You are on page 1of 12

Ike Niki dan Trias Mahmudiono.

182 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 7 No. 2 (2019) 182-192 doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.182-192

Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga Terhadap


Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut

Correlation Between Mother’s Knowledge and Family Support


to Acute Respiratory Infection Prevention
Ike Niki1), Trias Mahmudiono2)
1
Rumah Sakit Keluarga Sehat, Jl. P. Sudirman No. 9, Pati, Jawa Tengah, Indonesia
2
Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
Email : niki_ike@yahoo.co.id

ABSTRACT
Background: Acute Respiratory Infection (ARI) is an infection that occurs in acute
respiratory tract such as nose, throat and lungs that can last up to approximately 14
days. The case of ARI in children under five years old in the working area of the Sidotopo
Health Center is in the top 10 in the list of diseases. Objective: This study was aimed to
look at the relation between knowledge about ARI and family support for prevention of
ARI. Method: This research was conducted at RW XIII and RW XIV in Ampel Village with
Cross Sectional research and using Chi-Square Test. The population in this study were
mothers who have children under five, and in the sample collection using the Simple
Random Sampling technique the results obtained were 48 respondents. In efforts to
prevent ARI, researchers distinguish between prevention and immunization and non-
immunization. Results: The relation between knowledge and prevention efforts with
immunization results are p = 0.011 <α = 0.05. The relation of knowledge with prevention
of ARI non-immunization, namely exclusive Asi (p = 0.031), smoking at home (p = 0.006),
use of mosquito repellent (p = 0.037), and opening the window (p = 0.008). The
relationship between family support and prevention of ARI with immunization (p = 0.047)
and non-immunization in the form of exclusive Asi status (p = 0.0001). Conclusion: There
is a relationship between knowledge and prevention efforts with immunization and non-
immunization (exclusive breastfeeding, smoking in the home, using mosquito coils and
opening house windows). There is a relationship between family support and ISPA
prevention efforts.

Keyword: knowledge, practice, Acute Respiratory Infection, Family Support

ABSTRAK
Latar Belakang: Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi yang terjadi pada
saluran pernafasan akut seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru yang bisa
berlangsung hingga kurang lebih 14 hari. Kasus ISPA pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Sidotopo menempati urutan 10 besar daftar penyakit. Tujuan: Penelitian ini
dilakukan untuk melihat hubungan antara pengetahuan tentang ISPA dan dukungan
keluarga terhadap upaya pencegahan penyakit ISPA. Metode: Penelitian ini dilakukan di
RW XIII dan RW XIV di Kelurahan Ampel dengan penelitian Cross Sectional dan
menggunakan Uji Chi-Square. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki
balita, dan dalam pengambilan sampel menggunakan Teknik Simple Random Sampling
didapatkan hasil 48 responden. Dalam upaya pencegahan penyakit ISPA peneliti
membedakan antara upaya pencegahan dengan imunisasi dan non imunisasi. Hasil:
Hubungan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan dengan imunisasi diperoleh hasil
p=0.011 < α=0.05. Hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan penyakit ISPA non
imunisasi, yaitu ASI Ekslusif (p=0,031), merokok dalam rumah (p=0.006), penggunaan obat
nyamuk (p=0.037), dan membuka jendela (p=0,008). Hubungan antara dukungan keluarga
dan upaya pencegahan penyakit ISPA dengan imunisasi (p=0,047) dan non-imunisasi
berupa status ASI Ekslusif (p=0,0001). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan upaya pencegahan dengan imunisasi dan non imunisasi (ASI eksklusif,
merokok dalam rumah, penggunaan obat nyamuk dan membuka jendela rumah). Ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan upaya pencegahan ISPA.
©2019. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 29-03-2018, Accepted: 15-03-2019, Published Online: 20-12-2019
Ike Niki dan trias Mahmudiono. Hubungan Pengetahuan Ibu… 183

