You are on page 1of 5

863 Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 2, Juli 2013, hlm.

863-867

PERBANDINGAN JUMLAH TROMBOSIT PADA DEMAM


BERDARAH DENGUE TANPA SYOK DAN SYOK DI RSUP PROF. DR.
R. D. KANDOU MANADO

Cristina E. Heatubun
Adrian Umboh
Arthur E. Mongan
Firginia Manoppo

Bagian Patologi Klinik Universitas Sam Ratulangi


Email: ichigo_dcl@yahoo.com

Abstract: Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by the dengue
virus and transmitted by Aedes mosquitoes aegypty. Platelet counts dengue fever phase
decreased, reaching even the lowest amount in the event of shock. The decrease in platelet count
due to impaired function and platelet counts due to the formation of immune complexes in
response to dengue virus antigens. This study aims to determine the ratio of the number of
platelets in DHF without shock and shock in the department of Prof.. dr. R. D. Manado Kandou
the period January to December 2012. This type of research is a cross sectional analytic study
with a retrospective design, using secondary data from medical records in the Department of
Pediatrics. The research sample was aged 1-13 years, diagnosis of DHF according to WHO
1997 criteria, the examination of platelet counts as the first day of admission. This study used
medical record notes, and for statistical analysis Mann-whitney test was used. Values obtained
significant (p = 0.00 <0.05). From the results of research conducted concluded that the platelet
counts in children with DHF without shock is higher than children who suffer from DHF with
shock (SSD).
Keywords: Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) without shock, DHF with shock (SSD),
Platelet counts

Abstrak: Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Jumlah trombosit penyakit DBD
pada fase demam mengalami penurunan, bahkan mencapai jumlah terendah pada saat terjadinya
syok. Penurunan jumlah trombosit disebabkan gangguan fungsi dan jumlah trombosit akibat
pembentukkan kompleks imun sebagai reaksi antigen virus dengue. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbandingan jumlah trombosit pada DBD tanpa syok dan syok di RSUP
Prof. dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2012. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian cross sectional analitik dengan desain waktu retrospektif, menggunakan data
sekunder dari rekam medik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Sampel penelitian adalah umur 1-
13 tahun, diagnosis DBD menurut kriteria WHO 1997, pemeriksaan jumlah trombosit hari
pertama saat masuk RS. Penelitian ini menggunakan catatan rekam medik, dan untuk analisis
statistik digunakan uji mann-whitney. Nilai yang didapatkan signifikan (p=0,00< 0,05). Dari
hasil penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa jumlah trombosit pada anak yang menderita
DBD tanpa syok lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah trombosit pada anak yang menderita
DBD dengan syok (SSD).
Kata kunci: DBD (Demam Berdarah Dengue) tanpa syok, DBD dengan syok (Sindrome Syok
Dengue), jumlah trombosit.

863
864 Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 2, Juli 2013, hlm. 863-867

