You are on page 1of 8

JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3 Pola penerimaan siswa SD terhadap produk KPI, Dewita, et al.

POLA PENERIMAAN SISWA SEKOLAH DASAR


TERHADAP PRODUK MAKANAN JAJANAN BERBAHAN
BAKU KONSENTRAT PROTEIN IKAN BAUNG
(Hemibagrus nemurus) DI KABUPATEN KAMPAR, RIAU
Acceptance of Elementary Students on Asian Redtail Catfish
(Hemibagrus nemurus) Protein Concentrate Food Street Products in
Kampar District, Riau
Dewita*, Syahrul, Rizky Febriansyah
Jurusan Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau
Diterima 5 Agustus 2012/Disetujui 11 November 2012

Abstract
The aim of the research was to determine acceptance level of elementary students on food street products
(crackers, choccolate cookies, and tortilla snacks) based on Asian redtail catfish (Hemibagrus nemurus) protein
concentrate together with their proximate analysis. The research was carried out in an experimental method by
designing treatments of food street production that made from Asian redtail catfish (H. nemurus) protein
concentrate. The obtained data were presented in tables and graphs, and then analyzed descriptively.
Parameters to be measured consist of organoleptic tests (appearance, odor, flavor, and texture) and proximate
analysis such as water, ash, fat, protein and carbohydrate content. The results revealed that Asian redtail catfish
(H. nemurus) protein concentrate food street products was acceptable with the preference level of the pupils
likeness of 80-90%. Furthermore, results of proximate analysis obtained for water, ash, protein, fat and
carbohydrate content were 2.46%, 1.32%, 23.56%, 20.75% and 49.87% for crackers and 2.74%, 1.06%,
23.82%, 27.29%, and 46.53 % for chocolate cookies, respectively. The tortilla snacks contained water content
of 2.31%, ash of 2.05%, protein of 26.42%, fat of 21.19% and carbohydrate of 36.15%.

Keyword: baung fish protein concentrate, street food, acceptance level

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat penerimaan konsumen (siswa SD) terhadap
makanan jajanan (crackers, cookies cokelat, dan snack tortilla) berbahan baku konsentrat protein ikan
baung (Hemibagrus nemurus) dan menganalisis komposisi proksimatnya. Penelitian ini menggunakan
metode eksperimen, yaitu melakukan percobaan pembuatan produk makanan jajanan berbasis konsentrat
protein ikan baung. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, kemudian dianalisis
secara deskriptif. Parameter yang digunakan adalah uji organoleptik (rupa, aroma, rasa, dan tekstur) dan
analisis proksimat yang meliputi analisis kadar air, abu, lemak, protein dan karbohidrat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa KPI baung yang difortifikasi pada makanan jajanan dapat diterima oleh anak balita
dengan tingkat penerimaan 80-90%. Hasil analisis proksimat yang diperoleh untuk kandungan air, abu,
protein, lemak dan karbohidrat adalah 2,46 %, 1,32%, 23,56%, 20,75% and 49,87% untuk crackers dan
2,74%, 1,06%, 23,82%, 27,29%, dan 46,53% untuk cookies cokelat. Snack tortilla memiliki kandungan
air sebesar 2,31%, abu 2,05%, protein 26,42%, lemak 21,19% dan karbohidrat 36,15%.

Kata kunci: konsentrat protein ikan baung, makanan jajanan, pola penerimaan

*Korespondensi: Jln. Flamboyan No. 306 Komp. Perum


Beringin Indah Kecamatan Marpoyan Damai Kota
Pekanbaru. E-mail: younglady_luzzie@yahoo.com

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 216


Pola penerimaan siswa SD terhadap produk KPI, Dewita, et al. JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3

