You are on page 1of 7

Promine Journal, December 2016, Vol.

4 (2), page 31 - 37

Pengaruh Mineral Sekunder Sulfat Hasil Oksidasi Pirit Terhadap Nilai


Total Sulfur Pada Batubara Formasi Haloq dan Serpih Karbonan
Formasi Batuayau Cekungan Kutai Atas
(Effect of Secondary Sulphate Mineral theresults of Oxidation Pyrite againt Value Total
Sulfur In Coal Formation Haloq and carbonaceous shale Formation Batuayau
On the Kutai Basin)

Annisa1
1
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Abstract
Four samples of coal and two samples of carbonaceous shales at the Latest Eosen age were studied
about the minerals contains relative to height of average sulphur values. The sulphur in coal Haloq
formation samples are code HBG-1102 (3,55% adb), MMH- 0504 (0,95% adb), MMH- 05021 (0,91%
adb), MDG-0703 (0,7% adb) and the sulphur in carbon shale Batuayau formation samples are code
MRH-0806 (0,35% adb) and MRH-0801 (3.25% adb). The two group of rock samples contain high
sulphur with average 1,53% (adb) in Haloq formation and 1,78% (adb) in Batuayau formation. Analysis
proximate, ultimate, and x-ray diffraction (XRD) were used for determine the coal compositions, the
value of carbon (C), hidrogen (H), oxygen (O), Nitrogen (N), and sulphur (S), and expectation of
minerals in coal. The results of XRD were showed mineral zaherite, quartz, caolinite, beidelite were
transformed from smectite, and mineral nacrite were transformed from caolinite. Melanterite and
magnesiocopiate were secondary mineral of sulphate were indicated formed from oxidation pyrite
influence. The presence of Melanterite and magnesiocopiate were indicated as caution of the highest
average sulphur value in coal and carbonaceous shale samples.
Keywords: melanterite, magnesiocopiate, sulfur, XRD

1. Pendahuluan Tinjauan Pustaka


Sulfur terdapat dalam bentuk inorganik
Batubara dapat tersusun atas bahan-bahan maupun organik dalam batubara. Sulfur inorganik
organik dan non organik, dengan kandungan banyak ditemui dalam bentuk senyawaan sulfida
bahan organik pada batubara dapat mencapai (piritik) dan kadang sulfat. Sulfur organik adalah
lebih dari 75 %. Bahan organik ini disebut unsur atau senyawa sulfur yang terikat dalam
maseral (maceral) yang berasal dari sisa rantai hidrokarbon material organik. Terdapat
tumbuhan dan telah mengalami berbagai tingkat berbagai cara terbentuknya sulfur dalam gambut
dekomposisi serta perubahan sifat fisik dan kimia diantaranya adalah berasal dari pengaruh lapisan
baik sebelum ataupun sesudah tertutup oleh pengapit yang terendapkan dalam lingkungan
lapisan di atasnya, sedangkan bahan anorganik laut (Horne dkk, 1978), pengaruh air laut selama
disebut mineral atau mineral matter. Kehadiran proses pengendapan tumbuhan (Casagrande
mineral dalam jumlah tertentu akan dkk., 1977), proses mikrobial dan perubahan pH
mempengaruhi kualitas batubara terutama (Casagrande, 1987 dalam Whateley, 1994 dalam
parameter abu, sulfur dan nilai panas sehingga Widayat, 2005)., mengatakan pembentukan dan
dapat membatasi penggunaan batubara. keberadaan sulfur pada batubara dan gambut
Selama ini diasumsikan bahwa tinginya dapat disimpulkan sebagai berikut :
kandungan sulfur pada batubara disebabkan a. Secara umum batubara sulfur rendah (<1%)
adanya kontribusi besar dari mineral pirit mengandung lebih banyak sulfur organik
(FeS2).Untuk lebih mengetahui apakah hanya dibanding sulfur piritik.
mineral pirit yang memiliki kontribusi terbesar b. Batubara sulfur tinggi berasosiasi dengan
terhadap kandungan sulfur dalam batubara maka batuan tanah penutup yang berasal dari
diperlukan analisis tambahan untuk mengetahui endapan laut.
keberadaan mineral lainnya dalam batubara. c. Kandungan sulfur pada batubara umumnya
paling tinggi pada bagian atas (roof) dan
* Korespodensi Penulis: ( Annisa) Program Studi
pada bagian dasar ( floor) lapisan batubara.
Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat Proses paling penting dalam pembentukan
E-mail: nisa.iffin@gmail.com/annisa@unlam.ac.id unsur dan senyawa sulfuradalah reaksi reduksi

