You are on page 1of 9

Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 141-150 Fluktuasi Populasi Lalat Buah….

ISSN 0853-2885

Fluktuasi Populasi Lalat Buah Bactrocera spp. (Diptera : Tephritidae) pada


Pertanaman Cabai Merah (Capsicum Annuum) di Kabupaten Bandung,
Jawa Barat

Agus Susanto1, Yadi Supriyadi1, Tohidin1, Nenet Susniahti1, dan Vickri Hafizh2
1Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Kampus
Jatinangor 45363
2Alumnus Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran

Alamat korespondensi: a.susanto@unpad.ac.id

ABSTRACT

Fluctuation population of fruit flies Batrocera spp. (Dipthera: Tephritidae) on chilli (Capsicum
annuum) plantation areas in Bandung Regency, West Java

Fruit flies (Bactrocera spp.) are destructive pest that cause damages to horticulture commodities
such as fruits and vegetables. The purpose of this study was to investigate fluctuation population of
fruit flies in relation to abiotic factors, such as temperature, rainfall, number of rainy days, and
biotic factors, such as host phenology and natural enemies. The field experiment was conducted in
Pulosari Village, Pangalengan, Bandung. This research used survey method by placing 20 fruit flies
traps on host plants, in which 10 traps were being placed in the outside and the others were being
placed in the inside within 10 meters distance per trap. Trapped flies were collected and their
population was counted in every week. The results revealed that abiotitic factors (temperature,
rainfall, number of rainy days) have non significant influence indicated by the regression analysis
of each temperature (Y=-101.2+2298.7x; R2=0.253; P>0.05), rainfall (Y= 0.143+154.4x; R 2 = 0.004;
P> 0.05), and the number of rainy days (Y= 6.607+140.51x; R2 = 0.015; P>0.05). Meanwhile, fruit
fly with the dominant population was Bactocera dorsalis which was included into sibling species of
Bactrocera dorsalis Complex with number of population was 93% from specimen sample.

Keywords: Fluctuation population, fruit flies, Batrocera dorsalis Complex, Chilli

ABSTRAK

Lalat buah (Bactrocera spp.) merupakan hama penting yang menyerang tanaman hortikultura baik
buah-buahan ataupun sayuran buah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi fluktuasi
populasi lalat buah pada pertanaman cabai merah terhadap faktor abiotik berupa suhu, curah
hujan, jumlah hari hujan dan faktor biotik berupa fenologi tanaman inang dan musuh alami.
Percobaan ini dilaksanakan di Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.
Percobaan dilakukan menggunakan metode survei dengan memasang perangkap lalat buah pada
lahan pertanaman cabai merah sebanyak 20 perangkap dengan 10 perangkap bagian luar dan 10
perangkap bagian dalam dengan jarak antar perangkap 10 meter. Hasil tangkapan dikumpulkan
dan dihitung populasi lalat buah yang terperangkap setiap minggunya. Hasil penelitian
menunjukan faktor abiotik (suhu, curah hujan, jumlah hari hujan) tidak memberikan pengaruh
signifikan ditunjukan dengan analisis regresi masing-masing pada suhu ( Y= -101,2+ 2298,7x ;
R2=0,253; P > 0,05), Curah hujan (Y= 0,143 + 154,4x ; R2= 0,004 ; P > 0,05), dan Jumlah hari hujan
(Y= 6,607 + 140,51x ; R2=0,015 ; P > 0,05) Sedangkan lalat buah yang memiliki populasi paling
dominan adalah Bactrocera dorsalis yang termasuk sibling dari spesies Bactrocera dorsalis
Kompleks dengan jumlah populasi sebanyak 93% dari sampel spesimen.