Kata Kunci: pengetahuan, tindakan, dan ISPA, Dukungan Keluarga

PENDAHULUAN penyakit ISPA kelompok umur 1-4 tahun


tertinggi yaitu sebesar 25,8 (Balitbangkes
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kemenkes RI, 2013).
(ISPA) adalah infeksi yang menyerang Penyakit ISPA pada balita
saluran pernafasan akut seperti hidung, dipengaruhi oleh berbagai faktor
tenggorokan, dan paru-paru yang bisa penyebab diantaranya adalah faktor
berlangsung hingga kurang lebih 14 hari. indvidu itu sendiri (umur, berat badan
Penyakit ini juga bisa terjadi pada lahir (BBL), status imunisasi, gizi, dan
struktur saluran diatas laring tetapi lebih pemberian ASI Eksklusif), faktor
banyak terjadi pada saluran atas dan lingkungan (ventilasi, kepadatan hunian di
bawah yang secara stimulant atau dalam rumah, dan pencemaran udara
berurutan (Muttaqin, 2008). Dalam buletin yang terjadi di alam rumah), dan faktor
pneumonia menurut data WHO perilaku seseorang (Maryunani, 2010).
menyatakan bahwa penyakit ISPA masih Upaya yang telah dilakukan untuk
menjadi masalah kesehatan di dunia. mengendalikan penyakit ini yaitu dengan
Penyakit ISPA dapat dikatakan meningkatkan penemuan ISPA pada balita.
permasalahan yang penting dalam hal Dalam rangka untuk menurunkan angka
kesehatan karena kasus yang cukup tinggi kejadian ISPA sangat diperlukan peran
dan dapat menyebabkan kematian bagi petugas kesehatan yaitu terutama yang
penderitanya terutama bayi dan balita berhubungan dengan ISPA dan cara
dengan proporsi kematian untuk balita pencegahannya. Upaya dalam mencapai
sebesar 19-26%. ISPA juga termasuk tingkat kesejahteraan hidup masyarakat
pembunuh utama dan penyebab kematian yang optimal memerlukan kesadaran akan
pada anak usia dibawah lima tahun di pentingnya hidup sehat. Diperlukan pula
dunia. dukungan faktor lingkungan, perilaku
Kasus ISPA membutuhkan individu, serta penyediaan sarana dan
perhatian yang serius tetapi pada prasana pelayanan kesehatan yang mudah
kenyataannya saat ini belum terlalu dan terjangkau (accessible). Dalam
banyak perhatian terhadap penyakit ini. kegiatan ini upaya pemerintah sangat
Dari lima balita yang meninggal, satu diperlukan dalam mencapai derajat
diantaranya disebabkan oleh Pneumonia. kesehatan masyarakat yaitu sebagai
Di dunia kasus kematian balita setiap penyedia fasilitas pelayanan kesehatan,
tahunnya berjumlah 9 juta dan 2 juta pembuat kebijakan atau peraturan
diantaranya disebabkan oleh pneumonia. tentang pemnjaminan kesejahteraan
Bisa dikatakan 4 balita meninggal di dalam hal kesehatan.
setiap menitnya. Upaya untuk mewujudkan
Di Indonesia Infeksi Saluran kesejahteraan dalam segi kesehatan juga
pernapasan merupakan penyebab dari 16% membutuhkan kerjasama yang kuat antara
kematian balita, yaitu diperkirakan lembaga pemerintah dengan partisipasi
sebanyak 920.136 balita di tahun 2015. aktif antara para pemangku kepentingan
Populasi Angka kematian akibat (stekeholder). Selain kerjasama tersebut,
pneumonia pada balita tahun 2016 peran petugas kesehatan tidak kalah
sebesar 0,11% sedangkan tahun 2015 penting dalam menyampaikan berbagai
sebesar 0,16%. Angka kematian akibat informasi tentang kesehatan. Informasi
pneumonia tahun 2016 pada kelompok tersebut diantaranya adalah tentang
umur 1-4 sedikit lebih tinggi yaitu sebesar pencegahan maupun perawatan suatu
0,13% dibandingkan pada kelompok bayi penyakit kepada orang tua. Orang tua
yang sebesar 0,06% (Kemenkes RI, 2017). memiliki peranan yang sangat penting,
Prevalensi Infeksi Saluran dimana orangtualah yang selalu
Pernapasan Akut (ISPA) berdasarkan hasil memantau pertumbuhan dan
diagnosis dari petugas kesehatan dan perkembangan balitanya.
keluhan yang disampaikan penduduk Proses penanganan masalah
adalah 25% dengan karakteristik penderita kesehatan dapat dilakukan dengan
184 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health promotion and Health Education
Vol. 7 No. 2 Desember 2019 : 182 – 192, doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.182-192

berbagai cara. Salah satunya dengan cara dan mengambil keputusan dalam
pencegahan, sehingga ilmu tentang bertindak seperti seseorang melakukan
pencegahan terhadap suatu penyakit upaya pencegahan terhadap suatu
sangat penting. Masalah kesehatan penyakit setelah mendapatkan informasi
sangatlah kompleks karena tidak hanya atau setelah melihat dan mencari tahu
berkaitan dengan faktor kesehatan saja perihal tersebut (Achmadi, 2014).
tetapi faktor diluar kesehatan. Begitu Hasil dari observasi yang sudah
pula dalam pemecahan masalah dilakukan disekitar wilayah kerja
kesehatan tidak hanya dilihat dari segi Puskesmas Sidotopo yaitu di Kelurahan
kesehatan, tetapi harus dilihat dari Ampel. Kelurahan Ampel merupakan
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi daerah padat penduduk. Faktor risiko
paradigma yang ada kaitannya dengan balita terinfeksi ISPA adalah kebiasaan
masalah “sehat” dan “sakit” (Mubarak masyarakat yang sulit mengubah
and Chayatin, 2009). perilakunya untuk hidup bersih dan sehat.
Faktor yang dapat mempengaruhi Kebiasaan masyarakat tersebut salah
kesehatan seseorang terdapat empat satunya adalah tidak menyediakan tempat
faktor dari individu maupun masyarkat sampah di sekitar rumah. Tidak sedikit
yaitu keturunan, perilaku, lingkungan, masyarakat yang memiliki kandang hewan
dan pelayanan kesehatan (Mubarak and ternak yang berada di samping atau
Chayatin, 2009). Dalam mencapai disekitar rumah. Beberapa anggota
kesejahteraan atau tingkat kesehatan keluarga juga masih ada yang merokok
yang optimal diperlukan tingkat kesadaran saat sedang berinteraksi dengan balita
dari diri sendiri tentang pentingnya hidup mereka.
sehat. Kesadaran diri tersebut meliputi Berdasarkan hasil uraian yang
upaya dalam melakukan pencegahan telah dipaparkan, tujuan penelitian ini
terjadinya penyakit yang dimulai dari adalah untuk mengetahui hubungan
keluarga. Kasus ISPA yang terjadi pada pengetahuan tentang ISPA dengan upaya
Balita tak lepas dari peran keluarga, oleh pencegahan penyakit ISPA di Kelurahan
karena itu akan dibahas mengenai tingkat Ampel Surabaya.
pengetahuan terhadap upaya pencegahan
ISPA.
METODE
Data Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Timur Tahun 2012 menyebutkan, Penelitian dilaksanakan di 2 RW di
angka periode prevalensi ISPA adalah kelurahan Ampel yaitu RW 13 (RT 2 dan
15,6% dan terdapat balita dengan RT 3) dan RW 14 (RT 1) di Wilayah kerja
Pneumonia sebesar 27,08% dengan jumlah Puskesmas Sidotopo sekitar bulan Januari
yang dilaporkan oleh kabupaten/kota 2018. Jenis penelitian ini adalah
adalah 84.392 orang. Data dari Puskesmas observasional dengan menggunakan
Sidotopo yang diperoleh menyatakan pendekatan Cross sectional. Data yang
bahwa ISPA termasuk ke dalam daftar Top diperoleh dari hasil penelitian akan
Ten Disesase di wilayah kerja puskesmas dianalisis dengan uji Chi-Square untuk
tersebut. Kasus ISPA yang tercatat pada menganalsis adanya hubungan. Penelitian
tahun 2017 yaitu 2697 kasus. Penduduk ini ditunjang dari 2 data yaitu data
disekitar wilayah kerja puskesmas sekunder dan data primer. Data sekunder
tersebut memiliki pendidikan rendah dan di dapatkan dari pihak puskesmas yang
kurangnya kesadaran terhadap kondisi berupa dokumen hasil laporan instansi
lingkungan sekitar terutama di kelurahan Data primer didapatkan melalui data
Ampel. lapangan. Instrumen pengumpulan data
Pengetahuan dipengaruhi oleh berupa kuesioner.
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh Populasi penelitian terdiri dari Ibu
seseorang. Kondisi ini dibuktikan dengan yang memiliki balita yang berada di 2 RW
faktor yang mempengaruhi pengetahuan Keluarahan Ampel yaitu RW 13 (RT 2 dan
salah satunya adalah pendidikan. Dimana RT 3) dan RW 14 (RT 1) dengan total ibu
pengetahuan merupakan tingkat ilmu atau yang memiliki balita yaitu 55 ibu. Besar
pengertian yang dihasilkan dari setelah sampel yang di peroleh berdasarkan hasil
seseorang tersebut mencari tahu dan perhitungan yang dilakukan dengan rumus
melakukan penginderaan pada suatu yaitu 48 orang. Teknik pengambilan
objek tertentu. Pengetahuan merupakan sampel yang digunakan pada penelitian ini
dasar seseorang untuk menentukan pilihan adalah dengan menggunakan Teknik
Ike Niki dan trias Mahmudiono. Hubungan Pengetahuan Ibu… 185

