You are on page 1of 17

FAKTOR DETERMINAN BUDAYA KESEHATAN DALAM PENULARAN

PENYAKIT TB PARU

Niniek Lely Pratiwi,1 Betty Roosihermiatie,1 dan Rachmat Hargono2

ABSTRACT
Background:TB DOTS Strategy policy as the government’s efforts in order to decrease TB patients is facilitated
through the state budget cost resources, budget, global foreign aid fund, and the WHO. This qualitative study aimed to
determinan poeing on cultural efforts in the prevention of pulmonary TB disease. Method of data collection participatory
observation, in-depth interviews in patients with pulmonary TB and families, health care workers in the provinces, and
districts. FGD on public figures, cross-sector and NGOs. Research sites in the city of Pariaman, West Lombok district
and the district Rote Ndao NTT. Results:The results showed cultural determinants of health factors on the prevalence of
pulmonary TB disease is a public perception of ilness Roe Ndao district, that of pulmonary TB disease as a hereditary
disease, infectious disease and “Hossa”. Norma betel nut as a treat for guests, custom home Sei, Sei traditional beliefs
of newborns who smoked for 40 days with ground floor houses almost 50% of the population. Norms, stigma society in
urban areas Pariaman, pulmonary TB disease as a disease because Tamakan, due to use-for others who are not
happy, as evidenced by the habits, behavior of people carelessly throw spit spot. In western Sumatra, the city of
Pariaman norms, fear of stigma, shame as people with TB, so there are many people who call it the perception of pain
as a disease of old Cough, cough 40 days, dry cough, and asthma. Confidence/belief communities in the western
province of NTB Lombok district who think if drinking water used Kiai progenitor Ishmael receive healing. Supervisory
personnel selection as taking medication/PMO less in accordance with existing social structures in local communities,
tribes sasak NTB, Rote tribe. Recommendation: is required from a variety of participatory other NGOs, in an integrated
cross-sector to perform the preventive, promotive control TB disease of the housing ministry, social ministry and
education ministry. Improvement program of passive case finding by health workers to be proactive case finding by
cadres who require training.

Key words: Culture, Independence, TB DOTS, proactive case finding

ABSTRAK
Kebijakan Strategi TB DOTS sebagai upaya pemerintah dalam rangka penurunan penderita TB difasilitasi melalui
sumber biaya APBN, APBD, bantuan luar negeri global fund, dan WHO. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk
mengkaji faktor determiansi budaya kesehatan dalam pencegahan penularan penyakit TB paru. Cara pengumpulan
data observasi partisipatori, wawancara mendalam pada penderita TB paru dan keluarga, pada petugas kesehatan di
provinsi, dan kabupaten. FGD pada tokoh masyarakat, lintas sektor dan LSM. Lokasi penelitian di Kota Pariaman,
kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Rote Ndao NTT. Hasil penelitian menunjukkan faktor determinan Budaya
kesehatan terhadap prevalensi penyakit TB paru adalah persepsi ilness masyarakat kabupaten Roe Ndao, bahwa
penyakit TB paru sebagai penyakit keturunan, penyakit Hossa dan tidak menular. Norma sirih pinang sebagai suguhan
bagi tamu, rumah adat Sei, kepercayaan adat Sei bayi baru lahir yang diasap selama 40 hari dengan rumah lantai
tanah hampir 50% penduduk. Norma, stigma masyarakat di daerah kota Pariaman, penyakit TB paru sebagai penyakit
karena Tamakan, akibat diguna-guna orang lain yang tidak senang, terbukti dengan kebiasaan, perilaku masyarakat
membuang ludah sembarangan tempat. Di Sumatera barat, kota Pariaman norma, stigma takut, malu sebagai
penderita TB, sehingga masih banyak persepsi sakit masyarakat yang menyebutnya sebagai penyakit Batuk lama,
batuk 40 hari, batuk kering, dan penyakit asma. Kepercayaan/belief masyarakat di kabupaten Lombok barat provinsi
NTB yang beranggapan bila minum bekas air minum Kiai datuk Ismail memperoleh kesembuhan. Pemilihan sebagai
tenaga Pengawas makan obat/PMO kurang sesuai dengan struktur sosial yang ada di masyarakat setempat, suku
sasak NTB, suku Rote. Rekomendasi diperlukan partisipatori dari berbagai LSM yang lainnya, lintas sektor untuk
secara terpadu melakukan upaya preventif, promotif penanggulangan penyakit TB dari

1 Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI, Surabaya.
Jl. Indrapura 17 Surabaya 60176.
Alamat korespondensi: E-mail: niniekpratiwi@yahoo.com
1
2 Dosen pada Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Mulyorejo, Surabaya

2
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 1 Januari 2012: 26–37

kementerian perumahan, kementerian sosial dan kementerian pendidikan. Peningkatan program dari passive case
finding oleh petugas kesehatan menjadi proactive case finding oleh kader yang memerlukan pelatihan.

Kata kunci: Budaya, Kemandirian, TB DOTS, proactive case finding

Naskah Masuk: 7 Desember 2011, Review 1: 9 Desember 2011, Review 2: 9 Desember 2011, Naskah layak terbit: 30 Desember 2011

PENDAHULUAN yang ditentukan dan provider mampu memberikan


penyuluhan pada keluarga penderita (I Wayan
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007
Wiasa, 2004).
prevalensi penyakit TBC secara nasional adalah
0,99%. Sebanyak 7 provinsi dengan penyakit TBC
di atas prevalensi nasional yaitu Aceh, Gorontalo,
NTB, NTT, Papua, Papua Barat, dan Sulawesi
Tengah.
Jumlah penderita TB paru di Indonesia berada
pada urutan ke tiga setelah India dan Cina. Di
Indonesia setiap menit muncul satu penderita baru
TB paru, setiap dua menit muncul satu penderita
baru TB paru yang menular, sehingga setiap menit
sekali 1 orang meninggal akibat TB. Jumlah
penderita TB paru di Indonesia pada tahun 2003
tercatat 581.243 di bawah India 1.820.369 dan Cina
1.447.947 (Erfandi, 2008). Pada tahun 2008 jumlah
kasus sebesar 285.243 dan 160.752 di antaranya
dengan basil tahan asam (BTA) positif atau menular
yang sebagian besar terjadi pada penduduk kurang
mampu.
Kegiatan penanggulangan tuberculosis,
khususnya TB paru di Indonesia telah dimulai
sejak tahun 1969, namun sampai sekarang
perkembangannya belum menunjukkan hasil yang
menggembirakan. Untuk menanggulangi masalah
TBC di Indonesia strategi Directly Observed
Treatment Shortcourse chemotherapy (DOTS)
yang direkomendasikan WHO merupakan
pendekatan yang paling tepat saat ini dan harus
dilaksanakan sungguh-sungguh (Agus Eko N,
2010).
Berbagai upaya dalam rangka penurunan
penderita TB membutuhkan partisipasi semua lintas
sektor di luar bidang kesehatan (Beyond health)
untuk bersama-sama dan bersinergi dalam
kesatuan komitmen untuk menurunkan angka
morbiditas TB paru. Di bidang kesehatan telah
dilakukan suatu upaya pengobatan gratis selama 6
bulan bagi penderita TB paru, bahkan telah pula
ada program pengawasan minum obat bagi
penderita TB untuk memotivasi penderita agar
mau menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan, periksa ulang dahak pada waktu
Faktor Determinan Budaya Kesehatan (Niniek L. Pratiwi, Betty R, dan Rachmat Hargono)

