You are on page 1of 7

ISSN 2302-1616

Vol 4, No. 2, Desember 2016, hal 115-121


Available online http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/biogenesis
DOI http://dx.doi.org/10.24252/bio.v4i2.3245
Gambaran Darah Katak Fejervarya limnocharis di Lahan Pertanian yang
Menggunakan Pestisida di Sumatera Barat
YELVITA SARI1, DJONG HON TJONG1, RESTI RAHAYU1
1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas
Jl. Dr. M. Hatta No 1, Padang, Sumatera Barat, 25163
email: yelvitas84@gmail.com

ABSTRACT
Fejervarya limnocharis are amphibians which generally can be found in agriculture area. The
high intensity of pesticide application in agricultural area can lead to alteration of physiological
aspects of organism inhabiting that area. Quantitative examination of hematology aspect can be
conducted to evaluate physiological condition of species. This research was aimed to find out about
hematology profile of F. limnocharis living in agriculture area using pesticide in West Sumatera.
Thus, examinations of erythrocytes, leukocytes, hemoglobin concentrations, and hematocrit values
collected from F. limnocharis living in three different areas have been conducted. The data gained
have been compared with normal blood value of various amphibians species from previous
research. The result acquired respectively for three locations show that total of erythrocytes were in
normal range, which were 1,616 x 106/mm3; 1,539 x 106/mm3; and 1,712 x 106/mm3; hemoglobin
concentration were lower than normal range, which constituted 4,06 g/dL; 4 g/dL; and 4,18 g/dL;
hematocrit values have normal range, which made up 40,06 %; 40,14 %; and 45,7 %; total of
leukocytes were higher than normal range, which were 27,450/mm3; 49,934/mm3; and
22,040/mm3. Usage of pesticide in agriculture area causes alteration of some hematological aspect.
Keywords: Fejervarya limnocharis, hematology profile, pesticide, West Sumatera

INTISARI
Fejervarya limnocharis merupakan amfibia yang umum ditemukan di sekitar lahan pertanian.
Intensitas penggunaan pestisida yang tinggi di lahan pertanian dapat memicu terjadinya perubahan
aspek fisiologi organisme yang hidup di kawasan tersebut. Untuk mengevaluasi kondisi fisiologi
suatu spesies dapat dilakukan pemeriksaan kuantitatif terhadap darah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran darah F. limnocharis yang hidup di lahan pertanian yang mengaplikasikan
pestisida di Sumatera Barat. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan terhadap jumlah eritrosit,
leukosit, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit darah F. limnocharis yang dikoleksi dari tiga lahan
pertanian berbeda. Hasil yang didapatkan dibandingkan dengan nilai darah normal berbagai spesies
amfibia yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Didapatkan hasil secara berurutan untuk ketiga
lokasi, jumlah eritrosit berada dalam kisaran normal yaitu 1,616 x 106/mm3; 1,539 x 106/mm3; dan
1,712 x 106/mm3; kadar hemoglobin lebih rendah dari kisaran normal yaitu 4,06 g/dL; 4 g/dL; dan
4,18 g/dL; nilai hematokrit dalam kisaran normal yaitu 40,06 %; 40,14 %; dan 45,7 %; dan jumlah
leukosit yang lebih tinggi dari kisaran normal yaitu 27,450/mm3; 49,934/mm3; dan 22,040/mm3.
Penggunaan pestisida di lahan pertanian menyebabkan perubahan pada beberapa aspek kuantitatif
darah.
Kata Kunci: Fejervarya limnocharis, pestisida, profil darah, Sumatera Barat