Simple Random Sampling. Teknik Simple memiliki hubungan yang bermakna apabila
Random Sampling yaitu pengambilan memunuhi syarat yaitu p<0,05.
sampel dengan tanpa memperhatikan
karakteristik responden. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan
pengukuran pengetahuan dengan 3 Hasil pengumpulan data mengenai
kategori yaitu pengetahuan baik, cukup karakteristik responden penelitian
dan kurang. Ibu dikatakan memiliki disajikan pada Tabel 1. Tabel 1
pengetahuan yang baik apabila jumlah menampilkan karakteristik responden.
jawaban yang benar adalah 76-100%, ibu Didapatkan usia ibu terbanyak pada
dikatakan memiliki pengetahuan cukup rentang 15-45 tahun. Latar belakang
apabila jumlah jawaban benar adalah 56- pendidikan terbanyak (52,1%) yakni
76%, ibu dikatakan memiliki pengetahuan Sekolah Dasar (SD). Mayoritas responden
kurang apabila jumlah jawaban benar tidak bekerja (50%) dan memiliki
<56%. Variabel yang diteliti dikatakan penghasilan antara 500.000-1000.000
rupiah perbulan.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, dan


pendapatan
Karakteristik Frekuensi %
Umur
15-25 13 27,1
26-35 27 56,3
36-45 8 16,6
Total 48 100
Tingkat pendidikan
SD 25 52,1
SMP 8 16,7
SMA 14 29,2
Perguruan Tinggi 1 2,1
Total 48 100
Pekerjaan
Pegawai swasta 7 14,6
Wiraswasta 17 35,4
Tidak Bekerja 24 50
Total 48 100
Pendapatan (Rupiah)
500.000-1.000.0000 19 39,6
1.000.000-1.500.000 12 25
1.5000.000-2.000.000 5 10,4
2.0000.0000-3.000.000 9 18,8
>3.000.000 3 6,3
Total 48 100

Hasil Pengetahuan Ibu terhadap Pengetahuan responden masih


Penyakit ISPA kurang terkait pemahaman erhadap
Hasil pengumpulan data penyakit ISPA. Kondisi ini bisa dilihat dari
menunjukkan bahwa sebanyak 28 orang karakteristik tingkat pendidikan terakhir
(58,33%) memiliki pengetahuan yang diselesaikan oleh responden, dimana
kurang tentang ISPA. Hasil analisis data mayoritas responden hanya berpendidikan
dapat disimpulkan bahwa Ibu di kelurahan terakhir lulus SD, sehingga dapat
Ampel Khususnya di RW XIII dan RW IX mempengaruhi tingkat pengetahuan yang
belum mengetahui tentang penyakit ISPA dimiliki.
yang meliputi definisi, tanda dan gejala, Hasil penelitian ini sejalan dengan
penyebab bahkan upaya untuk mencegah penelitian sebelumnya yang menyebutkan
penyakit ISPA tersebut. adanya korelasi antara tingkat pendidikan
186 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health promotion and Health Education
Vol. 7 No. 2 Desember 2019 : 182 – 192, doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.182-192

