You are on page 1of 13

PENERAPAN POLA RUANG KOMUNAL

PADA FASILITAS SEKUNDER


MAHASISWA
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
JAKARTA BARAT

Fatmawati
Augustina Ika Widayani, Gatot Suharjanto
Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, imfatmawati@yahoo.co.id

ABSTRACT

The research describes the pattern application of communal space to secondary facility of Bina
Nusantara University students . The method of research that has been done is to do a comparative
study in depth the communal room at three universities, namely the University of Indonesia,
University of Trisakti University Tarumanegara and qualitative research questionnaire . The analysis
performed the analysis of the character of building and space , analysis of the potential
environmental, program analysis activities ,secondary facilities analysis and pattern of communal
space, circulation space and organizational analysis, requirements analysis and space analysis of
materials and colors, site analysis and analysis of building. The results achieved are reference
designs of communal space ,space requirements as well as the pattern of communal space that is
applied as well as the arrangement of the design scheme of secondary facilities in the communal
space. It was concluded that the Library of the University of Indonesia is a form of communal space
which has an effective and desirable patterns of students who can be compared to a reference design
of a communal space with Tarumanegara University and Trisakti University . ( F )

Keywords : Patterns , Communal Space , Secondary Student Activities.

ABSTRAK

Penelitian menjelaskan mengenai penerapan pola ruang komunal pada fasilitas sekunder mahasiswa
Universitas Bina Nusantara. Metode penelitian yang telah dilakukan adalah studi banding dengan
melakukan survey ruang komunal pada tiga universitas yaitu Universitas Indonesia, Universitas
Tarumanegara dan Universitas Trisakti dengan kuisioner penelitian kualitatif. Analisa yang
dilakukan yaitu analisa karakter bangunan dan ruang, analisa potensi lingkungan, analisa program
aktivitas, analisa fasilitas dan pola ruang komunal , analisa organisasi ruang dan sirkulasi, analisa
persyaratan ruang, analisa material dan warna, analisa tapak, analisa bangunan. Hasil yang dicapai
yaitu acuan desainruang komunal, kebutuhan ruang serta pola ruang komunal yang diterapkan serta
skema desain penataan fasilitas sekunder pada ruang komunal. Disimpulkan bahwa Perpustakaan
Universitas Indonesia adalah bentuk ruang komunal yang memiliki pola yang efektif dan diminati
mahasiswa yang dapat menjadi acuan desain ruang komunal dibandingkan dengan Universitas
Tarumanegara dan Universitas Trisakti. (F)

Kata Kunci : Pola, Ruang Komunal, Aktivitas Sekunder Mahasiswa.