PENDAHULUAN akuatik. Keberadaannya sering digunakan


Amfibia merupakan salah satu organisme sebagai bioindikator kerusakan lingkungan
penting di ekosistem teresterial maupun (Waddle, 2006). Hal ini dikarenakan amfibia
YELVITA SARI dkk Biogenesis 116

memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap Paunescu dan Ponepal (2011) menunjukkan
perubahan lingkungan. Penelitian yang bahwa pemberian herbisida Roundup pada
dilakukan oleh Ezemonye dan Ilechie (2007) jenis Pelophylax ridibundus menyebabkan
menunjukkan bahwa amfibia yang hidup di terjadinya peningkatan jumlah leukosit
lahan tercemar pestisida cenderung diiringi dengan menurunnya eritrosit.
mengalami gangguan fisiologi dan bahkan Sementara itu Mahananda dan Mohanty
menunjukkan tingkat kematian yang tinggi. (2012) melaporkan bahwa pemberian
Fejervarya limnocharis atau katak pestisida malathion dari golongan
tegalan merupakan salah satu jenis amfibia organofosfat dengan kosentrasi dan waktu
yang sering ditemukan di lahan pertanian. yang berbeda pada Bufo melanostictus
Menurut IUCN (2014) kategori konservasi berpengaruh terhadap penurunan jumlah
katak ini masih tergolong ke dalam resiko hemoglobin, eritrosit, dan leukosit.
rendah dengan populasi di alam yang relatif Pemeriksaan aspek fisiologi darah yang
besar dan stabil. Namun adanya pencemaran meliputi jumlah eritrosit, jumlah leukosit,
akibat penggunaan pestisida di lahan kadar hemoglobin dan nilai hematokrit
pertanian menjadi suatu ancaman yang sebagai pengaruh senyawa kimia di
berpotensi membahayakan keberadaan jenis lingkungan merupakan aspek penting yang
ini di masa yang akan datang. diperlukan untuk menilai resiko yang
Sumatera Barat merupakan provinsi yang ditimbulkan oleh senyawa tersebut terhadap
memiliki lahan pertanian yang cukup luas suatu organisme (Williams et al., 2000).
yakni mencapai 2.353.685 hektar Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
(Yaherwandi, 2009). Sebagai kawasan gambaran fisiologi darah katak F. limnocharis
pertanian penggunaan berbagai jenis pestisida yang hidup di lahan pertanian yang
masih intens dilakukan oleh petani. Menurut menggunakan pestisida di Sumatera Barat.
Rusli (2002) penggunaan pestisida oleh petani
di Sumatera Barat tergolong sangat intensif METODE
dan telah melebihi dosis yang Pengoleksian Sampel. Sampel katak F.
direkomendasikan. Frekuensi penggunaan limnocharis dikoleksi dari tiga lokasi berbeda
pestisida sebanyak 1-2 kali seminggu dan di Sumatera Barat. Lokasi pengoleksian
lebih dari 10 kali dalam satu musim tanam. meliputi sawah dan perkebunan di kelurahan
Tingginya intensitas penggunaan pestisida Limau Manis, Kecamatan Pauh, Kota Padang,
oleh petani di Sumatera Barat berpotensi Jorong Aia Karuah, Kanagarian Salimpek,
menimbulkan dampak negatif terhadap Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten
berbagai organisme yang hidup di kawasan Solok dan Jorong Pincuran Tujuh, Kanagarian
tersebut salah satunya amfibia jenis F. Koto Laweh Kecamatan X Koto, Kabupaten
limnocharis. Tanah Datar.
Sejumlah penelitian melaporkan adanya Koleksi sampel dilakukan pada malam
pengaruh penggunaan pestisida di lahan hari menggunakan lampu senter dengan cara
pertanian terhadap status kesehatan F. mengarahkan sorotan lampu tepat pada organ
limnocharis (Thammchoti et al., 2012, Hedge mata dengan tujuan melumpuhkan
& Krishnamurthy, 2014). Selain itu penelitian penglihatan agar katak tidak melompat
secara eksperimental di laboratorium oleh sehingga memudahkan penangkapan. Sampel
Gurushankara et al. (2016) menunjukkan dimasukkan ke dalam kotak transparan yang
bahwa perlakuan methil parathion telah diisi air dan di bawa ke laboratorium
(organofosfat) pada F. limnocharis Fisiologi Hewan Jurusan Biologi FMIPA
menyebabkan rendahnya tingkat kelulusan Universitas Andalas dalam keadaan hidup.
hidup dan meningkatnya kematian. Pestisida Selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap
juga dilaporkan telah memicu terjadinya aspek fisiologi darah yang meliputi jumlah sel
perubahan terhadap nilai darah pada amfibia darah merah, jumlah leukosit, kadar
jenis lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh hemoglobin, dan nilai hematokrit.
Vol 4, Desember 2016 Biogenesis 117