Kata kunci : Fluktuasi populasi, Lalat buah, Bactrocera dorsalis Kompleks, Cabai merah

141
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 141-150 Fluktuasi Populasi Lalat Buah….
ISSN 0853-2885

PENDAHULUAN berperan terhadap fluktuasi populasi lalat buah pada


lahan pertanaman. Faktor inang merupakan faktor
Cabai merah (Capsicum annuum L.) utama lain yang mempengaruhi fluktuasi lalat buah
merupakan salah satu komoditas sayuran yang di lahan (Ye and Liu, 2005). Lalat buah merupakan
sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Cabai hama yang sifatnya polifag, sehingga mempunyai
merah merupakan sayuran yang memiliki banyak banyak inang lain selain inang yang utama (Piay
kegunaan. Selain dikonsumsi sebagai bahan olahan dkk., 2010). Lalat buah yang menyerang buah-
masakan sehari-hari, cabai merah juga digunakan buahan musiman, akan mempunyai fluktuasi
sebagai bahan baku industri seperti industri populasi yang beragam dan erat hubungannya
makanan dan obat-obatan karena dalam cabai merah dengan keberadaan buah dari inang tersebut
banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh (Ginting, 2009).
tubuh seperti vitamin, mineral, zat besi, kalium, Menurut Messenger (1976) dikutip Siwi
kalsium, fosfor, dan niasin (Patty, 2012). Pada (2005), bahwa aktivitas lalat buah seperti kawin dan
budidaya cabai merah banyak faktor yang peletakkan telur pada inang dipengaruhi oleh
menyebabkan rendahnya produktivitas. Salah satu keadaan iklim. Lalat buah dapat dengan mudah
faktor yang membuat rendahnya produktivitas memanifestasikan pola infestasi yang berbeda beda
cabai merah adalah serangan hama dan penyakit yang sesuai dengan geografi lokal dan iklim (Ye,
tanaman. Lalat buah merupakan salah satu hama 2001). Pada umumnya populasi lalat buah akan
penting bagi tanaman cabai merah (Anonim, 2009). meningkat seiring dengan peningkatan curah hujan.
Pada tanaman cabai merah rata-rata tingkat Karena kemungkinan curah hujan memiliki
serangan lalat buah bisa mencapai 20-25% (Wardani hubungan terhadap pembuahan tanaman inang dan
dan Purwanta, 2008). masa pembuahan banyak terjadi ketika sering hujan
Lalat buah (Bactrocera spp.) merupakan (Allwood, 1997). Selain itu faktor suhu juga
hama penting yang menyerang tanaman holtikultura berpengaruh terhadap perkembangan populasi, lama
baik buah-buahan ataupun sayuran buah pada hidup serta mortalitas lalat buah dikarenakan lalat
umumnya, namun tidak semua jenis lalat buah buah dapat hidup dan berkembang pada suhu 10-30º
berperan sebagai hama yang merugikan. Secara C dan pada suhu antara 25-30o C telur lalat buah
keseluruhan hanya kira-kira 10% yang merupakan dapat menetas dalam waktu yang relatif singkat
hama. Sebagai contoh, di daerah Indo-Pasifik yaitu 30-36 jam. (Bateman, 1972 dikutip Ginting,
dilaporkan terdapat 800 spesies lalat buah, tetapi 2009).
hanya 60 spesies yang merupakan hama penting Ketersediaan buah sebagai inang serta
(White & Elson-Harris., 1992 dikutip Susanto, peranan musuh alami juga berpengaruh terhadap
2010b). Keseluruhan spesies yang ada, hanya kurang jumlah populasi lalat buah pada suatu wilayah
dari lima spesies merupakan hama yang merugikan, tertentu. Aktivitas lalat buah dalam menemukan
salah satu diantaranya adalah Bactrocera dorsalis tanaman inang ditentukan oleh warna dan aroma
Kompleks yang banyak menimbulkan kerusakan dari buah inang. Semakin banyak ketersediaan inang
pada buah-buahan seperti belimbing, mangga, jeruk cabai merah di lahan maka semakin besar
dan cabai merah sehingga bila tanpa pengendalian, kemungkinan meningkatnya populasi lalat buah
serangannya sering menimbulkan gagal panen pada tanaman tersebut. Hal ini dikarenakan lalat
(Kalshoven, 1981). buah menggunakan sejumlah isyarat visual ataupun
Menurut Ye et al., (2007), fluktuasi populasi isyarat kimia untuk menemukan inang berupa buah
lalat buah terjadi karena faktor iklim (abiotik) atau sayuran (Sunarto, 2011). Peranan musuh alami
berupa suhu, curah hujan, jumlah hari hujan, berupa predator dan parasitoid juga berpengaruh
kelembaban, dan sinar matahari. Faktor suhu dan terhadap populasi lalat buah di lahan. Populasi
kelembaban dapat memengaruhi fluktuasi populasi musuh alami tersebut dipengaruhi oleh umur
lalat buah di lapangan, karena dapat memengaruhi tanaman dan ketersediaan inang di lapangan.
perkembangan dan reproduksi lalat buah. Sedangkan Tingginya populasi musuh alami lalat buah pada
curah hujan dan jumlah hari hujan yang tinggi dapat saat ketersediaan lalat buah meningkat sehingga
menyebabkan populasi lalat buah meningkat populasi parasitoid juga meningkat (Herlinda dkk.,
(Herlinda dkk., 2008). 2007).
Faktor biotik berupa fenologi tanaman Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
inang, potensi inang lain, serta musuh alami juga memberikan informasi data ilmiah mengenai

