadaan semak-semak
Berdasarkan hasil uji dapat digunakan sebagai salah satu
chisquare variabel keberadaan tempat peristirahatan (resting place)
semaksemak didapatkan nilai pada waktu nyamuk mencari darah.
signifikansi (p) sebesar 0,002 yang Hal ini akan menjadi berpotensi
berarti terdapat hubungan antara sebagai salah satu faktor risiko
keberadaan semak-semak di sekitar kejadian malaria ketika dijumpai
rumah dengan kejadian malaria di genangan air di sekitarnya yang
wilayah kerja Puskesmas Mayong I. dapat digunakan sebagai tempat
Berdasarkan nilai 95% CI (1,6912,7) perindukan oleh nyamuk (breeding
berarti keberadaan semaksemak di place). Pada umumnya nyamuk
sekitar rumah merupakan faktor memilih tempat yang teduh, rindang,
risiko kejadian malaria karena lembab dan aman untuk beristirahat
rentang Confidence Interval
seperti semak-semak yang terdapat
mencakup nilai 1. Perhitungan Odds
di pekarangan responden. Namun
Ratio menunjukkan bahwa
tidak menutup kemungkinan
responden yang di sekitar rumahnya
nyamuk aktif menggigit pada malam
terdapat semak-semak berisiko 4,6
hari di dalam rumah seperti
kali untuk mengalami malaria
golongan endofagik.
dibandingkan dengan responden
Hasil Uji chi-square terhadap
yang tidak mempunyai
variabel keberadaan sawah
semaksemak. Hal ini sesuai dengan
menunjukkan bahwa nilai
penelitian sebelumnya yang
signifikansi (p) sebesar 0,037 maka
dilakukan oleh Mahadmika di
dapat disimpulkan bahwa terdapat
Kebumen (2007) yang menyatakan
hubungan antara keberadaan
bahwa keberadaan semak-semak
sawah dengan kejadian malaria di
merupakan faktor risiko kejadian
wilayah kerja Puskesmas Mayong I.
malaria.
Dilihat dari nilai 95% CI (1,043-
Terdapat 2 tempat
9,281) menunjukkan bahwa
peristirahatan bagi nyamuk (resting
keberadaan sawah merupakan
place), yaitu di dalam rumah
faktor risiko kejadian malaria, dan
(menempel pada tembok) dan di
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online dihttp://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

dilihat dari perhitungan Odds Ratio aktivitas di sawah seperti cek air
responden yang di sekitar rumahnya (mengaliri sawah dari saluran
terdapat sawah berisiko 3,1 kali irigasi) yang dilakukan pada malam
untuk mengalami malaria hari. Kegiatan di sawah pada malam
dibandingkan dengan responden hari dapat meningkatkan potensi
yang di sekitar rumahnya tidak sebagai salah satu penyebab
terdapat area persawahan. Hal ini kejadian malaria di wilayah kerja
sesuai dengan penelitian Supri Puskesmas Mayong I.
Ahmadi (2008) yang menyatakan Berdasarkan hasil uji
bahwa terdapat hubungan yang chisquare pada variabel tingkat
bermakna antara keberadaan pengetahuan menunjukkan nilai
sawah dengan kejadian malaria. signifikansi (p) sebesar 0,02 yang
Nyamuk Anopheles berarti terdapat hubungan antara
merupakan salah satu nyamuk yang tingkat pengetahuan responden
menyukai tempat-tempat yang dekat dengan kejadian malaria di wilayah
dengan tanah. Selain semak-semak Puskesmas Mayong I. Berdasarkan
dan kebun nyamuk juga menyukai nilai 95% CI (1,174-7,831) berarti
area persawahan yang terdapat tingkat pengetahuan responden
genangan air sebagai salah satu merupakan faktor risiko kejadian
tempat perkembangbiakan mereka malaria karena rentang Confidence
(breeding place). Akan sulit Interval mencakup nilai 1.
ditemukan jentik nyamuk pada area Perhitungan Odds Ratio
persawahan yang sedang aktif menunjukkan bahwa responden
ditanami / sedang dialiri air (sawah yang mempunyai tingkat
yang mengandung pestisida), pengetahuan rendah berisiko 3 kali
namun akan mudah ditemukan untuk mengalami malaria
jentik nyamuk pada area dibandingkan dengan responden
persawahan yang sedang tidak yang mempunyai tingkat
ditanami (sawah yang tidak pengetahuan tinggi. Pengetahuan
mengandung pestisida). sangat erat kaitannya dengan sikap
Berdasarkan hasil wawancara di dan praktek seseorang. Bila
lapangan, mereka yang berprofesi responden mempunyai
sebagai petani sering melakukan pengetahuan kurang namun
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online dihttp://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

