You are on page 1of 6

PELATIHAN UJI TOURNIQUET BAGI KADER KESEHATAN

SEBAGAI SALAH SATU CARA


DETEKSI DINI DEMAM BERDARAH DENGUE

Grace D. Kandou

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi


Email: gracekandou@yahoo.com

Abstract: Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is still a communicable disease that sometimes
becomes an epidemic in certain areas in Indonesia. Although health promotion and
information about prevention and erradication of this disease have been carried out by various
departments, this disease remains a horrifying one since it is fatal. Deaths due to Dengue
Haemorrhagic Fever are mostly caused by the delay of lay people to recognize this disease in
its early stages, and as a consequence, the patient is brought to the hospital too late. The aim
of this study was to find out the level of knowledge of health providers about Dengue
Haemorrhagic Fever and to train them to do a tourniquet test. Methods of educating were:
through speeches, health promotion, and doing tourniquet simulations. Pre-tests showed that
64% of the participants still had a low level of knowledge about early signs and symptoms of
Dengue Haemorrhagic Fever. Most participants did not know how to do the tourniquet test.
After receiving information and doing simulation tourniquet tests there was a significant
improvement of the participants’ level of knowledge about Dengue Haemorrhagic Fever and
early detection of this disease before referring the patients to hospitals.
Keywords: Dengue Haemorrhagic Fever, tourniquet test, health providers

Abstrak: Penyakit demam berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah penyakit
menular yang kadangkala mewabah di beberapa daerah tertentu. Meskipun penyuluhan dan
informasi tentang pencegahan dan pemberantasan penyakit menular demam berdarah Dengue
telah sering dilakukan oleh Departemen terkait, namun penyakit ini masih merupakan
penyakit yang ditakuti masyarakat karena dapat berakibat fatal yaitu kematian. Kematian
akibat penyakit demam berdarah Dengue seringkali terjadi oleh karena keterlambatan
masyarakat awam mengetahui diagnosis penyakit, sehingga penderita terlambat dibawa ke
tempat pelayanan kesehatan (Rumah Sakit). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengetahuan kader kesehatan tentang demam berdarah Dengue serta memberikan pelatihan uji
tourniquet kepada kader kesehatan. Metode kegiatan berupa ceramah, penyuluhan serta
simulasi dan pelatihan. Hasil evaluasi awal (pre-test) menunjukkan bahwa terdapat 64%
peserta yang masih kurang mengetahui dan memahami tanda dan gejala awal penyakit demam
berdarah Dengue. Selain itu sebagian besar peserta belum mengetahui cara melakukan
pemeriksaan uji tourniquet. Setelah diberikan penyuluhan dan simulasi pemeriksaan uji
tourniquet terjadi perubahan yang bermakna dimana para kader menjadi tahu dan paham
tentang penyakit demam berdarah Dengue serta cara deteksi dini sederhana yang dapat
dilakukan sebelum merujuk penderita ke tempat pelayanan kesehatan.
Kata kunci: DBD, tes tourniquet, kader kesehatan

Kasus penyakit demam berdarah Dengue mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk.


(DBD) cenderung meningkat pada musim Perubahan musim itu sendiri mempengaruhi
hu-jan karena terjadinya perubahan musim manusia terhadap gigitan nyamuk, dimana

