You are on page 1of 5

Research Report

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BROTOWALI (Tinospora crispa)


TERHADAP SEL LIMFOSIT PADA PERIODONTAL TIKUS WISTAR
YANG DIINDUKSI A. actinomycetemcomitans
(THE EFFECT OF BROTOWALI (Tinospora crispa) EXTRACT ON NUMBER
OF LIMFOSIT CELLS IN THE PERIODONTAL WISTAR RATS INDUCED
BY BACTERIA A. actinomycetemcomitans)

Aji Bagus Prakoso,1 Ira Arundina,2 dan Sidarningsih2


1Mahasiswa Program Sarjana Kedokteran Gigi
2Staf Departemen Biologi Oral FKG UNAIR

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga


Surabaya-Indonesia

ABSTRACT

Background: Periodontitis is a periodontal tissue inflammatory disease commonly caused by A.


actinomycetemcomitans bacteria. Brotowali plant (Tinospora crispa) has a flavonoid content that can accelerate
the healing periodontitis. Method: Brotowali extract is taken from dried brotowali plant stems. The dried
specimens were processed into powder and macerated with 80% ethanol. The extraction result was made of three
concentrations ie 25%, 50%, and 100%, then given the addition of 5% CMC. Wistar rats were divided into 4
groups, namely: control group = rat wistar periodontitis; treatment group 1 = mouse wistar periodontitis with
extract brotowali concentration 25% dose given 100 mg; treatment group 2 = mice wistar periodontitis with
extract brotowali concentration 50% dose 100 mg; ; treatment group 3 = rat wistar periodontitis with 100%
concentration of brotowali extract given 100 mg dose. All samples were made of histology preparations to
calculate the number of lymphocyte cells. Result: Comparative test result between group of treatment-Dunn Test
showed between control group to 50% concentration group and 100% concentration group had significant
difference while control group to 25% concentration group did not show any significant difference. Conclusion:
Brotowali extract 50% and 100% can reduce the number of lymphocyte cells in wistar rats induced by bacteria A.
actinomycetemcomitans.

Key words: Brotowali extract, A. actinomycetemcomitans, cell lymphocytes

ABSTRAK
Latar Belakang : Periodontitis merupakan penyakit keradangan jaringan periodontal yang biasa disebabkan oleh
bakteri A. actinomycetemcomitans. Tanaman brotowali (Tinospora crispa) memiliki kandungan flavonoid yang
dapat mempercepat penyembuhan periodontitis. Metode : Ekstrak brotowali diambil dari batang tanaman
brotowali yang dikeringkan. Spesimen kering diolah menjadi serbuk dan dimaserasi dengan etanol 80%. Hasil
ekstraksi dibuat tiga macam konsentrasi yaitu 25%, 50%, dan 100%, kemudian diberi penambahan CMC 5%.
Tikus wistar dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu: kelompok kontrol= tikus wistar periodontitis; kelompok
perlakuan 1 = tikus wistar periodontitis dengan ekstrak brotowali konsentrasi 25% yang diberi dosis 100 mg;
kelompok perlakuan 2 = tikus wistar periodontitis dengan ekstrak brotowali konsentrasi 50% yang diberi dosis
100 mg; ; kelompok perlakuan 3 = tikus wistar periodontitis dengan ekstrak brotowali konsentrasi 100% yang
diberi dosis 100 mg. Semua sampel dibuat preparat histologi untuk menghitung jumlah sel limfosit. Hasil: Hasil
uji komparatif antar kelompok perlakuan-Dunn Test menunjukkan antara kelompok kontrol terhadap kelompok
konsentrasi 50% serta kelompok konsentrasi 100% memiliki perbedaan yang bermakna sedangkan kelompok
kontrol terhadap kolompok konsentrasi 25% tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Kesimpulan :
Pemberian ekstrak brotowali 50% dan 100% dapat menurunkan jumlah sel limfosit pada tikus wistar yang
diinduksi bakteri A. actinomycetemcomitans.

Kata kunci: Ekstrak brotowali, Actinobacillus actinomycetemcomitans, sel limfosit


Korespondensi (correspondence): Aji Bagus Prakoso, c/o: Departemen Biologi Oral, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga. Jl. Mayjend. Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya 60132, Indonesia, E-mail:
ajibagusprakoso14@gmail.com