142
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 141-150 Fluktuasi Populasi Lalat Buah….
ISSN 0853-2885

fluktuasi populasi lalat buah pada pertanaman cabai yang didapat. Identifikasi terhadap musuh alami
merah serta memberikan pemahaman terhadap pada lalat buah berupa predator dilakukan dengan
bioekologi lalat buah, agar dapat menunjang strategi cara mendata dan mengambil sampel predator lalat
pengendalian yang tepat terhadap hama lalat buah buah yang ditemukan di lahan dan parasitoid juga
pada pertanian komoditas cabai merah. yang memarasit larva lalat buah yang terdapat dalam
wadah rearing. kemudian identifikasi dilakukan
BAHAN DAN METODE berdasarkan morfologi serangga musuh alami
tersebut.
Percobaan dilakukan di Desa Pulosari, Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini
Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung dianalisis dengan menggunakan program software
dengan ketinggian 1.445,97 meter diatas permukaan SPSS 17 yang meliputi analisis regresi dan korelasi
laut (mdpl) (Anonim, 2011). Identifikasi hama lalat parametrik pearson. Data yang dianlisis yaitu
buah yang terperangkap dilakukan di Laboratoriun hubungan antara fluktuasi populasi lalat buah
Hama Tanaman, Departemen Hama dan Penyakit dengan kondisi cuaca berupa suhu, curah hujan,
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas jumlah hari hujan.
Padjadjaran. Hubungan antara jumlah populasi lalat buah
Penelitian dilakukan pada tanaman cabai yang tertangkap dengan faktor abiotik dianalisis
merah produktif. Percobaan ini dilakukan menggunakan model regresi linier sederhana
menggunakan metode survei dengan memasang menurut Gasperz (1991) sebagai berikut:
perangkap lalat buah pada lahan pertanaman cabai Y = β0 + β1X + ε
merah sebanyak 20 perangkap dengan jarak antar Ŷ = a + bX
perangkap 10 meter. Hasil tangkapan dikumpukan
dan dihitung populasi lalat buah yang terperangkap
tiap minggunya. Kemudian dilakukan analisis HASIL DAN PEMBAHASAN
regresi dengan menghubungkan sebab-akibat antara
satu variabel dengan variabel yang lain. Penelitian Fluktuasi Populasi Lalat buah (Bactrocera spp.)
ini menggabungkan fluktuasi populasi lalat buah Data pada Tabel 1 menunjukkan populasi
serta korelasinya terhadap pengaruh cuaca (curah yang beragam pada setiap minggunya. Naik atau
hujan, suhu udara, dan jumlah hari hujan) serta turunnya populasi lalat buah yang terdapat pada
fenologi tanaman cabai merah dan musuh alami. suatu pertanaman dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor pendukungnya seperti faktor abiotik dan
Peubah yang Diamati faktor biotik . Perubahan kelimpahan populasi lalat
Pengamatan dilakukan 1 kali seminggu buah erat kaitannya dengan keadaan faktor
selama 3 bulan dari awal pemasangan perangkap lingkungan biotik dan abiotik dimana lalat buah
pada tanaman fase pembungaan sampai dengan tersebut hidup (Chen et al., 2006).
panen. Pengambilan data diambil data sebanyak 12 Hasil pengamatan populasi lalat buah pada 3
kali pengamatan. Parameter yang diamati selama minggu di awal pengamatan populasi lalat buah
penelitian ini berlangsung berupa : tertinggi mencapai 243 ekor pada perangkap luar
1. Fluktuasi populasi lalat buah pada dan 135 ekor lalat buah pada perangkap dalam
pertanaman cabai merah (Tabel 1). Hasil tangkapan lalat buah pada usia 9
2. Jenis lalat buah yang tertangkap MST tersebut cendrung meningkat di bandingkan
3. Suhu udara, curah hujan, dan jumlah hari dengan 2 minggu hasil tangkapan sebelumnya pada
hujan usia 7 MST dan 8 MST yang cenderung menurun.
4. Fenologi tanaman cabai merah Peningkatan jumlah populasi di pengamatan awal
5. Bioekologi musuh alami lalat buah tersebut karena masuknya lalat buah yang
6. Pola aktivitas harian menyerang inang lain berupa pertanaman cabai
Identifikasi yang dilakukan berupa merah dan tomat yang berada di sekitar lokasi
menghitung jumlah dan mengamati spesies (jenis) pengamatan (Herlinda dkk., 2008). Lalat buah dari
lalat buah yang terperangkap kemudian melihat luar tersebut tertarik dengan aroma yang
morfologi lalat buah di bawah mikroskop meliputi dikeluarkan metil eugenol yang dipasang pada
bentuk caput, thoraks, abdomen, sayap, panjang alat perangkap.
kelamin, maupun warna pada spesimen lalat buah