174
Kandou, Pelatihan Uji Torniquet Bagi kader kesehatan sebagai salah satu cara deteksi… 175

mereka akan cenderung lebih banyak ber- Kematian penyakit DBD seringkali ter-
diam dirumah selama musim hujan.1 jadi oleh karena keterlambatan masyarakat
Keterlambatan menegakkan diagnosis awam dalam mengetahui diagnosis penyakit
penyakit DBD sangat menentukan prog- sehingga penderita terlambat dibawa ke
nosis penderita. Semakin dini penyakit ini tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit,
diketahui maka keberhasilan penanganan puskesmas, klinik, dokter praktek). Oleh
penderita semakin baik. Sebagian besar karena itu perlu dilakukan pelatihan kepada
penderita DBD yang meninggal disebabkan masyarakat awam (non medis), dalam hal
oleh karena keterlambatan dirawat di rumah ini kader kesehatan. Diharapkan melalui ka-
sakit. Gejala demam pada DBD hampir der kesehatan yang telah mengikuti pe-
sama dengan demam oleh karena penyakit nyuluhan dan dapat melakukan uji tour-
lain sehingga hal ini sering menyebabkan niquet, angka kematian akibat penyakit
kesalahan dan keterlambatan dalam pena- DBD dapat diturunkan.6,7
nganan penderita DBD.2,3
Uji tourniquet merupakan salah satu
TINJAUAN PUSTAKA
cara untuk menegakkan diagnosis penyakit
DBD, disamping pemeriksaan laboratorium Demam berdarah Dengue (DBD) ada-
darah. Uji tourniquet yang positif menun- lah penyakit menular yang disebabkan oleh
jukkan adanya suatu manifestasi perdarah- infeksi arbovirus (anthropod-borne virus)
an.3,4 yaitu virus Dengue dan ditularkan oleh
Di Indonesia penyakit DBD pertama nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat
kali dilaporkan pada tahun 1968 di Sura- menyerang semua orang dan dapat meng-
baya dan Jakarta. Sejak itu angka kejadian akibatkan kematian terutama anak-anak.
penyakit DBD dilaporkan terus menigkat Gejala utama DBD adalah demam, yang
dengan angka kematian yang mencapai 10 biasanya memburuk setelah dua hari per-
% dari seluruh penderita yang dirawat di tama dan disertai beberapa atau semua
rumah sakit. Di Indonesia ditemukan 1.527 gejala perdarahan spontan seperti petekie,
kematian dari 47.573 kasus pada tahun ekimosis, purpura dan epistaksis.1,2
1988.3 Epidemi demam Dengue dilaporkan
Di provinsi Sulawesi Utara pada tahun pada sepanjang abad kesembilan belas dan
2000 terdapat 39 kasus kematian DBD dari awal abad keduapuluh di Amerika, Eropa
1105 kasus. Jumlah kasus terbanyak pada Sela-tan, Afrika Utara, Mediterania Timur,
tahun 2000 yaitu di kotamadya Manado Asia, Australia dan pada beberapa pulau di
82,3%. Pada tahun 2003 terdapat tiga kasus India, Pasifik Selatan dan Karibia. Pada
kematian dari 286 penderita yang dilapor- tahun 1996 terdapat 2500-3000 juta orang
kan. Di kota Manado terjadi wabah DBD yang potensial beresiko terhadap penularan
pada tahun 1974, yakni terdapat 700 kasus virus dengue. Diperkirakan setiap tahun
pada 150.000 penduduk. Rampengan terdapat 20 juta kasus infeksi Dengue dan
(1983), menemukan 106 penderita DBD mengakibatkan sekitar 24 juta kematian. 3,4
dengan 3,8% mengalami kematian. Pada Penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk
tahun 1993, terdapat 26 kasus DBD di kota aedes aegypti betina melalui gigitan pada
Manado dengan dua orang meninggal.5 orang yang mengandung virus dengue.
Kecamatan Malalayang adalah salah Aedes aegypti ini bersifat antropofilik (se-
satu kecamatan yang terdapat di kota nang sekali kepada manusia) dan biasa
Manado yang terdiri dari delapan kelurahan menggigit di dalam rumah, di luar rumah
dan merupakan daerah dengan angka kesa- dan juga di tempat yang agak gelap. Nya-
kitan DBD yang tinggi. Kota Manado muk ini mempunyai kebiasaan menggigit
merupakan salah satu daerah endemis DBD berulang, yaitu menggigit beberapa orang
karena jarak antar rumah yang berdekatan secara bergantian dalam waktu singkat.
sehingga memudahkan penularan (jarak ter- Nyamuk betina dapat terbang sejauh 2 km,
bang nyamuk aedes aegypti 40-100m).3,5 tetapi kemampuan normalnya adalah 40
176 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 3, November 2009, hlm. 174-179

