You are on page 1of 8

TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Januari 2014 Volume III Nomor 2

GUGATAN ACTIO PAULIANA UNTUK MENYELAMATKAN HARTA PAILIT


DALAM KEPAILITAN
Ferdinan Siboro*
Ramli Siregar**
Windha***

ABSTRACT

Each economic organization in any form or scale always requires the sufficient fund to enable the
activities and development can be realized based on its planning. Actio Pauliana is facility provided by
regulation to each creditor to submit cancelation of not required action that implemented in which the
action cause the loss to the creditor in management of bankruptcy properties.
The problem in this research is management of action pauliana according to Act No. 37 of 2004
concerning to the Bankruptcy and Postponement of liability for debt payment. The authority of commerce
court in action pauliana claim is to save the bankrupt property in bankruptcy.
The approach method applied in this research is normative juridical method, i.e. law research by
focus to the library material or document that known as secondary data in addition to primary, secondary
and tertiary law material.
Based on the results of research indicates that Act No. 37 of 2004 regulate. The action pauliana
from Article 30, 41 up to 50 that more comprehensive than the provision or term in Civil Code
(KUHPerdata) or in previous Bankruptcy Regulation (S.1905-217 in connection with S. 1906-348). Article
41 of Act No. 37 of 2004 said that for the interest of the bankrupt properties, it can apply the cancelation
on all of legal action of debtor in bankruptcy that may cause the loss to the creditor that conducted
before the bankruptcy. The commerce court has authority to investigate and take judgment on action
pauliana in the bankruptcy case. The Commerce Court ask the curator to assess the properties of
debtor after the bankruptcy decision. The application of action pauliana is a continuation of bankruptcy
decision in handle the property of bankrupt. Act of bankruptcy contain the special terms on other case
from the bankrupt case that decided by the Commerce Court according to Article 300 paragraph (1) of
Act No. 37 of 2004. The action pauliana claim is submitted to the Commerce Court to cancel the debtor
action that cause the loss to the bankrupt properties. The commerce court ask the curator to access the
bankrupt properties if debtor do any action that cause the loss to the bankrupt properties.

Keywords: Actio Pauliana, Harta Pailit, Kepailitan.

*Mahasiswa Fakultas Hukum USU


**Dosen Pembimbing I
***Dosen Pembimbing II
I. PENDAHULUAN kepailitan, actio pauliana penting sebagai salah
Para kreditur yang mengetahui bahwa satu alasan yang dapat diajukan oleh kreditur
debitur tidak mampu lagi membayar utang- untuk membatalkan perbuatan hukum debitur
utangnya dapat mengajukan gugatan terhadap pailit yang dilakukan sebelum pernyataan pailit
kreditur tersebut melalui lembaga kepailitan, diumumkan. Pengaturan tentang actio pauliana di
disertai dengan permohonan sita jaminan untuk dalam UUK dan PKPU diatur dalam Pasal 41
menjamin agar debitur tidak mengalihkan harta sampai Pasal 50.
bendanya sebelum keputusan pailit dijatuhkan. Salah satu upaya perlindungan terhadap
Terhadap perbuatan yang dilakukan oleh debitur kepentingan Kreditur dalam UUK dan PKPU
yang dapat merugikan para kreditur, Pasal 41 adalah mencegah kecurangan yang dilakukan
UUK dan PKPU memberikan perlindungan oleh Debitur. Kecurangan yang dapat dilakukan
kepada kreditur berupa hak yang menurut oleh Debitur misalnya seseorang yang beriktikad
penyebutannya dalam bahasa latin lazim disebut tidak baik membuat sebanyak mungkin utang
“Actio Pauliana” yang berasal dari nama seorang untuk selanjutnya mengajukan permohonan
ahli hukum Romawi, “Paulus”, penciptanya1, actio pernyataan pailit agar tidak membayar utang-
pauliana adalah hak yang dimiliki oleh para utangnya itu dengan terlebih dahulu
kreditur, bahwa para kreditur dalam keadaan- menyembunyikan kekayaannya, penulis sangat
keadaan tertentu dapat memandang batal tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai
perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan oleh masalah tuntutan actio pauliana dalam kepailitan
debitur yang merugikan mereka2. Azas ini dengan menyusun skripsi ini berjudul gugatan
memberikan jaminan bagi kreditur terhadap actio pauliana untuk menyelamatkan harta pailit
debitur yang mengalihkan harta kekayaannya dalam kepailitan.
yang mengakibatkan kerugian bagi kreditur. Berdasarkan latar belakang di atas maka
Actio pauliana hanya dapat dilakukan dan yang menjadi pokok permasalahan dari penelitian
dilaksanakan berdasarkan putusan hakim ini adalah :
pengadilan. Dengan demikian berarti setiap 1. Bagaimana pengaturan actio pauliana dalam
pembatalan perjanjian, apapun juga alasannya, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004?
pihak maupun juga yang mengajukannya tetap 2. Bagaimana kewenangan Pengadilan Niaga
menjadi wewenang pengadilan. Dengan dalam gugatan actio pauliana?
dijatuhkannya putusan yang membatalkan 3. Bagaimana Upaya Hukum Terhadap Putusan
perjanjian atau tindakan yang merugikan mengenai actio pauliana untuk
kepentingan kreditur (khususnya harta kekayaan menyelamatkan harta pailit dalam kepailitan?
debitur), maka seluruh orang dan kebendaannya
dikembalikan seperti semula.3 Dalam perihal II. METODE PENELITIAN
A. Spesifikasi Penelitian
1Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Spesifikasi penelitian yang dalam
Perdata: Hukum Perutangan, bag 8 (Jogyakarta :
penelitian ini yaitu penelitian deskriptif analitis.
Liberty, 2006), hlm. 39.
2 ibid, hlm.39.
Maksud dari penelitian ini adalah untuk
3 ibid hlm. 44.