142
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 141-150 Fluktuasi Populasi Lalat Buah….
ISSN 0853-2885

Tabel 1. Pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, jumlah hari hujan) terhadap hasil tangkapan perangkap lalat
buah di Desa Pulosari Pangalengan.

Hasil pengamatan populasi lalat buah usia Tabel 2. Hubungan antara fluktuasi populasi lalat
tanaman 7-18 MST semua menunjukan jumlah buah dengan faktor abiotik di Desa Pulosari
populasi lalat buah pada perangkap luar lebih Pangalengan.
dominan dibandingkan dengan hasil tangkapan lalat
buah pada perangkap dalam. Namun, pada usia
tanaman 7-9 MST memiliki selisih tangkapan yang
cukup jauh antara perangkap luar dengan perangkap
dalam (Tabel 1). Populasi lalat buah mulai menurun
pada usia tanaman 11 MST dan tidak setinggi
populasi pada 4 minggu awal pengamatan. Hal
tersebut dikarenakan berakhirnya musim panen
tanaman inang lain di sekitar lahan pengamatan. Tinggi rendahnya populasi lalat buah jantan
Tingginya hasil tangkapan tersebut yang tertangkap dalam perangkap metil eugenol
dikarenakan pengaruh sumber inang lain yang serta kaitannya dengan suhu rata-rata mingguan di
melimpah di sekitar lahan pengamatan, sehingga Pangalengan dapat dilihat pada Gambar 1.
berpengaruh terhadap peningkatan hasil tangkapan. Terjadinya fluktuasi suhu tiap minggunya
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Ye & Liu menunjukan naik turunnya suhu dan sedikit
(2007) melaporkan bahwa periode pembuahan serta berpengaruh terhadap fluktuasi populasi lalat buah
ketersediaan inang di lahan menjadi salah satu faktor saat tanaman berumur 7 MST sampai dengan 18
yang mempengaruhi fluktuasi populasi lalat buah. MSTDapat dilihat telah terjadi peningkatan jumlah
populasi lalat buah di lokasi pengamatan pada saat
Faktor Abiotik suhu rata-rata 20oC saat tanaman berumur 7-10
Tabel 2 memaparkan hasil analisis regresi MST. Jumlah populasi tertinggi terjadi saat tanaman
dan korelasi fluktuasi populasi lalat buah terhadap berumur 9 MST dengan rata-rata suhu mingguan
faktor abiotik berupa suhu, curah hujan dan jumlah 20,9oC. Sedangkan jumlah populasi lalat buah
hari hujan pada pertanaman cabai merah. Hasil terendah saat suhu rata-rata mingguan 21oC.
analisis tersebut memaparkan faktor abiotik Keadaan tersebut dapat terjadi dikarenakan suhu
menunjukan pengaruh yang tidak signifikan diduga yang optimum bagi lalat buah pada lokasi tersebut
karena wilayah tempat penelitian berlangsung berada pada suhu rata-rata 20oC atau peningkatan
merupakan lingkungan yang optimal bagi populasi populasi di awal pengamatan terjadi dikarenakan
lalat buah. Menurut Ye & Liu (2005), suhu optimal faktor lain berupa faktor inang lain yang pada saat
bagi perkembangan lalat buah berada pada kisaran itu jumlahnya cukup banyak.
suhu 20o – 28o C.

