You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,

Volume 2, Nomor 1, Januari 2013


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYONG I
KABUPATEN JEPARA

Lara Nurbayani

1.
Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
2.
Staf Pengajar Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT

Malaria is one of the health problems are still a major problem in public health. It
is re-emerging disease which caused many deaths in Indonesia. The working
area of mayong health centre I have Annual Malaria Incidence (AMI) for the
period December 2011-May 2012 amounted to 17,56 per 1000 population. The
aim of this study was to analyze the relationship between malaria risk factors to
the incidence of malaria in the working area of mayong health centre I.
This study used observational research with case control study desaign. The
sample consists of 38 respondents in the case group and 38 respondents in the
control group. Total respondents were 76 people taken by random sampling
technique. The data were analyzed using the chi aquare.
Based on bivariate analysis variables that have a relationship with the incidence
of malaria are: the presence of the shrub (OR = 4.63, 95% CI = 1.69 to 12.7), the
presence of rice field (OR = 3.11, 95% CI (1.043 -9.281), knowledge (OR = 3.03,
95% CI = 1.174 to 7.831), habit of not using mosquito-net (OR = 3.03, 95% CI =
1.107 to 8.323), and habit of hanging clothes (OR = 3, 11, 95% CI = 1.188 to
8.147).
It can be concluded that the environment around the house and the household’s
practices / habits showed a significant relationship to the incidence of malaria, it
is recommended to hold health education about malaria, keep the environment of
the house, especially around the shrub, and cultivate the habit of using mosquito
nets while sleeping night.

Keywords : Malaria, Risk factors, Mayong health centre

PENDAHULUAN kematian di Indonesia. Saat ini


Malaria adalah salah satu malaria dikenal sebagai salah satu
masalah kesehatan yang masih penyakit endemis di sebagian besar
menjadi masalah utama di bidang wilayah Indonesia. Daerah
kesehatan masyarakat. Penyakit ini persebaran dari penyakit ini cukup
merupakan penyakit re-emerging, luas, yaitu tersebar pada lokasi 60o
dimana banyak menyebabkan LU sampai 49o LS.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan data pada tahun 2010 dan 951 kasus malaria


World Health Organization (WHO) klinis pada tahun 2011.
tahun 2010 menyebutkan sebanyak Jumlah kasus malaria klinis
665 ribu orang meninggal dapat dipengaruhi oleh beberapa
disebabkan penyakit ini. Dari jumlah faktor yang ada, diantaranya adalah
tersebut, sebanyak 86 persen faktor lingkungan rumah
merupakan anak-anak di bawah lima (keberadaan kandang ternak,
tahun. Diperkirakan 80 persen keberadaan semak-semak dan
kematian terjadi di Afrika dan 15 keberadaan sawah berair); faktor
persen terjadi di Asia. Di kawasan lingkungan fisik rumah (suhu,
Asia, Indonesia merupakan salah kelembaban, keberadaan kawat
satu negara dengan risiko transmisi pada ventilasi, keberadaan langit-
malaria yang cukup tinggi. langit rumah, dan kerapatan dinding
Berdasarkan berita online yang rumah); faktor perilaku
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal (pengetahuan, sikap dan
Pengendalian Penyakit & praktek/perilaku penghuni rumah
Penyehatan Lingkungan seperti kebiasaan menggunakan
menyebutkan bahwa pada tahun kelambu & obat nyamuk saat tidur
2010 terdapat 544.470 kasus positif pada malam hari, kebiasaan
malaria di Indonesia. Pada tahun menutup jendela pada malam hari,
2009 terdapat 1.100.000 kasus kebiasaan keluar rumah pada
malaria klinis yang dilaporkan, malam hari, dan kebiasaan
sedangkan tahun 2010 meningkat menggantung pakaian di dalam
menjadi 1.800.000 kasus malaria ruangan); dan faktor sosial ekonomi
klinis. Kasus malaria tersebut (jenis pekerjaan, pendidikan dan
tersebar ke seluruh pelosok penghasilan). Oleh karena itu untuk
Indonesia. Salah satunya adalah mengetahui faktor-faktor apa saja
Kabupaten Jepara di Jawa tengah yang berpengaruh terhadap kejadian
yang terkonsentrasi di wilayah kerja malaria di Wilayah Kerja Puskesmas
Puskesmas Mayong I Kecamatan Mayong I penulis berkeinginan untuk
Mayong. Berdasarkan data registrasi melakukan penelitian mengenai
dari Puskesmas Mayong I terdapat Faktor Risiko Kejadian Malaria di
1172 kasus malaria klinis selama
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Wilayah Kerja Puskesmas Mayong I Jika terlihat perbedaan frekuensi