Pengambilan Sampel Darah. Katak Nl X P


yang akan diambil darahnya dibius ∑L =
menggunakan kloroform. Selanjutnya 0,4
dilakukan pembedahan. Sampel darah diambil Keterangan:
melalui jantung menggunakan jarum suntik ∑L : Jumlah total leukosit
yang telah diolesi EDTA. Selanjutnya darah Nl : Jumlah leukosit pada 64 kotak yang dihitung
P : Angka pengenceran (100 kali)
yang telah diambil disimpan ke dalam tabung 0,4 : Volume total darah dalam 64 kotak yang
vakum khusus berisi larutan EDTA. Sampel dihitung
darah dalam tabung vakum disimpan
sementara di dalam termos yang telah diisi Penentuan Kadar Hemoglobin. Kadar
batu es untuk pemeriksaan lebih lanjut. hemoglobin dihitung dengan menggunakan
Penghitungan Jumlah Eritrosit. hemometer Sahli. Masukkan HCl 0, 1 N ke
Penghitungan jumlah eritrosit dilakukan dalam tabung sahli sampai skala 10, lalu
secara manual menggunakan hemositometer tambahkan sebanyak 20 mL sampel darah
dengan mengencerkan darah dalam pipet yang akan diuji, aduk dengan menggunakan
thoma kemudian dihitung dalam kamar batang pengaduk sampai homogen. Selama
hitung. Darah dalam tabung vakum dihisap pengadukan lakukan penambahan setetes
menggunakan pipet thoma sel darah merah demi setetes akuades. Setelah homogen,
sampai skala 0,5. Selanjutnya dihisap larutan warna darah disamakan dengan warna larutan
pengencer hayem hingga skala 101. Darah standar, kadar hemoglobin dari sampel darah
dalam pipet thoma dihomogenkan dengan adalah angka yang ditunjukkan oleh dinding
cara menggoyangkan pipet secara perlahan. tabung setinggi permukaan cairan dalam
Selanjutnya darah dipipetkan ke dalam tabung.
hemositometer tipe improved neubauer untuk Penentuan Nilai Hematokrit. Sampel
diamati di bawah mikroskop dengan darah yang akan diuji diambil dengan
perbesaran 10x40 lalu dihitung dengan menggunakan tabung mikrokapiler
menggunakan tally counter. Jumlah eritrosit hematokrit, salah satu ujung yang berlawanan
dihitung dengan menggunakan rumus berikut: dengan bagian yang terkena darah disumbat
Ne X P dengan wax. Selanjutnya masukkan tabung
∑E = kapiler ke dalam mikrosentrifus jenis Kubota
0,02
KH-120 dan disentrifuse dengan kecepatan
Keterangan: 10.000 rpm selama lima menit. Nilai
∑ E : Jumlah eritrosit total
Ne : Jumlah eritrosit pada lima kotak yang dihitung
hematokrit dibaca dengan skala ukur
P : Angka pengenceran (200 kali) hematokrit dalam satuan persen.
0,02 : Volume total darah dalam lima kotak yang Analisis Data. Data berupa jumlah sel
dihitung darah merah, jumlah leukosit, kadar
hemoglobin, dan nilai hematokrit dianalisis
Penentuan Jumlah Leukosit. Darah dengan membandingkan nilai rata-rata antara
dalam tabung vakum dihisap menggunakan setiap lokasi sampling dengan dengan nilai
pipet thoma leukosit sampai skala 0,5. standar yang ditetapkan berdasarkan Glomsky
Selanjutnya dihisap larutan pengencer turk et al. (1997), Kundu and Roychoudhury
hingga skala 11. Darah dalam pipet thoma (2009), Arserim and Mermer (2008), Gul et
dihomogenkan dengan cara menggoyangkan al. (2011), dan Sulastri dkk (2014).
pipet secara perlahan. Selanjutnya darah
dipipetkan ke dalam hemositometer tipe HASIL
improve neubauer untuk diamati di bawah Hasil pemeriksaan kuantitatif sel darah
mikroskop dengan perbesaran 10x40 lalu pada katak Fejervarya limnocharis yang
dihitung dengan menggunakan tally counter. berasal dari beberapa lahan pertanian di
Jumlah sel darah merah dihitung dengan Sumatera Barat pada penelitian ini dapat
menggunakan rumus berikut: dilihat pada Tabel 1.
YELVITA SARI dkk Biogenesis 118