Berdasarkan hasil survei prevalensi TB (2004)


mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP)
menunjukkan bahwa 76% keluarga pernah
mendengar tentang TB, 26% dapat menyebutkan
dua tanda dan gejala utama, 51% memahami cara
penularannya, dan hanya 19% yang mengetahui
bahwa program pengendalian TB menyediakan
obat gratis. Norma, stigma bahwa penyakit TB paru
malu dan menakutkan di masyarakat terutama
dapat dikurangi dengan meningkatkan
pengetahuan dan persepsi masyarakat mengenai
TB, menyingkirkan segala mitos TB melalui
kampanye pada kelompok tertentu dan membuat
materi penyuluhan yang sesuai dengan budaya
setempat (Kementerian Kesehatan RI 2010 Pusat
promkes).
Teori pemberdayaan masyarakat Enabling,
Empowerment dan Protecting Pemerintah, sebagai
‘agen perubahan’ dapat menerapkan kebijakan
pemberdayaan masyarakat miskin dengan tiga
arah tujuan, yaitu enabling, empowering, dan
protecting. Enabling maksudnya menciptakan
suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat untuk berkembang.
Empowering, bertujuan untuk memperkuat potensi
atau daya yang dimiliki oleh rakyat dengan
menerapkan beberapa langkah nyata, yakni
dengan menampung berbagai masukan dan
menyediakan prasarana dan sarana yang
diperlukan. Protecting, artinya melindungi dan
membela kepentingan masyarakat lemah
(www.ginandjar. com/public/09 Pemberdayaan
Masyarakat diunduh januari 2011).
Budaya masyarakat antara lain malu bila
diketahui menderita penyakit TB paru sehingga
berpotensi untuk menularkan penyakitnya. Banyak
masyarakat yang masih memiliki budaya meludah
di sembarang tempat sehingga bila menderita TB
paru rentan menularkan pada orang sekitarnya.
Menurut WHO 2010 bahwa dalam meningkatkan
perilaku masyarakat pemerintah dapat
memfasilitasi faktor predisposing, enabling dan
reinforcement pada masyarakat. Enabling faktor
dalam penyediaaan sarana dan prasarana dalam
upaya pencegahan penularan TB paru, contoh
menyediakan
media penyuluhan. Faktor predisposisi, dalam hal yang bertujuan untuk mencegah sekuale penyakit
ini bagaimana pemerintah menyediakan tenaga seperti resistensi terhadap obat TB, sebagaimana
kesehatan, provider baik dengan membentuk tumbuhnya value kemandirian bagi penderita dan
banyak kader kesehatan penyuluh penyakit TB keluarga dalam keteraturan minum obat sebagai
paru. Faktor penguat/reinforcement, adanya upaya memotong siklus penularan baru penderita
kepemilikan kartu Jamkesmas/Jamkesda untuk TB paru. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
penderita TB paru. faktor determinan budaya kesehatan dan struktur
Budaya masyarakat ini sebagai bentuk sosial yang berperan dalam penularan penyakit TB
akumulasi dari kepercayaan individu, norma paru di masyarakat. Faktor determinan budaya
keluarga dan masyarakat yang tercermin dalam kesehatan antara lain: Norma, belief dan persepsi
stigma, mitos pada masyarakat. Diperlukan suatu ilness tentang penyakit TB paru.
pengembangan karakter individu, keluarga dan
masyarakat dalam membentuk perilaku upaya Pertanyaan penelitian
pencegahan penyakit TB paru. Peran serta semua 1. Bagaimana Budaya keluarga, masyarakat yang
pihak agar terbentuk suatu norma subjektif pada menjadi faktor determinan penularan penyakit
individu, dan kelompok pada masyarakat agar TB paru? Dan bagaimana pengaruh struktur
upaya pencegahan penularan penyakit TB paru sosial yang ada di masyarakat? Untuk itulah
menjadi suatu norma yang berlaku di daerah yang penelitian ini diharapkan dapat menjawab
diterima oleh masyarakat setempat. Bagaimana permasalahan tersebut.
upaya promosi kesehatan dapat memfasilitasi
melalui beberapa program kesehatan agar upaya METODE
pencegahan penularan penyakit TB paru ini
menjadi suatu norma yang berlaku pada Menurut Signithia Fordham, tahun 2009 bahwa
masyarakat setempat dan perlahan menjadi suatu faktor determinan budaya kesehatan dapat diamati
belief/kepercayaan pada masyarakat, dan belief ini melalui adanya norma, belief dan value atau nilai
beriring dengan terbentuknya value. Value yang ada di masyarakat. Norma terbentuk dari
kemandirian sebagai suatu kebutuhan bagi persepsi illness masyarakat yang sudah berakar
penderita maupun keluarga dekat penderita agar menjadi adat yang tidak tertulis dan dipatuhi
tidak tertular TB paru. Demikian pula dengan secara sosial oleh masyarakat. Persepsi illnes
masyarakat sekitar wilayah yang endemik TB paru. masyarakat berasal dari beberapa perilaku individu
Merubah perilaku tentunya tidak semudah yang tercermin dalam pengetahuan, sikap dan
membalikkan telapak tangan perlu waktu, upaya perilaku individu. Norma yang ada di masyarakat
yang berkesinambungan dari berbagai lintas sektor. akan membentuk suatu value atau nilai, stigma,
Pencegahan sekunder bertujuan untuk deteksi dini mitos tentang penyakit TB paru di masyarakat.
penyakit seperti segera melakukan pemeriksaan value ini yang yang akan memengaruhi
ke tenaga kesehatan bila mengalami gejala-gejala
penyakit TB paru. Pencegahan tersier

