You are on page 1of 32

Membaca & Memahami Peta Akhir Zaman

‫س َح َّدجَ ِن َد ُاو ُد ْب ُن ا ْب َرا ِى َي امْ َو ِاس ِط يي‬ ‫َح َّدجَنَا ُسوَ ْي َم ُان ْب ُن َد ُاو َد ا َّمط َيا ِم يِ‬
‫ّ‬
‫يب ْب ُن َسا ِم ٍم َغ ِن امني ْؼ َم ِان ْب ِن ب َ ِش ٍي قَا َل ُلنَّا قُ ُؼو ًدا ِف امْ َم ْس ِج ِد‬ ‫َح َّدجَ ِن َح ِب ُ‬
‫اّلل ػَوَ ْي ِو َو َس َّ َّل َو ََك َن ب َ ِشيٌ َر ُج ًل يَ ُك يف َح ِديثَ ُو فَ َج َاء‬
‫اّلل َص َّّل َّ ُ‬ ‫َم َع َر ُس ِول َّ ِ‬
‫يث َر ُس ِول َّ ِ‬
‫اّلل‬ ‫َأبُو جَ ْؼوَ َب َة امْ ُخ َش ِ ين فَ َقا َل َي ب َ ِش ُي ْب َن َس ْؼ ٍد َأ َ َْت َفظُ َح ِد َ‬
‫اّلل ػَوَ ْي ِو َو َس َّ َّل ِف ْ ُاْل َم َرا ِء فَ َقا َل ُح َذيْ َف ُة َأ َن َأ ْح َفظُ خ ُْط َب َت ُو فَ َجوَ َس‬
‫َص َّّل َّ ُ‬
‫اّلل ػَوَ ْي ِو َو َس َّ َّل ‪:‬‬ ‫ول َّ ِ‬
‫اّلل َص َّّل َّ ُ‬ ‫َأبُو جَ ْؼوَ َب َة فَ َقا َل ُح َذيْ َف ُة قَا َل َر ُس ُ‬
Telah berkata kepada kami Sulaiman bin Dawud ath-Thayaalisiy; di
mana ia berkata, "Dawud bin Ibrahim al-Wasithiy telah
menuturkan hadits kepadaku (Sulaiman bin Dawud ath-Thayalisiy).
Dan Dawud bin Ibrahim berkata, "Habib bin Salim telah
meriwayatkan sebuah hadits dari Nu’man bin Basyir; dimana ia
berkata, "Kami sedang duduk di dalam Masjid bersama Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, Basyir sendiri adalah seorang laki-laki
yang suka mengumpulkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu, datanglah Abu Tsa’labah al-Khusyaniy seraya berkata, "Wahai
Basyir bin Sa’ad, apakah kamu hafal hadits Nabi yang berbicara
tentang para pemimpin? Hudzaifah menjawab, "Saya hafal
khuthbah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam." Hudzaifah berkata,
"Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫هللا َأ ْن تَ ُك ْو َن ُ َُّث يَ ْرفَ ُؼيَا ا َذا َش َاء َأ ْن يَ ْرفَ َؼيَا ُ َُّث تَ ُك ْو ُن‬
‫تَ ُك ْو ُن امني ُب َّو ُة ِف ْي ُ ُْك َما َش َاء ُ‬
‫ّ‬
‫هللا َأ ْن تَ ُك ْو َن ُ َُّث يَ ْرفَ ُؼيَا ا َذا َش َاء َأ ْن‬
‫ِخ َلفَ ٌة ػَ َّل ِم ْْنَاجِ امني ُب َّو ِة فَتَ ُك ْو ُن َما َش َاء ُ‬
‫ّ‬
‫هللا َأ ْن يَ ُك ْو َن ُ َُّث يَ ْرفَ ُؼيَا ا َذا َش َاء‬‫يَ ْرفَ َؼيَا ُ َُّث تَ ُك ْو ُن ُم ْو ًًك ػَاضً ا فَيَ ُك ْو ُن َما َش َاء ُ‬
‫ّ‬
‫هللا َأ ْن تَ ُك ْو َن ُ َُّث يَ ْرفَ ُؼيَا ا َذا‬
‫َأ ْن يَ ْرفَ َؼيَا ُ َُّث تَ ُك ْو ُن ُم ْو ًًك َج ْ ِْبي َّ ًة فَتَ ُك ْو ُن َما َش َاء ُ‬
‫ّ‬
‫َش َاء َأ ْن يَ ْرفَ َؼيَا ُ َُّث تَ ُك ْو ُن ِخ َلفَ ٌة ػَ َّل ِم ْْنَاجِ امني ُب َّو ِة ُ َُّث َس َك َت‬
"Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa
itu akan datang. Kemudian, Allah akan mengangkatnya (menghapusnya),
jika Ia berkehendak mengangkatnya. Setelah itu, akan datang masa
Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu
akan datang. Lalu, Allah mengangkatnya jika Ia berkehendak
mengangkatnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja
menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang.