PENDAHULUAN banyak perubahan, dan untuk pangan belum


Pemanfaatan sumberdaya perikanan begitu berkembang serta pemanfaatannya
Indonesiamasihkurangoptimalsehinggaperlu masih kurang. Usaha pemanfaatan konsentrat
ditingkatkan. Komoditi perikanan air tawar protein ikan perlu dilakukan seperti dalam
yang sedang digalakkan pembudidayaannya di pembuatan makanan jajanan. Melalui kegiatan
Indonesia khususnya di Kabupaten Kampar ini dikaji pemanfaatan ikan baung menjadi
Riau adalah ikan baung (Hemibagrus nemurus) produk konsentrat protein ikan sebagai bahan
yang memiliki kandungan protein yang tinggi. kaya protein untuk produk makanan jajanan.
Penganekaragaman produk dengan bahan baku Tujuan penelitian ini adalah menentukan
ikan akan meningkatkan selera konsumen dan pola penerimaan siswa SD terhadap produk
membantu mensejahterakan masyarakat makanan jajanan (snack tortilla, cookies
(Heruwati et al. 2002). cokelat dan crackers) berbahan baku ikan
Salah satu alternatif yang diharapkan baung di Kabupaten Kampar. Hasil
untuk peningkatan konsumsi ikan melalui penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai
diversifikasi produk perikanan adalah solusi untuk pemecahan kasus gizi buruk dan
pengolahan ikan dalam bentuk konsentrat masukan bagi pemerintah dalam rangka
atau hidrolisat protein. Konsentrat atau merencanakan program percepatan
hidrolisat protein ikan merupakan sari pati diversifikasi konsumsi pangan dalam rangka
protein dari ikan yang dapat digunakan meningkatkan ketahanan pangan daerah.
sebagai makanan suplemen dan bahan
fortifikasi untuk berbagai makanan. Ikan MATERIAL DAN
baung sangat cocok untuk dijadikan sumber METODE Bahan dan Alat
bahan baku dalam pengolahan konsentrat Bahan yang digunakan dalam pembuatan
protein ikan (KPI) atau hidrolisat protein ikan konsentrat protein ikan (KPI) adalah ikan
(HPI) dan selanjutnya dimanfaatkan pada baung (H. nemurus), NaHCO3 0,5 N, isopropil
pembuatan makanan jajanan berprotein tinggi alkohol 70% (food grade), dan bahan kemasan
guna menunjang upaya pemerintah melalui (kertas aluminium, botol kaca dan kapsul).
pemberian makanan tambahan (PMT), Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis
mengingat tingkat kelarutan dan kecernaan adalah bahan-bahan untuk analisis proksimat.
KPI dan HPI cukup tinggi. Peralatan yang digunakan dalam
Konsentrat protein ikan adalah suatu pengolahan KPI baung adalah neraca analitik,
produk berupa tepung untuk dikonsumsi timbangan meja, food processor, heater,
manusia yang dibuat dari daging ikan utuh, magnetic stirer, refrigerator, kain saring,
dengan cara menghilangkan sebagian besar cabinet dryer, blender kering, dan ayakan
lemak dan kadar airnya, sehingga diperoleh ukuran 60 mesh. Peralatan untuk analisis
persentase kandungan protein yang lebih adalah neraca analitik, desikator, tanur, oven,
tinggi dibandingkan dengan bahan baku cawan pengabuan, cawan penguapan,
asalnya. Hidrolisat protein ikan adalah sari timbangan meja, dan alat Kjeldahl.
pati protein dari ikan yang diproses secara
fermentasi (Aryani et al. 2003). HPI dapat Metode Penelitian
dihasilkan selain dari ikan itu sendiri juga Pengolahan Konsentrat Protein Ikan (KPI)
dapat diolah dari limbah hasil perikanan. Baung
McPhee et al. (1972) menyatakan bahwa KPI baung diolah dengan cara menggiling
konsentrat protein ikan mempunyai kelebihan daging ikan menggunakan food processor
dibandingkan produk olahan perikanan lainnya, dengan penambahan 0,5% garam, lalu dikukus
yaitu dapat disimpan dalam waktu cukup lama selama 30 menit. Selanjutnya dilakukan
pada suhu kamar tanpa mengalami ekstraksi lemak menggunakan bahan pelarut

