You are on page 1of 7

JIMKESMAS

JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT


VOL. 2.NO.7/ AGUSTUS 2017; ISSN 2502-731X,

EVALUATION OF DISEASE CONTROL PROGRAM IMPLEMENTATION OF ACUTE RESPIRATORY


INFECTION (ARI) IN KOLAKA PUBLIC HEALTH CENTER OF KOLAKA SUB-DISTRICT IN 2016
1
Sastrind Januarni Umar, 2Ambo Sakka, 3Paridah.
123 Faculty of Public Health Halu Oleo University
sastrin195@gmail.com abufaadhl@gmail.com paridah@gmail.com

ABSTRACT

Development of ARI/Pneumonia cases which tend to increase is a health issues of concern in Indonesia. ARI is
an infection that attacks the throat, nose and lungs. In the last three years the incidence rate of ARI/Pneumonia in Kolaka
Public Health Center (PHC) in 2014 were 2,185 cases, in 2015 2,698 cases and in 2016 were 2,706 cases. This study aims
to evaluate the disease control program of ARI at KolakaPHC of Kolaka sub-district in 2016. This study uses an evaluation
of system analysis, which will be any activitie that exist in the P2ISPA will be evaluated so that expected every deficiency
and excess of the program activity to be known. This research using qualitative approach by conduct a document study,
interview and observation. The research results on the evaluation of advocacy and socialization were considered good
enough, but the health personnel involved were insufficient. Evaluation of the findings and management of ARI was
considered good because the officers involved in the activity of P2ISPA program at Kolaka PHC understand and perform
finding of people suffer from ARI. Evaluation of logistics availability has helped the officers although not sufficient.
Evaluation of human resource capacity was quite good but still needs to be improved again because it has not involved
many other health officers including the cadres. Evaluation of recording and reporting was considered good where
reporting is submitted to Health Agency every fifth. Suggestions for PHC is need to pay attention to the meeting time to
the Health Agency and Hospital, it is necessary to propose the addition of health personnel involved in P2ISPA and needs
to provide training to the cadre.

Keywords: Evaluation, Implementation of Control Program, ARI, Public Health Center

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN


AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS KOLAKA KECAMATAN KOLAKA TAHUN 2016
1
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2.NO.7/ AGUSTUS 2017; ISSN 2502-731X,

Sastrind Januarni Umar1 Ambo Sakka2 Paridah3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo 123
sastrin195@gmail.com1 abufaadhl@gmail.com2 paridah@gmail.com3
ABSTRAK
Perkembangan kasus ISPA/Pneumonia yang cenderung meningkat merupakan salah satu masalah
kesehatan yang menjadi perhatian di Indonesia. ISPA merupakan infeksi yang menyerang tenggorokan, hidung dan
paru -paru. Dalam tiga tahun terakhir angka kejadian penyakit ISPA/Pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Kolaka
yaitu tahun 2014 sebanyak 2.185 kasus,tahun 2015 sebanyak 2.698 kasus dan tahun 2016 sebanyak 2.706 kasus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program pengendalian ISPA di Puskesmas Kolaka Kecamatan Kolaka
tahun 2016. Penelitian ini menggunakan model evaluasi sistem analisis, yang nantinya setiap kegiatan yang ada
pada P2ISPA akan di evaluasi sehingga diharapkan dapat diketahui setiap kekurangan dan kelebihan dari kegiatan
program tersebut. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara melakukan studi
dokumen, wawancara dan observasi. Hasil penelitian pada evaluasi advokasi dan sosialisasi dinilai sudah cukup
baik, namun tenaga kesehatan yang terlibat masih kurang. Evaluasi penemuan dan tatalaksana ISPA dinilai sudah
baik karena petugas yang terlibat dalam kegiatan program P2 ISPA di Puskesmas Kolaka mengetahui dan
melakukan penemuan penderita ISPA. Evaluasi ketersediaan logistik sudah membantu para petugas meskipun
belum mencukupi. Evaluasi kapasitas SDM sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan lagi karena belum
banyak melibatkan tenaga kesehatan lainnya termasuk dengan kadernya. Evaluasi pencatatan dan pelaporan
dianggap sudah baik dimana pelaporan diserahkan ke Dinkes setiap tanggal lima. Saran bagi Puskesmas perlu
memperhatikan waktu pertemuan kepada pihak Dinkes dan RS, perlu mengusulkan penambahan tenaga kesehatan
yang terlibat dalam P2ISPA dan perlu memberikan pelatihan kepada kader.