Seiring dengan semakin berkembangnya


ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin
PENDAHULUAN banyak pilihan obat diantaranya dengan
menuggunakan bahan alam dalam berbagai
Periodontitis merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi. Penelitian yang
penyakit dengan tingkat penyebaran yang luas dilakukan oleh Talubmook, membahas tentang
dalam masyarakat1. Di Indonesia, penyakit efek brotowali sebagai anti-hiperglikemi,
periodontal menduduki urutan kedua setelah anti-bakteri, anti-inflamasi, dan anti-oksidan.
karies, yaitu mencapai 96,58%. Berdasarkan Batang tanaman brotowali mengandung
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun flavonoid yang dapat berfungsi sebagai
2007 masalah gigi dan mulut, termasuk anti-inflamasi. Sebagai antiinflamasi, brotowali
penyakit periodontal mencapai 23,5% dari dapat menghambat aksi dari mediator inflamasi
keseluruhan penyakit yang ada di Indonesia. dan prostaglandin5.
Penderita dengan periodontitis seringkali Sel limfosit merupakan sel radang kronis
memperlihatkan respon imun yang inadekuat yang bersifat spesifik sebagai respon imun host
terhadap organisme patogen. Periodontitis juga terhadap adanya suatu jejas saat terjadi
memperlihatkan insidens pola riwayat peradangan yang bersifat kronis. Dalam proses
keluarga. Penyakit ini disebabkan oleh adanya penyembuhan periodontitis dibutuhkan
induksi dari 90% bakteri anaerob fakultatif dan beberapa hal yang dapat mempercepat proses
75% bakteri gram negatif2. penyembuhan. Salah satunya dengan
A. actinomycetemcomitans bersifat penurunan jumlah sel limfosit yang dapat
patogen opportunistik dan merupakan bagian berpengaruh terhadap berkurangnya aktivitas
flora normal yang berkolonisasi di mukosa endotel yang berperan dalam proses
rongga mulut, gigi dan orofaring. Sejumlah remodelling6.
faktor virulensi dari bakteri A. Dalam hal ini meneliti dari kandungan
actinomycetemcomitans diantaranya adalah yang terdapat pada tanaman brotowali yang
lipopolisakarida (endotoksin), leukotoksin dapat mempengaruhi jumlah sel limfosit.
(sebagai yang paling penting), kolagenase, Pemberian ekstrak brotowali pada tikus wistar
bakteriosin, faktor penghambat kemotaksis, yang terkena gingivitis selama dua kali sehari
faktor sitotoksik, protein pengikat Fc selama dua hari dengan konsentrasi 25%, 50%,
(Fragment crystallizable), faktor penghambat dan 100%7. Pada pemeriksaan traumatic ulser
fibroblas, faktor imunosupresif serta faktor tikus wistar yang terkena Diabetes Mellitus
penghambat adesif, invasi, dan fungsi dari menunjukkan bahwa jumlah sel limfosit
leukosit PMN. Bakteri A. semakin meningkat pada hari ke lima dan mulai
actinomycetemcomitans ini dapat invasi ke mengalami penurunan pada hari ketujuh8.
epitel gingiva serta menghasilkan leukotoxin Berdasarkan faktor diatas peneliti ingin
yang berperan dalam menurunkan respon imun melakukan penelitian “pengaruh pemberian
dalam gingiva serta mendegradasi perlekatan ekstrak brotowali pada tikus wistar yang
epitel pada jaringan periodontal sehingga dapat diinduksi A. actinomycetemcomitans”.
menyebabkan periodontitis3.
Perawatan penyakit periodontal bisa
dilakukan dengan pemberian obatobatan yang BAHAN DAN METODE
dapat diberikan secara sistemik, per oral atau
topikal. Adapula penanganan yang sering Penelitian ini merupakan eksperimental
dilakukan terhadap penderita periodontitis laboratoris dengan jumlah sampel 19 ekor tikus
selama ini ialah melalui 3 fase, antara lain: fase Wistar jantan, dengan berat 150-200 gram, usia
terapi inisial, fase terapi korektif, dan fase 2-3 bulan yang dilakukan adaptasi 1 minggu,
terapi pemeliharaan4. terdapat 4 kelompok yang terbagi menjadi
kelompok (K): Tikus wistar diinduksi bakteri
A. actinomycetemcomitans 1 X 109 CFU