Kabupaten Jepara. atau level paparan antara kasus dan
kontrol, maka dapat ditarik
kesimpulan terdapat asosiasi antara
penyakit dan paparan, dan dapat
BAHAN DAN METODE ditafsirkan temuan itu konsisten
dengan hipotesis yang menyatakan
Penelitian ini dilakukan di
hubungan kausatif.
wilayah kerja Puskesmas Mayong I
Penentuan sampel dalam
Kabupaten Jepara Jawa Tengah,
penelitian ini menggunakan
yang meliputi 9 Kelurahan yaitu
perbandingan 1:1. Besar sampel
Pancur, Bungu, Bandung, Pule,
dalam penelitian ini adalah 76
Buaran, Datar, Ngroto, dan
responden yang terbagi atas 38
Rajekwesi
responden dalam kelompok kasus
Jenis penelitian yang
dan 38 responden dalam kelompok
digunakan dalam penelitian ini
kontrol. Teknik pengambilan sampel
adalah observasional dengan
dalam penelitian ini menggunakan
menggunakan studi analitik, yang
simple random sampling.
mana merupakan suatu studi atau
Alat-alat serta instrumen
penelitian yang berupaya
yang akan digunakan pada saat
menganalisis hubungan antara suatu
penelitian dalam pengumpulan data
faktor dengan faktor lainnya. Oleh
adalah (1) Daftar pertanyaan untuk
karena itu jenis penelitian yang
responen penelitian berupa
digunakan dalam penelitian ini
kuisioner, (2) Termometer untuk
adalah case control. Penelitian ini
mengukur suhu rata-rata lingkungan
melibatkan dua kelompok subjek
sekitar rumah, (3) Hygrometer untuk
sebagai sampelnya, yaitu satu
mengukur kelembaban rata-rata
kelompok dengan penyakit (kasus)
lingkungan sekitar rumah, (4)
dan satu kelompok lainnya tanpa
Kamera digital, (5) Alat tulis.
penyakit (kontrol). Status paparan
Cara pengukuran dan
diantara kedua kelompok tersebut
pengumpulan data (1) Wawancara
kemudian diperiksa secara
dengan menggunakan kuisioner dan
retrospektif dan dibandingkan
observasi dengan melakukan
frekuensi paparan antara keduanya.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

kunjungan ke rumah. (2) Pengukur banyak adalah sebagai buruh


suhu rata-rata lingkungan dengan (43,4%).
termometer dan kelembaban rata- Analisis bivariat merupakan
rata lingkungan dengan hygrometer. analisis yang dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga
mempunyai korelasi. Analisis bivariat
dilakukan untuk mengetahui
HASIL DAN PEMBAHASAN hubungan antara variabel bebas
(faktor lingkungan sekitar rumah,
Berdasarkan hasil observasi
faktor fisik rumah, faktor perilaku
di lapangan menunjukkan bahwa
penghuni rumah, dan faktor sosial
sebagian besar responden dalam
ekonomi penghuni rumah) dengan
penelitian ini sebesar 52 responden
variabel terikat yaitu kejadian
(68,4%) yang didominasi oleh
malaria di Wilayah Kerja Puskesmas
kelompok umur 31-45 tahun sebesar
Mayong I Kabupaten Jepara.
44 responden (57,9%). Rata-rata
Berdasarkan analisis bivariat pada
tingkat pendidikan responden dalam
penelitian ini didapatkan hasil
penelitian ini adalah SD/MI (38,2%)
sebagai berikut :
dengan jenis pekerjaan paling

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Antara Faktor Risiko


Malaria dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas Mayong I kabupaten Jepara

No Variabel Nilai p OR CI 95% Keterangan


Keberadaan semak-
1 0,002 4,632 1,69-12,7 Signifikan
semak
Tidak
2 Keberadaan kandang 0,491 1,373 0,557-3,384
Signifikan
3 Keberadaan sawah 0,037 3,111 1,043-9,281 Signifikan
Tidak
4 Keberadaan selokan 0,442 1,487 0,54-4,097
Signifikan
Tidak
5 Suhu 1 1 0,314-3,19
Signifikan
6 Kelembaban 1 0,648 0,102-4,117 Tidak
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Signifikan
Tidak
7 Kerapatan dinding 0,103 3,111 0,757-12,79
Signifikan
Tidak
Keberadaan
8 0,48 2,188 0,505-9,48 Signifikan
kawat/kasa