217 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3 Pola penerimaan siswa SD terhadap produk KPI, Dewita, et al.

isopropil alkohol 70% (food grade), sehingga Tabel 1 Formulasi yang digunakan dalam
didapatkan filtrat. Filtrat yang diperoleh pembuatan crackers
dikeringkan dalam cabinet dryer hingga kering Komposisi Berat (g)
pada suhu 40°C selama 15 jam; setelah kering Konsentrat protein ikan baung 20
hasilnya dihancurkan menggunakan blender Tepung terigu 200
kering dan diayak pada ukuran 60 mesh. Gula bubuk 120
Garam halus 0,5
Pembuatan Makanan Jajanan Margarin 100
Crackers Soda kue 0,5
Formulasi yang digunakan dalam Baking powder 0,5
pembuatan crackers dengan penambahan
konsentrat protein ikan baung dapat dilihat Tabel 2 Formulasi yang digunakan dalam
pada Tabel 1. pembuatan cookies cokelat
Komposisi Berat (g)
Cookies cokelat Konsentrat protein ikan baung 20
Formulasi yang digunakan dalam Tepung terigu 200
pembuatan cookies coklat dengan Gula bubuk 120
penambahan konsentrat protein ikan baung Garam halus 0,5
disajikan pada Tabel 2. Margarin 100
Soda kue 0,5
Snack tortilla Baking powder 0,5
Formulasi bumbu yang digunakan dalam Cokelat bubuk 10
pembuatan snack tortilla mengacu kepada Kuning Telur (butir) 4
Santoso et al. (2006) dengan penambahan
konsentrat protein ikan baung yang telah Tabel 3 Formulasi yang digunakan dalam
dimodifikasi (Tabel 3). pembuatan snack tortilla
Komposisi Berat (g)
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrat protein ikan baung 50
Penilaian Organoleptik Tepung terigu 500
Uji organoleptik dilaksanakan menggunakan Bawang putih 25
skala hedonik dengan nilai terendah 1 (sangat Garam 10
tidak suka) dan nilai tertinggi 4 (sangat suka) Baking powder 1
menggunakan panelis tidak terlatih yaitu anak
Merica 10
sekolah berumur antara 6-12 tahun berjumlah 80 Air es Secukupnya
orang yang memberikan penilaian terhadap rupa,
aroma, rasa, dan tekstur terhadap produk makanan jajanan crackers sebesar 87,50%,
makanan jajanan berbahan baku konsentrat cookies coklat sebesar 90% dan tortilla sebesar
protein ikan baung. 95%. Berarti rupa semua jenis makanan jajanan
yang diberikan disukai panelis, dan nilai
Nilai Rupa dan Warna tertinggi terdapat pada makanan jajanan tortila.
Hasil uji kesukaan yang dilakukan Hal ini menurut Leksono et al. (2001)
terhadap 80 panelis mengenai rupa produk disebabkan karena rupa berkaitan erat dengan
makanan jajanan (crackers, cookies coklat bentuk, ukuran, dan sifat-sifat permukaan suatu
dan tortilla) berbasis konsentrat protein ikan produk makanan yaitu suram, mengkilat, datar,
baung dapat dilihat pada Tabel 4. dan bergelombang. Hutapea et al. (2004)
Tabel 4 menunjukkan bahwa panelis menyatakan bahwa rupa produk lebih banyak
memberikan nilai kesukaan terhadap rupa melibatkan indera

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 218


Pola penerimaan siswa SD terhadap produk KPI, Dewita, et al. JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3

Tabel 4 Nilai rupa dan warna makanan jajanan berbahan baku KPI baung
Tingkat penerimaan panelis terhadap makanan jajanan
Kriteria Crackers Cookies cokelat Tortilla
Panelis (%) Panelis (%) Panelis (%)
Sangat suka 33 41,25 28 35 37 46,25
Suka 37 46,25 44 55 39 48,75
Agak suka 10 12,55 8 10 4 5
Tidak suka 0 0 0 0 0 0

