You are on page 1of 8

RADAR WAVE PROPAGATION AND REMOTE SENSING RESUME

Electromagnetic Class - B

Disusun Oleh :

Rusba Saputra Rivensky 03411640000026

Raditya Yudha Permana 03411640000042

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2019
RADAR WAVE PROPAGATION AND REMOTE SENSING

1. RADAR WAVE PROPAGATION

The propagation of electromagnetic waves between the transmitting and receiving antenna is a
very complex phenomena. It is nevertheless important to distinguish the different propagation
methods of electromagnetic waves:

• Propagation by ground wave,


• Propagation by ionospheric wave (sky wave) and
• Propagation by direct wave (space wave).

The type of wave propagation is determined by the carrier frequency of the transmitted signal.

Gambar 1. sky wave (blue), ground wave (red) and space wave (white)

❖ Ground Wave
For this type of propagation, the electromagnetic waves are conducted via the boundary of ground
and atmosphere. The ground wave is the preferred propagation type for long distance
communication using frequencies below 3 MHz (the earth behaves as a conductor for all
frequencies below 5 MHz). The ground wave is also used for short distance communications using
frequencies between 3 and 30 MHz.

❖ Refraction in the Troposphere


As the lowest region of the Earth's atmosphere, the troposphere extends from the Earth's surface
to a height of slightly over 7 miles. Virtually all weather phenomena occur in this region.
Generally, the troposphere is characterized by a steady decrease in both temperature and pressure
as height is increased. However, the many changes in weather phenomena cause variations in
humidity and an uneven heating of the Earth's surface. As a result, the air in the troposphere is in
constant motion. This motion causes small turbulences, or eddies, to be formed, as shown by the
bouncing of aircraft entering turbulent areas of the atmosphere. These turbulences are most intense
near the Earth's surface and gradually diminish with height. They have a refractive quality that
permits the refracting or scattering of radio waves with short wavelengths. This scattering provides
enhanced communications at higher frequencies.
When a radio wave is transmitted into layers with different densities, refraction, or bending of the
wave, occurs. This refraction is a change in direction of a wave due to a change in its speed of
propagation. Generally the amount of refraction that occurs in the earth' atmosphere depends on
three main factors:

a. the density of ionization of the layer,


b. the frequency of the radio wave, and
c. the angle at which the wave enters the layer.

❖ Propagation by the Ionosphere


For this type of propagation, electromagnetic waves are reflected by a well defined layer of the
atmosphere, called the ionosphere. The height and the amount of the ionospheric layers differ from
day to night and are dependent of the season. Ionospheric waves are used for long distance
communications in the decimetre-band. The ionospheric waves, after reflection by an ionospheric
layer, are once again reflected by the earth surface. Those waves follow a kind of zig-zag pattern
between ionospheric layer and earth surface and are able to travel over a very long distance.
At a height between 50 and 500 km above the earth surface, different layers are filled with
electrical charged atoms, called ions. These ions can be charged positively or negatively. This
ionisation is due to the U.V. rays radiated by the sun. The level of ionisation depends on the
intensity of the sun radiation reaching the atmosphere. So, the ionisation is less during the night
and changes constantly between sunrise and sunset. The ionisation is also dependent on the time
of the year. The ionised layers form a plasma and are called ionosphere.

During daylight, 4 different layers exist, which are reduced to two at night. Each layer has the
characteristics to attenuate the radio waves and given certain circumstances, to reflect them. This
is the principle used by worldwide communications.

The layer, the farthest away from the earth surface is the F-layer which during daylight is split up
into the F1 and F2 layer, each of them having a different ionisation level. Between 90 and 150 km
altitude, a less intensively ionised layer exists, called the E-layer. The level with the lowest
ionisation is the D-layer which completely disappears at night.

2. REMOTE SENSING
Pengumpulan dan pencatatan informasi tanpa kontak langsung pada julat elektromagnetik
ultraviolet, tampak, inframerah dan mikro dengan mempergunakan peralatan seperti penyiam
(scanner) dan kamera yang ditempatkan pada wahana bergerak seperti pesawat udara atau pesawat
angkasa.

Kata Radar adalah singkatan dari frase Radio Detection And Ranging, yang menerangkan
beberapa, tetapi tidak semua prinsip dan performance system radar dalam bentuk sesederhana
ini. Prinsip dasar radar dengan menggunakan Sorotan (beams) transmitter yang memancarkan
pulsa (energi) dari durasi pendek (effectiveness pulse length determines the range resolution).
Pulsa yang dipancarkan (transmitted pulse) difokuskan ke dalam sebuah narrow beam oleh sebuah
antenna yang mengiluminasi dan berinteraksi dengan permukaan yang memantulkan (reflecting
surface) (the image swath). Antena menerima porsi energi signal yang dipancarkan dengan
retroflected oleh terrain/target. Receiver mengukur beberapa property dari signal yang
dipantulkan kembali kepada sensor radar (amplitudo, frekuensi, Doppler Shift). Secara tipical
signal yang kembali lebih lemah dari signal yang dipancarkan (transmitted signal). Low noise
amplifier dipakai untuk merangsang (boost) kekuatan signal (signal strength). Unit
recorder/processor mengkonversi dan mencatat (record) data mentah (raw data) yang berupa
optical film atau signal film atau digital recording (dalam bentuk High Density Digital Tape
(HDDT), Computer Compatible Tape (CCT), atau Exabyte tape).