Kata Kunci: Evaluasi, Pelaksaan Program Pengendalian, ISPA, Puskesmas

2
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2.NO.7/ AGUSTUS 2017; ISSN 2502-731X,
PENDAHULUAN Prevalensi penyakit ISPA di Kabupaten Kolaka
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada tahun 2011 terdapat 17.239 penderita atau 55
merupakan infeksi yang menyerang tenggorokan, per 1.000 penduduk, pada tahun 2012 mengalami
hidung dan paru-paru. ISPA merupakan penyakit peningkatan menjadi 23.031 penderita dengan
yang paling sering berada dalam daftar 10 (sepuluh) angka kesakitan 70 per 1.000 penduduk dan pada
penyakit terbanyak di puskesmas maupun di rumah tahun 2013 menjadi 26.559 penderita dengan angka
sakit. Penyakit ini diawali dengan panas, kesakitan 79 per 1.000 penduduk, pada tahun 2014
tenggorokan sakit atau nyeri pada saat menelan, sebanyak 27.830 kasus, pada tahun 2015 menurun
pilek, batuk kering atau berdahak. Penyebab ISPA menjadi 25.080 penderita dengan angka kesakitan
berasal dari genus Streptococcus, Staphylococcus, 106 per 1000 penduduk dan pada tahun 2016
Pneumococcus, Hemovilus, Bordetella, dan 6
sebanyak 26.506 .
Corynebacterium. Virus penyebab ISPA adalah Kejadian ISPA/Pneumoni di Puskesmas Kolaka
golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, dalam waktu 3 tahun terakhir mengalami
1
Pikomavirus, dan Herpesvirus . peningkatan pada tahun 2014 terjadi 2.185 kasus
Penularan penyakit ISPA terjadi melalui pada tahun 2015 terjadi 2.698 kasus dan pada tahun
udara, bibit penyakit masuk ke tubuh melalui 2016 terjadi 2.706 kasus7.
pernafasan, oleh karena itu ISPA termasuk dalam Evaluasi program adalah upaya untuk
salah satu penyakit golongan air borne disease. mengetahui efektivitas komponen program dalam
Penularan melalui udara yang dimaksudkan adalah mendukung pencapaian tujuan program. Untuk
cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan mengetahui seberapa jauh dan bagian mana dari
penderita maupun dengan benda yang tujuan yang sudah tercapai, dan bagian mana yang
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui belum tercapai dan apa penyebabnya, serta untuk
udara dapat menular juga melalui kontak langsung, mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan
namun dengan menghirup udara yang telah secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas
terkontaminasi oleh bibit penyakit menjadikan risiko masing-masing komponennya, evaluasi program
2
penularan penyakit . perlu dilakukan karena tanpa adanya evaluasi
ISPA khususnya pneumonia merupakan keberhasilan dan kegagalan program tidak dapat
8
penyebab dari 15% kematian khususnya balita, yaitu diketahui .
diperkirakan sebanyak 922.000 balita di Indonesia Tujuan evaluasi adalah untuk memperbaiki
tahun 2015, populasi yang rentan terserang adalah program-program kesehatan dan infrastruktur
anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih pelaksanaannya serta untuk mengarahkan alokasi
dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah sumber -sumbernya untuk program-program yang
kesehatan seperti malnutrisi dan gangguan sedang berjalan dan yang akan datang. Selain itu,
3
imunologi . ISPA di Indonesia menempati urutan lebih dalam lagi kegiatan evaluasi juga ditujukan
pertama, dan merupakan salah satu masalah untuk mencari sebab-sebab terhadap hal -hal yang
kesehatan yang utama karena masih tingginya angka terjadi tidak direncanakan selama suatu kegiatan
kejadian ISPA. Cakupan penemuan pneumonia balita atau program dilaksanakan. Dengan adanya kegiatan
di Indonesia pada tahun 2013 angka cakupan evaluasi maka kegiatan dapat diketahui apakah
penemuan pneumonia berjumlah 2.446 pada tahun kegiatan tersebut masih relevan untuk tetap
2014 berjumlah 2.947 dan pada tahun 2015 dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian
4
berjumlah 6.345 . tujuan program9.
Tahun 2015 perkiraan penderita ISPA Berdasarkan hasil wawancara awal program
khususnya pneumonia pada balita di Sulawesi pengendalian ISPA yang telah dilakukan di
Tenggara sebesar 25.312, sementara penderita Puskesmas Kolaka selama tahun 2015 meliputi
pneumonia yang ditemukan dan ditangani baru MTBS, Penyuluhan tentang ISPA, Pembersihan
mencapai 3.669 kasus atau sekitar 14,6% dari Lingkungan, Imunisasi, Pemberian Pengobatan dan
perkiraan penderita. Angka ini masih jauh di bawah Penggunaan Masker. Karena tingginya angka
target nasional sebesar 80%. Berdasarkan hasil kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kolaka
persentase penemuan kasus pneumonia yang maka penulis tertarik untuk mengevaluasi
ditangani tertinggi terdapat di Kabupaten Kolaka pelaksanaan program pengenadalian penyakit
yaitu 5.349 dan terendah terdapat di Kolaka Timur Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di puskesmas
yaitu 316 tahun 20155. Kolaka Kecamatan Kolaka Tahun 2016 .
10