meter. Nyamuk ini bersarang di bejana- melatih para kader kesehatan di desa, agar
bejana yang berisi air jernih dan tawar para kader ini dapat turut membantu dalam
seperti bak mandi, drum penampung air, ka- penanganan dan diagnosis dini penderita
leng bekas dan lainnya.1,3,5 DBD agar tidak jatuh ke dalam Dengue
Diagnosis DBD menurut WHO tahun shock syndrome (DSS). Kader kesehatan
1975 adalah demam tinggi mendadak dan dapat membantu tenaga medis agar pen-
terus menerus selama 2-7 hari dengan sebab derita yang demam dan terdiagnosis uji tes
yang tidak jelas dan hampir tidak dapat tourniquet positif sesegera mungkin untuk
dipengaruhi oleh antipiretik. Manifestasi dirujuk dan dirawat di pelayanan kesehat-
perdarahan berupa uji tourniquet positif, an/rumah sakit. Hal ini dapat mencegah aki-
spontan yaitu petekie, ekimosis, epistaksis, bat buruk yang fatal yaitu kematian penderi-
perdarahan gusi, hematemesis atau melena. ta DBD karena terlambat di bawa ke tempat
Pembesaran hati dan syok yang ditandai pelayanan kesehatan, terutama rumah sakit.
dengan nadi lemah dan cepat sampai tak
teraba (sampai nol). Tekanan darah menu-
METODE PENELITIAN
run sampai nol disertai kulit yang teraba
lembab dan dingin terutama pada ujung jari Metode kegiatan dalam pelatihan ini
tangan, kaki dan hidung. Penderita menjadi adalah pemberian ceramah/penyuluhan ten-
lemah, gelisah sampai menurunnya kesadar- tang penyakit DBD serta simulasi dan man-
an dan timbul sianosis disekitar mulut. faat dari pelatihan uji tourniquet. Para kader
Kriteria laboratorik yaitu trombositopenia kesehatan diharapkan dapat mendeteksi
dengan jumlah trombosit < 10.000/ mm3 secara dini penyakit DBD dan dengan
dan hemokonsentrasi yaitu hematokrit/ secepatnya merujuk pasien ke rumah sakit
Packed Cell Volume/PCV meningkat seba- setelah uji tourniquet positif sehingga dapat
nyak 20%.6,7 mencegah kematian penderita DBD
World Health Organization membagi Untuk mengukur keberhasilan pelak-
DBD dalam empat derajat menurut beratnya sanaan pelatihan ini dilaksanakan evaluasi
penyakit DBD sebagai berikut: dengan cara :
 Derajat I: Demam disertai gejala tidak 1. Memberikan evaluasi mengenai bebera-
khas dengan satu-satunya manifestasi pa teori kepada para peserta untuk me-
perdarahan adalah uji tourniquet positif. ngetahui sampai sejauh mana pene-
 Derajat II: Derajat I di sertai perdarahan rimaan dan pengertian peserta tentang
spontan di kulit dan atau perdarahan lain. penyakit DBD.
 Derajat III: Terdapat kegagalan sirkulasi 2. Praktek atau simulasi cara pemeriksaan
yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi uji tourniquet, yang sebelumnya telah
menurun atau hipotensi, kulit yang di- diajarkan cara pengukuran tekanan da-
ngin dan lembab, serta penderita menjadi rah kemudian uji tourniquet.
gelisah. 3. Evaluasi akhir dengan mengamati peser-
 Derajat IV: Renjatan/syok berat dengan ta menerapkan cara pemeriksaan uji
nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tourniquet sebagai salah satu diagnosis
yang tidak terukur. dini penyakit DBD.