Lalu, Allah mengangkatnya, jika Ia berkehendak mengangkatnya. Setelah
itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah
masa itu akan datang; lalu Allah akan mengangkatnya jika berkehendak
mengangkatnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-
Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, beliau
diam". [HR. Imam Ahmad]
“Nubuwwah ada pada
kalian sampai Allah ُ ‫تَ ُك ْو ُن امني ُب َّو ُة ِف ْي ُ ُْك َما َش َاء‬
‫هللا َأ ْن‬
kehendaki, kemudian Allah
akan mengangkatnya
‫تَ ُك ْو َن ُ َُّث يَ ْرفَ ُؼيَا ا َذا َش َاء َأ ْن‬
ّ
(menghapusnya) ketika Dia
menghendakinya …”
... ‫يَ ْرفَ َؼيَا‬
Fase Nubuwwah ini mulainya ketika Muhammad bin Abdillah
mendapatkan wahyu di gua Hira pada hari senin tanggal 21 Ramadhan di
malam hari yang bertepatan dengan tanggal 10 Agustus tahun 610 M.
Tepatnya beliau saat itu berusia 40 tahun, 6 bulan, 12 hari menurut
kalender Hijriyah dan sekitar usia 39 tahun, 3 bulan, 20 hari berdasarkan
kalender Masehi. Maka mulailah beliau menyampaikan risalah Islam.
Fase ini terdiri dari 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah.
Lamanya fase Nubuwwah ini sekitar 23 tahun kurang lebihnya. Fase ini
berakhir dengan wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagai nabi dan rasul terakhir, yang tidak ada lagi nabi dan rasul
sepeninggal beliau. Fase ini berakhir pada tahun 11 H, yaitu pada hari
senin 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriyah.
“… Kemudian selanjutnya
muncul Khilafah di atas
‫ ُ َُّث تَ ُك ْو ُن ِخ َلفَ ٌة ػَ َّل ِم ْْنَا ِج‬...
manhaj (sistem aturan)
nubuwwah sampai Allah
ُ ‫امني ُب َو ِة فَتَ ُك ْو ُن َما َش َاء‬
‫هللا َأ ْن‬
kehendaki, kemudian Allah ‫تَ ُك ْو َن ُ َُث يَ ْرفَ ُؼيَا ا َذا َش َاء َأ ْن‬
akan mengangkatnya ketika ّ
Dia menghendakinya …” ... ‫يَ ْرفَ َؼيَا‬
Fase Khilafah di atas manhaj nubuwwah bermula ketika Abu Bakar Ash-
Shiddiq radhiyallahu ta’ala ‘anhu di angkat menjadi khalifah sepeninggal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana kaum muslimin berbai’at
kepada beliau pada hari senin 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriyah di
Saqifah Bani Sa’idah. Fase ini berakhir dengan wafatnya Ali bin Abu
Thalib pada bulan Ramadhan tahun 40 Hijriyah yang digenapi oleh
pengunduran diri Hasan bin Ali dari kekhilafahan pada bulan Rabi’ul
Awwal tahun 41 Hijriyah. Ini persis seperti sabda Nabi yang mulia
shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa usia fase ini adalah 30 tahun.
َ ْ ُ ‫ ُث يُ ْؤ ِثـي‬, ‫خلف ُة امنبوة جلجون س ن ًة‬
‫هللا ُموك ُو َم ْن ي َ َشا ُء‬
“Kekhalifahan di atas minhaj An-nubuwwah
berjalan selama 30 tahun. Setelah itu Allah
akan memberikan kekuasaan/kerajaan-Nya
kepada siapa yang Dia kehendaki.”