2
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2.NO.7/ AGUSTUS 2017; ISSN 2502-731X,
METODE belum terartur karena terkendala masalah waktu
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif seharusnya pihak Puskesmas Kolaka melakukan
kualitatif dengan pendekatan fenomenalogis yang pertemuan kepada pihak Dinkes dan Rumah Sakit
bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program secara teratur setiap bulan agar dapat dikethaui
pengendalian penyakit ISPA di Puskesmas Kolaka kebijakan atau kegiatan apa yang perlu dilakukan
Kecamatan Kolaka tahun 2016 yang dilihat dari untuk menurunkan angka kejadian
aspek advokasi dan sosialisasi, penemuan dan ISPA/Pneumoni, petugas yang ikut serta sudah
tatalaksana ISPA, ketersedian logistik, peningkatan memliki tanggung jawab terhadap kegiatan yang
kapasitas sumber daya manusia dan pencatatan dan mereka lakukan, jika dilihat dari tenaga
pelaporan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari kesehatan yang terlibat sudah cukup mewakili
4 orang yaitu 2 orang Informan kunci yaitu Kepala namun jika tenaga kesehatan yang lain ikut serta
Puskesmas, dan penanggungjawab program P2 ISPA maka akan lebih baik lagi.
dan 2 orang Informan biasa yaitu petugas Kesling, 2. Sosialisasi
dan petugas Promkes. Intrumen dalam penelitian ini Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui
adalah peneliti sendiri dengan menggunakan alat bahwa sosialisasi merupakan suatu proses
bantu berupa panduan wawancara dan alat perekam pendekatan untuk mempelajari lingkungan
(tape recorder). masyarakat dan untuk meningkatkan pemahaman,
kemandirian dan menjalin kerjasama bagi
HASIL DAN PEMBAHASAN pemangku kepentingan. Kegiatan sosilisasi
Terdapat 5 (lima) jenis yang di evaluasi yaitu : dilakukan oleh pihak Puskesmas Kolaka dengan
Evaluasi kegiatan advokasi dan sosialisasi, Evaluasi langsung memberikan penyuluhan kepada pasien
kegiatan penemuan dan tatalaksana ISPA, Evaluasi atau penderita ISPA yaitu dalam bentuk
ketersediaan logistik, Evaluasi peningkatan kapasitas penyuluhan terkait ISPA, MTBS dan PHBS yang
sumber daya manusia dan Evaluasi pencatatan dan dilakukan satu kali pada saat posyandu per
pelaporan, yang telah dihasilkan dari proses kelurahan dan juga memberikan informasi atau
wawancara dimana masing-masing aspek masukan kepada pasien setiap hari setiap pasien
memunculkan komponen yang berbeda sesuai datang. Petugas yang terlibat yaitu programer
dengan keterangan informan dalam penelitian ini. ISPA, dokter, petugas promkes, petugas kesling
Evaluasi Advokasi dan Sosialisasi dan perawat yang berada di wilayah kerja
1. Advokasi Puskesmas Kolaka Kec.Kolaka. Adapun kendala
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, dalam kegiatan sosialisasi yaitu kurangya
dapat diketaui bahwa advokasi merupakan suatu pengetahuan para ibu terkait tanda atau gejala
kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh suatu dari Pneumoni dan kurangnya kesadaran para ibu
komitmen atau kebijakan dalam tujuan tertentu untuk mengikuti saran dari pihak Puskesmas.
yang dilakukan melalui pertemuan. Kegiatan Kegiatan sosialisasi dinilai sudah terlaksana dengan
advokasi yang dilakukan pihak Puskesmas Kolaka baik dan melakukan program P2 ISPA/Pneumoni.
yaitu dengan melakukan pertemuan baik kepada
pihak Dinas Kesehatan maupun kepada pihak Program P2 ISPA yang dilakukan di Puskesmas
Rumah Sakit untuk membahas terkait kebijakan Kolaka
dan solusi apa yang harus dilakukan dalam 1. Penyuluhan
pengendalian kasus ISPA/Pneumoni kegiatan ini Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan
dilakukan di bulan 6 dan 11, dan petugas yang menyampaikan informasi kepada masyarakat
terlibat dalam kegiatan advokasi yaitu programer dalam hal ini mengenai cara pencegahan
ISPA, dokter, petugas promkes, petugas kesling penyakit ISPA. Dari hasil wawancara dan
dan perawat yang berada di wilayah kerja observasi lapangan diketahui bahwa kegiatan
Puskesmas Kolaka Kec.Kolaka. Adapaun kendala penyuluhan dibarengi dengan kegiatan posyandu
dalam kegiatan advokasi yaitu terkait dengan di wilayah kerja Puskesmas Kolaka dengan
masalah waktu dimana tidak terkontrolnya atau kegiatan posyandu 12 kali.
tidak teraturnya waktu pertemuan antara pihak 2. Pembersihan Lingkungan
Puskesmas Kolaka kepada pihak Dinas Kesehatan Pembersihan lingkungan merupakan
dan Rumah Sakit, kegiatan advokasi sudah kegiatan yang dilakukan dalam rangka menjaga
dilakukan namun kebersihan, keindahan dan kenyamanan
lingkungan sekitar tempat tinggal. Dimana

