You are on page 1of 28

e

-
Journal Keperawatan (e
-
Kp)
Volume 5 Nomor 1,
Februari 2017
GAMBARAN KETEPATAN PERSONIL PENDAMPING DAN AMBULANS
YANG DIGUNAKAN DALAM MERUJUK PASIEN GAWAT DARURAT
DI IN
STALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF DR
. R. D.
KANDOU MANADO
Stevi Montjai
Mulyadi
Jill Lolong
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Univ
ersitas Sam Ratulangi Manado
Email :
montjaistevi@gmail.com
Abstract :
Transporting emergency patients with critical condition is susceptible to risks such as,
delayed handling and management of patients that c
ould result in deaths. Hence, management and
transportation or patient referring should be taken as a priority. Transporting or referring
emergency patients requires emergency ambulance that provided with emergency
equipment, and it
needs doctors and nurse
s experienced in emergency medicine. Currently not optimal process of
transporting and referring patients is due to lack of transportation and also the use of two
-
wheeled
vehicles.
The aim
of this research is to find the overview of proper escorting person
nel and
ambulances that used in referring emergency patients.
The samples
that we used are 80 patients
that obtained by using purposive sampling method.
The method
used in this study is descriptive
survey and the data were collected by using observation sh
eets.
Conclusion:
We found that in most
cases of patient referring, escorting personnel are dominated by nurses and emergency
staffs. The
uses of ambulances on referring patients are dominated by emergency ambulances.
Keyword :
Patient referring, Emergenc
y, Ambulance, Escorting personnel
Abstrak :
Transport pasien dalam keadaan kritis mempunyai resiko pada pasien gawat darurat,
keterlambatan penanganan dapat berakibat kematian, untuk itu penting memprioritaskan
penangangan dan transport atau rujukan bagi
pasien. Transport atau merujuk pasien gawat darurat
memerlukan ambulans gawat darurat yang dilengkapi dengan perlengkapan penanganan
kegawat
daruratan serta memerlukan penanganan dari dokter dan perawat berkemampuan
penanganan gawat
darurat. Belum optimaln
ya proses rujukan pasien gawat darurat karena terkendala sarana
transportasi serta masih ditemukannya penggunaan kendaraan roda dua dalam merujuk
pasien.
Tujuan Penelitian
ini untuk mengetahui gambaran ketepatan personil pendamping dan ambulans
yang diguna
kan dalam merujuk pasien gawat darurat.
Sampel
berjumlah 80 pasien yang didapatkan
dengan teknik
Purposive Sampling
.
Desain Penelitian
survei deskriptif dan data dikumpulkan
menggunakan lembar observasi.
Kesimpulan
gambaran merujuk pasien dengan personil
p
endamping didominasi oleh perawat dan pekarya. Sedangkan penggunaan ambulans saat
merujuk
pasien, didominasi oleh ambulans gawat darurat.
Kata Kunci : Merujuk Pasien, Gawat Darurat, Ambulans, Personil Pendamping
PENDAHULUAN
Pasien gawat darurat adalah p
asien yang oleh
suatu
penyebab
(Penyakit,
trauma,
kecelakaan, tindakan anastesi) jika tidak
segera ditolong akan mengalami kecacatan,
kehilangan organ tubuh atau meninggal,
prinsip pertolongan untuk pasien gawat
darurat, yaitu
time saving is life saving
(
waktu
adalah nyawa). Tindakan pada menit
-
menit
pertama menentukan hidup atau mati pasien
gawat darurat, untuk itu dalam menangani
pasien gawat darurat dibutuhkan tindakan
e
-
Journal Keperawatan (e
-
Kp)
Volume 5 Nomor 1,
Februari 2017
yang tepat, cepat, dan cermat (Purbianto,
2013).
Kecepatan dan ketepatan pemberian
pe
rtolongan
akan sangat berpengaruh
,
apabila
pertolongan
terlambat
diberikan
akan
berakibat kematian, untuk itu penting
menentukan
prioritas
penanganan
dan
transportasi atau rujukan
bagi pasien
(Tim
Penyusun Pelatihan
Emergency Nursing
,
2013)
.
Transport pasi
en dalam keadaaan kritis
mempunyai resiko pada pasien sehingga
merupakan tantangan yang sangat besar bagi
para klinisi
dalam hal ini dokter dan perawat
pendamping
untuk dapat mengurangi resiko
saat transport
.
Setiap anggota tim tranpost
harus dapat melakuk
an diagnostik dan
resusitasi. Direkomendasikan setiap
tenaga
pendamping
mempunyai
kemampuan
memberikan pertolongan darurat selama
perjalanan.
