You are on page 1of 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Hubungan Faktor Host (Umur 6 Bulan-14 Tahun) Dan Keberadaan Vektor


Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungmundu Semarang
Relationship Of Host Factors (Ages 6 Months - 14 Years) And Existence Vector
With Dengue Hemorrhagic Fever In Work Area Of Kedungmundu Primary
Health Service Semarang

Luqman Zarkasyi1, Martini2, Retno Hestiningsih3

Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik


Universitas Diponegoro, Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang 50257

ABSTRACT
Semarang city is endemic regions, with the highest incidence rate in the District
Tembalang in 2014 (IR = 110.55 for 100.000 in population). Case of DHF in
Kedungmundu Primary Health Service was just happen 2014 which amount 154
cases with 86% of cases in the age group of 6 months-14 years. The purpose of
this study was to determine the relationship of host factors (age 6 months-14
years) and the existence of the vector with the incidence of DHF in Kedungmundu
Primary Health Service Semarang. This type of research was quantitative with a
case control approach. Total sample was 104 samples. Analysis of data using chi-
square test. The results of this research showed that there were association using
mosquito repellent (p=0.003), history of DHF illness (p=0.008), and the existence
of larva (p=0.0001) with incidence of DHF. Meanwhile, there were no
relationship habit of sleeping morning/noon (p=0.430), habit of sleeping
afternoon (p=0.691), habit of hanging clothes (p=0.316), using of mosquito nets
(p=0.339), and nutritional status (p=0.150) with incidence of DHF. It was
advisable for the community to increase efforts to improve activities mosquito nest
eradication (PSN), and for Kedungmundu Primary Health Service to increase
efforts to control DHF, for example regular larva monitoring and thorough.
Keywords: DHF, host, vector, Kedungmundu Primary Health Service

PENDAHULUAN menimbulkan suatu letusan Kejadian


Demam Berdarah Dengue Luar Biasa (KLB) dengan kematian
(DBD) merupakan salah satu masalah yang besar. Penyakit ini ditemukan di
kesehatan masyarakat di Indonesia hampir seluruh belahan dunia terutama
yang jumlah penderitanya cenderung di Negara tropik dan subtropik.
meningkat dan penyebarannya semakin Diperkirakan ada 2,5 miliar orang
luas.1 Penyakit DBD dapat
175
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

hidup di daerah berisiko tinggi Pada tahun 2014 dari Bulan Januari
2
terhadap penularan DBD. sampai Agustus, jumlah kasus DBD
DBD lebih banyak menyerang sebanyak 1.176 kasus dengan 23 kasus
anak-anak dan kasus yang dilaporkan meninggal (CFR=1,96%).
berumur kurang dari 15 tahun. Anak- Puskesmas Kedungmundu
anak merupakan kelompok risiko Semarang merupakan puskesmas yang
tinggi terhadap kejadian penyakit DBD endemis DBD. Menurut data dari
3
dan lebih sering menimbulkan wabah. Dinas Kesehatan Kota Semarang pada
Menurut Kementerian tahun 2012 jumlah kasus DBD
Kesehatan RI, jumlah kasus DBD menurun menjadi 116 kasus. Pada
tahun 2011 sebanyak 65.725 dengan tahun 2013 jumlah kasus DBD
597 kasus meninggal (Incidence Rate sebanyak 298 kasus. Sedangkan pada
27,67 per 100.000 penduduk dan Bulan Januari sampai September tahun
4
CFR= 0,91%). Pada tahun 2012 2014, jumlah kasus DBD sebanyak
jumlah kasus DBD sebanyak 90.245 154 kasus dengan kelompok umur 6
dengan 816 kasus meninggal bulan - 14 tahun sebanyak 133 kasus
(Incidence Rate 37,11 per 100.000 dan kelompok umur 15-59 tahun
penduduk dan CFR= 0,90%).5 Pada sebanyak 21 kasus.7
tahun 2013 jumlah kasus DBD Berdasarkan model segitiga
sebanyak 112.511 dengan 871 kasus epidemiologi, ada tiga faktor yang
meninggal (Incidence Rate 45,85 per berperan dalam timbulnya suatu
100.000 penduduk dan CFR= 0,77%).6 penyakit yaitu faktor host, agen
Kota Semarang merupakan environment.8 Berdasarkan penelitian
salah satu kota di Jawa Tengah yang sebelumnya, faktor host yang
endemis DBD. Menurut data Dinas berhubungan dengan kejadian DBD
Kesehatan Kota Semarang, jumlah yaitu umur <12 tahun, kebiasaan tidur
kasus DBD tahun 2011 tercatat pagi atau sore hari, kebiasaan
sebanyak 1.303 kasus. Pada tahun menggantung pakaian, kebiasaan tidak
2012 jumlah kasus DBD sebanyak menggunakan obat anti nyamuk pada
1.250 kasus. Pada tahun 2013 jumlah siang hari, kebiasaan menggunakan
kasus DBD meningkat menjadi 2.364. kelambu saat tidur, dan status gizi.9-15
176
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Faktor keberadaan vektor penular juga pengambilan sampelnya menggunakan