mempunyai sikap yang mana kebiasaan memakai kelambu


mendukung kegiatan pencegahan dengan kejadian malaria.
malaria maka akan menghindarkan Kelambu merupakan salah
kemungkinan orang tersebut dari satu upaya dalam kegiatan
penyakit malaria, begitu pula pencegahan terjadinya
sebaliknya. penyakit malaria selain
Hasil uji chi-square pada pemasangan kawat/kasa dan
variabel kebiasaan memakai penggunaan obat nyamuk. Namun
kelambu pada saat tidur berdasarkan hasil observasi di
menunjukkan nilai signifikansi (p) lapangan, 67,1% dari semua
sebesar 0,028 yang berarti terdapat responden baik kelompok kasus
hubungan antara kebiasaan maupun kontrol tidak mempunyai
tersebut dengan kejadian malaria di
kebiasaan memakai kelambu pada
wilayah Puskesmas Mayong I.
saat tidur di malam hari.
Berdasarkan nilai 95% CI (1,107 –
Berdasarkan hasil wawancara,
8,323) berarti kebiasaan memakai
memakai kelambu justru
kelambu pada saat tidur merupakan
mengganggu kenyamanan mereka
faktor risiko kejadian malaria karena
pada saat tidur malam hari. Padahal
rentang
pada jam malam tersebut nyamuk
Confidence Interval mencakup nilai
Anopheles aktif mencari mencari
1. Perhitungan Odds Ratio
darah (pukul 21.00 – 03.00).
menunjukkan bahwa responden
Sehingga bila responden tidur tanpa
yang tidak mempunyai kebiasaan
menggunakan kelambu dapat
memakai kelambu pada saat tidur
meningkatkan potensi kontak antara
berisiko 3 kali untuk mengalami
nyamuk dengan manusia.
malaria dibandingkan dengan
Berdasarkan hasil uji
responden mempunyai kebiasaan
chisquare didapatkan nilai
tidur memakai kelambu. Hasil ini
signifikansi (p) sebesar 0,019 yang
sejalan dengan penelitian yang
berarti terdapat hubungan antara
dilakukan oleh Hasan (2007) yang
kebiasaan menggantung pakaian di
menyatakan bahwa terdapat
dalam ruangan dengan kejadian
hubungan secara statistik antara
malaria di wilayah Puskesmas
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online dihttp://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Mayong I. Berdasarkan nilai pakaian yang menggantung dapat


95% CI (1,188 – digunakan sebagai tempat
8,147) berarti kebiasaan sembunyi bagi nyamuk. Hal ini tentu
menggantung pakaian merupakan saja meningkatkan potensi kontak
faktor risiko kejadian malaria karena antara nyamuk dan manusia.
rentang Confidence Interval
KESIMPULAN
mencakup nilai 1. Perhitungan
Odds Sebagian besar responden
Ratio menunjukkan bahwa dalam penelitian ini berjenis kelamin
responden yang mempunyai perempuan 52 orang
kebiasaan menggantung pakaian di (68,4%) dengan kisaran umur paling
dalam ruangan berisiko 3,1 kali banyak antara 31-34 tahun
untuk mengalami malaria sebanyak 44 orang (57,9%).
dibandingkan dengan responden Variabel lingkungan sekitar rumah
tidak mempunyai kebiasaan yang memiliki hubungan dengan
menggantung pakaian. Penelitian ini kejadian malaria adalah keberadaan
sesuai dengan hasil penelitian yang semak-semak sebanyak 47 orang
dilakukan oleh Samuel (2006) yang (67,8%) dengan nilai p=0,002,
menyatakan bahwa kebiasaan OR=4,632 dan keberadaan sawah
menggantung pakaian mempunyai
sebanyak 20 orang (26,3%) dengan
andil dalam terjadinya malaria dan
nilai p=0,037, OR=3,111. Variabel
berhubungan secara statistik.
perilaku penghuni rumah yang
Kebiasaan menggantung
memiliki hubungan dengan kejadian
pakaian di dalam kamar merupakan
malaria adalah pengetahuan
faktor risiko terjadinya malaria di
responden yang rendah sebanyak
wilayah Puskesmas
44 orang (57,9%) dengan nilai
Mayong I.
p=0,02, OR=3,032, kebiasaan tidak
Dilihat dari karakteristik nyamuk,
memakai kelambu sebanyak 51
terdapat beberapa golongan yang
orang (67,1%) dengan nilai p=0,028,
mempunyai sifat suka menempel di
OR=3,036, dan kebiasaan
tempat lembab di dalam rumah
responden menggantungkan
setelah menghisap darah, misalkan
pakaian di dalam ruangan sebanyak
tembok. Bila terdapat banyak
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online dihttp://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