Kemampuan setiap anggota unt
uk
melakukan prosedur tindakan
yang tepat dan
benar akan berefek pada
outcome
pasien.
Selain perawat dan dokter pendamping,
d
iperlukan
kendaraan
standar
dalam
memindahkan pasien gawat darurat, ambulans
adalah kendaraan darat yang paling sering
digunakan. Ambulans yang digunakan dalam
transport pasien gawat darurat harus memiliki
standar p
eralatan penanganan gawat darurat
didalamnya, seperti, alat bantu pernafasan,
alat bantu sirkulasi, agen farmakologi, dan
monitor
(Senapathi, et al,
2015).
O’Donnell (2000),
menyatakan alasan rujukan
untuk pasien pada umumnya masuk dalam
tiga kategori: Dia
gnosa, Pengobatan, saran
dan jaminan untuk pasien. Dalam penelitian
yang dilakukan, 55% dari konsultan di rumah
sakit dalam berbagai spesialisasi
,
merasa
bahwa dokter praktik dapat berbuat lebih
banyak sebelum merujuk pasien ke fasilitas
kesehatan. Di Camb
ridge, menunjukan 521
rujukan yang dilakukan
oleh dokter praktik,
s
ecara keseluruhan, hanya 9,6% yang d
i nilai
tidak sesuai, d
alam studi yang sama
,
dokter
praktik menunjukan 308 kasus yang memiliki
pedoman rujukan dan dinilai 15,9% tidak
sesuai. Dari jumla
h tersebut menunjukan
ketidaksesuaian
atau
ketidaktepatan rujukan
sebagian dirasakan karena kurangnya sumber
daya (misalnya kurangnya akses ke komunitas
perawat jiwa), kurangnya pengetahuan,
diperlukannya spesialisasi dalam rujukan
(O’Donnell, 2000).
Pros
es rujukan emergensi tidak mengikuti
alur
rujukan
sebagaimana
umumnya
berjenjang menurut urutan tingkat fasilitas
pelayanan, sekalipun demikian, tidak berarti
bahwa fasilitas pelayanan kesehatan pengirim
rujukan telah melakukan
bypass
dalam proses
rujukan,
karena pasien dengan emergensi
harus secepatnya mencapai fasilitas pelayanan
yang dapat memberikan pertolongan segera
dalam satu periode waktu yang sangat
menentukan
(Pedoman Rujukan Nasional,
2012).
Primasary,
2015
dalam
penelitiannya,
mengemukakan prose
dur rujukan untuk kasus
kegawatan belum optimal, karena terkendala
berbagai hal, diantaranya, sarana transportasi
rujukan yang belum memadai, komunikasi
yang tidak berjalan lancar saat akan merujuk
serta, baik sebelum ataupun setelah era
jaminan kesehatan
nasional, kendala dalam
merujuk pasien gawat darurat masih sama dan
belum adanya soslusi untuk kendala tersebut.
Studi Kasus yang dilakukan oleh Ardianto,
2012, menunjukan bahwa akses penggunaan
ambulans roda empat di Lombok utara, masih
sangat terbatas, w
arga Lombok Utara
kebanyakan hanya menggunakan kendaraan
roda dua atau ojek dalam merujuk pasien.
Survey awal yang dilakukan peneliti di
instalasi gawat darurat RSUP. Prof. Dr. R. D.
Kandou, menunjukan pasien yang dirujuk
memil
i
ki kondisi klinis yang tidak
stabil,
personel pendampingan medis yang masih
kurang, kendaran yang digunakan saat
merujuk pasien merupakan ambulans standar
yang kebanyakan digunakan, dan belum
sepenuhnya memenuhi standar kendaraan
rujukan pasien
gawat darurat
.
Berdasarkan u
raian
diata
s peneliti tertarik
meneliti
tentang

Gambaran
ketepatan
personil pendamping dan ambulans yang
digunakan dalam merujuk
Pasien gawat
darurat di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado”
METODE PENELITIAN
Peneliti
an ini menggunakan metode
penelitian
survei deskriptif, yaitu suatu penelitian yang
digunakan untuk mendeskripsikan atau
e
-
Journal Keperawatan (e
-
Kp)
Volume 5 Nomor 1,
Februari 2017
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi
di dalam masyarakat. Survei deskriptif
digunakan
untuk
menggambarkan
atau
memotret masalah kesehatan, serta yang
terkai
t
dengan
kesehatan
sekelompok
penduduk
(Notoadmojo, 2012)
.