3
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2.NO.7/ AGUSTUS 2017; ISSN 2502-731X,
lingkungan yang bersih dapat memberikan 1. Penemuan Penderita ISPA
dampak yang baik terhadap kesehatan Berdasarkan hasil wawancara, dapat
masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dan diketahui bahwa untuk penemuan ISPA
observasi lapangan di Puskesmas Kolaka /Pneumoni ada secara aktif dan pasif dimana
melakukan pembersihan lingkungan pada hari secara pasif penderita memeriksakan dirinya
jumat dengan mengajak masyarakat sekitar baik itu Puskesmas maupun Rumah Sakit
untuk ikut melakukan kerja bakti. dengan melihat apakah penderita batuk, susah
3. Pemberian Imunisasi bernapas dan melihat tarikan dinding dada
Pemberian imunisasi terhadap bayi/balita sedangkan secara aktif bisa dilakukan dengan
sangat diperlukan dalam hal pembentukan cara petugas kesehatan bekerjasama dengan
sistem imun yang baik terhadap anak-anak, kader untuk menemukan jika ada penderita
berdasarkan hasil wawancara yang diperolah baru yang terkena pneumoni namun dalam hasil
diketahui bahwa di Puskesmas Kolaka banyak wawancara dari informan diketahui bahwa
bayi/balita yang terkena pneumoni, dalam untuk kader di wilayah kerja Puskesmas Kolaka
kegiatan imunisasi inilah pihak Puskesmas belum terlalu dilatih dalam kasus ISPA
membarengi dengan penyuluhan kesehatan /Pneumoni, kadernya itu masih berfokus pada
terkhusus penyuluhan penyakit ISPA/Pneumoni. gizi dan ibu hamil.
Informan juga mengatakan bahwa ada program 2. Menentukan Perkiraan Jumlah Penderita ISPA
yang namanya Manajemen Terpadu Balita Sakit Berdasarkan hasil wawancara dapat
(MTBS) yang merupakan strategi untuk diketahui bahwa untuk menentukan
menurunkan kematian balita dengan pendekatan perkiraan penderita ISPA/Pneumoni dengan
terpadu yang melibatkan pencegahan, promotif melihat jumlah penduduk per kelurahannya
dan pengobatan, hal ini menjangkau kepada
kemudian dilihat berapa jumlah bayi/balita
pasien khususnya bayi/balita.
dengan menggunakan insidens pneumoni
4. Pemberian Pengobatan
Pemberian pengobatan merupakan hal yang balita sama dengan 100% jumlah balita.
paling penting dalam P2 ISPA, klasifikasi 3. Proses Melakukan Tatalaksana ISPA