PENDAHULUAN
Topik yang diambil dalam penelitian ini yaitu improving urban economics. Yang memiliki
tujuan untuk memperbaiki perencanaan, pelayanan fasilitas dan tata kelola. Serta mendorong
pembentukan kemitraan sektor publik-swasta baru dengan memperhatikan kebutuhan usaha kecil dan
menengah menjadi lebih produktif dan progresif. Universitas Binus adalah salah satu universitas
swasta yang memiliki standar kualitas yang baik, yang terletak di padat penduduk dengan lahan
terbatas. Kondisi ini tidak memungkinkan untuk tersedianya ruang komunal sebagai fasilitas
penunjang kebutuhan mahasiswa. Akibatnya menjadi terbatas ruang yang berfungsi untuk interaksi
sosial antar mahasiswa.
Keterbatasan ruang komunal membuat ketidaktertiban terjadi di koridor kampus maupun di
selasar kampus menjadi tidak tertib. Mahasiswa menggunakan koridor dan selasar kampus untuk
duduk di lantai dan mengerjakan tugas. Koridor menjadi sempit dan mengganggu pengguna jalan.
Mahasiswa juga tidak dapat mengapresiasikan karya seni (pameran, menampilkan bermain musik)
mereka dengan baik sehingga mahasiswa menggunakan lahan yang ada seperti contohnya
menampilkan bermain musik ukm band yang menggunakan lahan parkir motor syahdan sebagai
tempat tampil mereka.
Tidak tersedianya ruang komunal, mahasiswa memilih berkumpul di trotoar jalan depan
kampus syahdan yang membuat ketidakteraturan dan kemacetan dikarenakan jalan raya menyempit
ditambah ketertarikan para produsen mendekati konsumen yang ramai di jalan maka kondisi tersebut
memancing pedagang liar berjualan di pinggir jalan. Oleh karena itu ruang komunal Binus nantinya
juga sebagai wadah atau sebagai tempat relokasi dari pedagang kaki lima tersebut sebagai penertiban
tata ruang.
Kondisi yang cukup baik ditemukan pada perpustakaan Binus yang terletak dikampus
Anggrek. Sudah tersedianya fasilitas perpustakaan utama yang menyediakan beberapa koleksi materi
buku setiap jurusan. Namun kurang tersedianya media cetak ataupun koleksi buku diluar materi
jurusan, seperti majalah, buku keterampilan atau hobi, dan pengetahuan umum lainnya bahkan cd dan
dvd film. Untuk melengkapi fasilitas sekunder Binus maka ruang komunal nantinya akan
menyediakan perpustakaan informal. Dimana mahasiswa Binus dapat melakukan aktivitas sekunder
mereka dengan membaca koleksi buku yang mereka tidak dapat ditemukan pada perpustakaan utama
Binus. Dan juga terdapat fasilitas hiburan untuk mahasiswa sekedar menonton film secara individu
ataupun kelompok. Dikarenakan ilmu itu tidak terbatas dengan materi formal saja. Mahasiswa juga
mendapatkan ilmu lewat hiburan tersebut.
Ruang komunal tidak hanya berfungsi untuk tempat berkumpul mahasiswa ataupun sebagai
tempat interaksi sosial, namun dengan adanya penataan dan pemusatan fasilitas sekunder mahasiswa
maka mahasiswa dapat melakukan berbagai aktivitas sekunder mereka dalam satu ruang. Aktivitas
sekunder tersebut yaitu mengerjakan tugas, berdiskusi, berkumpul, pencarian informasi, perpustakaan,
berolahraga, pemenuhan kebutuhan pangan, menampilkan bermain musik atau pameran dan lain-lain.
Ruang komunal sebagai layanan publik yang lebih diperuntukan untuk mahasiswa Binus
University, juga menyediakan tempat untuk disewa para pelaku bisnis atau produsen agar dapat dekat
dengan konsumennya dengan tempat yang layak dan sesuai sasaran. Sehingga semua kebutuhan
sekunder mahasiswa terpenuhi dalam penggunaan ruang komunal.
Dengan adanya ruang komunal sebagai pemusatan aktivitas sekunder maka lingkungan
Binus University akan lebih baik, teratur serta dapat mengurangi kemacetan yang terjadi akibat
penyempitan ruas jalan, mengubah pola ketidakdisiplinan pengguna jalan dan dampak buruk lainnya.
Dan diharapkan mahasiswa dapat berinteraksi sosial dengan lebih baik sehingga mahasiswa Binus
tidak lagi bersifat individual.
Ruang komunal juga sebagai fasilitas pemenuhan kebutuhan sekunder mahasiswa dan juga
memfasilitasi usaha sektor informal untuk menjalankan usaha bisnisnya dengan lebih tertib. Sehingga
kawasan Binus University semakin berkembang dalam sektor ekonomi maupun sosialnya.
Dalam proyek ini, yang akan digaris bawahi adalah bagaimana pola interior yang efektif dan diminati