terhadap status kesehatan seseorang Adanya hubungan ini memiliki


(Pradono and Sulistyowati, 2014). Tingkat makna bahwa tingkat pengetahuan
pendidikan adalah berapa lama seseorang seseorang sangat berpengaruh terhadap
menyelesaikan pendidikan yang ditempuh hal yang dilakukan. Dimana tingkat
baik pendidikan formal seperti sekolah pengetahuan ibu tentang ISPA akan
negeri, swasta, maupun pendidikan berdampak terhadap upaya pencegahan
seperti keagamaan. Seseorang yang yang dilakukan dengan cara memberikan
memiliki pendidikan cukup baik dapat Imunisasi sebagai dasar pencegahan
meningkatkan intelektual, sehingga terhadap suatu penyakit.
semakin tinggi tingkat pendidikan yang Hasil ini sejalan dengan penelitian
dimiliki atau yang telah diselesaikan oleh sebelumnya, yang menyatakan bahwa
seseorang akan mempermudah dalam adanya hubungan yang kuat antara
menerima dan memahami suatu informasi pengetahuan ibu dengan status pemberian
yang diperoleh dari luar. Tingkat imunisasi dasar (Kadir, Fatimah and
pemahaman ini kemudian mempengaruhi Hadia, 2014). Didukung dengan penelitian
keputusan pada suatu keadaan yang sebelumnya dengan hasil bahwa seseorang
dihadapi dengan tepat. tidak akan mempunyai dasar mengambil
Pendidikan adalah suatu proses suatu keputusan dan menentukan
dari perubahan perilaku dan sikap tindakan tentang upaya yang harus
seseorang dengan melalui suatu kegiatan dilakuakn terhadap pencegahan suatu
pemebelajaran dan pengajaran (Budiman penyakit tanpa adanya pengetahuan
and Riyanto, 2013). Semakin tinggi (Achmadi, 2014).
pendidikan yang dimiliki oleh seseorang, Terdapat hubungan pengetahuan
maka akan semakin cepat dan mudah pula yang dimiliki ibu dengan status pemberian
orang tersebut dalam menerima dan imunisasi dasar untuk bayinya. Dalam
memahami informasi yang diperoleh. penelitian tersebut juga menyebutkan
Umumnya pendidikan memberikan dan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan
mengajarkan seseorang tentang berbagai yang baik mayoritas status imunisasi dasar
ilmu sehingga seseorang itu mampu untuk ankanya lengkap dan dijelaskan pula
berfikir secara rasional, logis dalam bahwa ibu dengan pengetahuan baik
melihat maupun menghadapi berbagai isu- memolki 6,2 kali bayinya memiliki
isu yang terjadi dari berbagai sudut imunisasi dasar yang lengkap (Isnayni,
pandang. Dengan pendidikan yang dimiliki 2016).
seseorang mampu dalam menganalisis dan Imunisasi adalah suatu tindakan
memecahkan bahkan memberi solusi. yang sengaja dilakukan dengan
memasukan cairan yang didalamnya
Hubungan Pengetahuan tentang mengandung mikroba hidup yang
penyakit ISPA dengan Upaya pencegahan dilemahkan kepada bayi dan anak dengan
penyakit ISPA tujuan untuk memberikan kekebalan
Hasil analisis nilai hasil uji tubuh bayi dan anak terhadap suatu
statistik yang telah dilakukan, penyakit tertentu. Imunisasi merupakan
didapatkkan p=0,011, sehingga nilai salah satu upaya pencegahan terhadap
p<α=0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa suatu penyakit. Meskipun suatu saat nanti
terdapat hubungan antara pengetahuan anak terpapar oleh penyakit bisa
yang dimiliki seseorang terhadap terhindar dari penyakit tersebut ataupun
pemberian imunisasi dasar sebagai salah terkena sakit tetapi tidak terlalu parah
satu upaya yang dilakukan untuk kondisinya.
mencegah terhadap penyakit ISPA.

Tabel 2. Hasil Korelasi antara Pengetahuan dengan Upaya Pencegahan ISPA melalui
Imunisasi
Status Imunisasi
Pengetahuan Lengkap Tidak Lengkap P
Value
Frekuensi % Frekuensi %
Baik 10 20,8 1 2,1
Cukup 4 8,3 5 10,4 0,011
Kurang 8 16,7 20 41.7
Total 22 45,8 26 54,2
Ike Niki dan trias Mahmudiono. Hubungan Pengetahuan Ibu… 187

Pengetahuan yang dimiliki seseorang yang tidak mendapatkan imunisasi


dalam memberikan status imunisasi dasar lengkap mudah sakit, atau anak tetangga
lengkap dipengaruhi 3 faktor, yaitu: yang tidak mendapatkan imunisasi
1. Umur campak terkena campak sehingga
Umur adalah kondisi usia seseorang seseorang tersebut tidak mau hal yang
yang terhitung mulai dari semenjak sama terjadi pada anaknya. Sehingga
dirinya dilahirkan. Semakin umur anaknya mendapatkan imunisasi sebagai
seseorang bertambah akan berbanding upaya pencegahan dari penyakit sesuai
lurus dengan tingkat kematangan pola dengan pengetahuan ibu yang di dapatkan
pikir sehingga pengetahuannya juga dari pengalaman yang dirasakan oleh
akan bertambah. orang lain. Pengetahuan yang dimiliki oleh
2. Pendidikan ibu tentang penyakit ISPA akan
Pendidikan adalah suatu proses menimbulkan tindakan pencegahan agar
bimbingan pembelajaran atau anaknya tidak terkena ISPA dengan
pengajaran yang ditujukan kepada memberikan imunisasi sebagai
seseorang dalam mempermudah pencegahan terhadap suatu penyakit.
mencapai cita-cita tertentu. Dengan Pengetahuan yang dimiliki
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi seseorang dengan orang lain berbeda-
akan mempermudah dalam memahami beda. Pengetahuan merupakan kekayaan
dan menganalisa suatu hal. mental secara langsung atau tidak
3. Paritas langsung dapat memperkaya kehidupan
Paritas adalah jumlah anak yang seseorang. Pengetahuan yang baik akan
dimiliki dan yang dilahirkan dalam berdampak terhadap dengan tindakan
kondisi hiudp maupun sudah pencegahan terhadap penyakit ISPA.
meninggal. Pengalaman yang dimiliki oleh seseorang
Hasil yang di dapatkan oleh bisa berasal dari pengalaman sendiri
peneliti ada kesesuaian dengan teori ataupun dari kegiatan yang menunjang,
pengetahuan merupakan suatu bagian melihat atau mengamati suatu kondisi
yang penting dalam penentuan tindakan yang berada di lingkungannya.
yang akan dilakukan seseorang Pengetahuan merupakan suatu hal dasar
(Notoatmodjo, 2010). Seseorang memiliki untuk terbentuknya tindakan yang akan
pengetahuan bisa berdasarkan dilakukan seseorang. Pengetahuan yang
pengalaman sendiri atau hasil dari dimiliki seseorang akan menciptakan
melihat atau mendengar pengalaman yang tindakan dasar dalam kehidupan
dirasakan oleh orang lain. Contohnya, seseorang.
seorang ibu melihat anak tetangganya