berperan dalam terjadinya kasus DBD. metode simple random sampling.
Berdasarkan penelitian Frida, ada HASIL DAN PEMBAHASAN
hubungan antara keberadaan jentik Ae. 1. Tidak Ada Hubungan Kebiasaan
aegypti terhadap kejadian DBD.16 Tidur Pagi/Siang Hari Dengan
MATERI DAN METODE Kejadian DBD
Jenis penelitian yang digunakan . Berdasarkan tabel 3.1
adalah penelitian analitik, dengan didapatkan nilai p= 0,430 (p>0,05),
desain case control. Populasi studi berarti tidak ada hubungan antara
kasusnya warga yang menderita DBD kebiasaan tidur pagi/siang hari pada
(usia 6 bulan-14 tahun) bertempat usia (6 bulan-14 tahun) dengan
tinggal di wilayah kerja Puskesmas kejadian DBD di wilayah kerja
Kedungmundu tahun 2014. Sedangkan Puskesmas Kedungmundu. Hasil
populasi studi kontrol yaitu warga penelitian ini sejalan dengan hasil
yang tidak sakit DBD (usia 6 bulan-14 penelitian yang dilakukan oleh Sitio
tahun) bertempat tinggal di wilayah dan Dardjito menyatakan tidak ada
kerja Puskesmas Kedungmundu tahun hubungan antara kebiasaan
2014. Jumlah sampel pada penelitian tidur/siang hari dengan kejadian
ini yaitu 104 sampel dengan 52 sampel DBD.12,10
kasus dan 52 sampel control. Teknik
Tabel 3.1 Rekapitulasi Uji Chi-Square dan Perhitungan OR
No Uji Hubungan p-value OR Cl 95%
1 Kebiasaan tidur pagi/siang 0,430 0,732 0,337-1,590
hari
2 Kebiasaan tidur sore hari 0,691 0,854 0,392-1,861
3 Kebiasaan menggantung 0,316 1,498 0,679-3,305
pakaian
4 Penggunaan kelambu 0,339 0,536 0,147-1,954
5 Penggunaan obat anti 0,003* 3,364 1,490-7,591
nyamuk
6 Riwayat sakit DBD 0,008* 10,674 1,300-87,646
sebelumnya
7 Status gizi 0,150 0,494 0,187-1,303
8 Keberadaan jentik 0,0001* 31 10,170-96,537

177
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Keterangan: Tanda * menunjukkan variabel yang berhubungan dengan


kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu
Tidak adanya hubungan (2012) yang menyatakan bahwa
antara kebiasaan tidur pagi/siang terdapat hubungan antara kebiasaan
hari dengan kejadian DBD karena tidur sore hari dengan kejadian
responden menggunakan obat anti DBD di Nusa Tenggara Barat.18
nyamuk pada saat tidur pagi/siang Tidak adanya hubungan
hari. Penggunaan obat anti nyamuk antara kebiasaan tidur sore hari
dapat mencegah gigitan nyamuk, dengan kejadian DBD di wilayah
karena obat anti nyamuk kerja Puskesmas Kedungmundu
mengandung senyawa kimia yang dapat disebabkan karena durasi
mempunyai efek knock down pada tidur sore hari yang pendek, rata-
nyamuk. rata responden tidur sore hari
2. Tidak Ada Hubungan Kebiasaan selama satu jam. Durasi tidur yang
Tidur Sore Hari Dengan pendek kemungkinan akan
Kejadian DBD mengurangi lama kontak nyamuk
Dari hasil uji statistik dengan manusia.
menggunakan chi-square, Selain itu, responden juga
didapatkan nilai p=0,691 (p>0,05), sudah menggunakan obat anti
berarti tidak ada hubungan antara nyamuk baik elektrik, lotion
kebiasaan tidur sore hari pada usia maupun bakar.
(6 bulan-14 tahun) dengan kejadian 3. Tidak Ada Hubungan Kebiasaan
DBD di wilayah kerja Puskesmas Menggantung Pakaian Dengan
Kedungmundu Semarang. Kejadian DBD
Penelitian ini sejalan dengan Dari hasil uji statistik
penelitian yang dilakukan oleh menggunakan chi-square,
Rahayu (2010) menyatakan bahwa didapatkan nilai p=0,316 (p>0,05),
tidak ada hubungan antara perilaku berarti tidak ada hubungan antara
kebiasaan tidur sore hari dengan kebiasaan menggantung pakaian
kejadian DBD.17 Namun penelitian pada usia (6 bulan-14 tahun) dengan
ini berbeda dengan hasil penelitian kejadian DBD di wilayah kerja
yang dilakukan oleh Budiharta Puskesmas Kedungmundu.
178
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Hasil penelitian ini sejalan penggunaan kelambu pada usia (6