(HR. Abu Dawud, dari Safinah Abu Abdurrahman, mantan
budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)
‫اخللفة فـي ٔأمتـي جلجون س نة ُث مكل بؼد ذكل‬
“Kekhalifahan di tengah-tengah umatku
berjalan selama 30 tahun. Setelah itu
sistem kerajaan.”
(HR. At-Tirmidzi)
‫اخللفة جلجون غـامـا ُث يكون بؼد ذكل املكل‬
“Kekhalifahan di tengah-tengah umatku
berjalan selama 30 tahun. Setelah itu
sistem kerajaan.”
(HR. Ahmad)
1. Kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq berlangsung 2
tahun 3 bulan.
2. Kekhalifahan Umar bin Al-Khoththob berlangsung 10
tahun 6 bulan.
3. Kekhalifahan Utsman bin Affan berlangsung 12 tahun.
4. Kekhilafahan Ali bin Abu Tholib berlangsung 4 tahun 9
bulan.
5. Kekhilafan Al-Hasan bin Ali berlangsung 6 bulan

(Syarah Kitab Aqidah Ath-Thohawiyah)


Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Al-Hasan
bin Ali radhiyallahu ta’ala ‘anhu mundur dari
kekhilafahan pada bulan Rabi’ul Awwal tahun
41 Hijriyah. Sehingga genaplah berjumlah 30
tahun sejak wafatnya Nabi yang mulia
shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
‫ ُ َُّث‬, ‫كل َأ ْغ َف ُـر‬
ٌ ْ ‫ ُ َُّث ُم‬, ‫كل َو َر ْ َْح ٌة‬
ٌ ْ ‫ ُ َُّث ُم‬, ‫َأ َّو ُل ِديْ ِن ُ ُْك ه ُ ُب َّو ٌة َو َر ْ َْح ٌة‬
‫كل َو َج َ ُْب ْو ٌت‬ٌ ْ ‫ُم‬
“Agama kalian diawali dengan kenabian dan kasih
sayang, kemudian kerajaan dan kasih sayang, lalu
kerajaan yang tercela, berikutnya kerajaan yang
disertai kesewenang-wenangan.”
(HR. Ad-Darimi)
Maksud dari sabda Nabi yang mulia “Agama kalian diawali
dengan kenabian dan kasih sayang”, yaitu kepemimpinan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi kaum Mu’minin.
Kemudian, kepemimpinan Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali,
dan Al-Hasan. Setelah itu beliau bersabda: “Kemudian
kerajaan dan kasih sayang”, yaitu masa Mu’awiyah. Lalu
beliau bersabda: “Lalu kerajaan yang tercela”, kata a’far
dari kata ta’fir yaitu menempel dengan tanah. Ini
merupakan celaan baginya, seperti perkataan mereka,
taribat yadaaka, lawan kata dari ketinggian. Setelah itu,
beliau bersabda: “Berikutnya kerajaan disertai
kesewenang-wenangan”. Yang dimaksud di sini adalah
pemerintahan Yazid ataupun pemerintahan setelahnya,
kecuali ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz.
“… Kemudian selanjutnya
muncul kerajaan yang ‫ ُ َُّث تَ ُك ْو ُن ُم ْو ًًك ػَاضًّ ا فَ َي ُك ْو ُن‬...
menggigit sampai Allah
kehendaki, kemudian Allah
‫هللا َأ ْن يَ ُك ْو َن ُ َُّث يَ ْرفَ ُؼيَا‬
ُ ‫َما َش َاء‬
akan mengangkatnya ketika
Dia menghendakinya …”
... ‫ا َذا َش َاء َأ ْن يَ ْرفَ َؼيَا‬
ّ
Fase kerajaan yang menggigit ini berawal dari berakhirnya fase
khilafah di atas manhaj kenabian, yaitu dengan berdirinya
Dinasti Bani Umayyah, Dinasti Bani Abbasiyyah, dan Dinasti
Utsmaniyyah. Jika fase ini adalah fase kerajaan di tangan
muslimin maka kekuasaan di muka bumi ini baru berakhir
dengan ditutupnya Turki Utsmani pada tanggal 3 maret tahun
1924 Masehi yang bertepatan dengan tanggal 26 Rajab tahun
1342 Hijriyah oleh keturunan Yahudi, Mushthafa Kamal At-
Taturk. Fase ini berlangsung selama 1.301 tahun, kurang lebih
13 abad.