Gambar 1. Kerangka konsep

28
upaya kemandirian masyarakat miskin Indonesia: NTB, NTT, Berdasarkan jenis
masyarakat dalam dengan tiga arah Sumatera Barat. Dasar penelitian kualitatif
upaya pencegahan, tujuan, yaitu enabling, pemilihan daerah maka besar sampel
pengobatan dan empowering, dan penelitian untuk untuk penderita TB
kepatuhan minum protecting. Enabling Provinsi Sumatera Paru yang masih dalam
obat TB. Terbentuknya maksudnya Barat di Kota Pariaman pengobatan akan
value masyarakat menciptakan suasana dengan prevalensi TB diambil berdasarkan
terhadap upaya atau iklim yang paru: 3,0%. Provinsi Snow ball methods, di
pencegahan penyakit memungkinkan potensi NTT di Rote Ndao mana setiap
yang berpengaruh masyarakat untuk dengan prevalensi TB kabupaten diambil
secara langsung berkembang. paru: 2,8%. Sedangkan satu puskesmas dan
terhadap angka Sedangkan Provinsi NTB di setiap puskesmas
kesakitan TB paru dan empowering, bertujuan Kabupaten Lombok diambil 2 desa yang
faktor ini dapat untuk memperkuat Barat dengan paling banyak kasus
berpengaruh pada potensi atau daya yang prevalensi TB paru: TB paru. Setiap desa
struktur sosial atau dimiliki oleh rakyat 1,4%. diambil sampel 10
sebaliknya secara dengan menerapkan orang, sehingga total
timbal balik bersama- langkah-langkah nyata, sampel adalah 60
sama memengaruhi yakni dengan penderita TB paru.
penularan penyakit TB menampung berbagai Design analisis
paru. Apabila masukan dan Diskriptif dengan
masyarakat telah menyediakan prasarana content analysis
memperoleh manfaat dan sarana yang (Salzman Carl Phlip,
akan kegunaan dari diperlukan. Protecting, tahun 2011).
adanya suatu norma, artinya melindungi dan
Kriteria inklusi adalah:
value dan dampak membela kepentingan
Semua penderita
negatifnya maka akan masyarakat lemah
TB paru yang pada
timbul suatu (www.
saat pengumpulan
kepercayaan terhadap ginandjar.com/public/09
data masih dalam
pencegahan penularan Pemberdayaan
pengobatan TB DOTS
penyakit TB paru yang Masyarakat diunduh
serta dapat menjawab
pada akhirnya menjadi Januari 2011).
pertanyaan reviewer
suatu budaya (Pratiwi Penelitian ini
dan sehat rohani.
NL, 2005). merupakan penelitian
Pemerintah etnografis, kualitatif Kriteria Eksklusi adalah:
dapat yang diharapkan dapat Penderita TB paru
memfasilitasi dan menjawab mengapa yang berusia kurang
mengembangkan penyakit TB paru masih dari 18 tahun ke
perilaku pencegahan tinggi di beberapa bawah, karena perilaku
penularan penyakit TB daerah endemik anak sangat
paru dengan teori padahal beberapa dipengaruhi oleh orang
pemberdayaan upaya program tuanya sehingga bukan
masyarakat Enabling, pemberantasan perilaku anak tersebut
Empowerment dan penyakit TB paru telah secara independen.
Protecting banyak dilakukan.
Pemerintah, sebagai HASIL
Populasi dan sampel
‘agen perubahan’
dapat menerapkan Populasi penderita Karakteristik Informan:
TB paru dan keluarga di Penderita TB Paru
kebijakan
pemberdayaan daerah endemik TB di Gambar grafik di