142
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 141-150 Fluktuasi Populasi Lalat Buah….
ISSN 0853-2885

Gambar 1. Pengaruh suhu terhadap fluktuasi populasi lalat buah jantan.

Gambar 2 menujukkan tinggi rendahnya korelasi yang kecil terhadap populasi lalat buah
populasi lalat buah jantan yang tertangkap dalam (Gambar 3).
perangkap serta kaitannya dengan curah hujan rata- Tingginya curah hujan serta jumlah hari
rata mingguan di lokasi pengamatan. Hasil analisis hujan dapat mengurangi presentasi keberhasilan
regresi pada penelitian ini, curah hujan tidak pembentukan pupa menjdi imago lalat buah dewasa.
menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap Semakin tinggi jumlah hari hujan di lapangan maka
fluktuasi populasi lalat buah pada pertanaman cabai semakin sedikit jumlah populasi lalat buah
merah. Hal tersebut dapat terjadi akibat curah hujan dikarenakan hujan yang terjadi di pagi ataupun siang
yang terlalu tinggi menyebabkan terjadinya hari dapat mengganggu aktivitas dan membatasi
kegagalan pada saat proses pembentukan imago dari mobilitas lalat buah. Hal yang sama juga dilaporkan
pupa di dalam tanah yang berakibat terjadinya oleh Susanto (2010a) menyebutkan, frekuensi dan
penurunan populasi lalat buah. curah hujan yang tinggi dapat menghambat
Hasil persamaan regresi menunjukan pembentukan pupa serta dapat menghambat
pengaruh jumlah hari hujan menunjukan korelasi mobilitas lalat buah dalam mencari makan dan
yang positif terhadap jumlah populasi lalat buah bertelur sehingga populasi lalat buah yang
yang tertangkap dalam perangkap metil eugenol. didapatkan dalam perangkap menjadi sedikit.
Namun pengaruh jumlah hari hujan memiliki

Gambar 2. Pengaruh curah hujan terhadap fluktuasi populasi lalat buah jantan

142
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 141-150 Fluktuasi Populasi Lalat Buah….
ISSN 0853-2885

Gambar 3. Pengaruh jumlah hari hujan terhadap fluktuasi populasi lalat buah jantan.

Faktor Biotik tingginya jumlah populasi lalat buah dilahan dimulai


Faktor biotik merupakan faktor yang dari 4 minggu pengamatan awal diantara usia
berpengaruh terhadap fluktuasi populasi lalat buah tanaman baru mencapai 7-10 MST. Sedangkan pada
selain faktor lingkungan. Ketergantungan lalat buah usia tersebut sebagian tanaman berada pada masa
terhadap ketersediaan makanan serta inang tempat pembungaan dan pembentukan buah muda. Pada 4
meletakkan telurnya membuat faktor biotik sangat minggu pengamatan awal, tingginya jumlah populasi
berperan dalam perkembangan populasi lalat buah lalat buah di lahan terjadi pada saat tanaman
pada habitatnya (Chen et al., 2006). memasuki usia 9 MST yang merupakan berada pada
Hasil pengamatan fenologi tanaman inang fase generatif (Gambar 4).
cabai merah di pangalengan terlihat bahwa

Gambar 4. Pengaruh jumlah hari hujan terhadap fluktuasi populasi lalat buah jantan.