Penelitian ini
dilakukan di IGD RSUP Prof.
Dr. R.D. Kandou Manado pada tanggal 9
-
31
Desember 2016
. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan
lembar observasi
personil pendamping dan ambulans ya
ng
digunakan dalam merujuk pasien gawat
darurat
.
Populasi dalam penelitian ini adalah
selur
uh pasien rujukan gawat darurat yang
dirujuk ke IGD RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado
.
Sampel dal
am penelitian ini adalah
80 pasien rujukan gawat darurat yang diruj
uk
ke IGD RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado
. Teknik yang dipakai penelitian ini
adalah
Purposive sampling
dimana sampel
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu
yang dikehendaki oleh peneliti (Setiadi,
2013).
Kriteria Inklusi
:
Pasien rujukan umum
yang d
irujuk di instalasi gawat darurat RSUP
Prof.Dr. R.D. Kandou Manado, memiliki
surat rujukan serta pasien rujukan yang
datang dengan gangguan
airway, breathing,
circulation, disability dan exposure
HASIL dan PEMBAHASAN
Tabel
1
.
Distribusi Frekuensi
Berdasar
kan
Usia
Usia
n
%
Dewasa
63
78.
75
Anak
-
anak
17
21.
25
Total
8
0
100
Sumber
: Data Primer (Diolah tahun 2017
)
Hasil olah data
gambaran distribusi frekuensi
berdasarkan usia responden paling banyak
berada pada, usia dewasa
yaitu, 63 orang
(78.
75%)
Tabel
2
.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
n
%
Laki
-
laki
55
68.
75
Perempuan
25
31.
25
Total
80
100
Sumber
: Data Primer (diolah tahun 2017
)
Berdasarkan hasil olah
data
gambaran
Distribusi
frekuensi
berdasarkan
jenis
kelamin yang p
aling banyak berada pada,
jenis kelamin laki
-
laki yaitu, 55 or
ang
(68.
75
%
).
Tabel
3
.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Personil Pendamping
P
ersonil Pendamping
n
%
Perawat
1
1.
25
Pekarya dan Perawat
76
95
Pekarya, Perawat dan
Dokter
3
3.
75
Total
80
10
0
Sumber
: Data Primer (diolah tahun 2017
)
Hasil penelitian menunjukan, gamabaran
personil pendamping pasien saat dirujuk,
sebanyak 80 pasien
(100%)
,
76 pasien (95%)
di damping
i
oleh pekarya dan
perawat,
dan 3
pasien (3.
75
%) datang dengan didampingi
peka
rya, perawat dan
dokter, sedangkan 1
pasien (1.
25
%) pasien datang hanya dengan
pendampingan
perawat.
Menurut
teori
pelayanan
ambulans
gawat
darurat,
didalamnya harus ada pendampingan perawat,
dan dokter sesuai dengan kondisi pasien.
Hal
ini
sejalan
dengan
Dinas
Kesehatan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang
menulis tentang standarisasi ambulans gawat
darurat, dimana petugas ambulans yang harus
mendampingi saat proses rujuka
n
pasien
gawat darurat yaitu, 1 (satu) pengemudi
berkemampuan PPGD (Penanggulan Pert
ama
pada Gawat Darurat), 1 (satu) perawat
berkemampuan PPGD, serta 1 (satu) dokter
berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS.
Menurut Perarutan Menteri Kesehatan
No.
001 Tahun 2012, telah mengatur tatacara
melakukan rujukan pasien, salah satunya
adalah
merujuk
pas
ien
dengan
mendampinginya, sesuai kompetensi.
P
enelitian Ignasius (2012),
tentang
kebijakan
pemerintah daerah dalam meningkatkan
sistem rujukan kesehatan di kepulauan Riau,
menemukan, bahwa layanan pendampingan
petugas kesehatan bagi pasien rujukan di
Kab
upaten Lingga, tidak hanya diperuntukan
bagi pasien dengan jaminan tertentu,
melainkan untuk semua pasien, tenaga yang
e
-
Journal Keperawatan (e
-
Kp)
Volume 5 Nomor 1,
Februari 2017
mendampingi adalah perawat atau bidan,
bergantung masalah kesehatan yang diderita.
Pasien dengan keluhan penyakit yang
umum
maka biasanya
perawat yang mendampingi.
Akan tetapi, jika pasien dengan masalah
kebidanan
atau melahirkan maka bidan
lah
yang akan mendampingi
selama proses
rujukan. Adanya pendampingan
oleh tenaga
kesehatan
memiliki
ma
n
faat
dalam
mengurangi tingkat morbiditas
.