Derajat I dan II disebut demam berdarah


Dengue (DBD) / Dengue Haemorrhagic HASIL DAN PEMBAHASAN
Fever (DHF), sedangkan derajat III dan IV
Dilakukan kegiatan pengabdian kepada
disebut DBD/DHF dengan renjatan atau
masyarakat dalam bentuk pelatihan peme-
Dengue Shock Syndrome (DSS).8-10
riksaan uji tourniquet kepada kader kese-
hatan di Kecamatan Malalayang. Pelatihan
TUJUAN PENELITIAN ini diikuti oleh kader kesehatan dari seluruh
Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk desa yang terdapat pada delapan kelurahan
Kandou, Pelatihan Uji Torniquet Bagi kader kesehatan sebagai salah satu cara deteksi… 177

di Kecamatan Malalayang. Masing-masing ningkatkan derajat kesehatan pada umum-


kelurahan diwakili oleh tiga orang kader nya.
kesehatan untuk mengikuti pelatihan ini. Berdasarkan hasil evaluasi awal (pre-
Kader kesehatan yang hadir untuk men- test) para peserta, diperoleh bahwa sebagian
dapatkan pengetahuan serta keterampilan besar, yaitu 23 orang peserta (92%) sudah
untuk melakukan pemeriksaan uji tourni- mengetahui penyakit DBD adalah penyakit
quet sebanyak 25 orang. Pelatihan berlang- yang berbahaya dan dapat berakibat fatal
sung selama satu hari dan dilaksanakan yaitu kematian. Hal ini merupakan hasil
pada bulan Mei 2008 bertempat di Puskes- yang sangat baik karena ternyata hampir
mas Bahu Kecamatan Malalayang. semua kader kesehatan di Kecamatan
Pelaksanaan pelatihan dimulai dengan Malalayang telah mempunyai pengetahuan
metode tatap muka dalam bentuk ceramah yang baik tentang penyakit DBD. Sebagian
tentang: “Penyakit DBD dan deteksi dini besar telah mengetahui bahwa penyakit
dengan uji tourniquet”. Dilakukan test eva- DBD itu adalah penyakit yang didahului
luasi awal kepada peserta untuk mengetahui dengan demam, dan jika tidak ditangani se-
pengetahuan mereka tentang penyakit DBD cara serius dapat berakibat fatal yaitu
yaitu tanda dan gejala serta cara praktis kematian. Namun setelah ditanyakan ten-
untuk mengetahui secara dini penyakit tang gejala-gejala lainnya, sebagian besar
DBD. Kemudian dilanjutkan dengan simu- masih belum tahu secara pasti. Hal ini dapat
lasi/praktek melakukan pemeriksaan uji dimaklumi karena menjadi kader kesehatan
tourniquet diantara sesama peserta pelatih- di masyarakat adalah murni bukan orang
an. medis atau berprofesi kesehatan. Keluhan
Peserta pelatihan terdiri dari 25 orang dan gejala penyakit DBD dpat bervariasi,
dan hampir semua (96%) yang hadir adalah bahkan kadangkala gejala yang ditimbul-
jenis kelamin perempuan. Hal ini menun- kan tidak khas untuk DBD. Gejala pa-
jukkan bahwa kepedulian terhadap penting- nas/demam itu sendiri bisa disebabkan oleh
nya mengetahui deteksi dini penyakit DBD berbagai macam penyebab penyakit lainnya
pada khususnya dan masalah kesehatan seperti gejala flu (common cold) biasa,
pada umumnya lebih diperhatikan oleh ke- radang tenggorokan (tonsillopharyngitis),
lompok perempuan. Perempuan dalam sta- demam malaria, demam typhoid, dan lain
tus keluarga adalah ibu rumah tangga yang sebagainya. Tak jarang terjadi kesalahan
biasanya bertanggung jawab mengurus diagnosis karena penyakit-penyakit tersebut
anak-anak dalam keluarga, termasuk kese- menunjukkan gejala awal yang sama yaitu
hatannya. Hal ini yang mungkin menyebab- demam.3,6-8 Perlu diperhatikan bahwa pada
kan sebagian besar tenaga sukarela dari pasien DBD perlu dilakukan tindakan
masyarakat yang bersedia menjadi kader pengobatan yang sesegera mungkin; jika
kesehatan biasanya adalah perempuan. terlambat dapat menyebabkan komplikasi
Kelompok umur terbanyak kader kese- yang pada akhirnya tidak dapat diken-
hatan Kecamatan Malalayang adalah 30-39 dalikan lagi dan berakibat kematian.2,4,5,11
tahun (44%), diikuti kelompok umur 40-49 Peserta yang masih kurang mengetahui
tahun (32%), kelompok umur 20-29 tahun dan memahami tanda dan gejala awal
(16%), dan kelompok umur 50-60 tahun penyakit DBD terdapat 16 orang (64%). Hal
(8%). Berdasarkan karakteristik umur kader ini menunjukkan bahwa masih banyak
kese-hatan di Kecamatan Malalayang seba- kader kesehatan yang belum memahami se-
gian besar masih dalam kelompok usia cara pasti gejala dan tanda bagaimana yang
produktif dan energik. Kondisi ini sangat harus segera ditangani secara serius, dengan
membantu program kesehatan karena yang kata lain pasien harus segera dibawa ke
menjadi kader kesehatan adalah kelompok tempat pelayanan kesehatan (Puskesmas/
usia yang masih kuat dan sehat serta Rumah Sakit/Klinik) terdekat. Apabila pa-
berpotensi, yang pada akhirnya bisa ber- nas sudah berlangsung selama tiga hari
sama-sama membantu dan menunjang me- berturut-turut dan menunjukkan gejala
178 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 3, November 2009, hlm. 174-179