oleh mahasiswa pada ruang komunal, serta penataan fasilitas sekunder yang menunjang aktivitas
sekunder mahasiswa. Pola ruang komunal sangat mempengaruhi penggunanya, dalam berperilaku,
berinteraksi dan beraktivitas.
Penelitian yang terdahulu dengan pembahasan ruang komunal yaitu yang pertama Living
Rooms and Social Spaces (oleh Stacey Grant, 2007). Yang menjelaskan permasalahan peningkatan
kualitas hidup masyarakat dengan metode sosialisasi dan mendapatkan hasil perancangan yang benar
ruang keluarga dan jenis-jenis ruang sosial yang memiliki potensi untuk menjadi pusat dari
sekelompok pelayanan.
Penelitian kedua yaitu Terbentuknya Ruang Komunal dalam aktivitas Accidental di Dukuh
Krajan, Kromengan< Kabupaten Malang (oleh Sri Winarni, 2013). Yang memiliki permasalahan
semakin menipisnya kebersamaan dan kegotongroyongan yang sudah ada dalam kehidupan
masyarakat pedesaan, yang berpengaruh terhadap perubahan ruang khususnya ruang komunal
masyarakat pedesaan. Metode yang dilakukan adalah metode penlitian kualitatif dengan pendekatan
rasionalistik. Dengan pengumpulan data melalui observasi dan wawancara dengan tokoh
masyarakatsetempat. Dengan hasil penelitian yaitu ruang semipublic, semiprivate, privat pada
aktivitas hajatan pernikahan dan tahlil kematian akan mengalami perubahan fungsi sebagai ruang
komunal. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kekerabatan, kekeluargaan,
waktu, aktifias dan pelaku.
Sedangkan penelitian yang saya lakukan yaitu penerapan pola ruang komunal pada fasilitas
sekunder mahasiswa Universitas Bina Nusantara jakarta barat. Permasalahannya adalah kurang
tersedianya ruang komunal untuk mahasiswa Binus. Peneliti merumuskan 2 permasalahan yaitu
bagaimana pola ruang komunal yang efektif dan diminati oleh mahasiswa yang dapat diterapkan pada
ruang komunal Binus dan Bagaimana pengaruh aktivitas informal mahasiswa Binus terhadap
penataan fasilitas sekunder pada ruang komunal Binus. Peneliti memiliki metode penelitian kualitatif
dengan melakukan studi banding dimana dilakukannya pengumpulan dara primer pada Universitas
Indonesia, Universitas Tarumanegara dan Universitas Trisakti dengan variabel ruang komunal,
mahasiswa, aktivitas sekunder dan pola. Peneliti melakukan studi banding pola interior ruang
komunal yang ditemukan pada ketiga universitas tersebut kemudian meneliti pola mana yang efektif
dan dapat diterapkan pada Ruang Komunal Binus nantinya serta peneliti merumuskan fasilitas
sekunder apa saja yang tersedia dalam area kampus tersebut. Peneliti juga menyebarkan kuisioner
terhadap mahasiswa sebagai pengguna dari ketiga universitas tersebut. Peneliti menyebarkan lagi
kuisioner terhadap mahasiswa Binus untuk memilih fasilitas apa saja yang mereka inginkan dari hasil
rumusan studi banding pada tiga universitas tersebut agar fasilitas yang disediakan nantinya sesuai
dengan kebutuhan mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Hasil dari penelitian yaitu berdasarkan
hasil kuisioner, Universitas Indonesia memiliki ruang komunal dan fasilitas sekunder yang lebih baik
daripada Universitas Tarumanegara dan Universitas Trisakti. Maka ruang komunal Universitas
Indonesia dapat dijadikan acuan desain ruang komunal Binus. Dan terdapat beberapa pola yang efektif
yang dapat diterapkan pada ruang komunal Binus nantinya.
Teori yang digunakan yaitu Ruang Komunal Mahasiswa yang merujuk pada ruang publik
diampus yang lebih sering digunakan oleh mahasiswa untuk berinteraksi sosial. Disamping ruang
komunal untuk kegiatan yang bersifat formal seperti ruang kuliah, juga terdapat ruang komunal untuk
kegiatan informal seperti ruang parkir, salasar, hall, teras, tangga,. Menurut C.M.Deasy (1985),
karakteristik ruang komunal mahasiswa di kampus mempunyai karakter umum sebagai berikut :
• Berbatasan/ berdekatan dengan rute sirkulasi utama kampus, memindahkan ruang sosial ke
tempat-tempat yang jauh umumnya tidak berhasil, kecuali dipaksakan atraksi tambahan
untuk manarik mahasiswa menjauh dari rute normal mereka.
• Sebagian besar lebih berhasil pada perempatan jalan, pada tempat-tempat tujuan utama atau
bersama dengan pelayanan makanan.
• Menyediakan beberapa fasilitas tempat duduk.
• Menyediakan beberapa fasilitas untuk berteduh.