ISPA/Pneumoni yaitu pneumoni ringan, batuk Berdasarkan hasil wawancara, dapat
bukan pneumoni yang biasa disebut BBP dan diketahui bahwa proses melakukan tatalaksana
pneumoni berat setelah penderita pneumoni ISPA/Pneumoni terlebih dahulu melakukan
ditemukan kemudian dilakukan tindakan dengan klasifikasi pneumoni dan batuk bukan pneumoni
memberikan pengobatan. Berdasarkan hasil (BBP) setelah penderita ditemukan maka
wawancara dan observasi lapangan diketahui diberikan pengobatan dan setelah dua hari
bahwa pihak Puskesmas memberikan pengobatan pengobatan maka pasien atau penderita akan di
kepada pasien yaitu obat antibiotik seperti suruh datang kembali untuk kunjungan ulang dan
amoksisilin dan obat simptomatis seperti untuk pneumoni berat atau sudah parah maka
paracetamol, pasien yang dinyatakan ISPA atau akan dirujuk.
pneumoni dan sudah mendapatkan pengobatan Evaluasi Ketersediaan Logistik
kemudian akan disuruh untuk kunjungan ulang dua 1. Sarana/Fasiltas/Alat
hari setelah berobat. Hal ini sesuai dengan Berdasarkan hasil wawancara, dapat
pedoman P2 ISPA yang menjelaskan terkait obat diketahui bahwa di Puskesmas Kolaka memiliki
yang diberikan untuk pasien ISPA/Pneumoni yaitu sarana transportasi berupa mobil dan motor
kontrimoksazol, amoksisilin dan paracetamol. dinas dimana kendaraan tersebut digunakan
5. Penggunaan Masker pada saat petugas Puskesmas turun ke lapangan
Penggunaan masker sangat dianjurkan dari seperti pada saat penyuluhan, pelacakan kasus
pihak Puskesmas Kolaka maupun dari kesadaran dan posyandu. di Puskesmas Kolaka
masyarakat sendiri, karena salah satu penyebab menggunakan alat pemeriksaan ISPA atau
ISPA yaitu dengan adanya kondisi lingkungan yang pneumoni berupa soundtimer, termometer dan
tidak baik, kondisi yang buruk ini diakibatkan asap stetoskop. Jika dilihat dari alat yang digunakan
kendaraan, debu, asap pembarakan dan polusi dalam pemeriksaan ISPA berdasarkan pedoman
udara lainnya yang menjadi salah satu pemicu P2 ISPA maka di Puskesmas Kolaka tidak
tingginya angka kesakitan akibat ISPA. sepenuhnya memiliki alat pemeriksaan
Evaluasi Penemuan dan Tatalaksana ISPA ISPA/Pneumoni yang sesuai dengan pedoman