46 orang (60,5%) dengan nilai 011/04/24/49676/70-3-


PersenKabupaten-di-Indonesia-
p=0,019, OR=3,111.
EndemisMalaria, diakses 10 Maret
2012)
UCAPAN TERIMAKASIH
Ayu, Febrina. WHO: 665 Ribu
Terimakasih disampaikan kepada Orang Meninggal Akibat Malaria,
(online),
seluruh staff Dinas Kesehatan
(http://news.detik.com/read/2011/12/
Kabupaten Jepara dan Badan 14/035516/1790536/1148/who-
665ribu-orang-meninggal-akibat-
Perencanaan Pembangunan
malaria, diakses 1April 2012)
Daerah Kabupaten Jepara yang
telah membantu dalam proses Franklyn, Samuel. Analisis Faktor
Risiko Kejadian Malaria di Wilayah
perizinan dalam penelitian ini. Kerja Puskesmas Bosnik
Terimakasih kepada Seluruh staff Kecamatan Biak Timur Kabupaten
Biak-Numfor Papua. Semarang:
dan jajaran Puskesmas Mayong I FKM UNDIP,
dan 8 Kelurahan yang tercakup di 2006.
dalamnya atas izin dan
kesediaannya bagi peneliti untuk
melakukan penelitian di Desa
tersebut. Dan terimakasih pula pada
rekan – rekan FKM tahun angkatan
Husin, Hasan. Analisis Faktor Risiko
2008, Muhammad Fahry dan Kejadian Malaria di Puskesmas
Sukamerindu Kecamatan Sungai
Bustanul Arifin yang telah
Serut Kota Bengkulu Provinsi
membantu selama proses penelitian Bengkulu. Semarang: UNDIP, 2007,
berjalan. (online),
(http://eprints.undip.ac.id/17530/1/H
a san_Husin.pdf, diakses 3
DAFTAR PUSTAKA September
Ahmadi, Supri. Faktor Risiko 2012)
Kejadian Malaria Di Desa Lubuk
Nipis Kecamatan Tanjung Agung Hisnawi. Gambaran penyakit dan
Kabupaten Muara Enim. Semarang: vektor malaria di Indonesia.
FKM UNDIP, 2008. Sumatra Utara: USU digital library,
2004,
Anonim. 70,3 Persen Kabupaten di (online),
Indonesia Endemis Malaria, (http://repository.usu.ac.id/bitstream/
(online), 123456789/3760/1/fkmhiswani11.pd
(http://metrotvnews.com/read/news/ f, diakses 8 Desember
2 2011)
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online dihttp://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Lestari EW., Sukowati S., Soekidjo.,


Wigati., 2007. Vektor Malaria di
Daerah Bukit Menoreh, Purworejo,
Jawa Tengah. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan 17,30-
35.

Murti, Bisma. Prinsip dan Metode


Riset Epidemiologi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press,
2003.

Stalker, Peter. Millennium


Development Goals, 2008, (online),
(http://www.undp.or.id/pubs/docs/Let
%20Speak%20Out%20for%20MDG
s%20-%20ID.pdf, diakses 12 Maret
2012)

WHO. Fact sheet Malaria, (online),


(http://www.depkes.go.id/downloads
/
world_malaria_day/fac_sheet_malar
i a.pdf, diakses 7 Desember 2011)

You might also like