31
Promine Journal, December 2016, Vol. 4 (2), page 31 - 37

sulfat oleh aktivitas bakteri. Berikut adalah skema tersebut dan selanjutnya bereaksi dengan sulfur
yang menunjukkan urutan proses pembentukan yang telah tereduksi untuk kemudian membentuk
sulfur dalam batubara dapat dilihat pada Gambar pirit (Demchuk, 1987).
1. Pembentukan pirit epigenetik sangat
dipengaruhi oleh keterdapatan sulfur primer yang
telah tereduksi, ion besi dan tempat yang cocok
bagi pembentukannya (Casagrande dkk, 1987).
Persamaan umum pembentukan pada pirit
(Leventhal, 1983; Berner, 1984 dalam Taylor,
1998) adalah :
2-
SO4 + 2CH2O 2CHO3 - + H2S
3H2S + 2FeO.OH 2FeS + S + 4H2O
FeS + SO FeS2

Sulfat di atas umumnya berasal dari sedimen


laut dangkal yang selanjutnya akan direduksi
oleh senyawa karbon organik menjadi hidrogen
Gambar 1 Pembentukan sulfur dalam batubara sulfida dengan reaksi kimia sebagai berikut :
(Suits dan Arthur, 2000)
SO42- + 2CH2O 2HCO3 + H2S
Terdapat tiga jenis sulfur yang terdapat dalam Hidrogen sulfida yang terbentuk selanjutnya
batubara, yaitu : dioksidasi oleh goethite (FeO.OH), atau hidrogen
1. Sulfur Piritik sulfida yang terbentuk dapat mereduksi ferric iron
Pirit dan markasit adalah mineral sulfida menjadi ferrous iron. Oksigen seringkali mampu
yang paling umum dijumpai pada batubara.
menembus sedimen anaerob dan mengoksidasi
Kedua jenis mineral ini memiliki komposisi kimia
hidrogen sulfida menjadi unsur sulfur. Proses
yang sama (FeS2) tetapi berbeda pada sistem
oksidasi sulfur ini dapat juga berlangsung dengan
kristalnya. Pirit berbentuk isometrik sedangkan
media ferric iron.Berikut persamaan reaksinya :
Markasit berbentuk orthorombik (Taylor dkk,
1998). Pirit (FeS2) merupakan mineral yang
3H2S +2 FeO.OH 2 FeS + S + 4H2O
memberikan kontribusi besar terhadap
FeS + S FeS2
kandungan sulfur dalam batubara, atau lebih
dikenal dengan sulfur piritik (Mackowsky, 1943 Selain terbentuknya pirit, unsur sulfur tersebut
dalam Taylor dkk,1998). dapat juga bereaksi dengan sulfida membentuk
Berdasarkan genesanya, pirit pada batubara polisulfida, yang selanjutnya akan diperlukan
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
untuk proses pembentukan pirit. Larutan
1. Pirit singenitik, yaitu pirit yang terbentuk
polisulfida ini dapat bereaksi dengan FeS atau
selama proses penggambutan (peatification).
Fe3S4 untuk membentuk pirit. Proses
Pirit jenis ini biasanya berbentuk framboidal
terbentuknya sulfur piritik ini sangat dipengaruhi
dengan butiran sangat halus dan tersebar dalam
oleh kondisi pH, yaitu semakin tinggi harga pH
material pembentuk batubara (Demchuk, 1992).
maka akan mempercepat reaksi karena dalam
2. Pirit epigenitik, yaitu pirit yang terbentuk
suasana basa akan banyak ion besi yang
setelah proses pembatubaraan. Pirit jenis ini
terlepaskan. Disamping itu unsur sulfur atau
biasanya terendapkan dalam kekar dan rekahan
polisulfida juga bisa bereaksi dengan komponen
pada batubara serta biasanya bersifat masif.
organik batubara membentuk senyawa sulfur
(Mackowsky, 1968; Gluskoter, 1977; Frankie dan organik.
Howe, 1987). Umumnya pirit jenis ini dapat Pirit framboidal berasosiasi dengan batuan
diamati sebagai pirit pengisi rekahan pada penutup yang terendapkan pada lingkungan laut
batubara.
sampai payau. Gambut yang mengandung sulfur
Pirit dapat terbentuk sebagai hasil reduksi
tinggi (dalam bentuk pirit framboidal) terbentuk
sulfur primer oleh mineral yang mengndung Fe.
pada lingkungan pengendapan yang dipengaruhi
Bentuk pirit hasil reduksi ini biasanya framboidal
oleh transgresi air laut atau payau, kecuali
dengan sumber sulfur yang tereduksi
apabila terdapat dalam batuan sedimen yang
kemungkinan terdapat dalam material yang
cukup tebal dan terendapkan sebelum fase
terendapkan bersama batubara. Terbentuknya
transgresi (Taylor dkk, 1998).
pirit epigenetik sangat berhubungan dengan
frekuensi rekahan karena kation-kation yang
terlarut (dalam hal ini ion Fe) akan terbawa ke
dalam batubara oleh aliran air tanah melalui cleat