Penelit
ian yang dilakukan oleh Indarwati
(2014), mengenai pendampingan bidan dalam
merujuk pasien bersalin,
didapatkan data dari
11 peserta
Fokus Gr
up Diskusi
,
hampir semua
mengatakan bahwa mendampingi pasien
memang tidak selalu dilakukan, dilihat tingkat
kegawat
an pasien, kalau memang masih kuat
pasien diantar sendiri oleh keluarga dan diberi
surat pengantar rujukan. Ada juga yang
beralasan jika kebetulan pasiennya lebih dari
satu, dan yang pasien lain membutuhkan
observasi, maka pasien yang dirujuk ke RS
ditugas
kan bidan
praktik
yang membantu
mendampingi pasien ke rumah sakit.
Dalam penelitian ini menunjukan bahwa,
gambaran pendampingan personil medis,
dalam hal ini perawat dan dokter dalam
merujuk pasien gawat darurat, sebagian besar
sudah terdampingi, namun hal
yang masih
menjadi kendala adalah belum teridentifikasi
kemampuan gawat darurat yang dimiliki oleh
personil pendamping. Hal yang juga masih
menjadi kendala teknis personil pendamping,
saat merujuk pasien gawat darurat adalah,
posisi duduk personil pendamp
ing, yang tidak
duduk di kursi belakang atau didamping
pasien serta kendala yang lain adalah, kondisi
klinis pasien sebelum dirujuk dan saat tiba di
tempat rujukan yang kadang kondisi pasien,
justru tidak stabil, dan juga kurangnya
pendampingan dokter berk
emampuan PPGD
ataupun
ATLS/ACLS,
hal
ini
dapat
mempengaruhi
kondisi
pasien
dalam
perjalanan rujukan, jika mengikuti standar
pendampingan ambulans gawat darurat,
petugas yang harus mendampingi adalah 1
supir ambulans berkemampuan PPGD, 1
perawat berkemampua
n PPGD dan 1 dokter
berkemampuan PPGD, penelitian menemukan
bahwa tidak semua pasien rujukan gawat
darurat yang datang dengan pendampingan
petugas standar. Hal ini perlu mendapat
perhatian dari setiap fasilitas kesehatan
perujuk untuk memperhatikan prosedu
r
rujukan pasien gawat darurat dan juga
ketentuan
-
ketentuan dalam merujuk pasien
gawat darurat untuk mengurangi resiko
kecatatan sampai kematian.
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Ambulans
Ambulans
n
%
Gawat darurat
69
86.25
transportasi
11
13.
75
Total
8
0
100
Sumber
: Data Primer (diolah tahun 2017
)
Hasil penelitian menunjukan, gambaran
ketepatan merujuk pasien dengan ambulans,
sebanyak 80 pasien (100%), pasien yang
dirujuk dengan ambulans gawat darurat
sebanyak 69 pasien
(86.25%), dan 11 pasi
en
(13.
75%)
dirujuk
dengan
ambulans
transportasi.
Menurut
Commissoin
On
Accreditation Of Ambulance Service
(2013)
,
Am
bulans
merupakan kendaraan roda empat
dengan luas ruangan yang cukup memadai
untuk
membawa pasien dalam keadaan
berbaring beserta petugas m
edis dan dapat
melakukan tindakan medis
yang diperlukan,
ambulans
dilengkapi
peralatan
untuk
monitoring dan pelayanan Bantuan Hidup
Dasar.
Menurut
Dinas
kesehatan
Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta, Diperlukan standarisasi
perlengkapan umum dan medik pada
ke
ndaraan ambulans AGDT, khususnya untuk
keseragaman dan peningkatan mutu pelayaan
rujukan kegawat
daruratan medik.
Menteri K
es
ehatan mengatur
jenis kendaraan
rujukan bagi pasien
, yaitu Ambulans
transportasi,
Ambulans
gawat
darurat,
ambulans rumah sakit lapa
ngan, ambulans
pelayanan medik bergerak, Kereta jenazah,
ambulans
udara.
Tujuan
penggunaan
ambulans gawat darurat, yaitu
Pertolongan
Penderita Gawat Darurat Pra Rumah Sakit
,
Pengangkutan penderita dawat darurat yang
sudah distabilkan dari lokasi kejadian k
e
tempat
tindakan definitif atau ke Rumah Sakit
dan
Sebagai kendaraan transport rujukan
,
sedangkan tujuan penggun
aan ambulans
e
-
Journal Keperawatan (e
-
Kp)
Volume 5 Nomor 1,
Februari 2017
transportasi adalah untuk
Pengangkutan
penderita yang tidak memerlukan perawatan
khusus/
tindakan
darurat
untuk
dan
menyelamatkan
nyawa dan diperkirakan tidak
akan timbul ke
gawatan selama dalam
perjalanan.