perdarahan yang lain, sudah harus secepat- tourniquet. Masing-masing peserta melaku-
nya dilakukan tindakan lanjut yaitu peme- kan pemeriksaan uji tourniquet secara ber-
riksaan penunjang lainnya seperti uji tour- gantian dengan temannya sampai masing-
niquet dan pemeriksaan laboratorium darah masing peserta tahu dan bisa melakukan-
tepi (trom-bosit dan hematokrit) Bila uji nya sendiri. Setelah di evaluasi akhir, semua
tourniquet (+) dan pemeriksaan laboratori- peserta pelatihan dapat melakukan uji tour-
um darah tepi trombosit menurun dan hema- niquet dengan baik.
tokrit meningkat, maka pasien harus sece- Akhir pelatihan diberikan secara cuma-
patnya dirawat di rumah sakit.9,10 cuma alat tensimeter dan stetoskop untuk
Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah membantu para kader dalam melakukan uji
terjadinya keterlambatan pertolongan kepa- tourniquet di lingkungannya masing-
da pasien DBD agar tidak menjadi DSS masing. Terdapat delapan kelurahan di
(Dengue Shock Syndrome). Apabila pasien Kecamatan Malalayang, maka diberikan
DBD yang sudah lanjut dan telah terjun satu set alat pemeriksaan uji tourniquet
menjadi DSS, maka kemungkinan untuk untuk masing-masing kader di delapan
sembuh sangat kecil. Untuk itu pada kegi- kelurahan tersebut.
atan ini diberikan pelatihan uji tourniquet
bagi orang awam dalam hal ini masyarakat
KESIMPULAN
(kader kesehatan) agar mereka dapat mem-
bantu penjaringan pasien dengan gejala 1. Sebagian besar peserta pelatihan di
DBD secara dini untuk menurunkan keja- Kecamatan Malalayang sudah menge-
dian kematian akibat penyakit DBD-DSS. tahui bahwa penyakit DBD adalah pe-
Sebagian besar (96%) peserta pelatihan nyakit yang berbahaya dan dapat ber-
atau kader kesehatan yang ada di Keca- akibat fatal yaitu kematian.
matan Malalayang masih belum mengetahui 2. Sebagian peserta pelatihan di Keca-
apa itu uji tourniquet dan hanya satu orang matan Malalayang masih kurang menge-
(4,0%) yang mengetahui uji tourniquet po- tahui dan memahami tanda dan gejala
sitif merupakan salah satu petunjuk untuk awal penyakit DBD.
menentukan diagnosis dini penyakit DBD. 3. Sebelum dilakukan pelatihan sebagian
Ternyata dari semua kader kesehatan di besar peserta pelatihan di Kecamatan
Kecamatan Malalayang hanya terdapat satu Malalayang masih belum mengetahui
orang kader yang mengetahui bahwa uji cara melakukan dan memanfaatkan uji
tourniquet merupakan salah satu cara untuk tourniquet.
mendiagnosis DBD. 4. Setelah dilaksanakan pelatihan semua
Sedangkan mengenai cara melakuakn peserta pelatihan di Kecamatan Malala-
pemeriksaan uji tourniquet, ternyata semua yang dapat melakukan uji tourniquet de-
peserta tidak mengetahui cara melakukan- ngan baik
nya. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata
pelatihan uji tourniquet ini sangat diperlu-
SARAN
kan. Lagipula meskipun pemeriksaan ini
merupakan salah satu pemeriksaan yang 1. Diperlukan penyuluhan tentang bahaya
sangat sederhana namun dapat dipakai penyakit DBD kepada masyarakat u-
sebagai acuan untuk menambah kecurigaan mum, agar dapat mencegah kematian
adanya DBD. Dengan demikian harus sece- akibat penyakit DBD.
patnya membawa pasien demam yang di- 2. Diperlukan sosialisasi pelatihan uji
curigai sebagai pasien DBD ke tempat pe- tourniquet kepada masyarakat yang
layanan kesehatan (puskesmas/rumah sakit/ lebih luas, agar dengan alat bantu yang
klinik/dokter praktek) terdekat. sederhana ini dapat dilakukan deteksi
Selanjutnya dilakukan simulasi/praktek dini DBD, dan dengan demikian dapat
kepada peserta pelatihan, setelah di berikan mengurangi kemungkinan terjadinya a-
contoh untuk melakukan pemeriksaan uji kibat buruk DSS.
Kandou, Pelatihan Uji Torniquet Bagi kader kesehatan sebagai salah satu cara deteksi… 179

