Professional Documents
Culture Documents
7594 23873 1 SM PDF
7594 23873 1 SM PDF
ABSTRACT
Dengue hemorrhagic fever is caused by dengue virus. The number of cases reported annually
to World Health Organization ranged from 0,4 to1,3 million in the decade 1996–2005. The outbreak
is annually happen on some provinces in Indonesia. The outbreak at 1998 and 2004 were the most
cases in number. Surabaya city was an endemic area. It had suffered 640 people with 13 people were
dead in 2015, which case fatality rate was 2,03%. This study aims to analyze a correlation of humidity
and rainfall with the incidence of dengue hemorrhagic fever at Gunung Anyar Primary Health Care,
2010–2016. The method of this research was time trend ecological study with the unit of analysis
was per month during seven years. The results were showed that humidity correlated with dengue
hemorrhagic fever (p = 0.002 and r = + 0.351). So did the rainfall (p = 0.042 and r = + 0.230). This
research was concluded that humidity and rainfall correlated significantly with the incidence of dengue
hemorrhagic fever. Sign of positive meant when humidity and rainfall increased, the incidence of dengue
hemorrhagic fever increased too. Climate condition at Gunung Anyar district supports to make the
incidence of dengue hemorrhagic fever happen. Because of that, people should improve their attention
when peak seasons are coming, like doing mosquito breeding place elimination, keeping fish of mosquito
larva predators, and using repellent among daily activities.
ABSTRAK
Virus dengue adalah penyebab penyakit demam berdarah dengue. Jumlah rataan kasus yang
dilaporkan kepada World Health Organization setiap tahunnya adalah 0,4 sampai 1,3 juta pada 1996–
2005. Di Indonesia, setiap tahunnya selalu terjadi Kejadian Luar Biasa di beberapa provinsi, yang
terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004. Kota Surabaya sebagai daerah endemis DBD pada tahun 2015
terdapat 640 orang dan meninggal sejumlah 13 orang, yang berarti Case Fatality Rate mencapai 2,03
%. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan kelembapan dan curah hujan dengan kejadian
demam berdarah dengue di Puskesmas Gunung Anyar, 2010–2016. Metode penelitian ini adalah studi
ekologi menurut waktu dengan unit analisis per bulan selama tujuh tahun. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kelembapan udara memiliki hubungan dengan kejadian demam berdarah dengue (p = 0,002 dan
r = + 0,351). Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa kelembapan dan curah hujan memiliki hubungan
dengan DBD secara signifikan. Kemudian curah hujan juga memiliki hubungan dengan kejadian demam
berdarah dengue (p = 0,042 dan r = + 0,230). Kondisi iklim yang mendukung membuat masyarakat
Gunung Anyar seharusnya meningkatkan kewaspadaan ketika musim puncak penularan penyakit dengan
melakukan pengendalian vektor di lingkungan dan rumah, seperti kegiatan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN 3M) diiringi dengan memelihara ikan pemakan jentik dan penggunaan repellent saat
beraktivitas.
vektor dapat memiliki keterkaitan dengan berarti CFR sebesar 2,03%. Angka tersebut
peningkatan vector borne disease, seperti berada di atas target CFR di tingkat nasional,
malaria, DBD, dan filariasis (Haryanto, yaitu ≤ 1%.