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 32


Promine Journal, December 2016, Vol. 4 (2), page 31 - 37

2. Material dan Metode Penelitian 1. Kuarsa (SiO2)


Kuarsa merupakan salah satu mineral oksida
Contoh diperoleh dari singkapan (outcrop) yang paling dominan terdapat dalam batubara
dengan cara channel sampling pada dua formasi (Taylor dkk., 1998). Berdasarkan teksturnya,
yaitu Formasi Batupasir Haloq dan Formasi kuarsa dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu
Batuayau. Contoh berjumlah enam terdiri empat butiran kuarsa klastik berbentuk bulat apabila
contoh batubara pada Formasi Batupasir Haloq terendapkan oleh media air, berbentuk menyudut
dan dua contoh serpih karbonanpada Formasi apabila terendapkan oleh media angin dan
Batuayau. berbentuk kristal halus apabila terbentuk dari
Selanjutnya contoh direduksi ukurannya dan larutan setelah pengendapan batubara. Ranton
dibagi menjadi dua yaitu untuk arsip dan analisis. (1982), menjelaskan bahwa kuarsa terbentuk
Bagian contoh yang akan dianalisis proksimat, secara singenetik dan jarang ditemukan sebagai
ultimat dan X-Ray Diffraction (XRD). mineral epigenetik.
a. Analisis Proksimat 2. Kaolinit (Al2 ( Si2O5) (OH )4)
Batubara terdiri dari campuran heterogen Kaolinit umumnya terdapat secara singenetik
senyawa-senyawa organik dan sejumlah material yang terkonsentrasi pada bidang perlapisan,
inorganik dalam bentuk kelembaban dan mineral. tersebar pada vitrinit sebagai pengisi rekahan.
Komposisi komponen organik alamiah tergantung Umumnya terdapat sebagai mineral utama yang
pada jenis-jenis dan bagian tumbuhan terbentuk akibat adanya aksi air atau angin yang
pembentuknya pada awal masa penggambutan. membawa material detrital ke dalam cekungan
Komponen batubara dapat dianalisis melalui pengendapan batubara. Distribusi mineral
berbagai macam jenis analisis, salah satunya lempung dalam batubara dikendalikan oleh
adalah analisis proksimat. kondisi kimia rawa (Bustin, 1989).
Analisis proksimat merupakan analisis untuk Terbentuknya mineral lempung pada tahap
menentukan komposisi utama batubara yang kedua (secondary) umumnya dihasilkan oleh
terdiri dari empat jenis yaitu kelembaban/lengas adanya transformasi dari lempung fase pertama.
(moisture), zat terbang (volatile matter), karbon Assosiasi mineral lempung pada lapisan
tertambat (fixed carbon), kandungan abu (ash batubara berupa inklusi halus yang tersebar dan
content). sebagai pita-pita lempung. Keterdapatan mineral