METODE PENELITIAN
Metedologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodelogi penelitian
kualitatif dan studi banding dimana dilakukannya pengumpulan data primer pada Universitas
Indonesia, Universitas Trisakti dan Universitas Tarumanegara dan data sekunder yang kemudian
diolah dan dianalisis untuk menjawab masalah yang ada. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu Ruang komunal, Mahasiswa, Aktivitas sekunder dan Pola.
Menurut Nasution (1964 : 34) data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan
atau tempat penelitian. Data primer peneliti yang dikumpulkan yang digunakan dalam metode analisa
antara lain adalah yaitu Data pola interior ruang komunal dan fasilitas sekunder mahasiswa yang
terdapat di tiga universitas berbeda berupa foto dan skema. Dari hasil studi banding tersebut dapat
disimpulkan pola ruang komunal yang efektif dan diminati mahasiswa yang dapat diterapkan pada
pola ruang komunal Binus. Lalu fasilitas sekunder yang tersedia pada tiga universitas tersebut dapat
dirumuskan dan dapat dijadikan pilihan pada kuisioner yang dibagikan kepada mahasiswa Binus
untuk memilih fasilitas sekunder yang mereka inginkan. Sehingga apa yang ditempatkan dan
diterapkan pada ruang komunal Binus nantinya sesuai dengan keinginan mahasiswa Binus. Dan
pembagian kuisioner mahasiswa sebagai pengguna ruang komunal dan fasilitas sekunder pada
Universitas Indonesia, Universitas Tarumangara dan Universitas Trisakti untuk didapatkannya hasil
perbandingan karakteristik ruang komunal. Sehingga dari kuisioner tersebut dapat disimpulkan
karakteristik ruang komunal manakah yang dapat dijadikan guide line pada perancangan ruang
komunal Binus nantinya.
Dapat disimpulkan bahwa metode analisa yang digunakan adalah melakukan survey dan
studi banding pola ruang komunal yang terbentuk dan fasilitas sekunder mahasiswa pada Universitas
Indonesia, Universitas Tarumanegara dan Universitas Trisakti.
Menurut Soeratno dan Arsyad (2003 : 76) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sekumpulan
sumber lain, baik dari dalam maupun luar perusahaan. Data sekunder dapat berupa dokumen-
dokumen penting serta laporan-laporan perusahaan dan dokumentasi. Data sekunder yang
dikumpulkan adalah data yang dikumpulkan melalui studi pustaka dan studi literatur melalui media
internet ataupun textbook, yaitu teori mengenai pola ruang komunal mahasiswa sebagai landasan
untuk menjawab permasalahan yang ada.