2
sebanyak 200 μl 3 kali dengan interval 2 hari;
kelompok perlakuan 1 (P1): Tikus wistar
diinduksi bakteri A. actinomycetemcomitans 1 B
X 109 CFU sebanyak 200 μl 3 kali dengan
interval 2 hari, kemudian diberi ekstrak
brotowali (Tinospora crispa) konsentrasi 25%
sebanyak 0,1 ml 2x1 hari selama 2 hari;
kelompok perlakuan 2 (P2): Tikus wistar
diinduksi bakteri A. actinomycetemcomitans 1
X 109 CFU sebanyak 200 μl 3 kali dengan
interval 2 hari, kemudian diberi ekstrak
brotowali (Tinospora crispa) konsentrasi 50%
dosis 0,1 ml 2x1 hari selama 2 hari; kelompok C
perlakuan 3 (P3): Tikus wistar diinduksi bakteri
A. actinomycetemcomitans 1 X 109 CFU
sebanyak 200 μl 3 kali dengan interval 2 hari,
kemudian diberi ekstrak brotowali (Tinospora
crispa) konsentrasi 100% sebanyak 0,1 ml 2x1
hari selama 2 hari. Masing-masing kelompok
dilakukan pengamatan pada hari ke 17 dengan
cara dilakukan biopsi dan dibuat preparat
histologi. Pengamatan sel makrofag
menggunakan mikroskop cahaya dengan
perbesaran 400 kali 3 sehingga terlihat D
makrofag yang berdiameter antara 10 sampai
30 μm dan memiliki inti berbentuk lonjong atau
bentuk ginjal yang terletak eksentris.

HASIL
Gambaran mikroskopis sel limfosit dengan
perbesaran 400x pada preparat gingiva regio
molar kiri rahang atas tikus wistar yang
mengalami periodontitis dengan pengecatan
HE ditunjukkan pada gambar 1. Sel limfosit
ditunjukkan oleh tanda panah, memiliki bentuk Gambar 1. Gambaran Histologi sel limfosit
bulat. gingiva tikus wistar dengan pengecatan HE dan
perbesaran mikroskop 400x pada hari ke 7
setelah terbentuk periodontitis A.
Kelompok kontrol, B. Kelompok perlakuan 1 ,
A C. Kelompok perlakuan 2, D. Kelompok
perlakuan 3. Pada gambar 2 ditampilkan
gambaran jumlah sel limfosit hari ke 7. Pada
kelompok kontrol dapat dilihat jumlah sel
limfosit paling banyak dibanding kelompok
perlakuan 1,2, dan 3. Pada kelompok perlakuan
1 yaitu kelompok perlakuan ekstrak brotowali
dengan konsentrasi 25% menunjukkan jumlah
sel limfosit paling tinggi dibandingkan dengan
kelompok perlakuan lainnya. Sedangkan,
kelompok perlakuan 3 dengan konsentrasi
100% menunjukkan jumlah sel limfosit yang
paling rendah.

3
Ekstrak brotowali mengandung flavonoid
yang diduga berkhasiat sebagai anti inflamasi.
Flavonoid merupakan salah satu senyawa
golongan fenol alam yang terbesar. Pada
umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar
seperti, metanol, aseton, air dan etanol.
Senyawa flavonoid mampu menghentikan
peradangan11. Ekstrak brotowali diambil dari
batang tanaman brotowali yang memiliki
Gambar 2. Grafik rata-rata hasil penelitian kandungan flavonoid. Flavonoid bekerja
menurunkan mediator inflamasi dengan
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat menghambat jalur NF-kB yang berakibat pada
bahwa rata - rata jumlah sel limfosit kelompok turunnya produksi sitokin pro-inflamasi12.
kontrol menunjukkan jumlah limfosit yang Guyton & Hall mengatakan bahwa jumlah sel
paling banyak dibandingkan dengan jumlah sel limfosit pada kelompok perlakuan lebih sedikit
limfosit dari kelompok perlakuan. Jumlah sel jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.
limfosit tikus wistar yang diinduksi A. Jumlah sel limfosit kelompok perlakuan hari
actinomycetemcomitans setelah diberi ekstrak ke-7 mengalami penurunan jika dibandingkan
brotowali (Tinospora crispa) dengan dengan kelompok perlakuan hari ke-3 dan ke-5.
konsentrasi 25%, 50%, serta 100% mengalami Hari ke 7 jumlah limfosit semakin menurun
penurunan jumlah sel limfosit secara yang menandakan antigen sudah tidak ada lagi,
berturut-turut. fase inflamasi sudah berakhir,dan luka mulai
memasuki fase proliferasi. Penurunan jumlah
PEMBAHASAN sel limfosit menandakan bahwa penyembuhan
masuk ke tahap berikutnya, sehingga dapat
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mempercepat proses penyembuhan13.
pengaruh pemberian ekstrak brotowali Uji perbandingan rata-rata jumlah sel
(Tinospora crispa) terhadap jumlah sel limfosit limfosit antar kelompok menunjukkan
pada tikus Wistar yang diinduksi A. kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan
actinomycetemcomitans. Kelompok kontrol, di 2 tidak memiliki perbedaan yang bermakna.
induksi bakteri A. actinomycetemcomitans 200 Perbedaan yang tidak bermakna pada hasil
μl selama 3kali dengan interval 2 hari. penelitian dapat disebabkan oleh faktor lokal
Berdasarkan dari penelitian tentang ekstrak dan sistemik dari individu tikus wistar. Faktor
brotowali, kelompok perlakuan diinduksi lokal yang dapat mempengaruhi hasil terapi
bakteri A. actinomycetemcomitans 200 μl penyembuhan jaringan periodontal adalah
selama 3kali dengan interval 2 hari, kemudian terkontaminasinya daerah luka oleh
diberi ekstrak brotowali (Tinospora crispa) mikroorganisme plak, adanya benda asing pada
dengan konsentrasi ekstrak 25%, 50%,dan daerah luka, dan terganggunya aliran darah ke
100% sebanyak 2kali dalam satu hari selama daerah luka. Agar aktivitas seluler meningkat
2hari9. selama penyembuhan dibutuhkan darah yang
Hasil penelitian menunjukkan adanya efek adekuat. Bila aliran darah terganggu atau
pemberian ekstrak brotowali terhadap jumlah berkurang, akan terjadi daerah-daerah nekrosis
sel limfosit gingiva tikus wistar jantan yang dan penyembuhan akan terhambat. Faktor
telah diinduksi bakteri A. sistemik yang dapat mempengaruhi
actinomycetemcomitans. Pada pemberian penyembuhan jaringan periodontal adalah
brotowali 25% belum memberikan efek untuk penyakit infeksi, diabetes melitus, gangguan
menurunkan jumlah sel limfosit. Berdasarkan nutrisi, stress, dan hormon14.
penelitian yang telah dilakukan bahwa Data hasil penelitian telah menunjukkan
penurunan jumlah sel limfosit sebanding bahwa pemberian ekstrak brotowali yang
dengan peningkatan konsentrasi pemberian diambil dari batang tanaman brotowali dapat
ekstrak brotowali. Semakin tinggi konsentrasi digunakan sebagai anti inflamasi untuk terapi
ekstrak brotowali, maka semakin rendah penyembuhan periodontitis dengan
jumlah sel limfosit karena migrasi dari menurunkan jumlah limfosit.
mediator pro inflamatori dapat ditekan10.