3. Diperlukan pemberian alat pemeriksaan Masalah DBD dengue di Propinsi


tensimeter dan stetoskop secara gratis Sulawesi Utara, 2003.
untuk membantu masyarakat dalam me- 6. Departemen Kesehatan RI, IDAI, PAPDI,
lakukan deteksi dini DBD dengan uji dkk. Penatalaksanaan kasus DBD
tourniquet. dengue (DBD). Jakarta, 2004.
7. Hastuti Oktri. DBD Dengue, penyakit dan
cara pencegahannya. Yogyakarta: Pe-
DAFTAR PUSTAKA nerbit Kanisius, 2008.
1. Ginanjar G. DBD. A survival guide. Mizan 8. Monath P. Flavivirus (yellow fever,
Media Utama. Bandung, 2008. dengue, and St. Louis encephalitis)
2. Departemen Kesehatan RI Ditjen PPM & dalam: Mandell, Douglas, Bennet.
PL. Pencegahan dan penanggulangan Principles and Practice of Infectious
penyakit demam dengue dan DBD Diseases. Third Edition, 1990.
dengue. Edisi Tahun 2003. Depkes RI 9. Nadesul Hendrawan. Cara mudah menga-
Ditjen PPM & PL, 2003. lahkan DBD. Jakarta: Penerbit Buku
3. Departemen Kesehatan RI Sub Direktorat Kompas, 2007.
Arbovirus. Epidemiologi dan penanggu- 10. World Health Organization. Dengue
langan DBD saat ini di Indonesia. haemorrhagic fever. Geneva: Diagnosis,
Jakarta: Depkes RI, 2001. Treatment, Prevention and Control)
4. Rampengan TH, Laurentz IR. Penyakit WHO, 1997.
Infeksi tropik pada anak. Cetakan III. 11. Sukarno. Pengendalian jentik nyamuk
Jakarta: EGC, 1997. vektor DBD. Buletin Penelitian Kese-
5. Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara. hatan, 2000.

You might also like