Diagram Alur Penelitian


PEMILIHAN TOPIK
Improving Urban Economics

PEMILIHAN TEMA
Pola Ruang Komunal

MAKSUD DAN TUJUAN


Perancangan Ruang Komunal berdasarkan pola yang efektif dan diminati
oleh mahasiswa untuk mewadahi aktivitas sekunder untuk mahasiswa Binus

RUANG KOMUNAL MAHASISWA AKTIVITAS SEKUNDER

POLA

UI Perbandingan Pola RuangUNTAR TRISAKTI


Komunal Mahasiswa serta fasilitas
pendukungnya.

KONSEP RANCANGAN

STEMATIK DESAIN

PERANCANGAN

HASIL DAN BAHASAN


Keberadaan Pedagang Kaki Lima di Area Kampus Syahdan
Kondisi yang kurang baik dapat kita lihat pada sisi jalan area kampus Syahdan. Keberadaan
pedagang kaki lima yang membuat ketidaktertiban dan mengganggu sirkulasi kendaraan serta
sirkulasi pejalan kaki. Dikarenakan adanya peyempitan jalan dengan penggunaan area trotoar untuk
berjualan. Karena kondisi yang kurang baik tersebut maka dilakukan penataan pedagang kaki lima
yang akan direlokasi ke dalam area bangunan ruang komunal Binus nantinya.
Dengan penataan wadah yang lebih baik. Namun untuk tidak menghilangkan kesan praktis
dan siap saji maka gerobak yang masih layak akan digunakan kembali pada food court nantinya.
Kondisi tersebut dirancang seperti apa adanya hanya saja diwadahkan secara layak dan disertai
penambahan fasilitas meja dan tempat duduk yang terpusat untuk para konsumen. Sehingga harga
makanan tersebut tidak terlalu terpengaruh akibat biaya sewa.
Para konsumen yang datang pada ruang komunal Binus nantinya akan disedianya pilihan
untuk para konsumen yang menginginkan suasana dan sajian yang berbeda. Dengan adanya relokasi
pedagang kaki lima yang menjual makanan maka konsumen tidak diharuskan menggunakan café
untuk mendapatkan makanan. Serta terjadinya keseimbangan ekonomi di ruang komunal Binus
nantinya.

Gambar 1 Kondisi dan Aneka Gerobak PKL


Sumber : Dokumen Pribadi

Analisa Tapak

Gambar 2 Jarak tempuh dari kampus Syahdan menuju Ruang Komunal


Sumber : Google Earth, diakses April 2014

Alamat : Jalan KH. Syahdan No.78, Palmerah, Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta 11530, Indonesia.
Kriteria pemilihan lokasi tapak berdasarkan teori yang dikemukakan oleh C.M. Deasy (1985) bahwa
letak ruang komunal berdekatan dengan rute sirkulasi utama kampus.

Potensi Tapak
• Kampus Anggrek yang terletak pada jalan Raya Rawa Belong dengan konsep modern pada
arsitekturnya. Memiliki karakteristik tinggi (8 lantai) dilengkapi dengan lift, beratap
lengkung dan datar seta warna orange dan abu-abu menjadi ciri khas kampus trsebut.
• Kampus Syahdan yang terletak pada jalan K.H Syahdan. Dengan konsep arsitektur tropis
memiliki atap prisma menggunakan genteng. Memiliki 4 lantai tanpa lift. Warna perpaduan
coklat dan cream.
Peraturan Tata Kota Jakarta

Gambar 3 LRK Tapak


Sumber : www.tatakota-jakartaku.net, diakses April 2014

Tipe massa bangunan = Bangunan Deret


Ketinggian Bangunan = 4 lantai
Koefisien Dasar Bangunan = 50%
Koefisien Lantai Bangunan = 2

Analisa Design Response dan Konsep Terbentuknya Massa

Gambar 4 Analisa Design Response


Sumber : Olahan Peneliti
Gambar 1 mengenai analisa tapak dan sumbu tapak. Terlihat bahwa tapak mendapatkan dua
view menghadap ke jalan raya karena tapak terletak pada hook. Tapak memiliki sumbu horizontal dan
vertikal yang menimbulkan bentuk massa bangunan mengarah ke arah view dengan titik pusat pada
pertemuan sumbu vertikal dan horizontal.
Gambar 2 berdasarkan analisa kebisingan dan peraturan tata kota Jakarta. Tapak sangat dekat
dengan titik kebisingan pada area pertigaan, sehingga pada area depan tapak dirancang sebagai area
taman atau ruang terbuka hijau. Sebagai langkah meredam kebisingan yang akan memasuki area
bangunan (menjauhkan area bangunan terhadap titik kebisingan). Dengan adanya peraturan tata kota
Jakarta dengan KDB 50% maka memungkinkan setengah dari tapak dapat dijadikan area taman
sebagai ruang terbuka hijau. Oleh karena itu taman dapat dirancang pada area depan tapak dan area
belakang tapak, sedangkan bangunan berada di tengah tapak.
Gambar 3 mengenai analisa bentuk. Untuk merespon bentuk tapak yang terletak pada hook,
maka bentuk pada pertemuan sumbu horizontal dan vertikal diperhalus menjadi bentuk lengkungan
untuk juga menghindari sudut 90°.
Gambar 4 berdasarkan analisa matahari. Terlihat bahwa salah satu sisi tapak menghadap ke
arah barat. Untuk menghindari pancaran sinar dan radiasi matahari barat memasuki ruang dalam,
maka dirancang adanya roof garden sebagai teras pada lantai dua dengan ketinggian dua lantai
bangunan yang disatukan. Serta penggunaan vertical garden sebagai secondary skin bangunan yang
memiliki material eksterior berupa kaca.