Tabel 1. Rata-rata nilai fisiologi darah F. limnocharis dari lahan pertanian di Sumatera Barat
Lokasi Sampling
Parameter Standar
I II III
6 3
Eritrosit ( x 10 /mm 0,17 - 2,57* 1, 616 1, 539 1, 712
Hemoglobin (g/dl) 5,6 – 12,10**** 4, 06 4 4, 18
Hematokrit (%) 10- 70*** 40, 06 40, 14 45,7
Leukosit ( /mm 1.875 - 5200** 27.450 49.934 22.040
Keterangan:
*Glomsky et al., (1997); Arserim and Mermer (2008); Kundu and Roychoudhury (2009); Sulastri dkk (2014). **
Arserim and Mermer (2008); Kundu and Roychoudhury (2009); Sulastri dkk (2014). *** Kundu and Roychoudhury
(2009); Aserim and Mermer (2008). **** Kundu and Roychoudhury (2009); Arserim and Mermer (2008), Gul et al.
(2011); Sulastri dkk (2014). Lokasi Sampling I: Padang; II: Tanah Datar; III: Alahan Panjang

PEMBAHASAN kemungkinan terkait dengan fungsinya


Jumlah Eritrosit. Penghitungan jumlah sebagai komponen darah yang berperan
rata-rata sel darah merah F. limnocharis yang penting dalam sistem pertahanan tubuh.
berasal dari ketiga lokasi sampling Rastogi (2007) menyatakan bahwa
dibandingkan dengan nilai standar yang meningkatnya jumlah leukosit merupakan
digunakan menunjukkan hasil yang berada sinyal infeksi yang disebabkan oleh bahan
dalam kisaran normal. Hal ini kemungkinan kimia tertentu yang masuk ke dalam tubuh.
karena sebagian pestisida yang masuk ke Adanya aplikasi pestisida di ketiga lokasi
dalam tubuh telah dimetabolisme dan sampling diduga memicu terjadinya aktivasi
dieksresikan ke luar tubuh. Menurut sistem pertahanan tubuh melalui peningkatan
Indraningsih dan Sani (2006) beberapa jenis jumlah leukosit. Selain itu kerusakan dan
pestisida terutama golongan organofosfat kematian jaringan yang terdapat pada
diketahui sangat cepat dimetabolisme dan sejumlah sampel kemungkinan juga memicu
dieksresikan ke luar tubuh. Akibat adanya peningkatan produksi leukosit yang ikut
proses metabolisme dan ekskresi ini berperan dalam mencerna bahan asing
kemungkinan residu pestisida yang masih penyebab kerusakan dan menghancurkan sel-
tersisa tidak berpengaruh terhadap jumlah sel sel yang rusak. Hal ini sejalan dengan Rogers
darah merah. Sejumlah penelitian telah (2011) yang menyatakan bahwa sel-leukosit
melaporkan tidak adanya pengaruh signifikan yang telah terbentuk akan bermigrasi ke organ
dari berbagai jenis pestisida terhadap jumlah yang rusak dan kemudian terlibat dalam
sel darah merah. Penelitian pada kelinci putih penghancuran sel-sel yang telah rusak dan
New Zealand yang diberi pakan tercemar mati. Penelitian oleh Muralidharan (2012)
pestisida tidak menunjukkan adanya pengaruh yang menunjukkan adanya peningkatan
terhadap jumlah sel darah merah (Permana, jumlah leukosit ikan Cyprinus carpio yang
Minarti, dan Sjofjan, 2013). Penelitian terpapar pestisida golongan organofosfat
Khogali et al. (2005) juga melaporkan tidak fenthion dengan kejadian inflamasi pada
adanya efek signifikan pemberian pestisida sayatan histologi lambung.
dimethoat 40 E.C terhadap nilai sel darah Sejumlah penelitian eksperimental di
merah pada tikus albino. laboratorium juga menunjukkan efek
Jumlah Leukosit. Jumlah rata-rata signifikan paparan pestisida terhadap
leukosit F. limnocharis yang berasal dari peningkatan jumlah leukosit pada beberapa
ketiga lokasi dibandingkan dengan nilai hewan. Salah satunya Paunescu dan Ponepal
standar yang digunakan (Kundu and (2011) menemukan bahwa perlakuan
Roychoudhury, 2009; Arserim and Mermer, herbisida roundup dosis 0,138 x 10-3 ml/Bb
2008; Sulastri dkk 2014) berada di atas secara intraperitoneal pada katak Pelophylax
kisaran normal. Tingginya jumlah rata-rata ridibundus berpengaruh nyata dalam
leukosit F. limnocharis dari ketiga lokasi ini meningkatkan jumlah leukosit.
Vol 4, Desember 2016 Biogenesis 119

Kadar Hemoglobin. Kadar hemoglobin pestisida methomyl. Joshagahani et al. (2007)