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 55.860/mm3. Hasil penelitian terdahulu yang
merupakan penyakit infeksi yang disebab- dilakukan oleh dr. Herawati dkk juga
kan oleh virus dengue dan ditularkan oleh mendapatkan perbedaan yang sangat
nyamuk Aedes Aegypty.1 Demam berdarah bermakna antara kelompok dengan jumlah
dengue (DBD) merupakan masalah kesehat- trombosit dalam hal terjadinya syok. Oleh
an masyarakat Indonesia, karena angka karena itu apa bila dalam perjalanan
kesakitan semakin meningkat, masih me- penyakit dijumpai jumlah trombosit yang
nimbulkan kematian dan sering terulangnya rendah, perlu diwaspadai dan dilakukan
kejadian luar biasa (KLB).2 World Health penanganan yang lebih lanjut, misalnya
Organization (WHO) tahun 2007, monitoring yang lebih sering, edukasi pada
mengestimasi 50 juta orang terinfeksi keluarga, dan persiapan penanganan syok.7
penyakit demam berdarah setiap tahunnya. Jumlah kasus menurut golongan umur,
Berdasarkan data yang di dapatkan dari perbandingan kelompok umur 5-15 tahun
Depkes RI, tahun 2008, di Indonesia (54,2%) lebih besar dibandingkan dengan
penyakit ini selalu meningkat pada setiap usia golongan >15 tahun (37,3%).8 Ber-
awal musim hujan dan menimbulkan dasarkan penelitian yang dilakukan oleh
kejadian luar biasa di beberapa wilayah. Pujiati (2009) bahwa penderita SSD
Pada tahun 2008 di Indonesia dilaporkan berumur lebih muda dibanding penderita
137.469 kasus demam berdarah. Case DBD tanpa syok (p <0,05).6 Berdasarkan
Fatality Rate (CFR) penyakit ini di negara uraian diatas, penulis ingin mengetahui
berkembang berkisar antara 1-2,5%. Terjadi bagaimana perbandingan jumlah trombosit
peningkatan jumlah yang signifikan dari yang berhubungan dengan berat penyakit
tahun 1968-2009, dimana dari sekitar 58 pada DBD tanpa syok dan DBD dengan
kasus dilaporkan meningkat menjadi syok atau SSD pada pasien anak.
158.912 kasus dalam rentang 42 tahun.3 Di
Sulawesi Utara, dari 15 kabupaten/kota,
METODE PENELITIAN
jumlah kabupaten/kota yang terinfeksi DBD
sebanyak 9 kabupaten/kota (60%) pada Penelitian ini adalah penelitian cross
tahun 2008, 11 kabupaten kota (73,33%) sectional analitik dengan desain waktu
pada tahun 2009, 12 kabupaten kota (80%) retrospektif.Pengambilan data untuk
tahun 2010, dan 8 kabupaten kota (53,33%) penelitian dilakukan di RSUP Prof. Dr. R.
tahun 2011.4 WHO (1997), membagi DBD D. Kandou Manado. Pengambilan data
dalam 4 derajat. Derajat I dan II disebut dilakukan dalam periode Januari 2013.
DBD tanpa syok, derajat III dan IV disebut Populasi penelitian adalah pasien anak yang
DBD dengan syok atau SSD.5 Kinetik dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
trombosit pada DBD menunjukkan bahwa Manado. Sampel pada penelitian ini adalah
jumlah trombosit pada fase demam pasien dengan usia 1-13 tahun yang
mengalami penurunan, bahkan mencapai menderita DBD tanpa syok dan SSD dalam
jumlah terendah pada saat terjadinya syok. periode Januari-Desember tahun 2012. Data
Derajat Trombositopenia yang merupakan sampel diambil melalui catatan rekam
penurunan jumlah trombosit cenderung medik di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
berhubungan dengan berat penyakit (Rezeki RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
dan Hadinegoro, 1998).6 Pada penelitian Variabel penelitian meliputi jumlah
oleh Margaret D. pada tahun 2007 di RSUP trombosit yang bermakna saat demam
dr. Kariadi Semarang yang dilakukan pada berlangsung dalam kurun waktu 2-7 hari,
pasien dewasa, didapatkan bahwa ada yang didapat dari hasil pemeriksaan
perbedaan yang signifikan antara rerata laboratorium dengan nilai normal 150.000-
trombosit pada kelompok syok dan 450.000 mm3, dan untuk trombositopenia
kelompok tidak syok, dimana kelompok jumlah trombosit <100.000 mm3, pasien
dengan jumlah trombosit kurang dari anak yang telah didiagnosis menderita
Heatubun, Umboh, Mongan, Manoppo; Perbandingan Jumlah Trombosit... 865