Penelitian
menunjukan,
penggunaan
ambulans gawat darurat dalam merujuk
pasien gawat darurat sudah cukup baik,
karena
sebagian
pasien
yang
dirujuk
menggunakan ambulans gawat darur
at. Hal
yang masih perlu diperhatikan, adalah
penggunaan ambulans transportasi dalam
merujuk pasien gawat darurat. Dimana,
penelitian
menemukan
adanya
pasien
maternal,
yang
dirujuk
menggunakan
ambulans transportasi yang hanya ditemukan
tempat duduk dan tem
pat tidur pasien, hal ini
perlu menjadi perhatian, mengingat tidak
stabilnya kondisi pasien maternal dalam
proses rujukan. Masalah ambulans gawat
darurat dan personil pendamping adalah satu
paket yang perlu diperhatikan oleh fasilitas
perujuk. Kemampuan p
ersonil pendamping
dalam mengelola kegawatdaruratan pasien
selama perjalanan rujukan dapat dilakukan
dengan baik dan benar jika sarana dan
prasarananya memadai.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang gambaran
ketepatan personil pendamping dan ambulans
yan
g digunakan dalam merujuk pasien gawat
darurat di IGD RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado, maka dapat disimpulkan bahwa,
gambaran ketepatan merujuk pasien gawat
darurat
dengan
personil
pendamping,
didominasi oleh pasien yang dirujuk dengan
didampingi oleh p
ekarya dan perawat, serta
gambaran ketepatan merujuk pasien gawat
darurat dengan ambulans, didominasi dengan
pasien yang datang dirujuk menggunakan
ambulans gawat darurat.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Shofan. 2012.
Penggunaan Sepeda
M
otor Sebagai Ambulans Ko
munitas
Dalam Rujukan Pelayanan: Studi
Kasus
di
Lombok
Utara
.
file:///C:/Users/ACER/Downloads/jm
pk%20shofan%20ardianto%20hasanb
asri.pdf
diakses tanggal 19 Januari
2
017 jam 10.00 WITA
Commission On Acreditation Of Ambulance
Service.2016.
Ground
Vehicle
Standard For Ambulance v.1.0
Edition
.
http://www.groundvehic
lestandard.or
g/wpcontent/uploads/2016/03/CAAS_
GVSv_1_0_FinalwDates.pdf
diakses
tanggal 6 januari 2017 jam 9.45
WITA
Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta.
2013.
Standar
Fisik,
Perlengkapan
Ambulans
Gawat
Darurat
Medik
.
www.agddinkes.jakarta.go.id
,
Diakses
Tanggal 6 Januari 2017 jam 12.45
WITA
Direktorat Jendr
al Bina Upaya
Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. 2012.
Pedoman Sistem Rujukan Nasional
.
Jakarta
Indarwati. 2014.
Pelaksanaan Rujukan
Pers
alinan
dan
Kendala
Yang
Dihadapi
.
http://docshare01.docshare.t
ips/files/25659/256594148.pdf
diakses tanggal 3 januari 2017 jam
13.24 WITA
Junaidi,
Iskandar.
2011.
Pedoman
Pertolongan
PertamaYang Harus
Dilakukan Saat Gawat & Darurat
Medis
. ANDI. Yogyakarta
Jurnal Medika. 2016.
Pertimbangan Hukum
Dalam
Pelayanan
Kegawatdaruratan
.
http://www.jurnal
medika.com/1022
-
semua
kategori/edis
i
-
no
04
-
vol
-
xlii.
2016/penyegar
-
kompetensi/2048
pertimbangan
-
hukum
-
dalam
pelayanan kegawatdaruratan. Diakses
tanggal 7 Oktober 2016
Ignasius
, Luti
. 2012.
Kebijakan Pemerintah
Daerah Dalam Meningkatkan Sistem
Rujukan
Kesehatan
Daerah
e
-
Journal Keperawatan (e
-
Kp)
Volume 5 Nomor 1,
Februari 2017
Kepualauan
Di
Kabupate
n
LinggaProvinsiKepualauanRiau
.
https
://journal.ugm.ac.id/jkki/article/viewF
ile/307/ 728
Diakses
Tanggal 3
januari 2017 jam 13.56 WITA
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Standar
Pelay
anan Gawat Darurat Di Rumah
Sakit. Direktorat Bina Pelayanan
Keperawatan dan Keteknisian Medik.