4
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2.NO.7/ AGUSTUS 2017; ISSN 2502-731X,
namun dalam hal ini pihak Puskesmas Kolaka Dokter dan pihak Rumah Sakit. Pelatihan sangat
sudah memiliki alat soundtimer, stetoskop, dan penting dilakukan kepada tenaga kesehatan
termometer yang harus digunakan. Untuk alat karena dengan adanya pelatihan yang diberikan
oksigen konsentrator di Puskesmas Kolaka tidak dapat membantu pihak tenaga kesehatan untuk
memilikinya dikarenakan Puskesmas Kolaka melakukan tindakan yang harus dilakukan dan
tidak memiliki fasilitas pelayanan rawat inap memberikan pengetahuan atau informasi baru
melainkan hanya memiliki fasilitas Unit Gawat kepada tenaga kesehatan agar tenaga kesehatan
Darurat (UGD). bisa menjadi tenaga kesehatan yang terlatih,
2. Pengadaan Alat dengan demikian dapat dikatan bahwa pelatihan
Berdasarkan hasil wawancara dapat yang dilakukan sudah cukup efektif namun belum
diketahui bahwa dalam kegiatan P2 ISPA di banyak melibatkan tenaga kesehatan lainnya.
Puskesmas Kolaka yaitu berasal dari bantuan 2. Pelatihan Bagi Tenaga Non Kesehatan (Kader)
Dinas Kesehatan dan dari pihak Puskesmas Berdasarkan hasil wawancara, dapat
sendiri yang membeli lewat dana kapitasi BPJS diketahui bahwa perlu dilakukan pelatihan bagi
dan untuk fasilitas atau alat yang digunakan oleh tenaga non kesehatan seperti kader, karena
pihak Puskesmas Kolaka sudah menunjang dan kader juga turut serta dalam kegiatan pelayanan
membantu dalam pemeriksaan pasien khususnya kesehatan misalnya pada posyandu, supaya
untuk pemeriksaaan ISPA/Pneumoni. kader yang diberikan pelatihan bisa turut
3. Fasilitas Yang Menunjang membantu membagikan informasi kepada
Berdasarkan hasil wawancara diketahui masyarakat yang lain terkait dengan masalah-
bahwa untuk fasilitas atau alat yang digunakan masalah kesehatan. Namun kenyataannya kader
oleh pihak Puskesmas Kolaka sudah membantu belum di berikan pelatihan khusus
dalam pemeriksaan pasien khususnya untuk ISPA/Pneumoni dikarenakan kader masih di
pemeriksaaan ISPA/Pneumoni. fokuskan dengan pelatihan gizi dan ibu hamil.
4. Penggunaan Juknis/Pedoman Evaluasi Pencatatan dan Pelaporan