2 FERDINAN, GUGATAN ACTIO PAULIANA UNTUK MENYELAMATKAN HARTA PAILITN DALAM


KEPAILITAN
TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi Januari 2014 3

memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas seperti perundang-undangan. Data yang
tentang permasalahan putusan pailit menurut diperoleh dari penelusuran kepustakaan,
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang dianalisis dengan deskriptif kualitatif yakni
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban menggambarkan secara menyeluruh pokok
Pembayaran Utang, Kewenangan Pengadilan permasalahan dan menganalisis data tersebut
Niaga dalam memeriksa dan mengadili perkara menurut kualitas dan kebenarannya kemudian
kepailitan menurut UU No. 37 Tahun 2004 dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari
tentang PKPU dalam Pasal 30, 41 s/d 50 yang penelitian kepustakaan sehingga diperoleh
mengatur secara lebih komprehensif mengenai jawaban atas permasalahan yang diajukan.
Perkara Actio Pauliana sehingga pada akhirnya
dapat diperoleh suatu kesimpulan. III. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
B. Sumber Data A. Dasar Pengajuan Gugatan Actio Pauliana
Dalam penulisan skripsi ini digunakan
Actio pauliana adalah suata upaya hukum
metode pengumpulan sumber data melalui Library
untuk membatalkan transaksi yang dilakukan oleh
Research (penelitian kepustakaan) yakni
debitur untuk kepentingan debitur yang dapat
mengumpulkan bahan-bahan penulisan skripsi ini
merugikan pihak kreditur, upaya ini dilakukan
melalui bacaan-bacaan seperti buku mengenai
dalam jangka 1 tahun sebelum putusan
kepailitan, majalah ilmiah, hasil-hasil seminar,
pernyataan pailit diputuskan. Adapun yang
surat kabar, pendapat sarjana dan internet dan
menjadi dasar hukum dari actio pauliana adalah
juga bahan-bahan bacaan yang relevan sebagai
Pasal 1341 KUHPdt dan Pasal 42 UUK dan
dasar pengembangan uraian teoritis tentang
PKPU.
kepailitan terhadap penulisan ini.
Syarat-syarat pembatalan: tuntutan
pembatalan berdasarkan actio pauliana pada
C. Teknik Pengumpulan Data
umumnya (sesuai KUH Perdata) harus memenuhi
Teknik pengumpulan data yang
tiga syarat:
dipergunakan penulis untuk mengumpulkan data
1. Menyangkut perbuatan hukum yang tidak
penelitian ini adalah melalui studi pustaka (library
wajib dilakukan oleh debitur;
research) yang berupa pengambilan data yang
2. Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian
berasal dari bahan literatur atau tulisan ilmiah
pada satu atau lebih kreditur;
berkaitan dengan Actio Pauliana dan Kepailitan.
3. Debitur bersangkutan, maupun pihak dengan
atau untuk siapa perbuatan tersebut
D. Analisis Data
dilakukan, mengetahui bahwa akibat
Jenis analisis yang dipergunakan dalam
perbuatan tersebut merugikan kreditur.
penelitian ini adalah analisis normatif kualitatif
yang menjelaskan pembahasan yang dilakukan
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku
Dalam proses kepailitan (pasca putusan pernyataan pailit dan penundaan kewajiban
pailit), ada beberapa varian dari actio pauliana, pembayaran utang.
yaitu:4 Mahkamah Agung Republik Indonesia
1. Pembatalan perbuatan hukum yang tidak ditingkat kasasi dalam putusan No : 018
wajib dilakukan; PK/Pdt.Sus/2007, menyatakan bahwa perkara
2. Pembatalan hibah; actio pauliana bukan kewenangan Pengadilan
3. Pembatalan perbuatan hukum yang wajib Niaga karena pembuktian actio pauliana tidak
dilakukan. sederhana. Salah satu syarat dalam actio
Syarat-syarat yang berlaku untuk pembatalan pauliana adalah debitur dan pihak dengan siapa
perbuatan hukum yang tidak wajib dilakukan, perbuatan hukum dilakukan mengetahui atau
pada dasarnya serupa dengan syarat-syarat sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum
pembatalan berdasarkan actio pauliana pada tersebut akan menimbulkan kerurgian bagi
umumnya. Perbedaannya, dimungkinkan kreditur.5 Menurut Majelis Hakim, syarat tersebut
berlakunya pembuktian terbalik, berdasarkan mengakibatkan pembuktian tidak mungkin
sangkaan bahwa pihak-pihak yang melakukan dilakukan secara sederhana, sehingga
perbuatan hukum terkait mengetahui bahwa Pengadilan Niaga tidak berwenang mengadili
tindakan mereka merugikan kreditur-kreditur dari perkara actio pauliana.6
debitur bersangkutan, apabila perbuatan hukum Sementara, kewenangan memeriksa
itu dilakukan satu tahun sebelum debitur perkara lain selain pernyataan pailit dan
dinyatakan pailit. penundaan kewajiban pembayaran utang akan
B. Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam ditentukan lagi dalam suatu peraturan
Menangani Perkara Actio Pauliana dalam
pemerintah. Dengan kata lain, kewenangan
Kepailitan
Pengadilan Niaga untuk mengadili di luar
Pelaksanaan actio pauliana dalam praktik
pernyataan pailit dan penundaan kewajiban
di Pengadilan Niaga banyak menimbulkan
pembayaran utang masih merupakan ius
permasalahan, yakni adanya 2 (dua) pendapat
constituendum, hukum yang akan datang. Oleh
yang saling bertentangan dalam menentukan
karena pemohon actio pauliana ini bukan
pengadilan manakah yang berwenang untuk
pernyataan pailit atau penundaan kewajiban
memeriksa dan mengadili actio pauliana dalam
pembayaran utang, akan tetapi bisa dimasukkan
perkara kepailitan. Disatu sisi ada pendapat
pada perkara lain dibidang perniagaan maka
bahwa pengadilan niaga tidak berwenang
Pengadilan Niaga tidak berwenang untuk
mengadili actio pauliana dalam perkara kepailitan.
mengadilinya. Pengadilan Niaga tidak dapat
Pendapat ini mendasarkan pada argumentasi
menggunakan interpretasi untuk membenarkan
hukum bahwa ketentuan kewenangan Pengadilan
kewenangannya karena sekalipun pengadilan
Niaga secara normatif masih terbatas pada
niaga berada dilingkungan peradilan umum bukan