dengan penelitian yang dilakukan bulan-14 tahun) dengan kejadian
oleh Sari (2012) yang menyatakan DBD di wilayah kerja Puskesmas
bahwa tidak ada hubungan antara Kedungmundu.
kebiasaan menggantung pakaian Hasil penelitian ini sejalan
dengan kejadian DBD.19 Namun penelitian yang dilakukan oleh
hasil penelitian ini berbeda dengan Muchlis (2012), Mahardika (2009),
penelitian yang dilakukan oleh Wati dan Sitio (2008) yang menyatakan
(2009) yang menyatakan bahwa ada bahwa tidak ada hubungan antara
hubungan antara kebiasaan penggunaan kelambu dengan
menggantung pakaian dengan kejadian DBD di Makassar, Kendal
kejadian DBD.20 dan Medan 21, 22, 12
Tidak adanya hubungan Tidak adanya hubungan
antara kebiasaan menggantung antara penggunaan kelambu dengan
pakaian dengan kejadian DBD kejadian DBD di wilayah kerja
karena responden menggantung Puskesmas Kedungmundu
pakaian dalam jangka waktu yang dikarenakan faktor perilaku
pendek, karena keesokan harinya responden. yang menggunakan
akan dipakai lagi. Responden kipas angin pada saat tidur pagi,
mempunyai kebiasaan menggantung siang/sore hari. Nyamuk menggigit
pakaian di dalam kamar tidur dan manusia dikarenakan tertarik oleh
dibelakang pintu kamar karena panas, bau badan dan karbon
kemudahan untuk dipakai lagi dioksida. Angin yang dihasilkan
keesokan harinya. oleh kipas angin akan
4. Tidak Ada Hubungan menghilangkan panas, bau badan
Penggunaan Kelambu Dengan dan karbon dioksida. Sehingga
Kejadian DBD nyamuk tidak akan mendekat ke
Dari hasil uji chi-square yang manusia.
dilakukan, didapatkan nilai Berdasarkan studi ahli
p=0,339 (p>0,05), hal tersebut entomologi di Michigan, perangkap
berarti tidak ada hubungan antara yang menggunakan karbon dioksida
179
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

untuk menarik nyamuk, tetapi angin virus dengue, dengan nilai


24, 21
yang dihasilkan dari kipas angin OR=3,774 dan OR=4,8.
dapat menurunkan jumlah nyamuk Dari hasil penelitian di
yang tertangkap.23 lapangan, responden menggunakan
5. Ada Hubungan Penggunaan Obat obat anti nyamuk pada tidur pagi,
Anti Nyamuk Dengan Kejadian siang, atau sore hari dan saat pergi
DBD ke luar rumah. Jenis obat anti
Dari hasil uji chi-square yang nyamuk yang biasanya dipakai oleh
dilakukan, didapatkan nilai responden yaitu obat nyamuk
p=0,003 (p<0,05), berarti ada bakar, lotion dan elektrik.
hubungan antara penggunaan obat 6. Ada Hubungan Riwayat Sakit
anti nyamuk pada usia (6 bulan-14 DBD Sebelumnya Dengan
tahun) dengan kejadian DBD di Kejadian DBD
wilayah kerja Puskesmas Dari hasil uji chi-square
Kedungmundu. yang dilakukan, didapatkan nilai
Sementara, perhitungan nilai p=0,008 (p<0,05), berarti ada
Odds Ratio (OR) didapatkan hasil hubungan antara riwayat sakit DBD
yaitu 3,364 menunjukkan bahwa sebelumnya pada usia (6 bulan-14
responden yang tidak menggunakan tahun) dengan kejadian DBD di
obat anti nyamuk lebih berisiko wilayah kerja Puskesmas
terkena DBD sebesar 3,3 kali Kedungmundu. Nilai Odds Ratio
dibandingkan dengan responden (OR) yaitu 10,674 menunjukkan
yang menggunakan obat anti bahwa responden yang mempunyai
nyamuk. riwayat sakit DBD sebelumnya
Hasil penelitian ini sejalan memiliki risiko terkena DBD
dengan penelitian yang dilakukan sebesar 10,6 kali dibandingkan
oleh Sumantri (2009), dan Muchlis dengan responden yang tidak
(2012) menemukan bahwa adanya mempunyai riwayat sakit DBD
brisiko tidak menggunakan obat anti sebelumnya.
nyamuk dengan terjadinya infeksi Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
180
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