b. Analisis Ultimat kaolinit pada contoh penelitan sebagai mineral
Analisis ultimatdigunakan untuk penentuan yang terbentuk secara singenetik
jumlah unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen 3. Nacrite ( Al2Si2O5 (OH)4 )
(O), Nitrogen (N), dan sulfur (S). Kandungan Nacrite atau Aluminium Silicon Oxide Hydrate
karbon, hidrogen, dan oksigen digunakan untuk merupakan salah satu sub grup dari mineral
menilai karakteristik pengkokasan, gasifikasi, dan kaolinit. Sub-grup mineral kaolinit biasanya
likuifaksi batubara. Sedangkan kandungan terbentuk dari produk pelapukan, diagenesis dan
nitrogen dan sulfur menunjukkan potensi aktivitas hidrothermal.
pencemaran yang dapat ditimbulkan dari Nacrite terbentuk dengan waktu yang relatif
pemanfaatan batubara tersebut. singkat pada suhu tertentu oleh presipitasi
c. X-Ray Diffraction (XRD) larutan dalam pori yang diduga sebagai hasil dari
Analisis XRD merupakan metode yang evaporasi pada permukaan yang telah terekspos.
memberikan informasi mengenai jenis mineral Keterdapatan mineral nacrite merupakan
yang terdapat dalam suatu contoh batubara. transformasi dari mineral kaolinit yang terbentuk
secara singenetikpada lingkungan yang
3. Hasil dan Pembahasan mengalami oksidasi.
4. Beidellite (Na0.3Al2(Si,Al)4O10 (OH)2 ·2H2O)
Beidellite atau Sodium Aluminum Silicate
Hasil analisis proksimat menunjukkan
Hydroxide Hydrate merupakan subgroup dari
kandungan ashyang tinggi pada Formasi
smectite, spesies dari mineral lempung (clay).
Batuayau hal tersebut disebabkan contoh yang
Mineral beidellite terbentuk pada fase kedua
dianalisis adalah serpih karbonan sementara
(secondary) dari transformasi mineral lempung
total sulfur memiliki rerata kandungan sulfur yang
tinggi yaitu 1,53% (adb) pada Formasi Haloq dan yang terbentuk pada fase pertama. Keterdapatan
1,78% (adb) pada Formasi Batuayau (Tabel 1). mineral beidellite pada contoh penelitian sebagai
Hasil analisis x-ray diffraction mineral yang terbentuk secara singenetikpada
mengindikasikan bahwa mineral-mineral yang lingkungan yang mengalami oksidasi.
5. Kutnohorite, Magnesian( Ca(Mn,Mg) (CO3)2)
terdapat pada contoh batubara terbentuk secara
Kutnohorite, magnesian atau Calcium
singenetik maupun epigenitik (Tabel 2).
Manganese Carbonat merupakan mineral grup
Keberadaan mineral-mineral pada contoh
batubara daerah penelitian ini dapat dijelaskan dolomit (Ca, Mg) CO3. Mineral dolomit salah
satu dari spesies mineral karbonat yang sering
sebagai berikut :