5Putusan.mahkamahagung.go.id/pengadilan/m

ahkamah-agung/direktori/perdata-khusus/kepailitan,
4 http://niluhgde.blogspot.com/2012/05/actio- diakses 11 April 2013
pauliana.html, diakses tanggal 28 Maret 2013 6 Yan Apul, Op.Cit, hlm. 30

4 FERDINAN, GUGATAN ACTIO PAULIANA UNTUK MENYELAMATKAN HARTA PAILITN DALAM


KEPAILITAN
TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi Januari 2014 5

berarti sama dan sebangun dalam artian hukum. mengakibatkan kerugian bagi para Kreditur.
Sebab peradilan niaga hanya berwenang Berhubung dengan itu maka oleh Pasal 1341
memeriksa permohonan yang menurut hukum KUH Perdata telah ditetapkan bahwa tiap orang
acara pembuktiannya sederhana, sementara yang mengutangkan kepada seorang (kreditur)
peradilan umum memeriksa gugatan yang adalah berhak untuk meminta pembatalan segala
pembuktiannya tidak sederhana. perjanjian yang dilakukan oleh si berutang
Hukum acara yang berlaku dalam (debitur) dengan sepengetahuan bahwa ia
mengadili perkara yang termasuk “hal-hal lain” merugikan orang-orang yang mengutangkan,
adalah sama dengan hukum acara perdata yang sedangkan sama sekali tidak ada keharusan
berlaku bagi perkara permohonan pernyataan baginya untuk melakukan perbuatan itu.
pailit termasuk mengenai pembatasan jangka Tuntutan yang dimajukan kepada Hakim
waktu penyelesaian”. oleh seorang yang mengutangkan berdasarkan
Telah diatur dalam UUK dan PKPU secara Pasal 1341 KUH. Perdata itu dinamakan Actio
lengkap dan tegas bahwa Pengadilan Niaga Pualiana. Di muka Hakim harus dibuktikan bahwa
berwenang mengangani perkara actio pauliana. perbuatan si berutang itu sungguh-sungguh
Dengan diterbitkannya UUK dan PKPU maka merugikan kepada orang-orang yang
perkara actio pauliana adalah perkara yang mengutangkan, lagi pula harus dibuktikan bahwa
berkaitan dengan pemberesan harta pailit, kedua pihak mengetahui hal itu. Mengenai
sehingga Pengadilan Niaga berwenang untuk perbuatan-perbuatan dengan percuma, misalnya
memeriksa dan memutus perkara actio pauliana. pemberian barang (schenking), cukuplah jika
C. Upaya Hukum Terhadap Putusan orang-orang yang mengutangkan itu
Mengenai Actio Pauliana
membuktikan bahwa si berutang pada waktu
Berlakunya Actio pauliana terhadap melakukan perbuatannya itu tahu bahwa ia
perbuatan hukum si pailit yang dilakukan setelah merugikan kepada si berutang. Jadi tidak usah
putusan pailit. Actio pauliana dalam perkara dibuktikan bahwa orang yang menerima
kepilitan sebenarnya merujuk pada ketentuan pemberian itu juga tahu bahwa dengan
dalam Pasal 1341 KUH Perdata, hanya ada pemberian itu orang yang memberikan barang
ketentuan-ketentuan khusus dalam Actio pauliana merugikan kepada orang-orang yang
7
pada perkara kepailitan. Ketentuan Pasal 1341 mengutangkan kepadanya .
KUH Perdata menyatakan bahwa meskipun Hal yang penting untuk ditekankan disini
demikian, Kreditur boleh mengajukan tidak adalah bahwa perjanjian atau perbuatan hukum