rata-rata F. limnocharis dari ketiga lokasi juga menemukan adanya penurunan kadar
sampling yang didapatkan pada penelitian ini hemoglobin yang tidak seiring dengan jumlah
dibandingkan dengan nilai standar yang sel darah merah pada pekerja di pabrik
digunakan Kundu and Roychoudhury 2009; pestisida.
Arserim and Mermer, 2008) berada di bawah Nilai Hematokrit. Nilai hematokrit
kisaran normal. Selain itu penurunan kadar darah yang berasal dari ketiga lokasi sampling
hemoglobin yang ditemukan dalam penelitian dibandingkan dengan standar yang digunakan
ini tidak sejalan dengan jumlah sel darah menunjukkan nilai yang berada pada kisaran
merah yang berada pada kisaran normal. Hal normal. Hal ini sejalan dengan jumlah sel
ini bertolak belakang dengan Ganong (2008) darah merah yang juga berada dalam kisaran
yang menyatakan bahwa kadar hemoglobin normal. Menurut Ganong (2008) dan Rastogi
berbanding lurus dengan jumlah sel darah (2007) hematokrit merupakan persentase
merah. Kondisi tersebut kemungkinan terjadi jumlah sel darah merah dalam keseluruhan
sebagai akibat adanya gangguan pada sintesis plasma darah, oleh karena itu nilai hematokrit
zat besi (heme) yang merupakan komponen darah akan berbanding lurus dengan jumlah
penting dalam sintesis hemoglobin. Diduga sel darah merah.
keberadaan pestisida mengganggu proses
sintesis zat besi melalui mekanisme KESIMPULAN
penghambatan terhadap glikolisis aerobik Didapatkan nilai fisiologi darah katak F.
yang menghasilkan suksinil KoA pada siklus limnocaharis menunjukkan jumlah sel darah
Krebs. Hoffbrand (2005) menyatakan bahwa merah yang berada dalam kisaran normal
suksinil KoA merupakan salah satu (0,18 - 2,06 x 106 mm3). Kadar hemoglobin
komponen penting dalam sintesis heme. berada di bawah kisaran normal (6 - 17 gr/dl).
Adanya hambatan terhadap glikolisis aerobik Nilai hematokrit berada dalam kisaran normal
secara tidak langsung akan berpengaruh pada (19 - 70 %). Jumlah leukosit berada di atas
proses sintesis heme. kisaran normal (1200 - 8200/mm3).
Selain itu pengaruh pestisida dalam
menurunkan kadar hemoglobin darah diduga DAFTAR PUSTAKA
berlangsung melalui mekanisme hambatan Arserim SK and Mermer A. 2008.
kerja enzim yang berperan dalam sintesis Hematology of the Uludag Frog, Rana
hemoglobin. Mekanisme hambatan macrocnemis Boulenger, 1885 in Uludag
berlangsung sama dengan mekanisme National Park (Bursa, Turkey). Journal
hambatan enzim oleh logam berat. Hal ini of Fisheries and Aquatic Sciences. vol
merujuk kepada Joshaghani et al. (2007) yang 25(1): 39-46.
menyatakan bahwa mekanisme intoksifikasi Ezemonye LIN and Ilechie I. 2007. Acute and
pestisida kemungkinan memiliki kesamaan Chronic Effects of Organophosphate
dengan intoksifikasi logam berat. Salah satu Pesticides (Basudin) to Amphibian
logam berat yang memiliki dampak terhadap Tadpoles (Ptychadena bibroni). African
penurunan kadar hemoglobin adalah timbal. Journal of Biotechnology. vol 6 (13):
Intoksifikasi timbal terhadap darah 1554-1558.
berlangsung melalui penghambatan fungsi Ganong WF. 2008. Buku Ajar Fisiologi
enzim sufhidril oleh timbal untuk mengikat Kedokteran Edisi 20 (Diterjemahkan oleh
Amino Levulinic Acid (ALA) menjadi dr. H.M Djauhari Widjajakusumah).
porpoblinogen, serta protoporfirin menjadi Jakarta: EGC.
hemoglobin (Musthapia dan Sunarno, 2006). Glomsky CA, Tamburlin J, Hard R and
Penurunan kadar hemoglobin dalam darah Chainami M. 1997. The Phylogenetic
sebagai akibat perlakuan pestisida telah Odyssey of the Erythrocyte. The
ditemukan oleh Patil et al. (2008) pada tikus Amphibians Histology and
yang diperlakukan dengan berbagai dosis Histopathology.vol 12: 147-170.
YELVITA SARI dkk Biogenesis 120