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 33


Promine Journal, December 2016, Vol. 4 (2), page 31 - 37

ditemukan dalam batubara terbentuk baik pada unsur kalium digantikan oleh natrium dalam
fase syngenitik maupun fase epigenetik ( Diessel, jumlah yang banyak maka alunit disebut
1992). natroalunite. Berdasarkan perjelasan tersebut
Kutnohorite, magnesian umumnya Ca dan diduga kuat bahwa keberadaan mineral zaherite
Mn tersubstitusi oleh Mg dan Fe2+ dan dalam batubara merupakan mineral yang
terendapkan pada sedimen manganiferous. tertransportasi ke dalam cekungan terbentuknya
Berdasarkan penjelasan tersebut diduga kuat batubara.
bahwa kutnohorite, magnesian yang terdapat 7. Melanterite (Fe +2SO4 ·7H2O) dan
pada contoh batubara terbentuk pada fase Magnesiocopiapite (MgFe4 +3(SO4)6 (OH 2
epigenetik. ·20H2O)
6. Zaherite (Al12 (SO4)5 (OH)26 ·20H2O) Melanterite dan magnesiocopiate merupakan
Zaherite atau Aluminum Sulfate Hydroxide mineral-mineral sulfat sekunder. Mineral sulfat
Hydrate merupakan produk alterasi dari mineral sekunder terbentuk dari garam logam terhidrasi
natroalunite (hasil sulfidasi hidrothermal). merupakan produk dari penguapan air asam
Natroalunite (NaAl3(SO4)2(OH)6) adalah mineral sulfat yang terbentuk dari pelapukan oksidatif Fe-
ubahan dari alunite (KAl3[(OH)3[SO4]), apabila Sulfida dan mineral sulfida lainnya.

Tabel 1. Hasil analisis proksimat dan analisis ultimat

Tabel 2. Hasil analisis X-ray Diffraction


Analisis XRD
Kode Sampel
Mineral Rumus Kimia Sistem Kristal Kelas Mineral Nama
Quartz SiO 2 Hexagonal Silikat Silicon Oxide
HBG-1102 Melanterite Fe +2SO 4 ·7H 2 O Monoclinic Sulfat Iron Sulfate Hydrate
Zaherite-18A Al 12 ( SO 4 )5 ( OH )26 ·20H 2 O Triclinic Sulfat Aluminum Sulfate Hydroxide Hydrate
Quartz SiO 2 Hexagonal Silikat Silicon Oxide
MMH 0504
Kaolinite#1\ITA\RG Al 2 ( Si 2 O 5 ) ( OH ) 4 Triclinic Lempung Aluminum Silicate Hydroxide
Quartz SiO 2 Hexagonal Silikat Silicon Oxide
MMH 05021
Kaolinite#1\ITA\RG Al 2 ( Si 2 O 5 ) ( OH ) 4 Triclinic Lempung Aluminum Silicate Hydroxide
Quartz SiO 2 Hexagonal Silikat Silicon Oxide
MDG 0703
Kutnohorite, Magnesian Ca ( Mn , Mg ) ( CO 3 ) 2 Rhombohedral Karbonat Calcium Manganese Carbonat
Quartz SiO2 Hexagonal Silikat Silicon Oxide
MRH 0806 Kaolinite#1\ITA\RG Al 2 ( Si 2 O 5 ) ( OH ) 4 Triclinic Lempung Aluminum Silicate Hydroxide
Beidellite-12A Na0.3Al 2 ( Si , Al )4O 10 ( OH )2 ·2H 2 O Hexagonal Lempung Sodium Aluminum Silicate Hydroxide Hydrate
Quartz SiO 2 Hexagonal Silikat Silicon Oxide
MRH 0801 Magnesiocopiapite MgFe 4 +3 ( SO4 )6 ( OH )2 ·20H 2 O Triclinic Sulfat Magnetic Iron Sulfat Hydroxode Hydrate
Nacrite Al 2 Si 2 O 5 ( OH ) 4 Monoclinic Lempung Aluminium Silicon Oxide Hydrate

