Professional Documents
Culture Documents
108-Article Text-398-1-10-20180815 PDF
108-Article Text-398-1-10-20180815 PDF
4 (2), page 31 - 37
Annisa1
1
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
Abstract
Four samples of coal and two samples of carbonaceous shales at the Latest Eosen age were studied
about the minerals contains relative to height of average sulphur values. The sulphur in coal Haloq
formation samples are code HBG-1102 (3,55% adb), MMH- 0504 (0,95% adb), MMH- 05021 (0,91%
adb), MDG-0703 (0,7% adb) and the sulphur in carbon shale Batuayau formation samples are code
MRH-0806 (0,35% adb) and MRH-0801 (3.25% adb). The two group of rock samples contain high
sulphur with average 1,53% (adb) in Haloq formation and 1,78% (adb) in Batuayau formation. Analysis
proximate, ultimate, and x-ray diffraction (XRD) were used for determine the coal compositions, the
value of carbon (C), hidrogen (H), oxygen (O), Nitrogen (N), and sulphur (S), and expectation of
minerals in coal. The results of XRD were showed mineral zaherite, quartz, caolinite, beidelite were
transformed from smectite, and mineral nacrite were transformed from caolinite. Melanterite and
magnesiocopiate were secondary mineral of sulphate were indicated formed from oxidation pyrite
influence. The presence of Melanterite and magnesiocopiate were indicated as caution of the highest
average sulphur value in coal and carbonaceous shale samples.
Keywords: melanterite, magnesiocopiate, sulfur, XRD
31
Promine Journal, December 2016, Vol. 4 (2), page 31 - 37
sulfat oleh aktivitas bakteri. Berikut adalah skema tersebut dan selanjutnya bereaksi dengan sulfur
yang menunjukkan urutan proses pembentukan yang telah tereduksi untuk kemudian membentuk
sulfur dalam batubara dapat dilihat pada Gambar pirit (Demchuk, 1987).
1. Pembentukan pirit epigenetik sangat
dipengaruhi oleh keterdapatan sulfur primer yang
telah tereduksi, ion besi dan tempat yang cocok
bagi pembentukannya (Casagrande dkk, 1987).
Persamaan umum pembentukan pada pirit
(Leventhal, 1983; Berner, 1984 dalam Taylor,
1998) adalah :
2-
SO4 + 2CH2O 2CHO3 - + H2S
3H2S + 2FeO.OH 2FeS + S + 4H2O
FeS + SO FeS2
ditemukan dalam batubara terbentuk baik pada unsur kalium digantikan oleh natrium dalam
fase syngenitik maupun fase epigenetik ( Diessel, jumlah yang banyak maka alunit disebut
1992). natroalunite. Berdasarkan perjelasan tersebut
Kutnohorite, magnesian umumnya Ca dan diduga kuat bahwa keberadaan mineral zaherite
Mn tersubstitusi oleh Mg dan Fe2+ dan dalam batubara merupakan mineral yang
terendapkan pada sedimen manganiferous. tertransportasi ke dalam cekungan terbentuknya
Berdasarkan penjelasan tersebut diduga kuat batubara.
bahwa kutnohorite, magnesian yang terdapat 7. Melanterite (Fe +2SO4 ·7H2O) dan
pada contoh batubara terbentuk pada fase Magnesiocopiapite (MgFe4 +3(SO4)6 (OH 2
epigenetik. ·20H2O)
6. Zaherite (Al12 (SO4)5 (OH)26 ·20H2O) Melanterite dan magnesiocopiate merupakan
Zaherite atau Aluminum Sulfate Hydroxide mineral-mineral sulfat sekunder. Mineral sulfat
Hydrate merupakan produk alterasi dari mineral sekunder terbentuk dari garam logam terhidrasi
natroalunite (hasil sulfidasi hidrothermal). merupakan produk dari penguapan air asam
Natroalunite (NaAl3(SO4)2(OH)6) adalah mineral sulfat yang terbentuk dari pelapukan oksidatif Fe-
ubahan dari alunite (KAl3[(OH)3[SO4]), apabila Sulfida dan mineral sulfida lainnya.
Hubungan Kandungan Sulfur dengan Sulfat tersebut mengalami reaksi reduksi oleh material
Sekunder organik menjadi hidrogen disulfida (H2S).