Tabel 3. Hasil Korelasi antara Pengetahuan dengan Upaya Pencegahan melalui Non
Imunisasi
Tingkat Pengetahuan Total P
Upaya Pencegahan Baik Cukup Kurang Val
Non Imunisasi
ue
n % n % n % n %
ASI Eksklusif
Ya 8 16,7 7 14,6 11 22,9 26 54,2 0,0
Tidak 3 6,3 2 4,2 17 35,3 22 45,8 31
Merokok
Ya 4 8,3 3 6,3 22 45,8 29 60,4 0,0
Tidak 7 14,6 6 12,5 6 12,5 19 39,6 06
Penggunaan Obat Nyamuk
Ya 5 10,4 2 4,2 20 41,7 27 56,3 0,0
Tidak 6 12,5 7 14,6 8 16,7 21 43,8 37
Membuka Jendela
Ya 10 20,8 7 14,6 12 25 29 60,4 0,0
Tidak 1 2,1 2 4,2 16 33,3 19 39,6 08

Penelitian sebelumnya juga dikatakan tidak sehat disebabkan karena


menunjukkan hasil serupa, dimana salah pencemaran udara seperti asap
satu upaya pencegahan penyakit ISPA kendaraan, asap yang berasal dari obat
adalah melalui pemberian imunisasi nyamuk, rokok, maupun asap yang
(Misnadiarly, 2008). Keadaan lingkungan
Ike Niki dan trias Mahmudiono. Hubungan Pengetahuan Ibu… 187
dihasilkan dari dapur. Keberadaan asap
188 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health promotion and Health Education
Vol. 7 No. 2 Desember 2019 : 182 – 192, doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.182-192

tersebut bisa memicu timbulnya ISPA and Assetya, 2017). Penelitian


(Depkes RI, 2010) sebelumnya menyatakan gangguan fungsi
Anak memiliki dua macam paru-paru yang dialami oleh seseorang
kekebalan tubuh, yaitu imun aktif dan dapat disebabkan oleh merokok, durasi
pasif. Banyak cara untuk meningkatkan paparan terhadap debu. Faktor internal
sitem kekebalan tubuh pada anak-anak. yaitu umur, jenis kelamin, status gizi,
Cara yang paling mudah yakni dengan kebiasaan berolahraga juga berperan
memberikan ASI pada anak secara ekslusif dalam menimbulkan gangguan pada fungsi
selama 6 bulan tanpa tambahan makanan paru-paru (Sholihah and Tualeka, 2015).
apapun. Pemberian ASI ekslusif bisa Hasil penelitian menunjukkan nilai
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. p=0,037 (α=0,05), memiliki makna bahwa
ASI mengandung banyak nutrisi yang terdapat hubungan antara pengetahuan
cukup untuk memenuhi kebutuhan dan ibu yang memilki balita ISPA dengan
mampu meningkatkan kekebalan. penggunaan obat nyamuk dalam rumah.
Kandungan yang terdapat dalam ASI Upaya pencegahan selanjutnya yang
seperti vitamin, protein, dan kalori yang diteliti yaitu kebiasaan membuka jendela
banyak diperlukan oleh tubuh. Upaya di pagi hari. Hasil yang diperoleh dari
pencegahan ini dimaksudkan untuk penelitian yang dilakukan ini nilai p=0,008
meningkatkan sistem imun sehingga anak (α=0,05), yang memiliki makna bahwa ada
dapat terlindungi dari berbagai penyakit hubungan yang signifikan antara
infeksi sepeti ISPA. pengetahuan ibu terhadap tindakan ibu
Hasil yang didapatkan dari membuka jendela di pagi hari.
penelitian yang dilakukan ini sejalan Hasil penelitian yang telah
dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan sejalan dengan penelitian yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan menyatakan salah satu faktor dari
yang signifikan antara kejadian penyakit penyebab penyakit ISPA adalah kurangnya
infeksi pada anak yang diberi ASI eksklusif pencahayaan yang didapat anak. Dimana
dengan yang tidak diberi ASI eksklusif. pencahayaan yang dimaksud bisa
Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif diperoleh dengan membuka jendela di
memiliki risiko 4,96 lebih besar terkena pagi hari. Pemenuhan udara bersih
ISPA dibandingkan anak yang diberikan ASI merupakan kebutuhan utama dalam
ekslusif oleh ibunya (Yustianingrum and mempercepat proses penyembuhan ISPA.
Adriani, 2017). Ventilasi adalah tempat keluar masuknya
Hasil uji statistik diperoleh nilai udara secara bebas. Ventilasi berfungsi
p=0,006 (p<α=0,05), yang artinya ada untuk menjaga aliran udara yang masuk
hubungan pengetahuan ibu tentang tetap segar dan terjaga seperti
penyakit ISPA terhadap tindakan untuk keseimbangan oksigen yang dibutuhkan
tidak membiarkan anggota keluarga oleh orang yang menjadi penghuni rumah
merokok di dalam rumah. Asap rokok tersebut. Banyak manfaat yang diperoleh
mengandung zat kimia yang berbahaya dari adanya ventilasi di rumah seperti
untuk kesehatan, seperti tar, nikotin, dan menjaga agar aliran udara yang berada di
karbon monoksida. Asap tersebut dalam rumah tersebut tetap bersih dan
dikeluarkan akibat pembakaran produk segar. Ventilasi di rumah harus cukup dan
tembakau yang berbahaya bagi kesehatan sesuai, karena kurangnya ventilasi di
manusia. Bayi dan anak-anak yang dalam rumah dapat menimbulkan jumlah
orangtuanya merupakan perokok aktif oksigen dalam rumah itu berkurang,
mempunyai risiko lebih besar untuk sedangkan kadar karbondioksida yang
terkena gangguan pernafasan dengan berbahaya justru meningkat.
gejala sesak nafas, batuk, dan lendir yang Perilaku membuka jendela dan
berlebihan. keberadaan jendela merupakan bagian
Penelitian ini sejalan dengan dari ciri rumah sehat, dimana dengan
penelitian sebelumnya yang menyatakan keberadaan jendela dapat menjaga
bahwa dari 25,9% balita di Indonesia yang sirkulasi udara yang baik di dalam rumah
terpajan asap rokok di dalam rumahnya, dan memiliki pengaruh penting terhadap
sebesar 24,4% diantaranya menderita kejadian gangguan pernapasan pada
ISPA. Dapat disimpulkan bahwa dalam balita. Pencahayaan dari sinar matahari
pengendalian penyakit ISPA pada balita di sagat dibutuhkan untuk kondisi rumah
sarankan untuk berfokus terhadap yang dikatakan sehat dan pencahayaan
pajanan asap rokok dalam rumah (Zahra dari sinar matahari itu harus cukup.
Ike Niki dan trias Mahmudiono. Hubungan Pengetahuan Ibu… 189