Panjanga gelombang radar (radar wavelength) menentukan (determines) pengembangan attenuasi


dan/atau dispersi oleh atmosfir. Pengaruh atmosferik yang serius terjadi pada panjang gelombang
lebih pendek (l < 3 cm). Pelemahan (attenuasi) adalah proporsional dengan panjang gelombang
(wavelength), yaitu sebagaimana attenuasi meningkat maka wavelength menurun. Pemantulan
(reflection) dari air yang jatuh (water droplets) dipakai oleh radar cuaca (weather radar) guna
mencari area presipitasi. Radar cuaca melihat secara horizontal (look horizontally) pada awan
dengan penggunaan resolusi yang coarse (coarse resolution) dan kisaran yang sangat panjang (very
long ranges). Presipitasi menyediakan echoe yang kuat pada 5 dan 10 cm ground berdasarkan
weather radar. Observasi bumi dan mapping radar meliput (look) ke bawah (down) pada bumi,
melalui dengan relatif sejumlah kecil atmosfir; dan secara tipical mempunyai resolusi yang lebih
baik (finer rsolution). Reconnaissance radars selalu meliput keluar atmosfir, dan banyak hal sama
gayanya dengan weather radars.

Teknologi penginderaan jauh (inderaja) aktif dengan radar, merupakan sistem penginderaan jauh
untuk segala cuaca yang memanfaatkan energi gelombang mikro (microwave). Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, maka pemanfaatan energi elektromagnetik untuk penginderaan
jauh telah meluas hingga ke spektrum tidak tampak. Salah satu pemanfaatan energi
elektromagnetik adalah untuk Radio Detection and Ranging (Radar). Teknologi radar awalnya
digunakan dalam bidang militer untuk mendeteksi pesawat terbang dan kapal laut. Radar adalah
teknik deteksi obyek dan posisinya menggunakan gelombang radio dengan cara mengukur
keterlambatan waktu (time delay) dan kekuatan gema atau reflektansi dari suatu pulsa radiasi
elektromagnetik.

Penginderaan jauh radar (imaging radar) atau juga dikenal sebagai Synthetic Aperture Radar
(SAR), adalah suatu modifikasi penggunaan sistem radar untuk menghasilkan citra sebagai
pengganti tampilan jarak (range) dan arah. Pada sistem ini, radar mentransmisikan pulsa-pulsa
energi microwave ke arah sasaran tanpa bantuan energi matahari. Sistem penginderaan jauh ini
disebut sistem aktif, karena energi elektromagnetik yang digunakan dibangkitkan oleh sensornya.
Energi gelombang mikro berupa pulsa berenergi tinggi yang dipancarkan dalam waktu sangat
pendek dengan satuan mikrodetik (10-6 detik). Energi gelombang elektromagnetik yang
digunakan dalam penginderaan jauh mempunyai panjang gelombang 1000 μm hingga 100 cm.
Pemanfaatan spektrum panjang gelombang ini memungkinkan radar dapat dioperasikan pada
malam hari atau dapat melewati tutupan awan. Penginderaan jauh dengan sistem radar penting
untuk daerah dengan sudut matahari rendah dan daerah dengan keadaaan atmosfer yang selalu
berawan, yakni negara beriklim tropis seperti di Indonesia.

SAR adalah teknik pengolahan data yang digunakan untuk menghasilkan informasi citra dengan
memanfaatkan alat sensor yang bekerja pada panjang gelombang mikro spektrum radar. Hal ini
dapat dilakukan oleh sistem radar dengan menggunakan instrumen di atas target yang bergerak
relatif terhadap obyek. Pada proses akuisisi citra, radar bekerja independen terhadap pencahayaan
dari energi/ sinar matahari. Kegiatan observasi obyek di permukaan Bumi dapat dilakukan dan
diambil gambarnya pada waktu malam hari. Dengan menggunakan radiasi gelombang mikro,
maka penyerapan panjang gelombang radar oleh atmosfer sangat rendah, berarti bahwa
pengamatan terhadap obyek tidak terhalang oleh adanya kumpulan awan.