Keberadaan langit- Tidak


9 1 1 0,133-7,491
langit Signifikan
10 Pengetahuan 0,02 0,3032 1,174-7,831 Signifikan
Tidak
11 Sikap 1 0,648 0,102-4,117
Signifikan
Kebiasaan memakai
12 0,028 3,036 1,107-8,323 Signifikan
kelambu
Kebiasaan memakai Tidak
13 0,168 1,894 0,761-4,716
obat nyamuk Signifikan
Kebiasaan menutup Tidak
14 0,589 0,747 0,258-2,161
jendela rumah Signifikan
Kebiasaan keluar Tidak
15 1 1 0,332-3,013
malam Signifikan
Kebiasaan
16 0,019 3,111 1,188-8,147 Signifikan
menggantung pakaian
Tidak
17 Pendidikan 0,48 2,188 0,505-9,48
Signifikan
Tidak
18 Pekerjaan 0,24 2,086 1,642-2,649
Signifikan
Tidak
19 Penghasilan 0,139 2,101 0,78-5,662
Signifikan

Hasil analisa statistik dalam Mayong I. Variabel tersebut antara


penelitian menyatakan bahwa dari lain keberadaan semak-semak,
19 variabel bebas yang dianalisis, sawah, tingkat pengetahuan,
terdapat 5 variabel yang kebiasaan memakai kelambu dan
menyatakan ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian di
variabel bebas dengan kejadian dalam ruangan.
malaria di Wilayah Kerja Puskesmas
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan hasil uji chi- digunakan sebagai salah satu


square variabel keberadaan semak- tempat peristirahatan (resting place)
semak didapatkan nilai signifikansi pada waktu nyamuk mencari darah.
(p) sebesar 0,002 yang berarti Hal ini akan menjadi berpotensi
terdapat hubungan antara sebagai salah satu faktor risiko
keberadaan semak-semak di sekitar kejadian malaria ketika dijumpai
rumah dengan kejadian malaria di genangan air di sekitarnya yang
wilayah kerja Puskesmas Mayong I. dapat digunakan sebagai tempat
Berdasarkan nilai 95% CI (1,69- perindukan oleh nyamuk (breeding
12,7) berarti keberadaan semak- place). Pada umumnya nyamuk
semak di sekitar rumah merupakan memilih tempat yang teduh, rindang,
faktor risiko kejadian malaria karena lembab dan aman untuk beristirahat
rentang Confidence Interval seperti semak-semak yang terdapat
mencakup nilai 1. Perhitungan Odds di pekarangan responden. Namun
Ratio menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan nyamuk
responden yang di sekitar rumahnya aktif menggigit pada malam hari di
terdapat semak-semak berisiko 4,6 dalam rumah seperti golongan
kali untuk mengalami malaria endofagik.
dibandingkan dengan responden Hasil Uji chi-square terhadap
yang tidak mempunyai semak- variabel keberadaan sawah
semak. Hal ini sesuai dengan menunjukkan bahwa nilai signifikansi
penelitian sebelumnya yang (p) sebesar 0,037 maka dapat
dilakukan oleh Mahadmika di disimpulkan bahwa terdapat
Kebumen (2007) yang menyatakan hubungan antara keberadaan sawah
bahwa keberadaan semak-semak dengan kejadian malaria di wilayah
merupakan faktor risiko kejadian kerja Puskesmas Mayong I. Dilihat
malaria. dari nilai 95% CI (1,043-9,281)
Terdapat 2 tempat menunjukkan bahwa keberadaan
peristirahatan bagi nyamuk (resting sawah merupakan faktor risiko
place), yaitu di dalam rumah kejadian malaria, dan dilihat dari
(menempel pada tembok) dan di luar perhitungan Odds Ratio responden
rumah (di antara semak-semak). yang di sekitar rumahnya terdapat
Keberadaan semak-semak dapat sawah berisiko 3,1 kali untuk
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