Pencahayaan dari sinar matahari yang Tidak hanya dari mampu menyebutkan
kurang dapat menimbulkan berbagai saja, tetapi juga mampu dalam
masalah seperti menimbulkan mengintepretasikan hal tersebut
ketidaknyamanan penghuni karena kondisi secara benar.
rumah yang lembab dan dapat menjadi 3. Aplikasi (application)
tempat berkembangbiak kuman-kuman Apabila seseorang yang sudah
penyebab penyakit. Kondisi ini terjadi memahami suatu hal yang sudah
karena proses penguapan cairan dari didapatkan maupun yang dipelajarinya
permukaan kulit. Tempat yang lembab sehingga dapat menerapkan dan
menjadi media dari bakteri-bakteri mengaplikasikan suatu objek tersebut
pathogen penyebab penyakit seperti pada keadaan yang lainnya.
tuberculosis, penyakit saluran pernafasan, 4. Analisa (analysis)
dan penyakit mata, sehingga perlu Kemampuan seseorang untuk
diupayakan untuk membuka jendela atau menjabarkan, memisahkan, dan
ventilasi rumah secara rutin. mengelompokkan materi atau suatu
Faktor yang bisa mempengaruhi objek ke dalam komponen-komponen.
tingkat pengetahuan salah satunya yaitu 5. Sintesis (synthesis)
pendidikan. Pendidikan adalah proses Kemampuan seseorang dalam
pelatihan dan pembelajaran yang telah merangkum dan menempatkan ke
ditempuh seseorang. Tingginya pendidikan dalam suatu hubungan yang logis dari
yang dimiliki oleh seseorang berbanding komponen pengetahuan yang
lurus dengan kemampuan untuk dimilikinya.
memahami informasi yang diperoleh. 6. Evaluasi (evaluation)
Tingkat pengetahuan yang baik dapat Kemampuan seseorang dalam menilai
mempengaruhi seseorang dalam objek tertentu yang sudah di tentukan
melakukan suatu hal atau mengambil sebelumnya.
keputusan (Budiman and Riyanto, 2013). Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Pengetahuan merupakan bagian meliputi (Budiman and Riyanto, 2013):
yang sangat penting dalam proses 1. Pendidikan
perubahan perilaku seseorang. Tingkat Suatu kegiatan pembelajaran,
pengetahuan seseorang dapat diketahui pengajaran, atau pelatihan yang
melalui pemahaman mereka terhadap dijalani oleh seseorang untuk
suatu informasi atau fenomena. memperoleh suatu hal dalam proses
Pemahaman tersebut kemudian akan pendewasaan diri. Seseorang yang
berlanjut pada implementasi, analisis, memiliki tingkat pendidikan tinggi
sintesis, dan evaluasi untuk menilai suatu maka akan cepat pula dalam menerima
keadaan. Contohnya yakni seseorang yang informasi dan memahami informasi
memiliki pengetahuan terhadap ISPA akan tersebut.
mampu membedakan balita yang terkena 2. Informasi/Media Massa
ISPA dengan yang tidak (Achmadi, 2014). Informasi adalah suatu pesan atau
kumpulan dari pesan yang berisi
Pengetahuan berbagai hal dengan maksud tertentu
Pengetahuan adalah hasil dalam penyebarannnya.
penginderaan manusia, atau hasil tahu 3. Sosial, Budaya, dan Ekonomi
terhadap suatu objek melalui indera yang Budaya yang dimiliki oleh seseorang
dimilikinya seperti: mata, hidung, telinga, dilakukan melalui tradisi yang turun
dan sebagaianya (Notoatmodjo, 2010). menurun dan biasanya tanpa penalaran
Ada 6 tingkatakan dalam pengetahuan, tentang baik buruknya budaya
yaitu (Notoatmodjo, 2010): tersebut. Status ekonomi seseorang
1. Tahu (know) mempengaruhi tingkat pengetahuan.
Dijabarkan sebagai pengingat dari Orang yang memiliki status ekonomi
suatu materi yang telah dipelajari dibawah rata-rata akan mengalami
sebelumnya, atau sebagai recall kesulitan dalam memperoleh fasilitas
(memanggil) sesuatu yang spesifik dari yang diperlukan untuk meningkatkan
yang dipelajari atau rangsangan yang pengetahuan. Seseorang yang
telah diterima sebelumnya. mempunyai status sosial budaya yang
2. Memahami (comprehension) baik, maka pengetahuannya akan baik
Kemampuan dalam menjelaskan suatu pula.
hal atau objek yang diketahuinya . 4. Lingkungan
190 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health promotion and Health Education
Vol. 7 No. 2 Desember 2019 : 182 – 192, doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.182-192