Gul C, Tosonuglu M, Erdogan D and Pesticides. Advance in Chemical


Ozdamar D. 2011. Changes in the Blood Botanical Pesticides. Burla, Orissa:
Composition of Some Anurans. Acta INTECH Open Access Publisher. pp: 4-
Herpetologica. vol 6 (2): 137-14. 12.
Gurushankara HP, Krishnamurthy SVB, Muralidharan L. 2012. Haemato-Biochemical
Vasudev V. 2016. Effect of Methyl Alterations Induced by Chronic Exposure
Parathion on Survival and Development to Fenthion in Cyprinus carpio. Trends in
of Tadpoles of Indian Cricket frog Fisheries Research. vol 1 (3): 19-25.
Fejervarya limnocharis. The Journal of Musthapia I dan Sunarno MTD. 2006.
Tropical Life Science. vol 6(1): 41-46. Dampak Polutan Timbal pada Ikan dan
Hegde G and Krishnamurthy SV. 2014. Manusia. Seminar Nasional Limnologi.
Analysis of health status of the frog Jakarta: LIPI.
Fejervarya limnocharis (Anura: Ranidae) Patil JA and Govindwar SP. 2008.
living in rice paddy fields of Western Biochemical Effects of Various
Ghats, using body condition factor and Pesticides on Sprayers of Grape Gardens.
AChE content. Ecotoxicology Indian Journal of Clinical Biochemistry.
Environmental Contamination. vol 9 (1): vol 18 (2): 16-22.
69-76. Paunescu A and Ponepal CM. 2011. Effect of
Hoffbrand AV, Catovsky D, Tuddenham Herbicide Roundup to The Physiological
EGD and Green AR (Editor). 2005. Indices in Marsh Frog Pelophylax
Postgraduate Hematology Sixth Edition. ridibundus. Scientific Papers. Journal of
New Jersey: Blackwell Publishing ltd. the University of Agricultural Science
Indraningsih dan Sani Y. 2006. Residu and Veterinary Medicine Series A. vol
Pestisida dalam Otak Sapi Perah di 55: 1222-5339.
Lembang, Jawa Barat. Jurnal Ilmu Permana DA, Minarti S dan Sjofjan O. 2013.
Ternak dan Veteriner. vol 11(1): 76-83. Karakteristik Profil Darah Kelinci New
IUCN. 2014. Fejervarya limnocharis. Zealand White yang Diberi Pakan
http://www.iucnredlist.org. diakses pada Limbah Daun Kubis (Brassica Oleracia)