Tabel 5 Nilai aroma makanan jajanan berbahan baku KPI baung


Tingkat penerimaan panelis terhadap makanan jajanan
Crackers Cookies cokelat Tortilla
Kriteria
Panelis (%) Panelis (%) Panelis (%)
Sangat suka 18 22,50 34 42,50 23 28,75
Suka 49 61,25 41 51,25 51 63,75
Agak suka 13 16,25 5 6,25 6 7,5
Tidak suka 0 0 0 0 0 0

penglihatan dan merupakan salah satu seperti cokelat dan vanili, sedangkan pada
indikator untuk menentukan tingkat tortilla berasal dari konsentrat protein ikan
penerimaan produk oleh konsumen, karena dan bumbu yang ditambahkan.
makanan yang berkualitas (rasanya enak, Aroma merupakan salah satu parameter
bergizi, teksturnya baik) belum tentu disukai yang menentukan penerimaan dari suatu
konsumen bila warna produk tersebut makanan. Dalam banyak hal, aroma memiliki
memiliki warna yang tidak enak dipandang daya tarik tersendiri, oleh karena itu dalam
oleh konsumen yang menilai. Rupa crackers industri pangan, uji terhadap aroma dianggap
berbasis konsentrat protein ikan baung penting karena cepat dapat memberikan
disukai oleh konsumen karena bentuknya respon terhadap hasil produksinya, yang
yang menarik dan warnanya yang seragam, disukai atau tidak oleh konsumen (Leksono
yakni berwarna kuning kecoklatan. dan Syahrul 2001). Pada umumnya bau yang
diterima oleh hidung dan otak lebih banyak
merupakan campuran bau utama yaitu
Nilai Aroma harum, tengik dan khas produk.
Hasil uji kesukaan yang dilakukan terhadap
80 panelis mengenai aroma produk makanan Nilai Rasa
jajanan (crackers, cookies cokelat dan tortilla) Hasil uji kesukaan yang dilakukan
berbasis KPI baung disajikan pada Tabel 5. terhadap 80 panelis mengenai rasa produk
Tabel 5 menunjukkan panelis memberikan makanan jajanan (crackers, cookies cokelat dan
nilai kesukaan terhadap aroma makanan jajanan tortilla) berbasis KPI baung disajikan pada
crackers sebesar 83,75%, cookies coklat Tabel 6. Panelis memberikan nilai kesukaan
sebesar 93,75% dan tortilla sebesar 92,50%. terhadap rasa produk makanan jajanan crackers
Berarti aroma semua jenis makanan jajanan sebesar 80,00%, cookies cokelat sebesar
yang diberikan disukai panelis, dan nilai 88,75% dan tortilla sebesar 87,50%. Rasa
tertinggi terdapat pada makanan jajanan semua jenis produk makanan jajanan yang
cookies coklat. Aroma harum pada cookies diberikan disukai panelis, dan nilai tertinggi
cokelat dapat berasal dari bahan tambahan terdapat pada makanan jajanan cookies coklat.

219 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3 Pola penerimaan siswa SD terhadap produk KPI, Dewita, et al.

Tabel 6 Nilai rasa makanan jajanan berbahan baku KPI baung


Tingkat penerimaan panelis terhadap makanan jajanan
Kriteria Crackers Cookies cokelat Tortilla
Panelis (%) Panelis (%) Panelis (%)
Sangat suka 18 22,5 24 30 32 40
Suka 46 57,5 47 58,75 38 47,5
Agak suka 16 20 9 11,25 10 12,5
Tidak suka 0 0 0 0 0 0