Lingkungan merupakan faktor perilaku (Maryunani, 2010). Hasil


eksternal yang dapat mempengaruhi penelitian ini sejalan dengan penelitian
pengetahuan. Lingkungan tersebut sebelumnya yang menyatakan bahwa
meliputi lingkungan pergaulan, terdapat hubungan antara pengetahuan,
pertemanan, atau perkumpulan. ventilasi udara, dan kebiasaan merokok
Melalui lingkungan tersebut, seseorang dengan kejadian ISPA (Pangaribuan,
akan memperoleh penemuan yang baru 2017).
tentang berbagai hal yang belum Sejumlah penelitian yang ada
diketahuinya. Baik buruknya telah membuktikan bahwa faktor risiko
pengetahuan yang didapat tergantung yang erat hubungannya dengan penyakit
dari lingkungan dan juga pilihan ISPA pada balita, yaitu faktor kondisi
individu tersebut. lingkungan rumah dan faktor balita
5. Pengalaman (seperti pemberian ASI eksklusif, status
Diperoleh dari diri sendiri maupun gizi, status imunisasi, berat badan lahir
orang lain. Pengalaman yang diperoleh dan umur bayi). Kondisi lingkungan rumah
dapat menambah pengetahuan yang yang berpengaruh terhadap kejadian
akan bermanfaat dalam menghadapi penyakit ISPA yaitu pajanan asap rokok di
suatu masalah yang sama dikemudian dalam rumah, pajanan asap dapur yang di
hari. sebabkan oleh memasak dengan
6. Usia
menggunakan bahan bakar kayu, dan
Dihitung dari hari kelahiran sampai buruknya sirkulasi udara di dalam rumah.
saat ini. Pertambahan usia berbanding Pencegahan ISPA dapat dilakukan
lurus dengan pengalaman yang melalui berbagai hal, yakni melalui
diperoleh dan dapat mempengaruhi pemberian imunisasi dan pencegahan non
pola pikir individu dalam imunisasi. Pencegahan non imunisasi
menyelesaikan permasalahan yang terdiri dari pemberian ASI ekslusif,
dihadapi. mengurangi paparan asap rokok,
Faktor risiko terjadinya ISPA penggunaan obat nyamuk dalam rumah,
terdiri dari faktor individu, lingkungan, dan membuka jendela atau ventilasi
ventilasi rumah, dan kepadatan hunian rumah setiap pagi (Misnadiarly, 2008).
(jumlah penghuni dalam rumah) dan

Tabel 4. Hasil Korelasi antara dukungan keluarga dengan upaya pencegahan melalui
imunisasi dan non-imuniasi
Variabel Dukungan Keluarga
Upaya Pencegahan Ada Tidak Total P
a Ad
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Value
Imunisasi
Lengkap 14 29,2 8 16,6 22 45,8
0,047
Tidak Lengkap 8 16,7 18 37,5 26 54,2
Non-imunisasi
ASI Eksklusif 26 54,2 0 0 26 54,2
0,0001
Tidak ASI Eksklusif 0 0 22 45,8 22 45,8

Hasil Dukungan Keluarga terhadap Martini and Devy, 2016). Peran dukungan
Upaya Pencegahan ISPA keluarga yang diperoleh akan sangat
Hasil dari uji statistik yang berdampak yang luar biasa terhadap
dilakukan oleh peneliti dari upaya status kelengkapan imunisasi pada anak
pencegahan dengan imunisasi diperoleh (Oktarina, 2018).
nilai p=0,047, sehingga nilai p<α=0,05 Hasil dari uji statistik yang telah
yang berarti ada hubungan yang signifikan dilakukan didapatkan nilai p=0,0001 yang
antara dukungan keluarga terhadap artinya nilai p<α=0,05 sehingga dapat
kelengkapan status imunisasi dasar ditarik kesimpulan bahwa terdapat
sebagai salah satu upaya pencegahan hubungan yang bermakna antara
terhadap penyakit ISPA. Hasil penelitian dukungan keluarga yang diperoleh ibu
yang telah dilakukan sejalan dengan terhadap kesuksesan dalam memberikan
penelitian sebelumnya, bahwa terdapat ASI Eksklusif.
hubungan yang signifikan antara dukungan Dukungan keluarga yang diberikan
keluarga memiliki terhadap kelengkapan bisa berupa mendengarkan keluhan ibu
status imunisasi dasar pada anak (Hafid, selama menyusui, memotivasi dan
Ike Niki dan trias Mahmudiono. Hubungan Pengetahuan Ibu… 191