Desember 2016. Sebagai Pakan Utama. [Skripsi]. Malang:
Joshagani HR, Moansourian AR, Kalavi K Fakultas Peternakan, Universitas
and Salimi S. 2007. Hematologic Indices Brawijaya.
in Pesticides Faktory Workers. Journal of Rastogi SC. 2007. Essentials of Animal
Biology Science. vol 7 (3): 566-569. Physiology Fourth Edition. New Delhi:
Khogali FA, Sheikh JB and Abdel Rahman S. New Age International (P) Limited
2005. Histopathological and Publisher.
Hematological Effects of Dimethoate Rogers K (Editor). 2011. Blood Physiology
40EC on Some Organs of Albino Mice. and Circulation. New York: Britannica
Journal of King Saudi Universit. vol 18 Educational Publishing.
(2): 73-87. Rusli. 2002. Inventarisasi Penggunaan
Kundu CY and Roychoudhury S. 2009. Pestisida oleh Petani Kubis di Kecamatan
Malathion-induced sublethal toxicity on Lembah Gumanti Kabupaten Solok.
the hematology of cricket frog Jurnal Stigma.vol X (4): 344-346.
(Fejervarya limnocharis). Journal of Sulastri S, Titrawani, Windarti. 2014.
Environmental Science and Health. Part Gambaran Darah Rana Erythraea
B (44): 673–680. (Schlegel 1837) Di Wilayah Kampus
Mahananda MR and Mohanty BP. 2012. Universitas Riau Pekanbaru. Jurnal
Toxicity on Biochemical and Online Mahasiswa FMIPA. vol 1 (2):
Hematological Parameters in Bufo 303-313.
melanostictus (Schneider) (Common Thammachoti P, Khonsue W, Kitana J,
Indian Toad) Exposed to Malathion, Varanusupakul P, Kitana N. 2012.
Vol 4, Desember 2016 Biogenesis 121

Journal of Environmental Protection. vol Environmental and Industrial


3: 1403-1408. Applications Second Edition. Toronto:
Waddle JH. 2006. Use of Amphibians as Johnwiley & Sons, Inc.
Ecosystem Indicator Species. Yaherwandi. 2009. Struktur Komunitas
[Dissertation]. Florida: University of Hymenoptera Parasitoid Pada Berbagai
Florida. Lanskap Pertanian di Sumatra Barat.
Williams PL, James RC, Roberts SM Jurnal Entomologi Indonesia. vol 6(1): 1-
(Editor). 2000. Principles of Toxicology 141.

You might also like