Gambar 5 Analisa Konsep Terbentuknya Massa


Sumber : Olahan Peneliti

HASIL KUISIONER
Berdasarkan hasil kuisioner oleh mahasiswa Binus, universitas negeri yang sering disebutkan
adalah Universitas Indonesia. Sedangkan univeritas swasta yang sering disebutkan adalah Universitas
Trisakti dan Universitas Tarumanegara. Oleh karena itu peneliti melakukan survey dan pembagian
kuisioner kepada pengguna ruang komunal pada tiga universitas tersebut, yaitu Universitas Indonesia,
Universitas Tarumanegara dan Universitas Trisakti. Pembagian kuisioner tersebut yang bersifat
kualitatif sebagai media wawancara kepada pengguna, sehingga peneliti dapat menyimpulkan objek
yang paling efektif dan diminati pengguna dari karakteristik ruang komunal yag dipertanyakan. Untuk
dapat menjadi alternatif desain yang dapat diterapkan pada ruang komunal.
Hasil kuisioner yang peneliti berikan kepada para pengguna ruang komunal pada tiga
universitas tersebut yaitu dapat disimpulkan bahwa Universitas Indonesia memiliki pola ruang
komunal yang efektif dan diminati penggunanya berdasarkan karakteristik ruang komunal daripada
Universitas Tarumanega dan Universitas Trisakti. Sehingga Universitas Indonesia dapat dijadikan
guide line oleh peneliti untuk desain ruang komunal Binus.
Dari desain keseluruhan ruang komunal Universitas Indonesia dapat dijadikan acuan
alternatif desain ruang komunal Binus, dalam hal pola yang diterapkan pada ruang komunal, fasilitas
untuk mendukung kegiatan sekunder mahasiswa, pencitraan arsitektur, potensi lingkungan, program
aktivitas, organisasi ruang, persyaratan ruang dan material serta warna yang diterapkan pada ruang
komunal tersebut.
SKEMA POLA
Pola yang ditemukan pada ruang komunal yang efektif dan diminati mahasiswa sebagai pengguna
pada Universitas Indonesia, Universitas Tarumanegara dan Universitas Trisakti yang dapat dijadikan
alternatif desain ruang komunal Binus.

Tabel 1 Pola yang Efektif


Duduk bersebelahan dan orientasi Duduk bersebelahan dan orientasi
memusat pada area outdoor memusat pada area outdoor

Duduk berhadapan dan bersebelahan pada Duduk berhadapan, bersebelahan


area diskusi dan memusat pada ruang rapat

Duduk berhadapan dan bersebelahan Duduk berhadapan dan bersebelahan pada


namun tidak terjadi eye contact pada area area makan dan minum
baca

Duduk bersebelahan dan sejajar pada area Duduk bersebelahan, saling membelakangi
semi outdoor dan pohon sebagai pusat

Duduk bersebelahan dan membuat siku Duduk berhadapan, bersebelahan


pada area outdoor pada area baca

Berdasarkan kuisioner yang diisi oleh mahasiswa binus, kelompok interaksi sosial yang
sering terjadi berjumlah 4-6 orang dalam satu kelompok, maka pola yang terbentuk yaitu memiliki
format dua orang dan kelipatannya. Mahasiswa Binus juga mengaku bahwa meja diperlukan dalam
seating group. Sehingga penataan meja dan kursi dapat mempermudah sirkulasi penggunanya
sekaligus penataannya dalam format tersebut. Skema pola yang terbentuk yaitu :
Gambar 6 Pola yang terbentuk
Sumber : Neufert, 2002