penyakit DBD yang tidak disertai dengan Pada tabel ditunjukkan nilai p = 0,00
syok, termasuk di dalamnya DBD derajat 1 <0,05 berarti perbandingan jumlah trom-
dan 2, Sindrome Syok Dengue atau bosit pada DBD dan SSD merupakan per-
disingkat SSD adalah pasien anak yang bandingan yang signifikan atau bermakna
menderita DBD disertai syok, termasuk dengan rata-rata jumlah trombosit pada SSD
didalamnya DBD derajat 3 dan 4. lebih rendah (52791,61 mm3) dibandingkan
Alat yang digunakan dalam penelitian dengan DBD tanpa syok (102000 mm3).
adalah alat tulis-menulis serta lembar
pengumpul data dan rekam medis yang
BAHASAN
meliputi nama (menggunakan inisial), umur,
jenis kelamin, lamanya demam, jumlah Rata-rata jumlah trombosit pada DBD
trombosit, .Bahan penelitian yang digunakan tanpa syok adalah 102.000 mm3 dengan std.
adalah rekam medis anak RSUP Prof. dr. R. deviasi 53286,755, dimana jumlah trombosit
D. Kandou Manado periode tahun 2012. paling rendah yaitu 25000 mm3 dan jumlah
Data yang dikumpulkan adalah data trombosit paling tinggi yaitu 253.000 mm3.
sekunder yang diperoleh dari rekam medis Sedangkan pada SSD rata-rata jumlah
di RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado trombosit adalah 52791,61 dengan std.
periode tahun 2012. Data dikumpulkan dari deviasi 19372,727, dimana jumlah trombosit
bagian rekam medis, kemudian mencatat paling rendah yaitu 10.000 mm3 dan jumlah
data yang diperlukan. Pengolahan data trombosit paling tinggi yaitu 87.000 mm3.
dilakukan dengan Microsoft Word dan Dari total 24 anak, frekuensi jumlah trom-
Program SPSS. Untuk perbandingan jumlah bosit pada DBD tanpa syok <100.000 mm3
trombosit pada DBD dan SSD digunakan uji ada 15 anak (62,5%), Sedangkan pada SSD
mann-whitney dari total 24 anak (100%) semuanya mem-
punyai jumlah trombosit <100.000 mm3.
Berdasarkan kriteria WHO bahwa
HASIL jumlah trombosit <100.000 mm3 terjadi
Selama periode tahun 2012, berda- trombositopenia. Trombositopenia cende-
sarkan data rekam medik yang dikumpulkan rung berhubungan dengan berat penyakit.6
dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Trombositopenia merupakan kelainan
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, hematologis yang ditemukan pada sebagian
didapatkan secara keseluruhan jumlah besar penderita DBD. Trombositopenia di
pasien anak yang didiagnosis menderita bawah 100.000/mm3 merupakan salah satu
penyakit DBD berjumlah 137 anak, ada 48 kriteria diagnosis DBD, nilai trombosit
yang memenuhi kriteria inklusi dan mulai menurun pada masa demam dan
diikutseratakan dalam penelitian. DBD mencapai nilai terendah pada masa syok.
tanpa syok berjumlah 12 anak dan SSD Beberapa studi menunjukkan bahwa
berjumlah 12 anak, dengan hasil dapat keadaan trombositopenia tidak dapat
dilihat pada tabel. digunakan dalam menilai derajat suatu
penyakit DBD/SSD, oleh karena itu
trombositopenia hanya digunakan sebagai
Tabel 1. Perbandingan jumlah trombosit pada salah satu kriteria laboratoris dalam
DBD dan SSD menegakkan diagnosis DBD/SSD. Trombo-
Nilai sitopenia disertai peningkatan megakariosit
N Mean muda dalam sumsum tulang dan masa hidup
p
trombosit yang pendek diduga timbul akibat
Jumlah DBD 24 102000 0,000 peningkatan aktivitas destruksi trombosit.9
trombosit Sugianto dkk dalam penelitiannya terhadap
(mm3) SSD 24 52791,61 perubahan jumlah trombosit melaporkan
Total 48
bahwa penurunan jumlah trombosit terjadi
866 Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 2, Juli 2013, hlm. 863-867

pada hari ke 3-7, dengan jumlah rata-rata sejalan dengan tingginya kejadian syok pada
terbanyak pada hari ke-5. Kinetik trombosit kelompok usia tersebut. Data ini tidak
pada DBD menunjukkan bahwa jumlah berbeda dengan penelitian Dewi R dkk di
trombosit pada fase demam (hari sakit 2-3) RSUPN Cipto Mangunkusumo yang
mengalami penurunan, bahkan mencapai menemukan kelompok usia terbanyak DBD
jumlah terendah pada hari ke 5, pada saat syok umur 6-10 tahun,12 demikian juga Kan
terjadinya syok.6 Perbandingan jumlah EF dkk di RS Malalayang didapatkan usia
trombosit pada DBD dan SSD menunjukkan 5-9 tahun yang paling sensitif terinfeksi
bahwa perbandingan jumlah trombosit pada virus dengue. Hal ini berbeda dengan
DBD dan SSD adalah signifikan atau penelitian Rampengan (1986) di Manado
bermakna (table 4). Penelitian yang yang melaporkan bahwa usia lebih muda
dilakukan oleh Margaret D di Semarang pada umur 4-6 tahun. Perbedaan ini
tahun 2007, mendapatkan hasil yang mungkin disebabkan oleh perubahan
signifikan untuk perbedaan jumlah pengaturan transmisi. Pada era awal DBD,
trombosit pada DBD kelompok syok dan transmisi umum berlangsung di rumah,
tidak syok. Pada penelitian ini pasien anak tetapi saat ini telah bergeser untuk fasilitas
dengan rata-rata demam 2-7 hari, dengan umum, seperti sekolah, masjid, gereja, dan
jumlah trombosit rendah lebih dominan tempat bermain anak-anak. Jumlah trom-
pada kelompok DBD dengan syok (DSS), bosit yang rendah merupakan resiko
walaupun pada DBD tanpa syok juga dari terjadinya syok pada DBD. Trombosit
24 anak yang dijadikan sampel penelitian adalah sel sekretor yang memiliki butiran
terjadi penurunan jumlah trombosit yang mengandung semua jenis mediator.
3
<100.000mm (trombositopenia) pada 15 endotel Kerusakan akan menciptakan
anak, sisanya memiliki jumlah trombosit agregasi platelet dan trombosit diaktifkan
>100.000mm3. Hasil penelitian terdahulu akan melepaskan histamin-seperti substansi
yang dilakukan oleh Dr. Herawati dkk juga dan 5-hydroxytryptamine yang dapat me-
mendapatkan perbedaan yang signifikan ningkatkan vaskular permeability. Penelitian
antara jumlah trombosit diatas nilai cut off yang dilakukan oleh Kan EF dkk di Manado
point dan kelompok dengan jumlah menemukan bahwa rendahnya jumlah
trombosit dibawah cut off point dalam hal trombosit memiliki hubungan dengan shock
risiko terjadinya syok (nilai cut off point pada DBD dengan kesimpulan, sakit perut,
=50000). Hal ini berarti nilai trombosit demam berlangsung selama 4-5 hari, tingkat
dapat digunakan sebagai prediktor syok.9 hematokrit <46%, dan jumlah trombosit
Hasil penelitian yang dilakukan oleh <50.000mm3 dikaitkan dengan terjadinya
Mayetti di Padang bahwa jumlah trombosit syok pada DBD.11
≤50.000 mm3 meningkatkan resiko
10
terjadinya syok. Pada penelitian yang
SIMPULAN
dilakukan oleh Kan EF 2004 di Manado,
jumlah trombosit yang dominan pada anak Dari hasil penelitian yang dilakukan
yang menderita DBD dengan syok sekitar maka dapat disimpulkan bahwa jumlah
20.000–50.000 mm3.11 Hasil penelitian yang trombosit pada anak yang menderita DBD
dilakukan oleh D Irwadi dkk menunjukkan tanpa syok lebih tinggi dibandingkan
bahwa, jenis kelamin tidak berpengaruh dengan jumlah trombosit pada anak yang
terhadap berat ringan DBD.6 Lubis di Medan menderita DBD dengan syok (SSD).
juga mendapatkan tidak ada perbedaan yang
bermakna antara umur dan jenis kelamin SARAN
dengan kejadian DBD, DSS dan demam
dengue.10 Usia 5-10 tahun merupakan Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
kelompok paling banyak menderita DBD untuk membantu diagnosis cepat DBD pada
dibanding kelompok usia lainnya, hal ini anak sebelum penyakit bertambah parah,
menjadi syok yang dapat berakibat fatal.
Heatubun, Umboh, Mongan, Manoppo; Perbandingan Jumlah Trombosit... 867