Peningkatan jumlah populasi lalat buah penurunan jumlah populasi lalat buah dilahan
terjadi pada tanaman usia 14 MST dimana tanaman karena sumber inang tempat meletakkan telur telah
mulai matang secara merata dan terjadi penurunan berkurang dan akan kembali meningkat lagi seiring
pada saat tanaman usia 15 MST dikarenakan pada dengan pematangan buah berikutnya.
waktu tersebut telah dilakukan pemanenan pertama. Hasil pengamatan pada lahan pengamatan
Dampak yang terjadi pada lalat buah akibat parasitoid yang ditemukan yang memarasit larva
pemanenan buah cabai merah mempengaruhi lalat buah pada tanaman cabai adalah adalah

142
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 141-150 Fluktuasi Populasi Lalat Buah….
ISSN 0853-2885

Psyttalia fijiensis (Fullaway) dan Opius sp. 12.00 dan pukul 12.00 sampai dengan pukul 14.00
pengamatan parasitoid tersebut dilakukan dengan dengan jumlah populasi lalat buah yang tertangkap
cara melihat hasil rearing dari cabai merah yang perangkap sebanyak 5 ekor. Hal tersebut
terserang larva lalat buah dan juga dengan dikarenakan pada pertanaman cabai merah, pada
menangkap langsung parasitoid yang terdapat di waktu pagi sampai dengan siang hari terjadi
lokasi pada saat pengamatan sedang berlangsung. penyerbukan sehingga pada lahan banyak terdapat
Kedua jenis parasitoid tersebut memarasit larva lalat serbuk sari yaitu sebagai makanan lalat buah.
buah yang telah dipilih oleh induk parasitoid Manurung dan Emmi (2012), melaporkan
kemudian dijadikan inang sebagai tempat bahwa rendahnya aktivitas yang di temukan di
meletakkan telur dan perkembangbiakan larvanya. lahan pengamatan pada pagi hari pukul 06.00-08.00
dikarenakan perilaku lalat buah yang cenderung
sensitif terhadap suhu lingkungan sehingga suhu
ambang tubuhnya (threshold temperature) harus
lebih terdahulu dilampaui agar dapat melakukan
aktivitasnya seperti menggerakkan sayap, sungut,
tungkai dan hingga akhirnya terbang mencari
makan atau melakukan aktivitas seksual. Penurunan
jumlah lalat buah yang beraktivitas pada pukul
Gambar 5. Parasitoid yang memarasiti larva lalat 16.00-18.00 dikarenakan pada saat pengamatan
buah pada tanaman cabai, Psyttalia terjadi hujan yang cukup lama sehingga
fijiensis (a) dan Opius sp. (b). menghambat pergerakan lalat buah untuk
beraktivitas.
Hasil pengamatan terhadap musuh alami
berupa jenis serangga predator ditemukan pada Identifikasi Spesies Lalat Buah
lokasi penelitian pertanaman cabai merah yang Identifikasi dilakukan dengan cara
berpotensi memangsa lalat buah seperti laba-laba, mengukur dan membandingkan panjang aedeagus
cocopet (Euborellia annulipes), semut (Dorylus sp.) (alat kelamin lalat buah jantan) pada sampel
dan belalang mantis (Creobacter sp.). spesimen lalat buah yang terperangkap.
Pengidentifikasian spesimen lalat buah dengan
mengukur aedeagus lalat buah jantan dilakukan
Aktivitas Harian karena lalat buah Bactrocera dorsalis Kompleks
Aktivitas harian lalat buah berlangsung jantan sangat sulit membedakannya jika dilihat dari
mulai pagi hingga sore hari sehingga pengamatan kasat mata dan hanya dapat dibedakan pada ukuran
aktivitas harian lalat buah dilakukan mulai dari aedeagus sedangkan pengukuran pada cell dm
pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 dan dilakukan untuk mengetahui rasio panjang cell dm
dilakukan pengamatan tiap 2 jam sekali sehingga pada sayap dengan panjang aedeagus (Susanto,
dapat diketahui waktu yang optimum bagi lalat 2010a). (Gambar 6).
buah beraktivitas paling aktif (Tabel 3).