mengalami malaria dibandingkan dapat meningkatkan potensi sebagai


dengan responden yang di sekitar salah satu penyebab kejadian
rumahnya tidak terdapat area malaria di wilayah kerja Puskesmas
persawahan. Hal ini sesuai dengan Mayong I.
penelitian Supri Ahmadi (2008) yang Berdasarkan hasil uji chi-
menyatakan bahwa terdapat square pada variabel tingkat
hubungan yang bermakna antara pengetahuan menunjukkan nilai
keberadaan sawah dengan kejadian signifikansi (p) sebesar 0,02 yang
malaria. berarti terdapat hubungan antara
Nyamuk Anopheles tingkat pengetahuan responden
merupakan salah satu nyamuk yang dengan kejadian malaria di wilayah
menyukai tempat-tempat yang dekat Puskesmas Mayong I. Berdasarkan
dengan tanah. Selain semak-semak nilai 95% CI (1,174-7,831) berarti
dan kebun nyamuk juga menyukai tingkat pengetahuan responden
area persawahan yang terdapat merupakan faktor risiko kejadian
genangan air sebagai salah satu malaria karena rentang Confidence
tempat perkembangbiakan mereka Interval mencakup nilai 1.
(breeding place). Akan sulit Perhitungan Odds Ratio
ditemukan jentik nyamuk pada area menunjukkan bahwa responden
persawahan yang sedang aktif yang mempunyai tingkat
ditanami / sedang dialiri air (sawah pengetahuan rendah berisiko 3 kali
yang mengandung pestisida), untuk mengalami malaria
namun akan mudah ditemukan jentik dibandingkan dengan responden
nyamuk pada area persawahan yang mempunyai tingkat
yang sedang tidak ditanami (sawah pengetahuan tinggi. Pengetahuan
yang tidak mengandung pestisida). sangat erat kaitannya dengan sikap
Berdasarkan hasil wawancara di dan praktek seseorang. Bila
lapangan, mereka yang berprofesi responden mempunyai pengetahuan
sebagai petani sering melakukan kurang namun mempunyai sikap
aktivitas di sawah seperti cek air yang mana mendukung kegiatan
(mengaliri sawah dari saluran irigasi) pencegahan malaria maka akan
yang dilakukan pada malam hari. menghindarkan kemungkinan orang
Kegiatan di sawah pada malam hari
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

tersebut dari penyakit malaria, begitu kawat/kasa dan penggunaan obat


pula sebaliknya. nyamuk. Namun berdasarkan hasil
Hasil uji chi-square pada observasi di lapangan, 67,1% dari
variabel kebiasaan memakai semua responden baik kelompok
kelambu pada saat tidur kasus maupun kontrol tidak
menunjukkan nilai signifikansi (p) mempunyai kebiasaan memakai
sebesar 0,028 yang berarti terdapat kelambu pada saat tidur di malam
hubungan antara kebiasaan tersebut hari. Berdasarkan hasil wawancara,
dengan kejadian malaria di wilayah memakai kelambu justru
Puskesmas Mayong I. Berdasarkan mengganggu kenyamanan mereka
nilai 95% CI (1,107 – 8,323) berarti pada saat tidur malam hari. Padahal
kebiasaan memakai kelambu pada pada jam malam tersebut nyamuk
saat tidur merupakan faktor risiko Anopheles aktif mencari mencari
kejadian malaria karena rentang darah (pukul 21.00 – 03.00).
Confidence Interval mencakup nilai Sehingga bila responden tidur tanpa
1. Perhitungan Odds Ratio menggunakan kelambu dapat
menunjukkan bahwa responden meningkatkan potensi kontak antara
yang tidak mempunyai kebiasaan nyamuk dengan manusia.
memakai kelambu pada saat tidur Berdasarkan hasil uji chi-
berisiko 3 kali untuk mengalami square didapatkan nilai signifikansi
malaria dibandingkan dengan (p) sebesar 0,019 yang berarti
responden mempunyai kebiasaan terdapat hubungan antara kebiasaan
tidur memakai kelambu. Hasil ini menggantung pakaian di dalam
sejalan dengan penelitian yang ruangan dengan kejadian malaria di
dilakukan oleh Hasan (2007) yang wilayah Puskesmas Mayong I.
menyatakan bahwa terdapat Berdasarkan nilai 95% CI (1,188 –
hubungan secara statistik antara 8,147) berarti kebiasaan
kebiasaan memakai kelambu menggantung pakaian merupakan
dengan kejadian malaria. faktor risiko kejadian malaria karena
Kelambu merupakan salah rentang Confidence Interval
satu upaya dalam kegiatan mencakup nilai 1. Perhitungan Odds
pencegahan terjadinya penyakit Ratio menunjukkan bahwa
malaria selain pemasangan responden yang mempunyai
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