Ucapan terima kasih disampaikan 2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI;


kepada dr. N. H. Rampengan, SpA, 2012
DTM&H, MCTM(TP) selaku penguji I, dan 5. Ari L. R. 2007. Studi Perbandingan
kepada Prof. DR. dr. A. Umboh SpA-K Pengobatan Demam Berdarah Dengue
Derajat III dan IV. Sari Pediatri. 8(3):42-47
selaku penguji II yang telah memberikan
6. Pujiati. 2009. Perbedaan Gangguan
masukkan dan saran, dan kepada semua Hemostasis Pada Penderita DBD tanpa syok
pihak yang baik secara langsung maupun dan SSD (Sindrome Syok Dengue). Sultan
tidak langsung telah menumbuhkan ide atau Agung. XLV(119):113-20.
gagasan kepada penulis, sehingga penulis 7. Diana M. Korelasi Antara Trombositopenia
dapat menyelesaikan artikel ini. dengan Hemokosentrasi Sebagai Faktor
Predisposisi Terjadinya Syok pada Pasien
Demam Berdarah Dengue Dewasa di RSUP
DAFTAR PUSTAKA Dr. Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran
1. Taib B. Penyakit demam berdarah dengue Universitas Diponegoro, Semarang.
pada anak. Majalah Ilmiah Unimus. 8. Irwadi D, Arif M, Hardjoeno. 2007.
2009;1:50-56 Gambaran Serologis IgM-IgG cepat dan
2. Kejadian Demam Berdarah Dan Upaya Hematologi Rutin Penderita DBD.
Penaggulangannya Di Kecamatan Indonesian Journal of Clonical Pathology
Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Sirih S, Tim and Medical Laboratory. 13(2):46
Redaksi (Eds). Buletin Jendela 9. Mayetti. 2010. Hubungan klinis dan
Epidemiologi. 32. Redaksi Jendela laboratorium sebagai faktor resiko syok
Epidemiologi. Jakarta. pada DBD. Sari Pediatri. 11(5):370-72.
3. Juranah, Muhadi D, Arif M, Bahar B. 2011. 10. Lubis M. 2005. Spectrum of DSS in Haji
Uji Hematologi Pasien Terduga Demam Adam Malik Hospital during 5 years.
Berdarah Dengue Indikasi Rawat Inap. research report from JKPKBPPK.26-5
Indonesian Journal of Clinical Pathology 11. Kan EF, Rampengan TH. 2004. Factor
and Medical Laboratory. 17(3):139-142 associated with shock in children with d
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. engue hemorrhagic fever. Paediatrica
Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun Indonesiana, 44(9):173-4.

You might also like