Serta fasilitas tambahan yang diinginkan oleh mahasiswa Binus yaitu :


• berupa artwork
• televisi pada ruang komunal
Dan desain interior yang diinginkan oleh mahasiswa Binus yaitu :
• Warna yang senada dan sedikit kontras
• Dengan hiasan dinding berupa motif
• Penggunaan material kombinasi yaitu material alami dan buatan
• Serta pencahayaan yang fungsional
Isi dari kuisioner tersebut dapat dijadikan guide line dalam mendesain ruang komunal Binus.
Sehingga apa yang ditempatkan dan diterapkan pada ruang komunal tersebut sesuai dengan keinginan
mahasiswa Binus.

Aktivitas Sekunder
Aktivitas sekunder mahasiswa pada ruang komunal berdasarkan oleh fasilitas sekunder yang
diinginkan oleh mahasiswa Binus dalam kusioner.
Aktivitas informal mahasiswa Binus pada ruang komunal Binus
Kebutuhan Ruang
Dari diagram aktivitas diatas maka muncul kebutuhan ruang pada ruang komunal, yang dipengaruhi
oleh aktivitas sekunder mahasiswa Binus serta berdasarkan kuisioner mahasiswa Binus, yaitu:
1. Taman
2. Lobby/ Entrance
3. Ruang tunggu
4. Perpustakaan informal
5. Area diskusi dan mengerjakan tugas
6. Area komputer
7. Ruang rapat
8. Travel Agent
9. ATM Center
10. Fitness Center
11. Café & Food Court
12. Stage
13. Book Store
14. Toilet
15. Musholla

Karakteristik ruang komunal yang diinginkan oleh mahasiswa Binus yaitu :


• Letak ruang komunal berdekatan dengan rute sirkulasi utama mahasiswa Binus.
• Berupa outdoor dan indoor.
• Tersedianya wi-fi.
• Memiliki fasilitas sekunder yang lengkap.
Penataan ruang dibagi atas publik, semi private dan semi publik. Penataan ruang juga dipisahkan
berdasarkan fungsi ruang yang membutuhkan suasana lebih serius maupun suasana yang santai.

Skema Desain Penataan Ruang Fasilitas Sekunder


Pengaruh aktivitas informal mahasiswa Binus terhadap penataan fasilitas sekunder
pada ruang komunal Binus adalah sebagai berikut :

Semi
Publik

Semi private

Publik

Gambar 7 Skema Zoning Ruang Komunal


Sumber : Olahan Peneliti

Gambar 8 Skema Blocking Lantai 1


Sumber : Olahan Peneliti
Gambar 9 Skema Blocking Lantai 2
Sumber : Olahan Peneliti

Gambar 10 Skema Blocking Lantai 3


Gambar 11 Skema Blocking Lantai 4
Sumber : Olahan Peneliti
Sumber : Olahan Peneliti

Skema blocking pada lantai satu diatas menjelaskan bahwa sirkulasi pengguna berkendara
berawal dari sisi kiri bangunan yang memasuki area parkir pada basement. Lalu pengguna berkendara
dapat mengakses lantai satu melalui drop off yang tersedia pada lantai basement. Sedangkan
pengguna pejalan kaki dapat mengakses melalui sisi kanan ataupun kiri bangunan, lalu memasuki
lobby dan terdapat taman dibagian belakang bangunan. Skema blocking pada fasilitas sekunder
dipisahkan berdasarkan fungsi ruang yang membutuhkan suasana yang serius maupun suasana santai
serta beberapa fasilitas yang hanya dapat digunakan oleh mahasiswa Binus. Disetiap lantai tersedia
lobby dan ruang tunggu serta toilet untuk mempermudah pengguna. Pada lantai satu disediakan
fasilitas-fasilitas umum seperti café, foodcourt, bookstore, galeri, ATM center dan travel agent.
Lantai dua terdapat perpustakaan informal yang berisi koleksi buku dan dvd serta fasilitas menonton
film. Lantai tiga terdapat fitness center. Lantai empat terdapat ruang pengelola, ruang rapat, ruang
diskusi dan mengerjakan tugas serta ruang komputer.
Blocking Vertikal Bangunan