kebiasaan menggantung pakaian di antara 31-34 tahun sebanyak 44


dalam ruangan berisiko 3,1 kali orang (57,9%). Variabel lingkungan
untuk mengalami malaria sekitar rumah yang memiliki
dibandingkan dengan responden hubungan dengan kejadian malaria
tidak mempunyai kebiasaan adalah keberadaan semak-semak
menggantung pakaian. Penelitian ini sebanyak 47 orang (67,8%) dengan
sesuai dengan hasil penelitian yang nilai p=0,002, OR=4,632 dan
dilakukan oleh Samuel (2006) yang keberadaan sawah sebanyak 20
menyatakan bahwa kebiasaan orang (26,3%) dengan nilai p=0,037,
menggantung pakaian mempunyai OR=3,111. Variabel perilaku
andil dalam terjadinya malaria dan penghuni rumah yang memiliki
berhubungan secara statistik. hubungan dengan kejadian malaria
Kebiasaan menggantung adalah pengetahuan responden
pakaian di dalam kamar merupakan yang rendah sebanyak 44 orang
faktor risiko terjadinya malaria di (57,9%) dengan nilai p=0,02,
wilayah Puskesmas Mayong I. OR=3,032, kebiasaan tidak memakai
Dilihat dari karakteristik nyamuk, kelambu sebanyak 51 orang (67,1%)
terdapat beberapa golongan yang dengan nilai p=0,028, OR=3,036,
mempunyai sifat suka menempel di dan kebiasaan responden
tempat lembab di dalam rumah menggantungkan pakaian di dalam
setelah menghisap darah, misalkan ruangan sebanyak 46 orang (60,5%)
tembok. Bila terdapat banyak dengan nilai p=0,019, OR=3,111.
pakaian yang menggantung dapat
UCAPAN TERIMAKASIH
digunakan sebagai tempat sembunyi
bagi nyamuk. Hal ini tentu saja Terimakasih disampaikan
meningkatkan potensi kontak antara kepada seluruh staff Dinas
nyamuk dan manusia. Kesehatan Kabupaten Jepara dan
Badan Perencanaan Pembangunan
KESIMPULAN
Daerah Kabupaten Jepara yang
Sebagian besar responden telah membantu dalam proses
dalam penelitian ini berjenis kelamin perizinan dalam penelitian ini.
perempuan 52 orang (68,4%) Terimakasih kepada Seluruh staff
dengan kisaran umur paling banyak dan jajaran Puskesmas Mayong I
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

dan 8 Kelurahan yang tercakup di Husin, Hasan. Analisis Faktor Risiko


Kejadian Malaria di Puskesmas
dalamnya atas izin dan
Sukamerindu Kecamatan Sungai
kesediaannya bagi peneliti untuk Serut Kota Bengkulu Provinsi
Bengkulu. Semarang: UNDIP, 2007,
melakukan penelitian di Desa
(online),
tersebut. Dan terimakasih pula pada (http://eprints.undip.ac.id/17530/1/Ha
san_Husin.pdf, diakses 3 September
rekan – rekan FKM tahun angkatan
2012)
2008, Muhammad Fahry dan
Hisnawi. Gambaran penyakit dan
Bustanul Arifin yang telah membantu
vektor malaria di Indonesia. Sumatra
selama proses penelitian berjalan. Utara: USU digital library, 2004,
(online),
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/
DAFTAR PUSTAKA 123456789/3760/1/fkm-
Ahmadi, Supri. Faktor Risiko hiswani11.pdf, diakses 8 Desember
Kejadian Malaria Di Desa Lubuk 2011)
Nipis Kecamatan Tanjung Agung
Kabupaten Muara Enim. Semarang: Lestari EW., Sukowati S., Soekidjo.,
FKM UNDIP, 2008. Wigati., 2007. Vektor Malaria di
Daerah Bukit Menoreh, Purworejo,
Anonim. 70,3 Persen Kabupaten di Jawa Tengah. Media Penelitian dan
Indonesia Endemis Malaria, (online), Pengembangan Kesehatan 17,30-
(http://metrotvnews.com/read/news/2 35.
011/04/24/49676/70-3-Persen-
Kabupaten-di-Indonesia-Endemis- Murti, Bisma. Prinsip dan Metode
Malaria, diakses 10 Maret 2012) Riset Epidemiologi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press,
Ayu, Febrina. WHO: 665 Ribu Orang 2003.
Meninggal Akibat Malaria, (online),
(http://news.detik.com/read/2011/12/ Stalker, Peter. Millennium
14/035516/1790536/1148/who-665- Development Goals, 2008, (online),
ribu-orang-meninggal-akibat-malaria, (http://www.undp.or.id/pubs/docs/Let
diakses 1April 2012) %20Speak%20Out%20for%20MDG
s%20-%20ID.pdf, diakses 12 Maret
Franklyn, Samuel. Analisis Faktor 2012)
Risiko Kejadian Malaria di Wilayah
Kerja Puskesmas Bosnik Kecamatan WHO. Fact sheet Malaria, (online),
Biak Timur Kabupaten Biak-Numfor (http://www.depkes.go.id/downloads/
Papua. Semarang: FKM UNDIP, world_malaria_day/fac_sheet_malari
2006. a.pdf, diakses 7 Desember 2011)

You might also like