Reaksi sulfida akan menghasilkan bentuk
Sulfat dalam batubara umumnya ditemui
sulfat organik atau piritik yang tergantung dari
dalam bentuk sulfat besi, kalsium, dan barium.
komposisi kimiawi. Jika komposisi kimia air
Kandungan sulfat tersebut biasanya rendah
banyak mengandung besi reaktif seperti mineral
sekali atau tidak ada kecuali jika batubara telah
geothite (FeOOH) maka akan terjadi presipitasi
terlapukkan dan beberapa mineral pirit
pirit. Sebaliknya apabila komposisi kimia air
teroksidasi menjadi sulfat. Proses terbentuknya
sedikit mengandung besi reaktif maka hidrogen
pirit dalam batubara sangat erat kaitannya
sulfida akan bereaksi dengan materi organik
dengan kelimpahan besi reaktif (geothite) yang
membentuk sulfur organik.Pirit yang mengalami
dibawa oleh aliran air (Suits dan Arthur, 2000).
oksidasi ataupun pelapukan akan menjadi sulfat
Gambar 2 menunjukkan invasi air laut yang
dan sulfat sekunder.
banyak mengandung sulfat, kemudian sulfat
Mineral sulfat sekunder terbentuk dari Pirit : FeS2 + 3.5 O2 + H2O Fe2++ 2SO42-
garam logam terhidrasi merupakan produk dari + 2H+
penguapan air asam sulfat yang terbentuk dari
2+ 2-
pelapukan oksidatif Fe-Sulfida dan mineral Fe + SO4 (ag) + 7H2O
(ag) FeSO4+7H2O(S
sulfida lainnya. Berikut persamaan reaksinya : Melanterite
3+
Mg Fe4 (SO4)6 (OH)2.20H2O Mg Fe4 + 3(SO4)6 kandungan sulfur dalam batubara, atau lebih
(OH)2.20H2 magnesiocopiate dikenal dengan sulfur piritik (Mackowsky, 1943
dalam Taylor dkk., 1998), namun dalam
Jumlah asam yang diproduksi 2 mol H+ penelitian ini ditemukan bahwa hadirnya mineral
pada permol pirhotit, sebanding dengan jumlah sulfat sekunder hasil oksidasi dari pirit masih
asam yang dihasilkan oleh oksidasi pirit. Oksidasi memberikan kontribusi yang sangat signifikan
dari pirhotit pada komposisi ini merupakan terhadap tingginya persentasi total sulfur. Hal ini
produk dari ferric iron (Hammarstromdkk., 2004) dibuktikan adanya korelasi antara keterdapatan
Pirit (FeS2) merupakan mineral yang mineral sulfat sekunder dengan hasil analisa total
memberikan kontribusi besar terhadap sulfur (Tabel 3).
Horne, J. C., Ferm, J.C., Caruccio, F. T. & Shelf and upper slope sediments, Chemical
Baganz, B. P.1978. Depositional models in Geology, 163, 219-234.
coal exploration and mine planning in Taylor, G.H., Teichmüller, M., Davis, A., Diessel,
Appalachian region. Bulletin of the American C.F.K., Robert, P. danLittke, R.
Association of Petroleum Geologists, 62, (1998):Organic Petrology. Berlin, Stuttgart:
2379-2411. GebrüderBorntraeger
Mackowsky, M.T.H. (1982): Minerals and trace Widayat, A.H. (2005): Hubungan interpretasi
elements occuring in coal, dalamStach, E., fasies dan lingkungan pengendapan batubara
Teichmuller, M., Taylor, G.H., Chandra, D., dengan variasi sulfur seam R dan Q, Sub-
dan Teichmuller, R., Textbook of Coal Cekungan Berau, Cekungan Tarakan,
Petrology,GebrüderBorntraeger, Berlin. Kalimantan Timur, Tesis Magister,
Ranton J.J., 1982, Mineral matter in coal TeknikPertambangan, Fakultas Teknik
In Meyer. Pertambangan dan Perminyakan, Institut
Suit, S.N. dan Arthur M.A. (2000): Sulfur Teknologi Bandung.
diagenesis and partitioning in Holocene Peru