“... Kemudian selanjutnya
muncul kerajaan yang ‫ُ َُّث تَ ُك ْو ُن ُم ْو ًًك َج ْ ِْبي َّ ًة فَتَ ُك ْو ُن َما‬
diktator sampai Allah
kehendaki, kemudiaan ‫هللا َأ ْن تَ ُك ْو َن ُ َُّث يَ ْرفَ ُؼيَا ا َذا‬
ُ ‫َش َاء‬
Allah akan mengangkatnya ّ
ketika Dia menghendakinya ‫َش َاء َأ ْن يَ ْرفَ َؼيَا‬
…”
Fase kerajaan yang diktator ini dimulai setelah fase
sebelumnya berakhir. Jika fase sebelumnya berakhir pada
tahun 1924 H, maka kira-kira sejak tahun itulah secara resmi
fase ini dimulai. Dimana hingga detik ini, kaum muslimin tidak
lagi mempunyai kekuasaan di muka bumi. Kekuasaan ada di
tangan non muslim yang mengatur bumi ini dengan tangan
besi, persis seperti yang disampaikan oleh Nabi yang mulia
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
ْ ِ ‫ يُ ْصب ُِح َّامر ُج ُل ُم ْؤ ِمنـًا َويُ ْم‬, ‫ََب ِد ُر ْوا َِب ْ َْل ْغـ َم ِال ِفتَنًا َل ِق َطع ِ انو َّ ْي ِل امْ ُم ْظ ِ ِّل‬
‫س‬
‫ ي َ ِب ْي ُع ِديْنَ ُو ِب َؼ َر ٍض ِم َن يادلهْيـَا‬, ‫س ُم ْؤ ِمنـًا َويُ ْصب ُِح ََك ِف ًرا‬ ْ ِ ‫ َأ ْو يُ ْم‬, ‫ََك ِف ًرا‬
“Bersegeralah kalian melakukan amal shalih sebelum
datangnya fitnah, dimana fitnah itu bagaikan potongan-
potongan malam yang amat pekat (gelap gulita). Pagi-pagi
seorang itu masih beriman, tetapi di sore hari sudah menjadi
kafir. Dan sore hari seseorang masih beriman, kemudian di
pagi harinya sudah menjadi kafir, dikarenakan dia menjual
agamanya dengan secuil harta dunia.”
(HR. Muslim)
Bisyaroh Nubuwwah
“… Kemudian selanjutnya
akan muncul kembali ‫ ُ َُّث تَ ُك ْو ُن ِخ َلفَ ٌة ػَ َّل ِم ْْنَا ِج‬...
Khilafah di atas manhaj
(sistem aturan) ‫امني ُب َّو ِة ُ َُّث َس َك َت‬
nubuwwah, kemudian
beliau diam.”
Fase Khilafah di atas manhaj nubuwwah.
Inilah fase ke 5 yang hingga kini belum
hadir dan pasti akan hadir kembali.
‫ َح ََّّت َ َْي َت ِ َِب اهَْيَ ُو ِد يي‬, ‫ون‬ َ ‫ فَ َي ْق ُتوُيُ ُم امْ ُم ْس ِو ُم‬, ‫ون اهَْيَ ُو َد‬
َ ‫ال ثَ ُقو ُم ام َّساػَ ُة َح ََّّت ي ُ َقا ِث َل امْ ُم ْس ِو ُم‬
‫ َى َذا‬, ‫اّلل‬ِ َّ َ‫ َي َغ ْبد‬, ‫ َي ُم ْس ِ ُّل‬: ‫ول امْ َح َج ُر َوام َّش َج ُر‬ ُ ‫ فَ َي ُق‬, ‫ِم ْن َو َرا ِء امْ َح َج ِر َوام َّش َج ِر‬
َ َ ‫ اال امْغ َْرقَدَ فَاه َّ ُو ِم ْن‬, ‫ فَتَ َؼا َل فَا ْق ُت ْ ُْل‬, ‫َيَ ُو ِد ٌّي َخوْ ِفي‬
‫َش ِر اهَْيَ ُو ِد‬
ّ ّ
”Kiamat tidak akan terjadi sebelum kaum muslimin memerangi orang-
orang Yahudi, lalu kaum muslimin dapat mengalahkan (membunuh)
mereka, sampai-sampai seorang Yahudi bersembunyi di balik batu dan
pohon lalu batu dan pohon itu berseru : “Hai orang muslim, hai hamba
Allah, ini seorang Yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah dia! Kecuali
pohon gharqad, karena pohon itu adalah pohon orang Yahudi.”