2009). Kecamatan Gunung Anyar merupakan
Angka kasus baru (incidence rate) wilayah kerja dari Puskesmas Gunung
penyakit DBD per 100.000 penduduk di Anyar. Jenis layanan yang diberikan dibagi
Indonesia untuk tahun 2010 (65,7), tahun menjadi empat. Jenis layanan tersebut adalah
2011 (27,8), tahun 2012 (37,1), tahun 2013 rawat jalan pagi (unit pelayanan umum, unit
(41,3), tahun 2014 (39,8), dan tahun 2015 pelayanan gigi, unit pelayanan kesehatan
(49,5) (Kemenkes RI, 2016). Penurunan tajam ibu dan anak, unit pelayanan lansia, unit
terjadi pada tahun 2010 ke 2011. Kemudian gizi, unit laboratorium, unit sanitasi), rawat
mengalami peningkatan hingga tahun 2013, jalan sore (unit pelayanan umum), rawat
tetapi sedikit menurun pada tahun 2014. inap persalinan, dan pelayanan unggulan
Selanjutnya kembali meningkat pada tahun (Puskesmas santun lansia). Salah satu
2015. capaian prestasi yang membanggakan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah berhasil memperoleh sertifikasi ISO
di Kota Semarang pada periode tahun 2006– 9001:2008 yang terkait dengan bidang sistem
2011 untuk faktor iklim yang memiliki manajemen mutu. Keberhasilan tersebut
hubungan bermakna dengan arah positif menunjukkan bahwa Puskesmas Gunung
terhadap kejadian DBD adalah curah hujan Anyar sebagai instansi pemerintahan
(p = 0,001 dan r = 0,403) dan kelembapan di bidang pelayanan kesehatan mampu
udara (p = 0,001 dan r = 0,533). Sehingga memenuhi standard internasional dalam
peningkatan curah hujan dan kelembapan hal manajemen penjaminan mutu dari jasa
udara diikuti juga dengan peningkatan pelayanan yang diberikan pihak Puskesmas
kejadian DBD (Wirayoga, 2013). Kemudian kepada pengguna jasa.
berdasarkan penelitian di Kota Surabaya Puskesmas Gunung Anyar sebagai
pada periode tahun 2010-2012 menunjukkan lokasi penelitian adalah salah satu dari 62
bahwa kelembapan udara memberikan efek Puskesmas yang menyebar di 31 kecamatan
terhadap angka bebas jentik (ABJ), tetapi yang ada di Kota Surabaya. Wilayah kerja
ABJ tersebut tidak memiliki efek terhadap dari Puskesmas Gunung Anyar adalah
kasus DBD (Yudhastuti dan Notobroto, seluruh daerah dalam Kecamatan Gunung
2015). Anyar dengan luasan 9,71 km2. Kecamatan
Kota Surabaya sebagai daerah endemis Gunung Anyar terletak di bagian timur Kota
demam berdarah dengue dengan jumlah Surabaya yang berbatasan langsung dengan
kasus mencapai ratusan hingga ribuan dalam Kabupaten Sidoarjo di sebelah selatan dan
enam tahun terakhir dengan perinciannya Selat Madura di sebelah timur (Kecamatan
adalah 1008 kasus pada 2011, 1301 kasus pada Gunung Anyar dalam Angka, 2016).
2012, 2195 kasus pada 2013, 820 kasus pada Menurut data Dinas Kesehatan Kota
2014, 640 kasus pada 2015, dan 920 kasus Surabaya menunjukkan bahwa Puskesmas
pada 2016. Jumlah kasus DBD terendah yang Gunung Anyar selalu mendapatkan kasus
terjadi di Kota Surabaya dalam enam tahun demam berdarah dengue minimal 20
terakhir adalah pada tahun 2015. Terdapat penderita setiap tahunnya. Kasus demam
pasien DBD sejumlah 640 orang dengan berdarah dengue di Kecamatan Gunung
perincian penderita laki-laki sebanyak 263 Anyar mengalami peningkatan besar dari 20
orang dan penderita perempuan sebanyak kasus pada tahun 2014 menjadi 59 kasus pada
377 orang pada tahun 2015. Kemudian kasus tahun 2015. Peningkatan terjadi lebih dari
meninggal pada pasien demam berdarah 2 kali lipat (Dinkes Kota Surabaya, 2016).
dengue tersebut sebanyak 13 orang, yang Hal tersebut membuat Kecamatan Gunung
Ratna Maya Paramita dan J. Mukono, Hubungan Kelembapan Udara dan Curah… 205
Anyar menjadi satu-satunya kecamatan di normal. Bila salah satu data atau kedua data
Kota Surabaya yang mengalami peningkatan tersebut tidak berdistribusi normal maka
kasus DBD hingga lebih dari 2 kali lipat. digunakan uji alternatif, yaitu uji Korelasi
Kemudian terjadi peningkatan lagi menjadi Spearman. Sebelum melakukan uji korelasi,
77 kasus pada tahun 2016 (Puskesmas harus dilakukan uji One-Sample Kolgomorov
Gunung Anyar, 2017). Sehingga penelitian Smirnov Test untuk mengetahui normalitas
terkait penyakit DBD perlu dilakukan di dari suatu distribusi data. Analisis penelitian
wilayah kerja Puskesmas Gunung Anyar. ini disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan
Tujuan penelitian ini adalah untuk narasi sehingga dapat memperjelas hasil
menganalisis hubungan kelembapan udara penelitian.