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 34


Promine Journal, December 2016, Vol. 4 (2), page 31 - 37

Hubungan Kandungan Sulfur dengan Sulfat tersebut mengalami reaksi reduksi oleh material
Sekunder organik menjadi hidrogen disulfida (H2S).
Reaksi sulfida akan menghasilkan bentuk
Sulfat dalam batubara umumnya ditemui
sulfat organik atau piritik yang tergantung dari
dalam bentuk sulfat besi, kalsium, dan barium.
komposisi kimiawi. Jika komposisi kimia air
Kandungan sulfat tersebut biasanya rendah
banyak mengandung besi reaktif seperti mineral
sekali atau tidak ada kecuali jika batubara telah
geothite (FeOOH) maka akan terjadi presipitasi
terlapukkan dan beberapa mineral pirit
pirit. Sebaliknya apabila komposisi kimia air
teroksidasi menjadi sulfat. Proses terbentuknya
sedikit mengandung besi reaktif maka hidrogen
pirit dalam batubara sangat erat kaitannya
sulfida akan bereaksi dengan materi organik
dengan kelimpahan besi reaktif (geothite) yang
membentuk sulfur organik.Pirit yang mengalami
dibawa oleh aliran air (Suits dan Arthur, 2000).
oksidasi ataupun pelapukan akan menjadi sulfat
Gambar 2 menunjukkan invasi air laut yang
dan sulfat sekunder.
banyak mengandung sulfat, kemudian sulfat

Gambar 2. Diagram pembentukan sulfur dalam batubara


(Dimodifikasi dari Suits & Arthur, 2002 dalam idayat 2005).

Mineral sulfat sekunder terbentuk dari Pirit : FeS2 + 3.5 O2 + H2O Fe2++ 2SO42-
garam logam terhidrasi merupakan produk dari + 2H+
penguapan air asam sulfat yang terbentuk dari
2+ 2-
pelapukan oksidatif Fe-Sulfida dan mineral Fe + SO4 (ag) + 7H2O
(ag) FeSO4+7H2O(S
sulfida lainnya. Berikut persamaan reaksinya : Melanterite

Pirhotit : Fe7S8+15.5 O2 + H2O 7Fe


2+
+ Fe2+Fe43+(SO4)6(OH)2.20H2O(S) Copiapite
8SO42- + 2H+

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 35


Promine Journal, December 2016, Vol. 4 (2), page 31 - 37

3+
Mg Fe4 (SO4)6 (OH)2.20H2O Mg Fe4 + 3(SO4)6 kandungan sulfur dalam batubara, atau lebih
(OH)2.20H2 magnesiocopiate dikenal dengan sulfur piritik (Mackowsky, 1943
dalam Taylor dkk., 1998), namun dalam
Jumlah asam yang diproduksi 2 mol H+ penelitian ini ditemukan bahwa hadirnya mineral
pada permol pirhotit, sebanding dengan jumlah sulfat sekunder hasil oksidasi dari pirit masih
asam yang dihasilkan oleh oksidasi pirit. Oksidasi memberikan kontribusi yang sangat signifikan
dari pirhotit pada komposisi ini merupakan terhadap tingginya persentasi total sulfur. Hal ini
produk dari ferric iron (Hammarstromdkk., 2004) dibuktikan adanya korelasi antara keterdapatan
Pirit (FeS2) merupakan mineral yang mineral sulfat sekunder dengan hasil analisa total
memberikan kontribusi besar terhadap sulfur (Tabel 3).

Tabel 3 Pengaruh mineral sulfat sekunder terhadap kandungan sulfur

Analisa XRD Analisa Komposisi Kimia


Kode Contoh
Mineral Chemical Formula Sulfur (%Adb)
Quartz SiO2
3,25 3,55
HBG-1102 Melanterite Fe + 2SO4·7H2O
Zaherite Al12 ( SO4 )5 ( OH )26 ·20H2O
Quartz SiO2
MMH 0504 0,95
Kaolinite Al2 (Si2O5) (OH)4
Quartz SiO2
MMH 05021 0,91
Kaolinite Al2 (Si2O5) (OH)4
Quartz SiO2
MDG 0703 0,7
Kutnohorite, Magnesian Ca (Mn, Mg) (CO3)2
Quartz SiO2
MRH 0806 Kaolinite Al2 (Si2O5) (OH)4 0,31
NaO.3Al2 (Si, Al)4O10 (OH)2
Beidellite
·2H2O
Quartz SiO2
MRH 0801 Magnesiocopiapite MgFe4 +3 (SO4)6 (OH)2 ·20H2O
Nacrite Al2Si2O5 (OH)4