Jakarta
Musliha. 2010.
Keperawatan Gawat Darurat
plus
Contoh
Askep
dengan
Pendekatan NANDA NIC NOC
. Nuha
Medika. Yogyakkarta
Notoatmojo, Soekidjo. 2012.
M
etodologi
Penilitian Kesehatan.
PT Rineka
Cipta. Jakarta
O’Donnell, Catherine A. 2000.
Variation in
GP Referral Rates: What Can We
Learn From The Literature ?
. Family
Practice 2000, 17;462
-
471
Peraturan
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 001
tahun
2012.
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan
. Diakses tanggal 26
September 2016
Primasari, Karleanne Lony. 2015.
Analisis
Sistem Rujukan Jaminan Kesehatan
Nasional RSUD. Dr. Adjidarmo
Kabupaten
Lebak
.
Jurnal
Administrasi Kebijakan Kesehatan
diunduh tanggal 15 Januari 2016
23.00
WITA
,
http://journal.ui.ac.id/index.php/arsi/a
rticle/viewFile/5215/3500
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Sam
Ratulangi.
(20
13).
Panduanpenulisan tugas akhir &
skripsi
.
Program
Studi
Ilmu
Keperawatan
Universitas
Sam
Ratulangi. Manado
Purbianto. 2013.
Konsep Dasar Keperawatan
Gawat
Darurat
.
HIPGABI
179832784
-
Konsep
-
dasar
-
gawat
-
darurat
-
ppt
Diakses
tanggal
7
Oktober 2016 pukul
11:38 WITA
RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou . 2015.
Panduan Transfer dan Rujukan
Pasien
. Manado
Rumah Sakit Sari Asih Sangiang Tangerang.
2015.
Panduan
Pelayanan
Ambulance
.
http://www.batukarinfo.c
om/system/files/buku%20rujukanBIN
DER 0.pdf
diakses tanggal 3 januari
jam 13.45 WITA
Senapathi, Tjokorda Gede Agung dkk. 2015.
Medical
Evacuation
(medivac)
.
Medical
-
Evacuation
-
2015.pdf diakses
tanggal 19 September 2016
Setiadi.
(20
13).
Konsep
dan
praktik
penulisan riset keperawatan
. Edisi 2.
Graha Ilmu.Yogyakarta
Tim Penyusun.2013.
Pelatihan Emergency
Nursing Intermediet Level
. PPNI.
Jakarta
AMBULANCE
Prosedur Tetap Pelayanan, Kriteria dan Persyaratan
TUGAS
Untuk Memenuhi Tugas
Emergency And Critical Nursing
di Blok 4.2 Minggu I
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM
Disusun oleh :
Habibi Rohman Rosyad
128
Listyanti Aninda
128
62
Anki Tias Yolanda
128
63
Yunifah
127
82
Amanda Kurniasih
128
50
Arifka Uli Nur H
127
Firqoh Nur Azizah F.
128
37
Patrisia R.W.L.P
128
09
Reny Noorhayanti
127
83
Dannys Mina Ardhyani
127
Yohana Safetri
128
37
Fatimah Yuni D
127
51
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
2011
1
DEFINISI AMBULANS
Ambulance adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengangkut orang sakit atau
terluka untuk mendapatkan fasilitas medis. KEbanyakan ambulans adalah kendaraan
bermotor, meskipun helicopter, pesawat terbang, dan perahu juga digunakan. Interior
ambulans memiliki ruang untuk satu atau lebih pasien ditambah beberapa personel gawat
darurat medis. Hal ini juga berisi berbagai perlengkapan dan peralatan yang digunakan
untuk member pertolongan kepada pasien saat perjalanan.
Tujuan penggunaan ambulans adalah: 1. Pertolongan Penderita Gawat Darurat Pra Rumah
Sakit; 2. Pengangkutan penderita dawat darurat yang sudah distabilkan dari lokasi
kejadian ke tempat tindakan definitif atau ke Rumah Sakit; 3. Sebagai kendaraan transport
rujukan.
Para ambulans awal sederhana dua roda gerobak digunakan untuk membawa prajurit sakit
atau terluka yang tidak mampu berjalan sendiri. Kata ambulans berasal dari
ambulare kata Latin, yang berarti berjalan atau bergerak. Ambulans pertama khusus
digunakan untuk mengangkut pasien ke fasilitas medis yang dikembangkan di akhir 1700-
an di Perancis oleh Dominique-Jean Larrey, ahli bedah-in-chief di tentara Napoleon.