Crackers berbasis KPI baung yang Tekstur semua jenis produk makanan jajanan
dihasilkan dalam penelitian ini memiliki rasa yang diberikan disukai panelis, dan nilai
yang gurih, tidak manis, dan mengarah ke tertinggi terdapat pada makanan jajanan
rasa asin. Menurut Dewita et al. (2010), rasa cookies coklat. produk makanan jajanan yang
crackers yang tidak manis dan mengarah ke dihasilkan di dalam penelitian ini memiliki
rasa asin tersebut disebabkan karena adanya tekstur yang renyah, hal ini disebabkan oleh
penambahan garam ke dalam adonan dan kandungan gluten yang terdapat pada tepung
pemberian gula dalam jumlah sedikit. terigu. Menurut Hasan (2007), gluten
Penambahan gula hanya berfungsi untuk merupakan komponen yang berperan dalam
menghasilkan warna kecokelatan yang memperkokoh sturktur cookies; sedangkan
menarik pada permukaan produk dan kelembutan yang dihasilkan berasal dari gula,
mempercepat proses peragian. Rasa ikan shortening, dan telur.
tortilla berbasis KPI baung yang dihasilkan Sudha et al. (2007) menyatakan bahwa gula
dalam penelitian ini tidak begitu terasa. Hal berfungsi untuk memberi rasa manis, menambah
ini disebabkan karena konsentrat protein ikan rasa lembut, membantu proses penyebaran, juga
yang digunakan sebagai bahan dasar tidak sebagai pewarna kulit atau kerak cookies. Adanya
memiliki rasa. gula akan memberikan tekstur yang kurang keras
karena gula dan protein dalam adonan akan
Nilai Tekstur bersaing dalam memperoleh air sehingga
Hasil uji kesukaan yang dilakukan membatasi terbentuknya gluten. Shortening yang
terhadap 80 panelis mengenai tekstur produk ditambahkan berperan memberi nilai gizi,
makanan jajanan (crackers, cookies cokelat dan kelembutan, rasa enak, flavor yang spesifik juga
tortilla) berbasis KPI baung dapat dilihat pada berpengaruh pada tekstur yang dihasilkan (Sultan
Tabel 7. Panelis memberikan nilai kesukaan 1969). Dalam pembuatan cookies, penggunaan
terhadap tekstur produk makanan jajanan telur akan menghasilkan cookies yang lembut
crackers sebesar 91,50%, cookies coklat dengan kualitas cita rasa yang sempurna.
sebesar 98,75% dan tortilla sebesar 85,00%.

Tabel 7 Nilai tekstur makanan jajanan berbahan baku KPI baung


Tingkat penerimaan panelis terhadap makanan jajanan
Kriteria Crackers Cookies cokelat Tortilla
Panelis (%) Panelis (%) Panelis (%)
Sangat suka 35 43,75 34 42,50 27 33,75
Suka 38 47,50 45 56,25 41 51,25
Agak suka 7 8,75 1 1,25 12 15
Tidak suka 0 0 0 0 0 0

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 220


Pola penerimaan siswa SD terhadap produk KPI, Dewita, et al. JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3