Tabel 3. Aktivitas harian lalat buah.

Gambar 6. Identifikasi spesies lalat buah secara


morfologi dengan membandingkan
Aktivitas harian lalat buah pada pertanaman aedeagus (a) dan pengukuran cell dm
cabai merah memiliki waktu paling aktif bergerak pada sayap (b).
pada pagi sampai dengan siang hari. Hal ini
ditunjukan dari hasil pengamatan lapangan (Tabel Hasil percobaan ditunjukan dari 100 sampel
4.2) dimana waktu aktif lalat buah dengan populasi spesimen lalat buah pada pertanaman cabai merah
paling tinggi pada pukul 10.00 sampai dengan pukul yang teridentifikasi, didapatkan spesies Bactrocera

142
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 141-150 Fluktuasi Populasi Lalat Buah….
ISSN 0853-2885

dorsalis dengan jumlah populasi sebanyak 93% Anonim. 2011. Desa Pulosari. Tinjauan Pustaka.
dari sampel spesimen sedangkan jumlah spesies Tesis. Fakultas Pertanian Universitas.
Bactrocera carambolae yang teridentifikasi sebanyak Padjadjaran. Bandung.
7% dari sampel keseluruhan. Ukuran aedeagus dari Bateman, MA. 1972. The ecology of fruit flies.
masing-masing spesies yang teridentifikasi memiliki Annu. Rev.Entomol. 17.
panjang yang berbeda-beda. Pada B. dorsalis yang Chen CC, YJ Dong, CT Lie, KY Lin and LL Cheng.
menyerang tanaman cabai merah pada lokasi 2006. Movement of the oriental fruit fly,
pengamatan memiliki panjang berkisar antara 2,71 – Bactrocera dorsalis (Hendel) (Diptera:
3,17 mm sedangkan B. carambolae yang Tephritidae) in a Guava orchard with
teridentifikasi memiliki panjang aedeagus berkisar special reference to its population changes.
antara 2,44 – 2,61 mm. Formosan Entomol. 26.
Pengidentifikasian panjang aedeagus pada Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan .
Bactrocera dorsalis Kompleks tersebut dilakukan Armico. Bandung .
sesuai dengan penelitian Iwahashi (1999) yang Ginting R. 2009. Keanekaragaman lalat buah
menyatakan bahwa panjang aedeagus pada lalat (Diptera: Tephritidae) di Jakarta.Depok. dan
buah jantan yang memiliki ukuran aedeagus berkisar Bogor sebagai bahan kajian penyusunan
2,39 – 2,68 mm termasuk kedalam spesies B. analisis resiko hama.[Tesis]. Bogor: Fakultas
carambolae sedangkan pada spesies B. dorsalis Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
memiliki panjang aedeagus antara 2,66 – 3,34 mm. Herlinda, S, Zuroaidah, Y Pujiastuti, S Samad dan T
Adam. 2008. Spesies lalat buah yang
SIMPULAN menyerang sayuran Solanaceae dan
Cucurbitaceae di Sumatera Selatan. Jurnal
1. Faktor abiotik tidak memberikan pengaruh Hortikultura 18(2) : 212-220.
yang signifikan terhadap fluktuasi populasi lalat Iwahashi, O. 1999. Distinguishing between two
buah pada pertanaman cabai merah ditunjukan sympatric scpecies Bactrocera papayae and
dengan analisis regresi masing-masing pada Bactrocera carambolae (Diptera:
suhu ( Y= -101,2+ 2298,7x ; R2=0,253; P > 0,05), Tephritidae) based on aedeagal length.
2. Curah hujan (Y= 0,143 + 154,4x ; R2= 0.004 ; P > Annnalas of The Entomological Society of
0,05), dan Jumlah hari hujan (Y= 6,607 + America 92 (5): 639-643.
140,51x ; R2=0,015 ; P > 0,05) sehingga fluktuasi Kalshoven, LGE. 1981. The Pest of Crops in
populasi lalat buah pada pertanaman cabai Indonesia. PT Ichtiar Baru – van Hoeve,
merah lebih dipengaruhi faktor biotik berupa Jakarta 301 p.
fenologi inang dan peran musuh alami Manurung, B, P Puji, dan ET Emmi. 2012. Pola
(predator dan parasitoid). aktivitas harian dan dinamika populasi lalat
3. Lalat buah yang memiliki populasi paling buah Bactrocera dorsalis complex pada
dominan pada pertanaman cabai merah di pertanaman jeruk di dataran tinggi
Pangalengan adalah Bactrocera dorsalis yang Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara. J.
termasuk sibling dari spesies Bactrocera HPT Tropika 12 (2): 103-110.
dorsalis Kompleks dengan jumlah populasi Patty, A. 2012. Efektivitas metil eugenol terhadap
sebanyak 93% dari sampel spesimen. tangkapan lalat buah (Bactrocera dorsalis)
pada pertanaman cabai. Agrologia, Vol.1,
DAFTAR PUSTAKA No. 1, April 2012.
Piay, S, A Tyasdjadja, Y Ermawati, dan R Hantoro.
Allwood AJ. 1997. Biology and ecology: 2010. Budidaya dan Pascapanen Cabai
prerequisites for understanding and Merah (Capsicum annuum L). Badan
managing fruit flies (Diptera: Tephritidae). Penelitian dan Pengembangan Pertanian
ACIAR Proceedings; Nadi. Fiji 28-31 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa
Oktober 1996. Tengah.
Anonim. 2009. Standart Operating Procedure (SOP) Sunarno. 2011. Ketertarikan serangga lalat buah
budidaya cabai merah Gunung Kidul. Dinas terhadap berbagai papan perangkap
Pertanian. Jogjakarta. berwarna sebagai salah satu teknik
pengendalian. Jurnal Agroforestri 6 (2):
129-134.