lingkungan dan curah hujan dengan kejadian Kekuatan hubungan antara 2 variabel
DBD di Puskesmas Gunung Anyar Kota secara kualitatif dapat dibagi dalam 5
Surabaya dengan periode tahun 2010 sampai tingkatan (Dahlan, 2009), yaitu (r = 0,0–
tahun 2016. 0,199 maka hubungan sangat lemah, r = 0,2–
0,399 maka hubungan lemah, r = 0,4–0,599
METODE PENELITIAN maka hubungan sedang, r = 0,6–0,799 maka
Desain penelitian ini adalah studi hubungan kuat, r = 0,8–1,00 maka hubungan
ekologi. Studi ekologi memakai data sangat kuat).
agregat. Unit analisis penelitian ini adalah
waktu per bulan selama tujuh tahun. HASIL
Penelitian ini menggunakan data sekunder Distribusi Frekuensi Kejadian DBD
dari beberapa instansi terkait. Diantaranya Gambaran kejadian DBD per bulan
adalah Puskesmas Gunung Anyar untuk yang telah terjadi dengan dinamis di wilayah
mendapatkan data kasus DBD bulanan kerja Puskesmas Gunung Anyar selama 7
untuk tahun 2010–2016. Kemudian data tahun, yaitu mulai tahun 2010 sampai 2016.
kondisi iklim harian, berupa persentase Kejadian DBD di Puskesmas Gunung Anyar
kelembapan udara lingkungan dan curah tidak selalu ada di setiap bulan. Pada tahun
hujan pada tahun 2010–2016 dari Badan 2011, terdapat enam bulan tanpa kasus DBD,
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yaitu bulan Januari, bulan Februari, bulan
(BMKG) Stasiun Meteorologi Klas I Juanda. Juni, bulan Agustus, bulan November, dan
Berdasarkan data iklim harian tersebut, bulan Desember. Sedangkan situasi tanpa
peneliti mengolahnya dahulu untuk dijadikan kasus DBD pada tahun 2015 dan 2016,
data bulanan. Variabel terikat atau dependen masing-masing hanya satu bulan. Kemudian
dari penelitian ini adalah kejadian demam untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
berdarah dengue, kemudian untuk variabel kejadian DBD per bulan di Puskesmas
bebas atau independen adalah kelembapan Gunung Anyar untuk tahun 2010-2016 dapat
udara lingkungan dan curah hujan. dilihat pada Tabel 1.
Analisis penelitian diawali secara
univariat dengan penjelasan bahwa setiap Tabel 1. Distribusi frekuensi kejadian DBD
variabel data dianalisis terkait distribusi per bulan di Puskesmas Gunung
frekuensinya. Hasil dari analisis univariat ini Anyar, 2010–2016.
dapat disajikan dalam bentuk narasi, tabel,
Standard
dan grafik. Kemudian untuk analisis bivariat Mean Min Max
Deviation
adalah menguji dua variabel penelitian. Dua
variabel penelitian tersebut adalah variabel DBD 5,0 4,3 1,0 20,0
bebas dan terikat. Analisis bivariat adalah
dilakukan dengan menggunakan uji Korelasi Distribusi frekuensi dari kejadian DBD
Pearson untuk data yang berdistribusi per bulan di Puskesmas Gunung Anyar,
206 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 2, Desember 2017: 202–212
mengetahui kekuatan hubungan antara dua udara menunjukkan hasil bahwa data tersebut
variabel tersebut. berdistribusi normal karena p = 0,152.