Crackers berbasis KPI baung yang berbasis konsentrat protein ikan baung sudah
dihasilkan dalam penelitian ini memiliki memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh
tekstur yang renyah dan penampang SNI.
potongannya berlapis-lapis. Tekstur yang Kadar lemak yang dihasilkan relatif tinggi
renyah disebabkan oleh kandungan gluten sehingga berpeluang untuk terjadi proses
yang terdapat pada tepung terigu. Hasan oksidasi yang menghasilkan bau tengik.
(2008) menyatakan bahwa kandungan gluten Rieuwpassa et al. (2004) menyatakan bahwa
yang terdapat pada tepung terigu memberikan lemak adalah suatu senyawa organik tertentu,
sifat lengket dan mampu menangkap gas tidak larut dalam air dan berfungsi sebagai
yang terbentuk selama proses pengembangan sumber dan pelarut bagi vitamin A, D, E, dan
sehingga dapat menghasilkan struktur yang K. Lemak juga merupakan suatu zat
renyah pada produk. makanan yang penting dalam pembuatan
Tortilla berbasis konsentrat protein ikan produk pangan sebagai pengemulsi, tetapi
baung yang dihasilkan di dalam penelitian ini selain itu lemak juga berfungsi sebagai
memiliki tekstur yang rapuh dan renyah. Hal pembentuk cita rasa dan memberikan tekstur
tersebut karena rendahnya kadar air pada pada produk pangan tersebut.
tortilla, tekstur makanan kebanyakan Dilihat dari kandungan proteinnya,
ditentukan oleh kandungan air yang terdapat ternyata kandungan protein makanan jajanan
pada makanan tersebut. Dewita et al. (2010) yang dihasilkan mengandung protein tinggi.
menyatakan bahwa banyak hal yang Hal ini membedakan makanan jajanan yang
mempengaruhi tekstur bahan pangan antara dihasilkan dari penelitian ini dengan
lain rasio kandungan protein, lemak, suhu makanan jajanan yang umum tersedia,
pengolahan kadar air, dan aktivitas air. dimana kandungan proteinnya rendah.
Dewita (2010) menyatakan bahwa ikan
Nilai Proksimat mengandung protein yang berkualitas tinggi.
Nilai proksimat crackers meliputi kadar Protein dalam ikan tersusun dari asam-asam
air 2,46%, abu 1,32%, protein 23,56%, lemak amino yang dibutuhkan tubuh untuk
20,75% dan karbohidrat 49,87%; untuk pertumbuhan. Protein ikan amat mudah
cookies cokelat kadar air 2,74%, abu 1,06%, dicerna dan diabsorpsi oleh tubuh.
protein 23,82%, lemak 25,29%, dan Berdasarkan hasil analisis proksimat,
karbohidarat 46,53% dan untuk tortilla kadar diketahui bahwa nilai rata-rata kadar abu
air 2,31%, abu 2,05%, protein 26,42%, lemak makanan jajanan yang dihasilkan adalah
21,19% dan karbohidarat 36,15%. berkisar antara 1,06–2,05%. Jika dibandingkan
Nilai proksimat yang bervariasi dari dengan persyaratan SNI No. 01-2973-1992
masing-masing makanan jajanan disebabkan (kadar abu maksimum 1,5%), maka kadar abu
karena formulasi yang menyusun produk yang dihasilkan pada crackers dan cookies
tersebut berbeda. Kadar air yang dihasilkan cokelat memenuhi syarat yang telah ditentukan
relatif kecil sehingga peluang untuk rehidrasi oleh SNI. Abu adalah residu anorganik dari
cukup besar sekali, oleh sebab itu pembakaran bahan-bahan organik, biasanya
penyimpanan produk sangat berpengaruh. komponen tersebut terdiri dari kalium, kalsium,
Kadar air merupakan mutu parameter yang natrium, besi, mangan, dan magnesium. Abu
sangat penting bagi suatu produk makanan. merupakan semua bahan yang tersisa setelah
Semakin rendah kadar air suatu produk, maka pengabuan dan kadar abu ini berhubungan
semakin tinggi daya tahan produk tersebut. dengan padatan total yang disebut juga dengan
Jika dibandingkan dengan persyaratan SNI unsur mineral dalam bahan pangan. Kadar abu
No. 01-2973-1992 (kadar air maksimum 5%), dapat menunjukkan besarnya jumlah mineral
maka kadar air yang dihasilkan pada crackers yang terkandung dalam bahan pangan tersebut.

221 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3 Pola penerimaan siswa SD terhadap produk KPI, Dewita, et al.