4. Kesimpulan everglades : Origins of sulfur in coal,


Geochimica et Cosmochimica, 44, 161-167
Melanterite dan magnesiocopiate Demchuk, T.D., 1992. Epigenetic pyrite in a low-
merupakan mineral hasil oksidasi pirit (FeS2) sulphur, sub-bituminous coal from the central
dan pirhotit (Fe(1-x)S), sumber utama dari Fe Alberta Plains. International ournal of Coal
terhadap pengandapan mineral sulfat melalui Geology 21, pp.187–196.
beberapa proses yaitu oksidasi, hidrolisis dan Diesel C.F.K., 1992, Coal Bearing Depositional
penguapan. Hadirnya mineral sulfat sekunder System, Springer Verlag, Berlin. P.137-158.
seperti Melanterite dan magnesiocopiatemasih Frankie, K.A., Hower, J.C., 1987. Variation in
memberikan kontribusi yang sangat signifikan pyrite size, form, and microlithotype
terhadap tingginya persentasi total sulfur. Hal ini association in the Springfield (No.9) and
dibuktikan adanya korelasi antara keterdapatan Herrin No.11) Coals, Clean Coal Technology
mineral sulfat sekunder dengan hasil analisa total 22 Western Kentucky.
sulfur. International Journal of Coal Geology 7,
pp.349–364.
Daftar Pustaka Gluskoter, H.J, Ruch, R.R, Miller, W.G, Cahill,
R.A, Dreher, G.B and Kuhn, J.K., 1977. Trace
Bustin, R.M. (1989): Coal Petrology, Its principles, Elements in Coal Occurrance and Distribution.
method, and application, Geological Illionis State Geological Survey, Circular 499,
Association of Canada (Reprint Edition). Urbana, IL 61801.
Casagrande, D.J., Siefert, K., Berschinski, C., Hammarstrom J.M., Seal R.R., Meier A.L., dan
dan Sutton, N. (1977): Sulfur in peat-forming Kornfeld J.M. (2004): Secondary sulfate
system of the Okefenokee swamp and Florida minerals associated with acid drainage in the
eastern US: recycling of metals and acidity in
surficial environments, USGS, 215, 407–431.

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 36


Promine Journal, December 2016, Vol. 4 (2), page 31 - 37

Horne, J. C., Ferm, J.C., Caruccio, F. T. & Shelf and upper slope sediments, Chemical
Baganz, B. P.1978. Depositional models in Geology, 163, 219-234.
coal exploration and mine planning in Taylor, G.H., Teichmüller, M., Davis, A., Diessel,
Appalachian region. Bulletin of the American C.F.K., Robert, P. danLittke, R.
Association of Petroleum Geologists, 62, (1998):Organic Petrology. Berlin, Stuttgart:
2379-2411. GebrüderBorntraeger
Mackowsky, M.T.H. (1982): Minerals and trace Widayat, A.H. (2005): Hubungan interpretasi
elements occuring in coal, dalamStach, E., fasies dan lingkungan pengendapan batubara
Teichmuller, M., Taylor, G.H., Chandra, D., dengan variasi sulfur seam R dan Q, Sub-
dan Teichmuller, R., Textbook of Coal Cekungan Berau, Cekungan Tarakan,
Petrology,GebrüderBorntraeger, Berlin. Kalimantan Timur, Tesis Magister,
Ranton J.J., 1982, Mineral matter in coal TeknikPertambangan, Fakultas Teknik
In Meyer. Pertambangan dan Perminyakan, Institut
Suit, S.N. dan Arthur M.A. (2000): Sulfur Teknologi Bandung.
diagenesis and partitioning in Holocene Peru

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 37

You might also like