29
bawah ini akan Lombok dan Kota ditelaah dalam
memberikan suatu Barat, Rote Pariaman mengukur tingkat
penjelasan Ndao, dan Tahun 2011 pembangunan manusia
Kota
karakteristik informan suatu negara. Melalui
Pariaman Bila dilihat pada
pada penderita TB pengetahuan,
Tahun 2011 gambar 2 di atas
paru dari hasil pendidikan
tampak bahwa
observasi partisipatori Berdasarkan berkontribusi terhadap
pendidikan penderita
dan wawancara gambar grafik di atas perilaku kesehatan.
TB paru di Kabupaten
mendalam sebagai tampak bahwa Pengetahuan yang
Lobar terbanyak
berikut. penderita TB paru dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan tamat SD,
terbanyak pada pendidikan merupakan
Gambar 2. Distribusi kelompok usia 20–30
Penderita TB tahun, di Kabupaten
Paru Lombok Barat,
Berdasarkan sedangkan di Kab.
Kelompok Rotendao pada usia
Umur di 41–50 tahun. Untuk
Kabupaten
Kota
pariaman terbanyak kerja. Hasil penelitian
pada kelompok usia oleh Suharmiati dan
51–60 tahun. Usia Herti Maryani pada sedangkan kabupaten salah satu faktor
produktif sudah tahun 2010 dari hasil Rote Ndao dan Kota
menderita penyakit Tb analisis Riskesdas Pariaman terbanyak
Tidak Tamat SD. Realita
ini menunjukkan bahwa
pendidikan rendah lebih
berisiko tertular
penyakit TB paru
dibandingkan kelompok
pendidikan yang lebih
tinggi, dikarenakan
rendahnya kemampuan
kognitif, pemahaman
paru yang berarti pada tahun 2010 dinyatakan tentang pengetahuan
kelompok ini risiko bahwa sebagian besar pencegahan penularan
kematian cukup besar, penderita TB paru yang pada kelompok dengan
tentunya jika dibiarkan didiagnosis dan pendidikan rendah.
kita akan kehilangan mendapatkan Temuan penelitian
SDM produktif yang kombipak/FDC lebih ini sesuai dengan
pada akhirnya dari 6 bulan berusia hasil Riskesdas 2007,
berdampak pada antara 25–54 tahun. yang menemukan
pertumbuhan ekonomi prevalensi TB paru
negara. Kelompok usia empat kali lebih tinggi
produktif ini mempunyai Gambar 3. Grafik
Penderita TB pada pendidikan rendah
mobilitas dan interaksi dibandingkan pendidikan
Paru
sosial yang tinggi Berdasarkan tinggi (Badan Litbang
sehingga dapat menjadi Pendidikan di Depkes RI, 2008).
sumber penularan baik Kabupaten Kondisi pendidikan
di komunitas sosial Lombok Barat, merupakan salah satu
maupun di tempat Rote Ndao,
indikator yang kerap
30
predisposing yang persepsi masyarakat? sebagai penyakit Penyakit TB paru?
berperan dalam ▪ Beberapa informan TB, karena stigma ▪ Sebagian informan
memengaruhi mempunyai takut dikatakan mengatakan bahwa
keputusan persepsi bahwa penderita TB paru Masyarakat
seseorang untuk penyebab TB paru sehingga tidak beranggapan
berperilaku sehat tersebut dapat menyebutnya penyakit TB paru
(Rukmini, Herti M disebabkan oleh sebagai penyakit bisa diobati,
2012). polusi udara yang TB paru. pengobatan
kotor, lingkungan penyakit TB harus
Hasil Transkip Focus Tanggapan masyarakat
Group Discussion kurang bersih dapat minum obat secara
tentang pengobatan
menjadi penyebab.
Focus Group paket tidak putus merangkul penderita
▪ Sebagian informan
Discussion pada selama 6 bulan, TB segera berobat,
mengatakan
Tokoh Masyarakat, penyakit TB paru ini kalau sudah sembuh
penyebabnya
LSM dan Pemuka sudah dikenal oleh tidak akan menular.
akibat perokok
Agama di Kota masyarakat, tetapi Kurangnya
berat, dapat
Pariaman, Provinsi pengobatan kesadaran penderita
disebabkan banyak
Sumatera Barat tergantung sewaktu batuk tidak
begadang, karena
Bagaimana Persepsi kesadaran menutup mulut,
Kurang gizi.
ilness tentang penyakit masyarakat. kemungkinan virus
TB paru di Bagaimana norma ▪ Sebagian menyebar,
masyarakat? subjektif masyarakat masyarakat minum penyuluhan pada
▪ Persepsi tentang bahaya obat-obatan dingin masyarakat untuk
masyarakat bahwa penyakit TB paru? tradisional, contoh menutup mulut, dan
penyakit TB paru ▪ Beberapa informan daun rambutan, membuang tissue ke
sebagai penyakit mengatakan bahwa daun sekakeh yang sampah.
Batuk lama, batuk stigma penyakit TB penting harus yakin ▪ Sebagian informan
40 hari, ada pula paru sangat dapat sembuh dan menyarankan
yang mempunyai menakutkan, rutin minum, cara PMO, dari keluarga
persepsi sebagai berbahaya, karena membuat ramuan: terdekat sebagai
batuk kering. mengganggu selera diremas diberi air pendamping minum
Sebagian makan semakin hangat terus obat dan mengawasi.
masyarakat hilang, berat badan diminum. Budaya malu pada
menyatakan menurun dan dapat ▪ Masyarakat masyarakat, kader
sebagai penyakit berakibat pada beranggapan mendatangi
asma, dan ada pula aktivitas fisik penyakit TB disebut masyarakat yang
yang mempunyai menurun, penyakit keturunan terdekat untuk
persepsi bahwa menurunkan “tamakan” atau mengajak keluarga
penyakit TB paru produktivitas kerja. keracunan, dan berobat.
menyebutnya ▪ Sebagian informan sebagian
sebagai penyakit mengatakan Bagaimana tanggapan
masyarakat
TBC. Beberapa bahaya penyakit TB masyarakat selama ini
meyakininya karena
masyarakat paru dapat tentang pelaksanaan
kena santet.
mengasumsikan mengurangi petugas TB di
bahwa karena ekonomi keluarga, Bagaimana upaya wilayahnya?
panas tinggi dapat angka kematian masyarakat agar ▪ Sebagian informan
mengakibatkan meningkat keluarga tidak tertular mengatakan petugas
TBC. ▪ Sebagian persepsi penyakit TB paru? sudah
masyarakat tidak ▪ Sebagian informan melaksanakan tugas
Penyebab penyakit TB mengatakan 80% dengan baik.
menyebutnya
Paru, menurut dengan cara ▪ Sebagian informan
31
mengatakan bahwa menganjurkan diberikan di kedai, ▪ Sebagian
penyuluhan TB oleh berobat ke bidan, sambil minum masyarakat punya
petugas kesehatan seringkali kita ajak makan, kasih perilaku malas
tidak pernah ada. langsung dekati informasi di kedai, berobat, ditahan
satu desa ada 10 penderita TB, kita beri selebaran setelah parah baru
orang menderita kenal warga gratis pengobatan berobat, perilaku
penyakit TB paru saudara terdekat TB di warung. hidup bersih yang
yaitu di desa naras yang dirangkul kurang, informasi
Bagaimana budaya
1, penyuluhan ke pertama. sudah cukup,
belief masyarakat yang
nelayan tidak ada. ▪ Tokoh agama masyarakat sudah
dapat menjadi pemicu
Kurang penyuluhan mengusulkan: tahu.
penularan penyait TB
tentang obat TB penyuluhan di ▪ Masyarakat punya
paru?
gratis pada asyah di kelompok budaya belief
▪ Beberapa informan
masyarakat, pengajian baru selamatan pada
mengatakan bahwa
pengobatan TB sekali dalam acara keagamaan
budaya malu pada
gratis perlu setahun. dan adat di minang
masyarakat bila
disosialisasikan Penyuluhan di seringkali acara
ketahuan sebagai
pada masyarakat tempat tertentu. Di selamatan makan
penderita TB,
luas. kota Pariaman bersama cuci
Stigma penderita
▪ Informan dari LSM, budaya makan di tangan di tembala,
TB paru
mengatakan warung padang kobokan, 1 tembala
menakutkan,
pengalamannya ada bisa menyampaikan untuk 4 orang,
pernah dalam
kendala dari kader penyuluhan, sehingga dapat
saturumah 2 anak
kesehatan asyah memberikan leaflet menjadi penyebab
kena TB tetapi malu
ketika membawa penularan
Bagaimana berobat, berkilah
suspect, kadang penyakkit TB paru.
masyarakat dalam batuk 40 hari.
pot tidak ada, Perlu peningkatan
mensikapi penyakit TB ▪ Masyarakat
karena habis, penyuluhan dengan
paru? mungkin tidak tahu
masyarakat untuk banyak menulis di
▪ Informan ilmunya, dapat pula
diajak kembali malu, media cara cuci
mengatakan masyarakat masih
males, alasannya tangan di air
masyarakat tenang- memikirkan biaya
kehabisan stock mengalir.
tenang saja selama untuk pengobatan
untuk ketersediaan ▪ Masyarakat
dia merasa masih TB paru, karena
pot sputum. sekolah SD sudah
dapat bekerja, tidak tahu kalau
ada kran air, di
Bagaimana peran melakukan aktivitas pengobatan TB
tempat-tempat
Tokoh Masyarakat sehari-hari, paru gratis di
umum yang belum
dalam pencegahan masyarakat belum puskesmas
ketersediaan kran
penularan penyakit TB mengatakan maupun RS.
air untuk mencuci
paru? penyakitnya parah. Masyarakat kurang
tangan.
▪ Sebagian tokoh ▪ Beberapa informasi.
masyarakat masyarakat tahu ▪ Masyarakat dalam pariaman untuk
menyarankan tentang penyakit pengobatan dibantu tahun 2011 masih 7
sumbang tenaga TB, tetapi ke jamkesda untuk ribu penduduk,
apabila ada yang pengobatan yang membantu biaya tahun depan
diperlukan, dituju dia tidak berobat jangkauan menjadi
tahu, solusi kalau masyarakat 9 ribu masyarakat.
bisa buat selebaran terutama kelompok Relawan sudah ada,
di minang, miskin. Cakupan dari aparat
selebaran dapat Jamkesda di Kota dikelurahan, hanya