oleh Malavige, dimana 68 anak oleh Tantracheewathorn (2007), dan


sakit DBD dengan infeksi sekunder, Maron (2010) yang menyatakan
dan 18 anak sakit DBD dengan bahwa tidak ada hubungan antara
infeksi primer (OR=9,8).25 status gizi dengan kejadian
Adanya hubungan antara DBD.26,27
riwayat sakit DBD sebelumnya Tidak adanya hubungan
dengan kejadian DBD, karena pada antara status gizi dengan kejadian
infeksi sekunder dengan serotype DBD di wilayah kerja Puskesmas
yang berbeda, antibodi heterolog Kedungmundu dapat disebabkan
yang sudah ada sebelumnya akan karena responden sudah
membentuk kompleks antigen menggunakan obat anti nyamuk,
antibodi yang kemudian berikatan sehingga akan terhindar dari gigitan
dengan reseptor dari membran sel nyamuk. Sehingga status gizi
leukosit, terutama makrofag. normal maupun tidak normal tidak
Antibodi yang heterolog dapat menentukan seseorang untuk
menyebabkan virus tidak terkena DBD.
dinetralisasi oleh tubuh sehingga 8. Tidak Ada Hubungan Status Gizi
melakukan replikasi dalam sel dan Dengan Kejadian DBD
menyebar ke organ tubuh lain. Dari hasil uji chi-square
7. Tidak Ada Hubungan Status Gizi yang dilakukan, didapatkan nilai
Dengan Kejadian DBD p= 0,0001 (p<0,05), yang berarti
Dari hasil uji chi-square ada hubungan keberadaan jentik di
yang dilakukan, didapatkan nilai p= rumah pada usia (6 bulan-14 tahun)
0,316 (p>0,05), karena nilai p>0,05 dengan kejadian DBD di wilayah
maka tidak ada hubungan antara kerja Puskesmas Kedungmundu.
status gizi pada usia (6 bulan-14 Nilai Odds Ratio (OR) yaitu 31
tahun) dengan kejadian DBD di menunjukkan bahwa responden
wilayah kerja Puskesmas yang terdapat jentiknya di rumah
Kedungmundu Semarang. mempunyai risiko terkena DBD
Hasil penelitian ini sejalan sebesar 31 kali dibandingkan
dengan penelitian yang dilakukan dengan responden yang tidak
181
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