Larrey mencatat bahwa butuh waktu hampir satu hari penuh untuk tentara yang
terluka harus dibawa ke rumah sakit lapangan, dan bahwa sebagian besar dari mereka
meninggal pada saat itu "dari ingin bantuan." Untuk memberikan bantuan lebih cepat dan
menyediakan transportasi cepat, dia merancang kereta yang ditarik kuda-dikelola oleh
petugas medis dan asisten dengan ruang untuk beberapa pasien dengan tandu.
Korp ambulans pertama militer di Amerika Serikat diselenggarakan pada tahun 1862
selama Perang Sipil sebagai bagian dari pasukan Uni. Layanan ambulans pertama sipil di
Amerika Serikat diselenggarakan tiga tahun kemudian oleh Cincinnati Commercial
Rumah Sakit. PAda pergantian abad ini, rumah sakit paling besar memiliki ambulans
pribadi. Ambulans bermotor pertama kali pergi ke dalam operasi di Chicago pada tahun
1899.
Kebanyakan ambulans awal yang hanya ditujukan untuk transportasi pasien. Setelah tim
dokter atau kebakaran departemen penyelamatan diterapkan pertolongan pertama, pasien
dimasukkan ke bagian belakang ambulans untuk naik cepat ke rumah sakit.
Di Amerika Serikat mengalami perubahan dramatis ketika pemerintahan federal
melewati Jalan Keselamatan Act pada tahun 1966. Diantaranya banyaknya standar,
2
tindakan baru menetapkan persyaratan untuk
desain ambulans dan perawatan gawat darurat.
Hingga saat ini, ambulans
mengalami perkembangan yang
pesat. Dari yang sederhana, BLS,
sampai ALS. AMbulans dapat
dioperasikan oleh perusahaan swasta,
rumah sakit, pemadam kebakaran,
polisi, atau lembaga lain.
Emergency medical service (ambulan gawat darurat Amerika Serikat) yang diikuti oleh
beberapa negara mempunyai lambang Star of Life. The Star of Life didesian oleh Leo R.
Schwartz kepala bagian EMS pada National Highway Traffic Safety Administration
(NHTSA) saat itu. The Star of Life dirancang karena ada keberatan dari American Red
Cross (Palang Merah Amerika) tentang penggunaan Palang Kuning Omaha yang
menurut mereka merupakan peniruan dari lambang palang merah internasional yang
juga menyalahi konvensi Geneva.
Penggunaan lambang palang merah/bulan sabit merah pada rekan/teman yang anggota
PMI (KSR, PMR dll) Diadopsi dari lambang American Medical Association (AMA),
lambang ini menggunakan palang enam yang kemudian dipatenkan sebagai lambang
EMS pada 1 Februari 1977. 6 palang biru mengambarkan 6 point fungsi dari emergency
medical services atau EMS yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1.Detection
2.Reporting
3.Response
4.On Scene Care
5.Care in Transit
6.Transfer to Definitive Care
Ular dan tongkat pada lambang ini mengambarkan tongkat dewa Asculapius, yang
menurut mitologi Yunani ia merupakan dewa penyembuh dan putra Apollo.
3
PERSYARATAN AMBULANS
Persyaratan : Teknis Kendaraan :
-
Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak
-
Warna kendaraan : kuning muda
-
Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency, disamping kanan
dan kiri tertulis : Ambulans dan logo : Star of Life, bintang enam biru dan ular tongkat.
-
Menggunakan pengatur udara AC dengan pengendali di ruang pengemudi.
-
Pintu belakang dapat dibuka ke arah atas.
-
Ruang penderita tidak dipisahkan dari ruang pengemudi
-
Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur/ dilipat
-
Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan pasien
-
Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu. Tandu dapat dilipat.
-
Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak untuk melakukan
tindakan
-
Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 sm di atas tempat penderita
-
Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita
-
Lampu ruangan secukupnya/ bukan neon dan lampu sorot yang dapat digerakan
-
Meja yang dapat dilipat
-
Lemari obat dan peralatan
-
Tersedia peta wilayah dan detailnya
-
Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
-
Sirine dua nada
-
Lampu rotator warna merah dan biru
-
Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi
-
Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
Tata tertib berkendara
-
Saat menuju ke tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan lampu rotator.
Selama mengangkut penderita hanya lampu rotator yang dihidupkan
-
Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku
-
Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan bebas
hambatan.