(Hadits Shahih Riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
ْ‫ْسائِي َل ِف ْام ِكتَ ِاب م َ ُت ْف ِس ُد ّن ِف ا ْٔل ْر ِض َم ّرثَ ِْي‬ َ ْ ‫َوقَضَ ْينَآ ٓ ا َ ََل ب َ ِن ا‬
ّ ّ
‫َوم َ َت ْؼوُ ّن ػُوُ ّو ًا َل ِبي ًا‬
“Dan telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu :
“Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi
ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan
kesombongan yang besar.”
(QS. Al-Isra (17) : 4)
‫والُها ب َ َؼثْنَا ػَوَ ْي ُ ُْك ِغ َباد ًا مّنَآ ٓ ُأ ْو ِِل بَآِ ٍس َش ِدي ٍد‬
َ ُ ‫فَا َذا َجآ ٓ َء َو ْػ ُد ُأ‬
ّ
‫فَ َج ُاسو ْا ِخ َل َل ّادل َي ِر َو ََك َن َو ْػد ًا ّم ْف ُؼو ًال‬
“Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama
dari kedua kejahatan itu, kami datangkan kepadamu hamba-
hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka
merajalela di kampung-kampung dan itulah ketetapan yang
pasti terlaksana.”
(QS. Al-Isra (17) : 5)
ِ ‫ب‬ ٍ َ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ُ َ
‫ُّث َر َد ْد َن مُك امك ّر َة ػَو َِي ْم َوأ ْمدَ ْد َنُك ِبآ ْم َوال َو َن َْي‬ُ
ً‫َو َج َؼوْنَ ُ ْاُك َأ ْل َ ََث ه َ ِفيا‬
“Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk
mengalahkan mereka kembali dan kami membantumu
dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan
kamu kelompok yang lebih besar.”
(QS. Al-Isra (17) : 6
‫س يصي ا ْٔلمر ٕاَل ٔأن تكوهوا جنودا جمندة جند َبمشام و جند َبهمين و جند َبمؼراق‬
‫ػويك َبمشام فإهنا خية هللا من ٔأرضو جيتيب ٕاهَيا خيثو من غباده فإن ٔأبيمت فؼويُك مينُك‬
‫و اسقوا من غدرُك فإن هللا قد ثولك ِل َبمشام و ٔأىْل‬
”Urusan ini akan sampai pada kondisi kalian menjadi tentara-tentara yang
terpisah-pisah, sebagai pasukan di Syam, pasukan di Yaman, dan pasukan
di Irak.” Aku berkata, pilihkanlah tempat terbaik untukku, wahai
Rasulullah. Beliau berkata, Hendaknya kalian menetap di Syam karena
sesungguhnya Syam adalah bumi Allah yang terpilih. Allah memilih hamba-
hamba pilihannya menuju ke sana. Adapun jika kalian tidak bisa,
hendaknya kalian menetap di Yaman, dan minumlah dari telaganya, karena
sesungguhnya Allah telah menjamin untukku negeri SYam dan
penduduknya.”
(Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud, dari Abdullah bin Hawalah
radhiyallahu ‘anhu)
‫ و َال تز ُال طائفة ٌمن ٔأميت‬، ‫خي فيُك‬ َ ‫ٕاذا ف َسدَ ٔأى ُل امشام فل‬
‫يرضمه من َخ َذمَي ُْم حَّت ثقو َم امساػ ُة‬
‫ ال ي‬، ‫منصورين‬
“Bila penduduk Syam telah rusak, tidak ada lagi kebaikan bagi
kalian. Sekelompok dari umatku akan selalu menang yang tidak
akan terganggu oleh orang-orang yang mengabaikan mereka
hingga hari kiamat terjadi.”
(Hadits Shahih Riwayat Ahmad, dari Muawiyah bin Qurroh)

You might also like