terdapat jentiknya di rumah. Hasil kebiasaan menggantung pakaian,


penelitian ini sejalan dengan penggunaan kelambu dan status
penelitian yang dilakukan oleh gizi.
Abbas (2008) yang menyebutkan Saran
bahwa ada hubungan antara 1. Bagi masyarakat hendaknya
keberadaan jentik dengan kejadian menguras bak mandi 1x dalam
DBD.28 seminggu
Adanya hubungan keberadaan 2. Bagi Puskesmas Kedungmundu
jentik dengan kejadian DBD karena melakukan edukasi yang berkala
praktik PSN masyarakat di wilayah kepada masyarakat dan melakukan
kerja Puskesmas Kedungmundu kerjasama lintas sektoral.
masih kurang baik dan sering DAFTAR PUSTAKA
menimbun air di ember karena 1. Widoyono. Penyakit Tropis;
Epidemiologi, Penularan,
frekuensi air mengalir yang tidak
Pencegahan, dan
tetap, sehingga dapat digunakan Pemberantasannya. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2008.
untuk tempat berkembangbiak
2. WHO. Situation Update of Dengue
nyamuk. Nyamuk akan tumbuh in SEA Region. (Online). Avaible
from http:// SEARO.who.int/ en/
dewasa yang dapat menularkan
section332htm.2007. Diakses pada
virus dengue melalui gigitan kepada tanggal 5 Desember 2014
3. Soegijanto S. Demam Berdarah
manusia.
Dengue Edisi-2. Surabaya:
SIMPULAN DAN SARAN Airlangga University Press; 2006.
4. Kementerian Kesehatan Republik
Simpulan
Indonesia. Profil Kesehatan
1. Ada hubungan antara penggunaan Indonesia Tahun 2011. http://
www.depkes.go.id/ resources/
obat antinyamuk, riwayat sakit
download/ pusdatin/ profil-
DBD sebelumnya, dan keberadaan kesehatan-indonesia/ profil-
kesehatan-indonesia-2012.pdf.
jentik dengan kejadian DBD di
Diakses tanggal 10 Januari 2015
wilayah kerja Puskesmas 5. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Profil Kesehatan
Kedungmundu.
Indonesia Tahun 2012. http://
2. Tidak ada hubungan antara www.depkes.go.id/ resources/
download/ pusdatin/ profil-
kebiasaan tidur pagi/siang hari,
kesehatan-indonesia/ profil-
kebiasaan tidur sore hari,
182
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

kesehatan-indonesia-2013.pdf. Fakultas Kesehatan Masyarakat


Diakses tanggal 10 Januari 2015 Universitas Diponegoro, 2012.
6 Kementerian Kesehatan Republik 12.Sitio A. Hubungan Perilaku
Indonesia. Profil Kesehatan Tentang PSN dan Kebiasaan
Indonesia Tahun 2013. http:// Keluarga Dengan Kejadian DBD di
www.depkes.go.id/ resources/ Kecamatan Medan Perjuangan Kota
download/ pusdatin/ profil- Medan 2008 Tesis tidak diterbitkan.
kesehatan-indonesia/ profil- Semarang: Magister Kesehatan
kesehatan-indonesia-2013.pdf. Lingkungan Universitas
diakses tanggal 10 Januari 2015 Diponegoro, 2008.
7. Dinkes Kota Semarang. Profil 13.Ratag B, Prang J, Soputan NO.
Kesehatan Kota Semarang 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang
http://www.dinkeskotasemarang.go. Berhubungan Dengan Kejadian
id/p=halaman mod&jenis= profil. Demam Berdarah Dengue Pada
Diakses pada tanggal 3 Desember Pasien Anak di RSUP Prof. Dr. R.
2014 D. Kandou Manado Skripsi tidak
8. Bustan N. Epidemiologi Penyakit diterbitkan. Manado: Fakultas
Tidak Menular. Jakarta: Rineka Kesehatan Masyarakat Universitas
Cipta, 2006 Sam Ratulangi, 2013.
9. Djati AP, Rahayujati B, dan Rharto 14.Nguyen TH, Nguyen TL, Lei HY,
S. Faktor Risiko Demam Berdarah Lin YS, Le BL, et al. Association
Dengue di Kecamatan Wonosari Between Sex, Nutritional Status,
Kabupaten Gunungkidul Provinsi Severity Of Dengue Hemorrhagic
DIY Tahun 2010 (Online). Fever, And Immune Status In
Prosiding Seminar Nasional Infants With Dengue Hemorrhagic
Kesehatan Jurusan Kesehatan Fever (Online), Vol 72, No. 4,
Masyarakat. Purwokerto. FKIK 2005,(www.ajtmh.org/content/72/4/
Unsoed. 2010. 370.full.pdf, diakses 11 Januari
10.Darjito E, Yuniarno S, Wibowo C, 2015).
Saprasetya A, Dwiyanti H. 15.Kalayanarooj S, Nimmannitya S. Is
Beberapa Faktor Risiko Yang Dengue Severity Related To
Berpengaruh Terhadap Kejadian Nutritional Status? Southeast Asian
Penyakit Demam Berdarah Dengue J Trop Med Public Health, (Online),
(DBD) di Kabupaten Banyumas Vol 36, No. 2, 2005,
(Online), Vol 18, No 3, 2008, (http (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm
://ejournal.litbang.depkes.go.id/inde ed/15916044, diakses 13 Januari
x.php/ MPK/ article/ download/ 2015).
1080/ 544, diakses 17 Desember 16.Frida SL. Faktor – Faktor Yang
2014). Berhubungan Dengan Kejadian
11.Anastasia P. Hubungan Faktor Demam Berdarah Dengue di
Lingkungan dan Perilaku Kelurahan Pasar Pangururan
Masyarakat Dengan Kejadian Kecamatan Pangururan Kabupaten
Demam Berdarah Dengue di Samosir Tahun 2011 Skripsi tidak
Wilayah Kerja Puskesmas Klaten diterbitkan. Medan. Universitas Sari
Utara Kabupaten Klaten Skripsi Mutiara Indonesia. 2011
tidak diterbitkan. Semarang:
183
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