Kadar karbohidrat pada makanan jajanan Hasan B. 2007. Masa simpan fillet patin asin
yang dihasilkan berkisar antara 36,15– (Pangasius hypopthalmus) yang
56,19%. Kandungan karbohidrat ini berasal diawetkan dengan cairan fermentasi
dari tepung terigu yang digunakan sebagai rebung dan disimpan pada suhu kamar.
bahan baku. Karbohidrat merupakan sumber Berkala Terubuk XIV(1): 80-92.
energi utama bagi hampir seluruh penduduk Hasan B. 2008. Pengaruh penyiangan dan
dunia dan berperanan penting dalam suhu fermentasi terhadap pematangan
menentukan karakteristik suatu bahan peda kembung (Rastreliger
pangan, misalnya warna, rasa, dan tekstur. branchysoma). Jurnal Perikanan dan
Tujuan penambahan karbohidrat pada bahan Kelautan VII(1): 110-120.
pangan adalah memperbaiki warna dan Heruwati ES. 2002. Pengolahan secara
struktur fisik bahan pangan serta menambah tradisional: prospek dan peluang
nilai gizi dan memberikan cita rasa gurih pengembangan. Jurnal Litbang
pada bahan pangan itu sendiri. Pertanian 21(3): 92-99.

KESIMPULAN Hutapea EB. Parkanyiova L, Parkanyiova J,


Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk Miyahara M, Sakurai H, Pokorny J. 2004.
makanan jajanan berbasis konsentrat protein ikan Browning reactions between oxidised
baung (crackers, cookies cokelat dan tortilla) vegetable oils and amino acid. Journal of
secara organoleptik (rupa, aroma, rasa dan Food Science 22: 99-107.
tekstur) dapat diterima oleh konsumen, dengan Leksono T, Syahrul. 2001. Studi mutu dan
tingkat kesukaan antara 80–98 %. penerimaan konsumen terhadap abon ikan.
Hasil analisis proksimat dari produk Jurnal Natur Indonesia III(2): 178-184.
makanan jajanan berbasis konsentrat protein McPhee AD, Dubrow DL. 1972. Application of
ikan baung (crackers, cookies cokelat dan ternary equilibrium data to production of fish
tortilla) menunjukkan bahwa kadar air dan protein concentrate. Journal of The American
abu memenuhi syarat yang ditentukan oleh Oil Chemist’s Society 49: 501–504.
SNI, dengan kandungan protein, lemak, dan Rieuwpassa F, Kusharto CM, Astawan M,
karbohidrat yang tinggi. Martianto D, Surono IS. 2004.
Pemanfaatan konsentrat protein ikan
DAFTAR PUSTAKA dalam pembuatan biskuit anak balita.
Ariyani F, Saleh M, Tazwir, Hak N. 2003. Media Gizi dan Keluarga 28(1): 57-63.
Optimasi proses produksi hidrolisat Reynaldi R, Syahrul. 2003. Pengaruh Kombinasi
protein ikan (HPI) dari mujair. Jurnal daging ikan jambal siam dengan tepung
Penelitian Perikanan Indonesia 9: 11-21. meizena terhadap mutu biskuit manis.
[BSN] Badan Standar Nasional. 1992. SNI [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu
01-2973-1992. Cookies. BSN. Jakarta. Kelautan Universitas Riau.
Dewita, Suparmi, Syahrul. 2010. Diversifikasi Santoso B, Mushollaeni W, Hidayat N. 2006.
dan fortifikasi produk olahan berbasis ikan Tortilla. Tekno Pangan. Surabaya: Penerbit
patin. Jurnal Teknologi Hasil Perikanan Trubus Agrisarana.
I(1): 112 -120. Sudha ML, Srivastava AK, Vetrimani R,
Faridah A, Kasmita S, Yulastri A, Yusuf, L. Leelavathi K. 2007. Fat replacement in soft
2008. Patiseri Jilid 3. Jakarta: Direktorat dough biscuits. Its implication on dough
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. rheology and biscuits quality. Journal of
Direktorat Jenderal Manajemen Food Engineering 80: 922-930.
Pendidikan, Dasar dan Menengah. Sultan WJ. 1969. Practical Baking. The AVI
Departemen Pendidikan Nasional. Publishing Company Inc: Westport,
Connecticut.
Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 222

You might also like