Berdasarkan hasil wawancara dapat 1. Proses Pencatatan dan Pengolahan Data
diketahui bahwa pihak Puskesmas Kolaka Berdasarkan hasil wawancara diketahui
menggunakan juknis atau pedoman dalam bahwa di Puskesmas Kolaka dalam melakukan
kegiatan P2 ISPA. Terkait dengan kecakupan proses pencatatan dan pengolahan dalam
program atau kegiatan yang dilakukan oleh kegiatan P2 ISPA, yaitu data yang masuk atau
Puskesmas dalam kegiatan P2 ISPA yang sudah terkumpul baik dari Puskesmas Kolaka
berdasarkan juknis atau pedoman. bahwa dalam sendiri maupun dari jejaring Puskesmas akan
kegiatan P2 ISPA di Puskesmas Kolaka sudah dikumpulkan dan diolah dimana pengolahan
sesuai dengan juknis atau pedoman dalam datanya menggunakan komputer dalam bentuk
pengendalian ISPA. ecxel, dan di Puskesmas Kolaka memiliki data
Evaluasi Peningkatan Kapasitas SDM yang sudah dicatat dalam buku pendataan pasien
1. Pelatihan Bagi Tenaga Kesehatan yang terkena ISPA/Pneumoni.
Berdasarkan hasil wawancara dapat 2. Pelaporan
diketahui bahwa ada pelatihan yang diberikan Berdasarkan hasil wawancara dapat
kepada petugas kesehatan di Puskesmas Kolaka dan diketahui bahwa di Puskesmas Kolaka dalam
yang mengikuti pelatihan tersebut pemegang proses pelaporan data yang sudah diolah akan
program, petugas promkes dan kesling serta dibuatkan pelaporan rutin dimana pihak
perawat namun dalam hal ini perawat yang Puskesmas Kolaka melaporkan ke Dinas
diberikan pelatihan baru satu orang. Pelatihan yang Kesehatan setiap tanggal lima, di Puskesmas
diberikan berupa manajemen ISPA, pelatihan Kolaka memiliki data dan pelaporan penderita
tentang MTBS (manajemen terpadu balita sakit) dan ISPA/Pneumoni yang berupa data bulanan dan
petugas kesehatan lingkungan diberikan pelatihan tahunan jumlah penderita ISPA/Pneumoni.
TTU (tempat-tempat umum) dan TPM (tempat
pengolahan makanan) dan promkes diberikan SIMPULAN
pelatihan tentang promosi pengendalian 1. Kegiatan advokasi dilakukan melalui pertemuan
ISPA/Pneumoni. Sedangkan yang memberikan baik kepada pihak Dinas Kesehatan maupun kepada
pelatihan dari Dinas Kesehatan, pihak Rumah Sakit, hal ini sudah dilakukan namun
belum teratur. Sedangkan untuk kegiatan