5
Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut dengan lembar
catatan penderita yang mencakup identitas, waktu dan keadaan penderita setiap 15
menit.
-
Petugas memakai seragam ambulans dengan identitas yang jelas.
Bahan Dasar
Kerangka tubuh ambulan biasanya terbuat dari alumunium yang dibentuk atau
diekstrusi. Dinding luar dicat lembaran alumunium dan dinding interior biasanya ditutupi
lembaran alumunium dengan lapisan vinyl atau plastic dilamasi. Lantainya dapat dibuat
dari kayu lapis atau mungkin menggunakan plastic sarang lebah terbuka berintikan
dilamasi pada lembar alumunium. Pada penetup inferior biasanya menggunakan lapisan
vinil untuk memudahkan pembersihan. Lemari interior dalam kompartemen pasien
biasanya terbuat dari alumunium transparan dengan panel plastic pecah di pintu.
Permukaan meja dan dinding dalam wilayah tindakan biasanya ditutupi dengan selembar
stainless steel untuk melawan efek dari darah dan cairan tubuh lainnya. Tempat duduk
inferior dan daerah berlapis kain lainnya memiliki bantalan busa tahan api dengan penutup
vinyl. Rel terbuat dari stainless steel dan potongan trim inferior lainnya dapat dibuat dari
berbagai karet atau bahan plastic.
Standar peralatan EmICU ambulance yang berlaku di Pro Emergency adalah sebagai
berikut :
AIRWAY EQUIPMENT
1.
Laringoscope
2.
Oropharyngeal Airway
3.
Nasopharyngeal Airway
4.
Endotracheal Tube
5.
Mouth Gage
6.
Magil Forcep
7.
Tounge Spatel
8.
Suction Manual
9.
Suction Electric
10.
Suction Canule
11.
Xylocain Jelly
BREATHING EQUIPMENT
1.
Bag Valve Mask
6
Nasal Canule
2.
Simple Mask
3.
Rebreathing Mask
4.
Non Rebreathing Mask
5.
Pocket Mask
6.
Oxygen Tube
7.
Portable Oxygen Tube
CIRCULATION EQUIPMENT
1.
Veno Catheter / IV Catheter
2.
Infuse Set
3.
Infusion Fluid
4.
Spuit
5.
Tensimeter
6.
Stetoscope
7.
Foley Catheter
8.
Urine Bag
9.
Steril Gauge
10.
Roll Bandage
11.
Trauma Bandage
12.
Triangular Bandage
13.
Elastic Bandage
EXTRICATION & STABILIZATION EQUIPMENT
1.
Rigid Splint
2.
Scoope Strecher
3.
long Spine Board
4.
Safety Belt
5.
Head Immobilizer
6.
Neck Collar
7.
Extrication Device
ADVANCE EQUIPMENT
1.
Ventilator
2.
Pulse Oxymeter
3.
Defibrilator
4.
Patient Monitor
7
ECG Monitor (3 Lead)
EMERGENCY DRUG
1.
Adrenalin / Ephyneprin
2.
Sulfas Atrophyn
3.
Kalmethason
4.
Buscopan
5.
Dextrose 40 %
6.
Lasix
7.
Aminophylin
8.
Cylocard 100 mg
9.
Neurobion 5000
10.
Lidocain 2 %
11.
Diazepam
12.
valium 10 mg
13.
Nitrogliserin SL
OTHER
1.
Bandage Scissor
2.
Anatomy Pincet
3.
Cirurgy Pincet
4.
Artery Clamp
5.
Plester
6.
Pen light
7.
ECG Electrode
8.
Thermometre
9.
Gastrictube
10.
Neirbeken
11.
Urinal / Pispot
12.
handscoon
13.
Masker
14.
ETC
Ambulance Equipment Levels
Basic Life Support
RLEMS Advanced Life Support
8
·
Oxygen
·
Nasal Cannulas &
Oxygen masks
·
Bag Valve Mask
·
Oxygen
·
Nasal Cannulas & Oxygen masks
·
Bag Valve Mask
·
Pulse Oximeter
·
Laryngoscopes for Intubation
(Tube down throat)
·
Cricothyrotomy (Surgical hole in
Airway Equipment
·
o
u
t
o
f
l
u
n
g
s
)
·
Chest Decompression Kits
(placing hole in chest to relieve
collapsed
lung)
·
Numerous Medications
(Albuterol, Alupent, Atrovent,
Hurricane Spray, Terbutaline, Versed)
·
Splints & Bandages

You might also like