Dalam aplikasi SAR, pengguna data penginderaan jauh radar menggunakan besaran amplitudo
yang berasal dari sinyal pantul/balik, dan data pergeseran fase. Pada teknik perhitungan
interferometri digunakan data fase radiasi yang berasal dari sinyal yang dipantulkan. Gelombang
radio yang dikirim oleh satelit memiliki besaran fase yang diketahui (tertentu) dan besaran fase ini
dapat dibandingkan dengan fase sinyal pantul/balik. Fase gelombang pantul/balik sangat
tergantung pada propagasi sinyal, yaitu jarak antara radar ke permukaan Bumi. Pada saat
propagasi, sinyal dari radar ke permukaan Bumi dan arah pantulannya, terdiri dari jumlah seluruh
panjang gelombang ditambah dengan beberapa komponen lain sebagai akibat dari perubahan
panjang gelombang (pergeseran Doppler). Proses ini dapat diamati melalui alat deteksi perbedaan
fase atau pergeseran fase dari sinyal gelombang yang terpantulkan. Dalam prakteknya, fase ini
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti kembalinya fase awal/mentah yang berasal dari
sinyal radar yang dipancarkan. Untuk mendapatkan informasi fase yang diperlukan, informasi fase
yang identik harus dihapus/dieliminir. Dalam teknik interferometri digunakan dua gambar obyek
pada daerah topografi posisi yang sama, diambil dari posisi yang sedikit berbeda untuk
mendapatkan informasi perbedaan fase, seperti ditampilkan pada gambar berikut.
Gambar 2. Proses Synthetic Aparature Radar (SAR)

Dalam pengoperasiannya, radar menggunakan kode huruf untuk berbagai pita (bands) yang aslinya
dipilih dengan sewenang-wenang oleh militer untuk meyakinkan keamanan ketika tahap awal
perkembangan teknologi radar. Kebanyakan imaging radar dioperasi pada frekuensi antara 1.25
dan 35.2 GHz (24 cm – 0.8 cm). Panjang gelombang sinyal radar menentukan luas (extent) yang
mana gelombang mikro (microwave) dilemahkan (attenuated) dan/atau dibubarkan (disperse) oleh
atmosfir. Atmosferik yang serius (serious atmospheric) adalah typically confined dengan panjang
gelombang yang lebih pendek, kurang dari 3 cm. Bahkan pada wavelength ini didalam banyak
kondisi operasi normal, maka atmosfir hanya slightly (sedikit) melemahkan sinyal.

Tabel 1. Radar band yang umum digunakan dalam penginderaan jauh

Band Frequency/wavelength Aplikasi Sistem

X- 8-12,5GHz/3,75-2,4 cm 1) mata-mata militer (military 1) Canadian


band reconnaissance) intermaps STAR-1
dan STAR-2
2) Survey lapangan luas
komersil (Commercial terrain 2) Canadian
surveys) CCRSCV-580

3) Image mapping

C- 4-8 GHz/7,5 – 3,75 cm 1) research on multi- 1) European ERS-


band frequency radar for mission 1/2
payload studies
2) Aplikasi riset untuk 2) Canadian
Canadian Radarsat satellite Radarsat

3) Image mapping 3) USA JPL-


AirSAR

S- 2-4 GHz/15 – 7,5 cm 1) Commercial terrain survey 1) USSR ALMAZ


band
2) Image mapping

L- 1-2 GHz/30 – 15 cm 1) tested on US space shuttle 1) USA Seasat


band mission and Radar satellite
2) Japanese
JERS-1

3) USA JPL-
Airsat

P- 300 MHz – 16 Hz/100- 1) Image mapping 1) USA JPL-Airsat


band 30 cm

Ada banyak keuntungan penggunaan radar untuk remote sensing. Sensor radar tersedia pada
semua kapabilitas cuaca sebagaimana energi gelombang mikro menembus awan dan hujan,
biarpun, hujan menjadi sebuah faktor pada radar wavelength < 3 cm. Sensor radar merupakan
system penginderaan jauh yang aktif (active remote sensing system), independen terhadap cahaya
matahari, menyediakan sumber energi sendiri, dan juga mampu meneyediakan kemampuan pada
siang/malam. Ada penetrasi partial terhadap vegetasi dan tanah. Data radar menawarkan
informasi berbeda dari daerah visible dan infra merah dari spektrum elektromagnetik. Adapun
kekurangan data radar adalah radar imagery menampilkan “distorsi” yang melekat (inherent) pada
geometry citra radar. Juga satu yang harus dikoreksi untuk speckle (bintik, bercak, kurik) atau
coherent fading (warna yang pudar, kehilangan saling berlengketan). Radar sensitive terhadap
topografi, permukaan yang kasar seperti tanah lapang (terrain) dan penutup tanah (ground cover),
sifat-sifat dielektrik (dielectric properties) (moisture content), dan gerakan. Semuanya ini bisa
dihubungkan dengan cirri-ciri permukaan seperti landform dan morfologinya, landcover (penutup
tanah), dan ciri-ciri hidrologis (hydrological features).
DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, Yudho. 2015. “PemanfaatanTeknologi Radar dalam Misi Pesawat Ulang Alik”.
Sosialita: Vol. 10 No.1 (Media Dirgantara)

Hanssen. 1998. “Atmospheric Heterogeneities in ERS Tandem SAR Interferometry”. Deos Report
no 98.1.

http://www.radartutorial.eu/07.waves/wa15.en.html#p2

Ismullah Ishak H. 1997. “Phase unwrapping in Synthetic Aperture Radar Interferometry as A Cost
Flow Minimization Problem”. Deos: Delft

Lillesand and Kiefer, 1993. “Remote Sensing and Image Interpretation”. Jhon Villey and Sons:
New York.

Sutanto. 1986. “Penginderaan Jauh Jilid I”. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

You might also like