32
honor, desa Taluk juga batuk. Bagaimana tanggapan tempat dapat
sudah banyak ▪ Penyakit TB paru masyarakat tentang menyebarkan
kader asyah, menular lewat air pengobatan penyakit penyakit TB, lantai
perilaku PHBS ludah oleh yang TB paru? tanah banyak di
masyarakat yang sakit. ▪ Pengobatan sini, rumah lantai
rendah. ▪ Dapat pula menular Penyakit TB paru, tanah 25%.
melalui bekas masyarakat sering ▪ Masyarakat di Rote
Focus Group
tempat makan lupa, ada Ndao Rumah adat
Discussion pada Tokoh
dipakai dan pendamping minum Sei sekitar 10%,
masyarakat, LSM dan
makanan sisa. obat namun jika rumah adat tidak
Tokoh agama di
▪ Beberapa informan tidak punya anak, ada jendela.
Kabupaten Rote Ndao
mengatakan istri, suami tidak ▪ Masyarakat rumah
Provinsi NTT
penularan melalui punya pendamping dengan rumah
Bagaimana Persepsi
saluran pernafasan, minum obat, kader lantai tanah 50%,
ilness tentang penyakit
pada saat penderita jauh butuh waktu masyarakat miskin
TB paru:
berbicara dengan untuk perjalanan. 80%.
▪ Sebagian
orang lain, ▪ Biasanya 1 ▪ Sebagian informan
masyarakat
pernapasan bersin, posyandu ada 5 berpendapat bahwa
menganggap
batuk di depan kader, sebagai ukuran miskin tidak
sebagai penyakit
orang bisa tertular pengawas minum jelas, biasanya
TBC, ada
juga. obat dari kader dari pemerintah
pemeriksaan ke
puskesmas dan RS Berbahayakah penyakit tidak ada. kabupaten
untuk ambil dahak, TB paru? ▪ Masyarakat diratakan semua,
setelah ditemukan ▪ Kadang kala menganggap kecuali PNS yang
positif masyarakat, masyarakat punya karena kerja tidak miskin.
diobati selama 3 pemahaman bahwa banyak, Masyarakat yang
bulan, jika selama 3 penyakit TB masyarakat pekerjaannya
bulan tidak sembuh sesuatu yang males dan membuat gula nira,
dia berobat lagi berbahaya, batuk penyakit TB paru tergantung musim
selama 3 bulan lagi. darahnya. Namun disebabkan oleh jika ada musim
▪ Sebagian besar beberapa penyakit turunan. kemarau buat gula
masyarakat tidak masyarakat lebih Rp10.000 bisa
Bagaimana budaya
mengetahui berat pada didapat sehari bisa
belief masyarakat
penyakit TB, yang pekerjaannya bukan lebih.
terkait penyakit YB
masyarakat tahu penyakit TB, karena ▪ Masyarakat petani
paru?
penyakit batuk, jika tidak dapat padi bisa dapat
▪ Karena budaya
penyakit karena bekerja maka tidak hasil kurang lebih 3
masyarakat rote
guna-guna. dapat uang. bulan, petani sayur.
makan sirih
▪ Tanggapan di ▪ Sebagian
Penyebab penyakit TB? pinang, kapur sirih
masyarakat tentang masyarakat yang
▪ Masyarakat sebagai suguhan
penyakit TB Tidak malas, tidak setiap
menyatakan bagi tamu,
ada malu, bulan bagi yang
penyakit TB kepercayaan bila
pemahaman bersiram bisa
sebagai penyakit menolak suguhan
tentang penyakit panen dapat hasil,
turunan, dari nenek sirih nginang
TBC, kita tidak tahu, hasil panen dibeli
moyang, karena sebagai orang yang
masyarakat tidak tengkulak dulu
kadang-kadang sombong. Budaya
sadar kalau itu sebelum panen, jadi
kalau dari orang meludah dan
menderita TB. berhutang untuk
tuanya kena batuk membuang dahak
kebutuhan sehari-
maka pada anaknya di sembarang
hari menunggu
33
panen. berpendapat tahu pengobatan TB Transkrip Hasil FGD
▪ Pabrik menunjang bahwa jumlah gratis di puskesmas di Kabupaten
tidak ada, kecuali petugas kurang dan RS, semua Lombok barat,
nelayan, nelayan dengan wilayah pelayanan di Provinsi NTB
butuh modal. yang luas. puskesmas gratis,
Persepsi ilness tentang
▪ Di puskesmas demikian pula
Bagaimana petugas penyakit TB paru:
hanya 1 petugas pengobatan di kelas
kesehatan di wilayah ▪ Beberapa informan
TB dengan 12 3 RS gratis, sesuai
saudara dalam upaya mempunyai
desa, jika petugas instruksi Bupati.
pengobatan TB paru? [persepsi ilness
tidak turun ▪ Masyarakat
▪ Informan bahwa penyakit
langsung sebagian sudah
batuk yang terus-
masyarakatnya Bagaimana peran tokoh tahu penyakit TB
menerus selama 2
malas, jika ada masyarakat dalam menular misalkan
minggu atau lebih
pengarahan oleh upaya pencegahan contohnya punya
tidak sembuh-
petugas masyarakat penularan penyakit TB? mama besar sakit
sembuh disebut
diam. ▪ masyarakat berobat TB tertular pada
penyakit TBC,
▪ Petugas kesehatan orang tuanya malas cucu TB kulit,
namun masyarakat
tiga bulan sekali minum obat ke karena orang tua
masih ragu dengan
baru turun ke desa. puskesmas, karena gendong. Contoh
penyakit asma
▪ Ada yang kerja, tidak nurut lainnya kakak
yang
berpendapat perintah petugas, kandung pernah
berkepanjangan,
petugas kesehatan malas. Masyarakat menderita TB,
penyakit renggek
setahun baru sekali sibuk dengan sekarang sudah
yang susah diobati
turun ke pekerjaan jadi lupa. sembuh, umur 47
gejalanya mirip
masyarakat. ▪ Sebagian informan tahun laki-laki.
(TB)sesak nafas
▪ Di desa ini ada mengatakan ada ▪ Sebagian
dan batuk. Ada
beberapa anak SD masyarakat yang masyarakat,
beberapa yang
kena penyakit TB, sudah minum obat pemahaman
menyatakan
sudah minum obat selama 6 bulan tentang penyakit
penyakit TB paru
3 bulan, tidak mau tetapi penyakitnya TBC tidak tahu,
sebagai penyakit
minum obat, ganti tidak sembuh, jadi masyarakat tidak
keturunan.
obat tetap tidak masyarakat pikir sadar kalau itu
menderita TB. Penyebab penyakit TB
mau minum, berat tidak hasil sehingga
paru menurut
badan turun terus, menganggap masyarakat:
tidur tidak nyenyak, penyakit TB ▪ Sebagian besar
maunya disuntik penyakit keturunan. informan
dulu. ▪ Sebagai tokoh mengatakan
▪ Pengobatan TB masyarakat akan penyebab TB
paru gratis bila membantu dengan adalah lingkungan
dirujuk ke memberikan saran yang tidak bersih,
puskesmas dan RS ke RS untuk periksa. kotor, karena asap
kelas tiga gratis, ▪ Dan menyarankan rokok, sebagian
kebijakan bapak untuk periksa ke mengatakan karena
Bupati seluruh petugas kesehatan. pengaruh makanan
pelayanan pewarna buatan,
Bagaimana masyarakat
puskesmas gratis, penyedap rasa,
menyikapi penyakit TB
hanya kendalanya pemanis, dan alergi
paru?
pada masyatakat dan karena
▪ Masyarakat pada
yang malas minum sebagian
umumnya sudah
obat.
34
masyarakat masih jangan memakai di puskesmas penderita dianjurkan
minum air mentah alat makan secara rutin sampai untuk tidur terpisah
(25%). bersama. 6 bulan pada kecuali bila balita.
penderita yang
Bagaimana tingkat Bagaimana tanggapan Bagaimana masyarakat
berobat ke
bahaya penyakit TB masyarakat tentang dalam mensikapi
puskesmas.
paru menurut pengobatan penyakit penyakit TB paru?
Masyarakat masih
masyarakat: TB paru? ▪ Masyarakat bila
rendah
▪ Sebagian besar ▪ Sebagian besar merasa badannya
pengetahuan tentang
informan informan sehat padahal
penyakit TB paru,
mengatakan mengatakan pengobatan belum
kadangkala rumah
bahwa bahwa masyarakat selesai menganggap
sudah punya jendela
masyarakat yang yang tahu kalau sudah sembuh,
tetapi jendela tetap
tidak tahu tentang penyakit TB paru masih banyak
tertutup karena
penyakit TB menular ia akan masyarakat seperti
takut debu masuk,
menganggap patuh berobat, itu, selama masih
dapat pula karena
bahwa penyakit namun sebagian bisa bekerja.
repot dengan
TB paru tidak informan Masyarakat
pekerjaan.
berbahaya mengatakan ada terkadang masih
Pekerjaan KK buat
sehingga mereka masyarakat yang sering lupa minum
gerabah, meskipun
meludah di tidak mau minum obat, malas, bila
lantainya keramik
sembarang tempat obat karena terlalu batuk darahnya
tetapi membuat
dan dianggap lama fase kumat baru mau
gerabah lantainya
penyakit batuk pengobatan (6 minum obat lagi. Di
penuh tanah.