5
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2.NO.7/ AGUSTUS 2017; ISSN 2502-731X,
sosialisasi dinilai sudah terlaksana dengan baik yaitu perlu menambahkan alat pemeriksaan
dengan memberikan penyuluhan berupa ISPA/Pneumoni.
penyuluhan terkait ISPA, MTBS dan PHBS, dan 2. Bagi masyarakat dan lintas sektor yang lain perlu
melakukan program P2 ISPA/Pneumoni namun mendukung dan berpartisipasi dalam
keterlibatan tenaga kesehatan yang masih kurang. pelaksanaan program P2 ISPA secara bersama-
2. Kegiatan penemuan dan tatalaksana ISPA sama demi tercapainya tujuan program
dianggap sudah baik karena petugas yang terlibat khususnya penurunan kasus di wilayah kerja
dalam kegiatan program P2 ISPA mengetahui dan Puskesmas Kolaka.
melakukan penemuan penderita ISPA yaitu 3. Bagi peneliti selanjutnya untuk melanjutkan
secara aktif dan pasif. Penentuan perkiraan penelitian ini agar dapat menilai efektifitas
penderita ISPA/Pneumoni menggunakan insidens terhadap indikator manfaat (impact) dalam
pneumoni sama dengan 100% jumlah balita dan melihat penurunan kasus dan perubahan perilaku
Tatalaksana ISPA/Pneumoni dengan melakukan hidup bersih dan sehat masyarakat perlu
klasifikasi pneumoni dan batuk bukan pneumoni mengambil ruang lingkup jangka waktu
(BBP) serta melakukan rujukan bagi penderita penelitian yang cukup panjang.
pneumoni berat atau yang sudah parah.
3. Ketersediaan logistik, Puskesmas Kolaka DAFTAR PUSTAKA
menggunakan mobil dan motor dinas untuk turun 1. Riskesdas. 2013. Laporan ISPA. 20 Januari 2017.
kelapangan atau posyandu, alat yang digunakan 2. Achmadi. 2012. Penularan Infeksi Saluran
dalam pemeriksaan pasien penyakit Pernapasan Akut (ISPA). Jakarta
ISPA/Pneumoni yaitu soundtimer, termometer, 3. Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia
dan stetoskop, untuk penggunaan alat sudah 2015. Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2016 Jakarta.
membantu para petugas meskipun belum 4. Dinkes Provinsi. 2015. Profil Kesehatan Sulawesi
mencukupi dan menggunakan juknis atau Tenggara Tahun 2015. Dinkes Prov. Sultra.
pedoman dalam melakukan kegiatan P2 ISPA. 5. Dinkes Kab.Kolaka. 2016. Seksi Data dan
4. Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusi yaitu Informasi Dinas Kesehatan Tahun 2016.Kolaka.
dengan memberikan pelatihan kepada pemegang 6. Puskesmas Kolaka. 2016. Profil Puskesmas
program ISPA, petugas kesling dan promkes serta Kolaka Kec.Kolaka Kab.Kolaka Tahun 2016.
perawat namun baru satu perawat yang diikutkan Kolaka.
yaitu berupa pelatihan manajemen ISPA, MTBS, 7. Rahayu. 2012. Definisi Evaluasi program, http://,
TTU, TPM dan promosi P2 ISPA yang diberikan oleh 23 November 2016.
dokter, pihak Dinkes dan Rumah Sakit. Sedangkan 8. Saryono, Mekar. 2013. Penelitian Kualitatif dan
untuk tenaga non kesehatan perlu diberikan Pendekatan Fenomenologis. 23 November 2016.
pelatihan namun kader diwilyah kerja Puskesmas 9. Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi
Kolaka belum diberikan pelatihan khusus Saluran Pernapsan Akut, Kementrian Kesehatan RI
ISPA/Pneumoni karena masih difokuskan pada gizi Direktorat Jenderal PP & PL, Jakarta.
dan ibu hamil. Peningkatan SDM sudah cukup baik 10. Permenkes. 2014. Pencatatan dan Pengolahan
namun masih perlu peningkatan. Data Penyakit. Peraturan Mentri Kesehatan
5. Kegiatan pencatatan dan pelaporan, data yang Tahun 2014 Jakarta.
masuk atau sudah terkumpul baik dari Puskesmas
Kolaka maupun dari jejaring Puskesmas (Pustu,
Poskesdes, Polindes) di kumpulkan dan diolah
kemudian di buatkan pelaporan rutin, pihak
Puskesmas Kolaka melaporkan ke Dinas
Kesehatan setiap tanggal 5 (lima).
SARAN
1. Bagi Puskesmas perlu memperhatikan waktu
pertemuan kepada pihak Dinas Kesehatan dan
Rumah Sakit, perlu mengusulkan penambahan
tenaga kesehatan yang terlibat termasuk
memberikan pelatihan khusus ISPA/Pneumoni
terhadap tenaga non kesehatan seperti kader dan

You might also like