Setelah itu, uji hubungan antara kelembapan
udara lingkungan dengan kejadian DBD di
Puskesmas Gunung Anyar dapat dilakukan
dengan menggunakan metode korelasi.
curah hujan per bulan dari Stasiun 2016 dapat dilihat dalam Tabel 5, seperti
Meteorologi Klas I Juanda. berikut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian DBD adalah curah hujan (p = 0,001
variabel curah hujan per bulan memiliki dan r = 0,403). Sehingga dapat disimpulkan
hubungan dengan kejadian DBD per bulan bahwa peningkatan faktor iklim, berupa
di Puskesmas Gunung Anyar selama tahun curah hujan dan kelembapan udara diikuti
2010-2016. Hubungan tersebut diperoleh juga dengan peningkatan kejadian DBD di
dari analisis dengan uji Korelasi Spearman Kota Semarang (Wirayoga, 2013).
dengan hasil nilai signifikansi (p) sebesar
0,042. Nilai signifikansi yang lebih kecil SIMPULAN
dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel bebas Kelembapan udara lingkungan
memiliki hubungan dengan variabel terikat. memiliki hubungan (p = 0,002) terhadap
Kemudian dapat diketahui keeratan atau kejadian DBD dengan kekuatan hubungan
kekuatan hubungan tersebut dengan melihat yang lemah (r = 0,351) yang menunjukkan
nilai pada koefisien korelasi (r). arah positif. Kemudian curah hujan juga
Kekuatan hubungan antara curah hujan memiliki hubungan (p = 0,042) terhadap
dengan kejadian DBD adalah lemah dengan kejadian DBD dengan kekuatan hubungan
nilai 0,230. Arah hubungannya adalah positif. yang lemah (r = 0,230) yang menunjukkan
Penjelasannya adalah semakin tinggi jumlah arah positif. Hubungan dengan arah
curah hujan di Kecamatan Gunung Anyar, positif tersebut memiliki makna bahwa
maka kejadian DBD meningkat. Semua hasil semakin tinggi curah hujan dan persentase
analisis tersebut hanya berlaku untuk periode kelembapan udara lingkungan maka kejadian
7 tahun pada tahun 2010-2016 di wilayah DBD menjadi semakin tinggi.
kerja Puskesmas Gunung Anyar. Sebaiknya puskesmas Gunung Anyar
Hasil penelitian ini didukung dengan juga memberikan informasi terkait dengan
hasil penelitian lain yang sejenis, tetapi kondisi iklim di Kecamatan Gunung Anyar
dilakukan di Puskesmas Putat Jaya, Kota yang mendukung terjadinya penyakit DBD
Surabaya pada periode 2010-2014 (Kurniawati, sehingga dapat meningkatkan kesadaran
2016). Penelitian tersebut menunjukkan dan kemauan masyarakat untuk melakukan
bahwa curah hujan memiliki hubungan penyehatan lingkungan di tempat tinggal
dengan kejadian DBD. Kemudian derajat mereka sendiri sebagai bentuk pengendalian
kekuatan hubungannya lemah (r = 0,141) vektor. Kemudian sebaiknya warga
dan arah hubungannya adalah positif. Kecamatan Gunung Anyar meningkatkan
Penelitian lain juga menunjukkan kewaspadaan saat musim pancaroba dari
bahwa curah hujan memiliki hubungan musim hujan ke musim kemarau karena
dengan kejadian DBD, tanpa mengetahui waktu puncak penularan DBD di Kecamatan
kekuatan hubungannya. Diantaranya adalah Gunung Anyar untuk tahun 2010 sampai
penelitian yang dilakukan di Kabupaten tahun 2016 adalah pada bulan Maret, April,
Pacitan (Wulandari, 2016) dengan nilai dan Mei. Kondisi lingkungan yang tergenang
signifikansi (p) sebesar 0,001. Selanjutnya sisa air hujan dengan suhu udara lingkungan
adalah penelitian dari Kota Makassar yang hangat pada musim pancaroba dapat
(Rahim, dkk., 2016) yang menunjukkan mendukung kehidupan nyamuk Aedes
bahwa faktor lingkungan, khususnya adalah Aegypti sebagai vektor penyakit DBD,
curah hujan memiliki hubungan dengan seperti usia, tempat perindukan, dan
tingkat endemisitas DBD. Hubungan tersebut perkembangbiakan.
menunjukkan nilai signifikansi (p) sebesar Beberapa kegiatan kewaspadaan
0,000. Serta penelitian yang dilakukan di Kota yang dapat dilakukan adalah dengan
Semarang pada periode tahun 2006–2011. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M),
Faktor iklim yang memiliki hubungan diantaranya adalah menguras dan menyikat
bermakna dengan arah positif terhadap tempat penampungan air, menutup rapat
Ratna Maya Paramita dan J. Mukono, Hubungan Kelembapan Udara dan Curah… 211