biasa, apalagi bila bulan), jenuh, samping obat
Kesadaran
punya capek, apalagi ada baunya tidak enak
masyarakat masih
pengalaman beberapa kasus dan masyarakat
kurang, 80% tidak
pernah punya penderita TB yang masih menganggap
membuka jendela,
nenek yang batuk minum obat tetapi jika sering minum
alasannya takut
terus-menerus penyakit TB obat takut tuli,
debu masuk.
dalam waktu lama parunya tidak otaknya nanti tulalit.
dan cucunya tidak sembuh-sembuh Bagaimana peran tokoh ▪ Terkadang
tertular. Sedangkan bahkan akhirnya masyarakat dalam masyarakat merasa
sebagian informan meninggal. pencegahan penularan bosan minum obat,
mengatakan penyakit TB paru? makan tidak enak,
Bagaimana dengan
bahwa penyakit TB ▪ Pada umumnya masyarakat banyak
PMO penyakit TB paru
paru menular, informan minum obat eceran
di masyarakat?
mengatakan bahwa seperti minum adem
▪ Beberapa informan tidak dapat peran tokoh sari.
mengatakan bahwa berfungsi akibatnya masyarakat dalam
PMO dari keluarga penderita TB tidak Bagaimana budaya
pencegahan
terdekat, orang rutin minum obat TB belief masyarakat yang
penularan TB paru
tuanya, dapat pula dapat menjadi pemicu
dengan memberikan
Bagaimana pengobatan penularan penyakit TB
kader, ada kasus penyuluhan pada
TB paru oleh petugas paru?
penderita TB paru masyarakat, dapat
kesehatan menurut ▪ Sebagian
yang juga berperan sebagai
informan? informan
menderita kelainan PMO dan akan
▪ Pada umumnya mengatakan
jiwa atau gila, menyarankan untuk
petugas bahwa
masyarakat takut berobat ke
kesehatan akan
mendekat karena puskesmas dan bagi
memberkan obat TB
gila, sehingga PMO
35
kep ercayaan masyarakat rumah adat Sei NTT, dari ‘Haik’ bahan daun
masyarakat di mengetahui bahwa ibu dan bayinya selama lontar secara bersama
sini sering budaya dapat menjadi 40 hari tidak boleh di masyarakat. Budaya
mengadakan pemicu penularan? keluar rumah dapat pesta masyarakat Rote
syukuran setelah ▪ Masyarakat tahu, menghambat program Ndao mengalahkan
lebaran, maulud tetapi imunisasi TB. Budaya kepentingan menjaga
nabi, israk mikrad, menganggap itu sirih pinang sebagai kesehatan
acara kawinan kepercayaan suguhan bagi tamu, masyarakat untuk
dengan makan makan bersama, dengan rumah lantai berobat. Budaya,
bersama di dapat memberi tanah hampir 50% belief sirih nginang
halaman, pakai manfaat penduduk. Budaya dengan kandungan
talam, minum pakai kesembuhan, perut minum dari air nira tembakau, di mana
kendi bersama, yang atur, yang memakai tempat tembakau merupakan
satu kendi puluhan masyarakat minum yang terbuat salah satu
orang minum, menganggap bahan karsinogenik dibandingkan dengan
kadang air sumur, bahwa tidak ada sebagai pencetus bukan perokok. Risiko
air PAM yang tidak hewan yang mati kanker mulut. berkembangnya
dimasak. karena makanan Sedangkan pada asap penyakit TB meningkat
▪ Sebagian informan dan masyarakat rokok dapat seiring dengan jumlah
menyebutkan ada menganggap tidak menyebabkan rokok yang dihisap
kepercayaan/ belief enak hati bila tidak kerusakan paru melalui (WHO, 2002).
masyarakat yang mau makan radikal bebas yang
Budaya di Kabupaten
beranggapan bila bersama, takut dikeluarkan oleh asap Lombok Barat
minum bekas air dianggap sok rokok. Bahan utama
▪ Budaya belief
minum Kiai datuk bersih. perusak sel akibat
begibung (makan
Ismail: di minum ▪ PHBS, masyarakat merokok adalah
bersama dalam satu
masyarakat ramai- mencuci tangan di protese,
nampan) di Lombok
ramai. mangkok, 1 mieloperoksidase
Barat NTB, dapat
▪ Kebiasaan mangkot untuk 3 (MPO), oksidan dan
memungkinkan pintu
masyarakat gosok orang, tanpa sabun, radikal bebas. Merokok
penularan penyakit
gigi pakai batu masyarakat belum menghasilkan
TB, anak lahir tidak
merah dengan tahu kalau itu dapat perubahan-
boleh dibawa keluar
jari, batu menularkan perubahan histologis
sebelum 40 hari,
merahnya penyakit. pada saluran
dapat menghambat
bersama dengan ▪ Budaya di pernapasan bawah, hal
dalam pelaksanaan
masyarakat. kecamatan Desa ini mengarah pada
program imunisasi.
▪ Budaya memapak Kediri banyak perubahan fungsi
Budaya papah
dari nenek masih sasak, masyarakat epithelial, seperti
makan balita, minum
memapak buat di Bangke dalam aktivitas ciliary yang
air bekas Kiai,
cucunya, ada juga budaya hindu di berkurang,
gosok gigi dengan
anak yang suka kecamatan pembersihan zat
bata merah bersama
dipapak oleh tetangganya. terhirup yang
dapat menjadi “Port
ibunya. berkurang, dan
the Entry”penyakit
▪ Memapak ini PEMBAHASAN vaskular serta
TB.
sekarang permeabilitas epithelial
Budaya di Kabupaten ▪ Persepsi penyakit
berkurang karena yang abnormal (Amin
Rote Ndao TB karena santet,
sudah ada bubur M, 1996). Pada perokok
Budaya, belief keturunan, hanya
buatan. menunjukkan bahwa
masyarakat yang batuk biasa, batuk
insiden penyakit TB
Bagaimana melahirkan bayi di 40 hari, mirip gejala
lebih tinggi
36
asma dapat serta dapat ▪ Kesehatan malnutrisi (gizi buruk),
menghambat membantu lingkungan: Kondisi faktor lingkungan yaitu
pengobatan TB. memberikan Rumah kumuh, ventilasi, kepadatan
▪ PMO sering Drop dukungan sosial tanpa ventilasi, hunian, faktor perilaku,
out, pemilihan pada PMO di tidak membuka kesehatan perumahan,
sebagai PMO bagi wilayahnya. jendela, matahari lama kontak dan
pederita TB paru tidak bisa masuk, kosentrasi kuman.
perlu disesuaikan gerabah dibuat di (Depkes RI, 2007).
dengan struktur dalam rumah. Faktor determinan
sosial daerah Budaya kesehatan di
setempat seperti di Kebiasaan
Kota Pariaman bahwa:
Lombok Barat bila masyarakat yang
▪ Belief Masyarakat di
penderita TB paru tidak membuka
Kota Pariaman
adalah suaminya, jendela di Kabupaten
Batuk darah dari
maka sebagai PMO Rote Ndao dapat
penyakit TB paru
sebaiknya dipilih membuat kuman TB
menurut
ibu dari suaminya lebih berkembang biak
kepercayaan adat
atau kakak suami di dalam rumah hal ini
ada istilah
yang tinggal tidak didukung dari hasil
“ditinggam”
jauh dari penderita penelitian yang
(diguna-guna).
TB paru. Struktur dilakukan oleh Samsul
Budaya makan
sosial suku sasak Maarif (2008), di mana
warung minang di
istri harus patuh hasilnya adalah ada
kota pariaman,
pada suami, bila perbedaan perilaku
masyarakat punya
yang menderita TB membuka jendela
budaya di Minang
paru adalah istrinya pada pagi dan sore
bila ada selamatan
maka sebagai PMO hari antara penderita
cuci tangan di
adalah suaminya. TB Paru positif dengan
tembala, kobokan,
Kiai di suku sasak suspek BTA negatif
1 tembala untuk 4
sangat dipatuhi, (nilai p = 0,001 dan
orang, sehingga
maka Kiai di suku OR = 7,200). Perilaku
dapat menjadi
sasak di mana membuka jendela pagi
penyebab
masyarakat dan sore hari
penularan penyakit
menginginkan merupakan variabel
TB paru. Perlu
barokah bekas air yang paling dominan
peningkatan
minum Kiai cukup (p = 0,002)
penyuluhan dengan
ditiupkan dan berhubungan dengan
banyak menulis di
diganti kendi terjadinya penyakit TB
media cara cuci
sehingga tidak Paru BTA positif di
tangan di air
terjadi penularan Kecamatan
mengalir dengan
penyakit TB paru Argamakmur
sabun tangan.
pada masyarakat. Kabupaten Bengkulu
▪ Persepsi ilness
▪ Suku sasak yang Utara. Faktor yang
masyarakat bahwa
sangat mematuhi memengaruhi
penyakit TB adalah
Tuan guru, Kiai kemungkinan
penyakit turunan.
dapat memotivasi seseorang menjadi
▪ Masyarakat percaya
masyarakat dalam pasien TB adalah daya
bahwa penyakitnya
memberikan tahan tubuh yang
adalah penyakit
penyuluhan di rendah, di antaranya
turunan, hal ini
surau, dan mesjid infeksi HIV/AIDS dan