Gambar 12 Potongan Bangunan


Sumber : Dokumen pribadi

SIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
Pada hasil studi banding yang sudah dilakukan pada pola ruang komunal dan fasilitas sekunder yang
terdapat pada Universitas Indonesia, Universitas Tarumanegara dan Universitas Trisakti dapat
menjawab rumusan masalah yang menanyakan bagaimana pola ruang komunal yang efektif dan
diminati oleh mahasiswa yang dapat diterapkan pada ruang komunal Binus berdasarkan hasil
perbandingan dari ketiga universitas lalu pola-pola yang ditemukan diteliti dan disimpulkan pola
mana yang efektif dan dapat diterapkan ke Ruang Komunal Binus nantinya. Dan penelitian ini juga
dapat menjawab rumusan masalah ke dua yaitu bagaimana pengaruh aktivitas informal mahasiswa
Binus terhadap penataan fasilitas sekunder pada Ruang Komunal Binus yang dapat terjawab dari
analisa aktivitas sekunder mahasiswa yang muncul lalu kebutuhan ruang serta analisa penataan ruang
(zoning dan blocking).
SARAN
Pengumpulan data harus melakukan survey lapangan langsung untuk mengetahui pola-pola
ruang komunal yang diterapkan. Tentunya tidak semua pola yang diterapkan sudah efektif. Pola
tersebut akan menjadi efektif apabila terjadi interaksi sosial yang diharapkan.
Dalam penilaian ruang komunal, peneliti juga harus melibatkan dirinya untuk menilai ruang
komunal tersebut. Agar dapat merasakan apa yang juga dirasakan oleh pengguna. Dan sebagai
penilaian yang lebih tepat, peneliti juga diharuskan melakukan wawancara dalam bentuk kuisioner
ataupun wawancara langsung pengguna ruang komunal.

REFERENSI
Buku
Ching, Francis.(2008). Arsitektur bentuk, ruang dan tatanan. (jilid-3).
Jakarta : Erlangga.
Deasy, C. (1985). Designing Places for People. (jilid-1). USA : Paidon Press.
Laurens, Joyce. M. (2004). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta : PT.Grasindo
Neufert, Ernst. (2002). Data Arsitek. (jilid-2). Jakarta : Erlangga.
Akmal, Imelda. (2006). Menata Rumah dengan Warna. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Artikel jurnal
Amal, Citra. (2007). Efektifitas Ruang Publik Dalam Rumah Susun Di Kota Makassar, 2-3.
Firmandhani, S.W. (2013). Faktor Pembentuk Persepsi Ruang Komunal Di Pemukiman Nelayan,
Journal of Architecture and Built Environment, Vol. 34, 95-97.
Grant, Stacey. (2007). Living Rooms and Social Spaces, 4.
Moss, Dorothy. (2009). Understanding Young People’s Transitions in University Hall Throught
Space and Time, 11-14.Purwanto, Edi. (2012). Pola Ruang Komunal Di Rumah Susun Bandarharjo
Semarang, Vol. 39, 27-28.

Rihadi, Rahadian. (2010). Studi Ruang Komunal Bagi Mahasiswa Di Kampus-kampus Di Kota
Medan, 5-7.

Tesis
Winarni, Sri. (2013). Terbentuknya Ruang Komunal dalam Aktivitas Accidental di Dukuh Krajan,
Kromengan, Kabupaten Malang. Skripsi. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya,
Surabaya.

Sumber dari internet


Dinas Tata Kota Provinsi DKI Jakarta. 2014. Lembar Rencana Kota 2014. Diperoleh (01-04-2014)
dari http:www.tatakota-jakartaku.net/.

RIWAYAT PENULIS
Fatmawati lahir di kota Pekalongan pada 18 Juni 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di
Universitas Bina Nusantara dalam bidang arsitektur pada 2014.

You might also like