143
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 141-150 Fluktuasi Populasi Lalat Buah….
ISSN 0853-2885

Susanto, A. 2010a. Estimasi dan Dinamika Populasi White, IM, and M Elson-Harris. 1992. Fruit Flies
Lalat Buah, Bactrocera dorsalis Kompleks of Economic Importence: Their
(Diptera: Tephitidae) Pada Pertanaman Identification and bionomics.
Mangga. Disertasi. Institut Teknologi CABInternational. Oxon, UK. 601 pp.
Bandung. Bandung. Ye, H. 2001. Distribution of the oriental fruit fly
Susanto, A. 2010b. Pengendalian lalat buah yang (Diptera:Tephritidae) in Yunnan province.
ramah lingkungan. Fakultas Pertanian Entomologia Sinica. 8(2): 175-182.
universitas Padjadjaran. Bandung. Diakses Ye, H, and JH Liu. 2005. Population dynamics of the
24 Oktober 2013 oriental fruit fly, Bactrocera dorsalis
melalui:http://pustaka.unpad.ac.id/wpconte (Diptera: Tephritidae) in the Kunming area,
nt/uploads/2010/05/pengendalian_lalat_bua southwestern China. Insect Science 12 (5):
h_yang_ramah_lingkungan1.pdf 387-392.
Siwi, SS. 2005. Eko-biologi Hama Lalat Buah. BB- Ye, H, and JH Liu. 2007. Population dynamics of
Biogen. Bogor. oriental fruit fly Bactrocera dorsalis
Wardani & Purwanta. 2008. Teknologi Budidaya (Diptera: Tephritidae) in Xishuangbanna,
Cabai Merah. Balai Besar Pengembangan Yunnan Province, China. Frontiers in
Teknologi Pertanian. Litbang. Lampung. Agriculture of China 1(1): 76-80.

144

You might also like