memberikan semangat kepada ibu untuk „Pengetahuan dan Kepatuhan Ibu


tidak takut akan perubahan fisik yang pada Pemberian Imunisasi Dasar
terjadi, misalnya gemuk, serta bagi Bayi‟, Journal of Pediatric
meyakinkan bahwa ibu dapat memberikan Nursing Stikes Nani Hasanuddin
ASI ekslusif selama 6 bulan. Kesuksesan Makassar, 1(1), pp. 9–13.
seorang Ibu dalam memberikan ASI Kemenkes RI (2017) Profil Kesehatan
Ekslusif pada anaknya tidak lepas dari Indonesia 2016, Kementerian
peran dukungan keluarga yang diperoleh. Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan
SIMPULAN Republik Indonesia. Available at:
http://www.depkes.go.id/resourc
Kesimpulan dari penelitian ini es/download/pusdatin/profil-
yakni terdapat hubungan antara kesehatan-indonesia/Profil-
pengetahuan ibu tentang penyakit ISPA Kesehatan-Indonesia-2016.pdf.
terhadap upaya pencegahan ISPA baik Maryunani, A. (2010) Ilmu Kesehatan Anak
melalui imunisasi maupun non imunisasi. Dalam Kebidanan. Jakarta: CV.
Pencegahan non imunisasi dilakukan Trans Info Media.
melalui pemberian ASI eksklusif, Misnadiarly (2008) Infeksi Saluran Napas
kebiasaan merokok dalam rumah, Pneumonia pada Anak, Orang
kebiasaan membuka ventilasi, dan Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia
penggunaan obat nyamuk. Atipik & Pneumonia Atypik
Mycobacterium. Jakarta: Pustaka
Obor Populer.
DAFTAR PUSTAKA Mubarak, W. . and Chayatin (2009) Ilmu
Kesehatan Masyarakat Teori dan
Achmadi, U. F. (2014) Kesehatan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Masyarakat Teori dan Aplikasi. Medika.
Jakarta: PT Raja Grafindo Muttaqin, A. (2008) Buku Ajar Asuhan
Persada. Keperawatan Klien dengan
Balitbangkes Kemenkes RI (2013) Pokok- Gangguan Sistem Pernapasan.
Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar Jakarta: Salemba Medika.
(Riskesdas) 2013 Provinsi Jawa Notoatmodjo, S. (2010) Promosi
Timur. Kesehatan Teori & Aplikasi.
Budiman and Riyanto, A. (2013) Kapita Jakarta: Rineka Cipta.
Selekta Kuisioner Pengetahuan Oktarina, S. (2018) „Hubungan Peran
Dan Sikap Dalam Penelitian Kader Dan Dukungan Keluarga
Kesehatan. Jakarta: Salemba Dengan Kelengkapan Imunisasi
Medika. Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja
Depkes RI (2010) Profil Kesehatan Puskesmas Tarusan‟, Menara Ilmu,
Indonesia. Jakarta: Kementerian 12(80), pp. 111–118.
Kesehatan Republik Indonesia. Pangaribuan, S. (2017) „Hubungan Kondisi
Available at: Lingkungan Rumah dengan
https://www.depkes.go.id/resour Kejadian ISPA pada Balita di
ces/download/pusdatin/profil- Puskesmas Remu Kota Sorong‟,
kesehatan-indonesia/profil- Global Health Science, 2(1), pp.
kesehatan-indonesia-2009.pdf. 6–10.
Hafid, W., Martini, S. and Devy, S. R. Pradono, J. and Sulistyowati, N. (2014)
(2016) „Faktor Determinan Status „Hubungan antara Tingkat
Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Pendidikan, Pengetahuan tentang
Di Puskesmas Kondang dan Kesehatan Lingkungan, Perilaku
Geger‟, Jurnal Wiyata, 3(1), pp. Hidup Sehat dengan Status
38–45. Kesehatan (Studi Korelasi pada
Isnayni, E. (2016) „Hubungan Pengetahuan Penduduk Umur 10–24 Tahun di
Ibu, Pendapatan Keluarga dan Jakarta Pusat)‟, Buletin
Peran Keluarga dengan Status Penelitian Sistem Kesehatan,
Imunisasi Dasar‟, Jurnal Berkala 17(1), pp. 89–95. Available at:
Epidemiologi, 4(3), pp. 360–370. https://media.neliti.com/media/
doi: 10.20473/jbe.v4i3. publications/20885-ID-correlation-
Kadir, L., Fatimah and Hadia, H. (2014) between-education-level-
192 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health promotion and Health Education
Vol. 7 No. 2 Desember 2019 : 182 – 192, doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.182-192

knowledge-of-environmental- ASI Eksklusif The Differences of


health-healthy-be.pdf. Nutritional Status and Infection
Sholihah, M. and Tualeka, A. R. (2015)
Disease in Exclusive Breastfeed
„Studi Faal Paru Dan Kebiasaan and Non Exclusive Breastfeed
Merokok Pada Pekerja Yang Toddlers‟, Amerta Nutrition, 1(4),
Terpapar Debu Pada Perusahaan pp. 415–423. doi:
Konstruksi Di Surabaya‟, The 10.20473/amnt.v1.i4.2017.415-
Indonesian Journal 423.
of Occupational Zahra and Assetya, O. (2017) „Kondisi
Safety and Health, 4(1), p. Lingkungan Rumah Dan Kejadian
1. doi: ISPA Pada Balita Di Indonesia‟,
10.20473/ijosh.v4i1.2015.1-10. Jurnal Ekologi Kesehatan, 16(3),
Yustianingrum, L. N. and Adriani, M. pp. 121–129. doi:
(2017) „Perbedaan Status Gizi dan 10.22435/jek.v16i3.6945.121-129.
Penyakit Infeksi pada Anak Baduta
yang Diberi ASI Eksklusif dan Non

You might also like