17.Rahayu M, Tri B, Bambang W. 23.Hoffmann EJ, Miller


Studi Kohort Kejadian Penyakit JR. Reassessment of the role and
DBD DI Wilayah Kecamatan utility of wind in suppression of
Sawahan Kota Surabaya Tahun mosquito (Diptera: Culicidae) host
2010 Tesis tidak diterbitkan. finding: stimulus dilution supported
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran. over flight limitation (Online), Vol.
UGM. 2010. 40,No.5,2003,(http://www.bioone.o
18.Budiharta G. Analisis rg/ doi/abs/ 10.1603/0022-2585-
Sepatiotemporal Kasus Demam 40.5.607?journalCode=ment,
Berdarah Dengue (DBD) di Kota diakses 20 April 2015).
Mataram Provinsi Nusa Tenggara 24.Sumantri R, Petrus H, Virhan N.
Barat Tesis tidak diterbitkan. Hubungan Pemberantasan Sarang
Yogyakarta. Ilmu Kesehatan Nyamuk (PSN) dan Kebiasaan
Masyrakat UGM. 2012. Keluarga Dengan Kejadian DBD di
19.Sari D. Hubungan Pengetahuan dan Kota Pontianak Tahun 2013 Skripsi
Perilaku Responden Dengan tidak diterbitkan. Pontianak.
Kejadian DBD di Kecamatan Fakultas Kedokteran. Universitas
Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tanjungpura. 2013.
Tahun 2002 Skripsi tidak 25.Malavige GN, Velathanthiri,
diterbitkan. Jakarta. Fakultas Fernando S, Ranatunga PK,
Kesehatan Masyarakat Universitas Karunatilaka DH, Aaskov J,
Indonesia. 2003. Seneviratne. Pattern of Disease in
20.Wati E. Beberapa faktor yang Sri Lanka Dengue Patients. Arch
berhubungan dengan kejadian DBD Dis Child, (Online), Vol. 91 No. 5,
di kelurahan Ploso Kecamatan 2006, (http:// qjmed. oxfordjournals.
pacitan Tahun 2009 Skripsi tidak org/ content/ qjmed/ 99/ 5/
diterbitkan. Surakarta. Fakultas 299.full.pdf, diakses 7 Mei 2015).
Kesehatan Masyarakat. Universitas 26.Tantracheewathorn T,
Muhamadiyah Surakarta. 2009. Tantracheewathorn S,. Risk Factors
21.Muchlis S, Hasanuddin I, Erniwati of Dengue Shock Syndrome in
I. Faktor Risiko Upaya Menghindari Children, (Online), Vol. 90, No. 2,
Gigitan Nyamuk Terhadap Kejadian 2007,(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
DBD di Puskesams Pattingalloang pubmed/17375631, diakses 1 Mei
Makassar Skripsi tidak diterbitkan. 2015)
Makasar. Fakultas Kesehatan 27.Maron. Association Between
Masyarakat. Universitas Hasanudin. Nutritional
2012. Status and Severity of Dengue
22.Mahardika W. Hubungan Antara Infection in Children in El Salvador,
Perilaku Kesehatan Dengan (Online), Vol. 82, No. 2, 2010,
Kejadian DBD di Wilayah Kerja (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm
Puskesmas Cepiring Kecamatan ed/20134012, diakses 4 Mei 2015).
Cepiring Kabupaten Kendal Skripsi 28.Abbas A, Syafar A, Arsin A. Faktor
tidak diterbitkan. Semarang. yang Berhubungan Dengan
Fakultas Olahraga. Universitas Kejadian Penyakit Demam
Negeri Semarang. 2009. Berdarah Dengue (DBD) di
Kabupaten Jeneponto, (Online),
184
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Vol. 6, No. 2, 2010, (http://


journal.unhas.ac.id/index.php/JMK
MI/ article/ download/ 1012/881,
diakses 4 Mei 2015).

185

You might also like