4
14. Klokkevold, P.R., Carranza, F.A., Newman, M.,
Takei, H.H. 2015. Clinical Periodontology. 11th.
DAFTAR PUSTAKA Missouri: Elsevier Saunders. 28(3):242.

1. Levine L, V Baev, R Lev, A Stabholz and M


Ashkenazi. 2006. Aggressive Periodontitis
Among Young Israeli Army Personnel. J
Periodontol 77:1392- 6
2. [RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia.
3. Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R.,
2012, Carranza’s Clinical Periodontology, 11th
ed, Saunders Elsevier, China. 26(4):138
4. Velnar T, Bailey T, Smrkolj V. 2009. The
Wound Healing Process: an Overview of the
Cellular and Molecular Mechanisms. The
Journal of International Medical
Research.37(5):1528
5. Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R.,
2012, Carranza’s Clinical Periodontology, 11th
ed, Saunders Elsevier, China. 26(4):138
6. Velnar T, Bailey T, Smrkolj V. 2009. The
Wound Healing Process: an Overview of the
Cellular and Molecular Mechanisms. The
Journal of International Medical
Research.37(5):1528
7. Amom ZBH, Isemaail S, Ismail NA, Shah ZM,
Arsyad MS. 2009. Nutritional Composition,
Antioxidant Ability and Flavonoid Content of
Tinospora crispa stem. Adv. in Nat. Appl. Sci..
3(1):92-93.
8. Velnar T, Bailey T, Smrkolj V. 2009. The
Wound Healing Process: an Overview of the
Cellular and Molecular Mechanisms. The
Journal of International Medical
Research.37(5):1528
9. Eka F., Ratnawati H., Rochman M. 2015.
Ekstrak cymbopogon citratus dan eugenia
aromaticum efektif untuk penyembuhan
gingivitis. ODONTO Dental Journal. 2(2): 48
10. Bramanto D, Yuliana Mahdiyah DA., M.Nurul
Amin. 2014. Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya
Terhadap Jumlah Sel Limfosit Pada Gingiva
Tikus Wistar Jantan Yang Mengalami
Periodontitis. 2(5): 40
11. Pramitaningastuti, A. S. 2017. Uji Efektivitas
Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Srikaya
(Annona Squamosa. L) Terhadap Edema Kaki
Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Jurnal Ilmiah
Farmasi UII, 13(1).
12. Malik MM. 2015. The Potential Of Brotowali
Stem Extract (Tinospora Crispa) As
Analternative Antimalarial Drug. J Majority.
4(5): 46.
13. Guyton, AC. dan Hall, JE., 2007. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGG.p.89.

You might also like