37
terjadi karena ada "Tamakan“ (guna- kematian TBC negara. Pemerintah
gen atau guna orang), cara merupakan 25% dari dalam hal
kandungan darah penularannya dari seluruh kematian yang
yang sama yang masakan, sebenarnya dapat
diturunkan pada, minuman, dari cara dicegah. Daerah Asia
tidak ada cara bicara, yang diobati Tenggara menanggung
mencegah dengan dibawa ke bagian yang terberat
penyakit ini dan dukun kampung dari beban TBC global
penyakit ini dapat "Dicaha" yakni sekitar 38% dari
diobati. (mengeluarkan kasus TBC dunia.
▪ Belief masyarakat penyakit) Dengan munculnya
yang percaya menggunakan air HIV/AIDS di dunia,
penyakit ini karena kelapa diperkirakan penderita
muda yang out, perlu TBC akan meningkat.
dimasukkan ke dipertimbangkan Di Indonesia hasil
ember, kemudian dalam pemilihan Survei Kesehatan
penderita sebagai tenaga Rumah Tangga (SKRT)
mencelupkan PMO penderita TB pada tahun 1995
kepala ke dalam paru dengan menunjukan bahwa
ember kemudian mempertimbangkan penyakit TBC
muntah untuk struktur sosial yang merupakan penyebab
mengeluarkan ada di masyarakat. kematian nomor tiga (3)
penyakit. Sebagai contoh setelah penyakit
▪ Masyarakat di struktur sosial di kardiovaskuler dan
Minang punya Lombok Barat yang penyakit saluran
kebiasaan bila ada pada umumnya pernapasan pada
selamatan cuci budaya sasak, jika semua kelompok umur,
tangan di tembala, penderita TB paru dan nomor satu (1) dari
kobokan, 1 tembala adalah istrinya, maka golongan penyakit
untuk 4 orang, PMO yang dipilih infeksi. WHO 1999
sehingga dapat adalah suaminya, memperkirakan setiap
menjadi penyebab mengingat suami tahun terjadi 583.000
penularan penyakkit sebagai sosok yang kasus baru dengan
TB paru. menjadi ‘Imam” atau kematian sekitar
▪ Beberapa informan orang yang dipatuhi. 140.000.
mengatakan bahwa Penyakit TBC tidak
WHO melaporkan hanya merupakan
budaya norma,
adanya 3 juta orang persoalan individu tapi
stigma malu pada
mati akibat TBC tiap sudah merupakan
masyarakat bila
tahun dan diperkirakan persoalan masyarakat.
ketahuan sebagai
5000 orang tiap Kesakitan dan
penderita TB,
harinya. Tiap tahun ada kematian akibat TBC
Stigma Penderita
9 juta penderita TBC mempunyai
TB paru
baru dan 75% kasus konsekuensi yang
menakutkan,
kematian dan kesakitan signifikan terhadap
pernah dalam satu
di masyarakat diderita permasalahan ekonomi
rumah 2 anak kena
oleh orang-orang pada baik individu,
TB tetapi malu
umur produktif dari 15– keluarga,
berobat, berkilah
54 tahun. Di negara- masyarakat,
batuk 40 hari.
negara miskin perusahaan dan
▪ PMO sering Drop
38
ini Departemen sehingga masih untuk berobat. Budaya imunisasi. Masyarakat
Kesehatan melalui banyak persepsi begibung (makan di kota Pariaman Batuk
Program TBC ilness masyarakat bersama dalam satu darah dari penyakit TB
Nasional, telah yang menyebutnya nampan) di Lombok paru menurut
bekerja sama sebagai penyakit Batuk Barat NTB, dapat kepercayaan adat ada
dengan Rumah Sakit lama, batuk 40 hari, memungkinkan pintu istilah “ditinggam”
(RS), Lembaga dapat pula yang penularan penyakit TB, (diguna-guna). Budaya
Swadaya Masyarakat menyebutnya batuk anak lahir tidak boleh makan warung minang
(LSM), Dokter praktik kering, dan penyakit dibawa keluar sebelum di kota pariaman,
pribadi, organisasi asma. Diperlukan 40 hari, dapat masyarakat punya
keagamaan dan ingin peningkatan menghambat dalam kepercayaan
meningkatkan kerja pengetahuan tentang pelaksanaan program selamatan
sama dengan penyakit TB paru keagamaan, adat di 2007, Jakarta.
kelompok masyarakat secara langsung pada Minang bila mau makan Badan Litbangkes Depkes
pekerja dan masyarakat dapat pula bersama cuci tangan di RI, 2010. Riset
pengusaha. dengan tembala, kobokan, 1 Kesehatan Dasar
Peningkatan mengoptimalkan 2010, Jakarta.
tembala untuk 4 orang,
perhatian dari peran tokoh Dahlan, Ahmad, 2001.
sehingga dapat menjadi Faktor-faktor yang
pengusaha terhadap masyarakat, tokoh penyebab penularan Berhubungan
penyakit TBC di adat, tokoh agama penyakkit TB paru. dengan Kejadian
sektor dunia usaha setempat sebagai Perlu peningkatan Penyakit TB Paru
sangat diperlukan. sosial support dalam penyuluhan dengan BTA (+), Studi Kasus
Guna mensukseskan upaya pencegahan di banyak menulis di Kontrol di Jambi
aktivitas pengawasan samping sebagai media cara cuci tangan tahun 2000–2001,
TBC, pengobatan “patternal factor” di air mengalir dengan tesis, Program
yang teratur sampai masyarakat. Pascasarjana, FKM
sabun tangan.
terjadi eliminasi TBC di Belief masyarakat Universitas
Indonesia, Jakarta.
tempat keja. yang melahirkan bayi
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 2000.
di rumah adat Sei NTT,
Pharmaceutical
SIMPULAN DAN ibu dan bayinya Achmadi, Umar Fahmi,
Care untuk Penyakit
SARAN selama 40 hari tidak 2002.
Tuberkulosis,
boleh keluar rumah Penanggulangan
Direktorat Bina
Kepercayaan/belie dapat menghambat Tuberkulosis di
Farmasi Komunitas
f masyarakat di daerah Indonesia, dalam
program imunisasi TB. dan Klinik, Bina
kota Pariaman Simposium Nasional
Norma budaya sirih Kefarmasian dan
Sumatera barat, TB Update 2002, JF
pinang sebagai Alat Kesehatan,
Palilingan, Daniel
penyakit TB paru suguhan bagi tamu, Jakarta.
Maranatha,
sebagai penyakit Depkes RI, 2007.
dengan rumah lantai Winariani eds,
karena Tamakan, Pedoman Nasional
tanah hampir 50% Lembaga Penelitian
Penanggulangan
akibat diguna-guna penduduk. Budaya Unair, Surabaya.
Tuberkulosis, edisi 1
orang lain yang tidak minum dari air nira Achmadi, Umar Fahmi,
cetakan pertama,
senang, terbukti yang memakai tempat 2005. Manajemen
Jakarta.
dengan kebiasaan, Penyakit Berbasis
minum yang terbuat
perilaku masyarakat Wilayah; Paradigma
dari Haik bahan daun Kesehatan
membuang ludah lontar secara bersama Lingkungan,
sembarangan di di masyarakat. Budaya Penerbit Buku
tanah, di lantai rumah pesta masyarakat Rote Kompas, Jakarta.
tanah. Stigma takut, Ndao mengalahkan Badan Litbangkes Depkes
malu sebagai kepentingan menjaga RI, 2007. Riset
penderita TB, kesehatan masyarakat Kesehatan Dasar

39
Depkes RI, Sub Sistem Kesehatan.
Direktorat TB: Penerbit Airlangga
WHO 2008. University Press
Lembar Fakta Surabaya.
Tuberkulosis. Simbolon, Diemsa, 2007.
http://www.tbindon Faktor Risiko Tuberculosis
esia.or.id/pdf/ Paru di Kabupaten Rejang
Lembar_Fakta_TB. Lebong, Jurnal Kesehatan
pdf (Sitasi 10 Masyarakat Nasional Vol.
Februari 2011). 2, No. 3, Desember 2007.
Fordham, Signithia, Suharmiati dan Herti
2009. Writes Maryani, 2011. Analisis
Indidnation: Black hubungan penggunaan
gorls, Dilemmas of obat FDC/Kombipak pada
ultural Dominant penderita
and struggles to yang didiagnosis
speak the skin wea TB paru
are in. In the text berdasarkan
book Anthropology karakteristik,
off the Shelf Edited Bulletin Penelitian
by Alisse waterson Sistem
and Maria D Kesehatan, Vol.
Vesperi Wilwy- 14 No. 2, April
Blackwell a John 2011, Penerbit
wiley and Sons Ltd Airlangga
Publication P. 79– University Press
91. Surabaya.
Rusnoto et al., 2005. Slazman Carl Philip,
Faktor-faktor yang 2011. What
berhubungan Anthropologist Lokk
dengan Kejadian for: Pattren, in the
TB Paru Usia tex book Thinking
Dewasa (Studi Anthropologically, a
kasus di Balai Practical guide for
Pencegahan dan student McGill
Pengobatan University, Prentice-
Penyakit Paru Hall, Boston
Pati), tesis, Colombus, New
Magister York.
Epidemiologi
Universitas
Diponegoro,
Semarang.
Rukmini, Chatarina
UW, 2012.
Faktor-faktor
yang
Berpengaruh
terhadap kejadian
TB Paru dewasa di
Indonesia (Analisis
Data Riset
Kesehatan Dasar
di Indonesia).
Bulletin Penelitian

40

You might also like