berlakunya segala tindakan yang tidak diwajibkan tersebut bersifat dapat dibatalkan dan bukan batal
yang dilakukan oleh debitur, dengan nama apa demi hukum. Hal ini harus dikembalikan kepada
pun juga yang merugikan kreditur; asal dibuktikan prinsip dasar dari sahnya suatu perjanjian,
bahwa ketika tindakan tersebut dilakukan, debitur sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 1320
dan orang yang dengannya atau untuknya debitur 7 Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri

itu bertindak, mengetahui bahwa tindakan itu Hukum Bisnis : Kepailitan. (Jakarta : Rajawali Pers,
1999) hlm. 33
KUH Perdata jo Pasal 1338 KUH Perdata. Ini hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian
berarti sepanjang perjanjian dan atau perbuatan bagi kreditur.
yang dilakukan tidak menyentuh aspek objektif Apabila pada saat perbuatan hukum
dari syarat-syarat sahnya perjanjian, maka tersebut dilakukan hanya debitur saja yang
perjanjian tersebut hanya dapat dimintakan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa
pembatalannya, atas dasar tidak terpenuhinya perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan
syarat kecakapan dan atau ketiadaan kerugian bagi kreditur, sedangkan pihak dengan
8
kesepakatan . siapa perbuatan hukum itu dilakukan ternyata
Adanya pengajuan actio pauliana, suatu beritikad baik, hal ini tidak diatur oleh UUK dan
lembaga perlindungan terhadap hak kreditur, PKPU. Biasanya, apabila debitur itu adalah
yaitu suatu hak yang diberikan kepada seorang perseroan terbatas, maka berdasarkan Undang-
kreditur untuk memajukan dibatalkannya segala Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
perbuatan yang tidak diwajibkan untuk dilakukan Perseroan Terbatas, Pengurus dari Perseroan
oleh debitur tersebut, sedangkan debitur Terbatas itu harus bertanggung jawab secara
mengetahui bahwa dengan perbuatannya itu pribadi. suatu badan hukum dimana debitur atau
9
kreditur dirugikan. pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam angka
Ketentuan Pasal 41 UUK dan PKPU 1) adalah anggota direksi atau pengurus atau
terdapat lima persyaratan yang harus dipenuhi apabila pihak-pihak tersebut, baik sendiri-sendiri
agar actio pauliana itu berlaku: ataupun bersama-sama, ikut serta secara
1. Debitur telah melakukan suatu perbuatan langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan
hukum; badan hukum tersebut paling kurang sebesar
2. Perbuatan hukum tersebut tidak wajib 50% (lima puluh perseratus) dari modal disetor.
dilakukan debitur; Gugatan actio pauliana dalam kepailitan
3. Perbuatan hukum dimaksud telah merugikan disyaratkan bahwa debitur dan pihak dengan
kreditur; siapa perbuatan tersebut dilakukan dianggap
4. Pada saat melakukan perbuatan hukum mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa
tersebut debitur mengetahui atau sepatutnya perbuatan tersebut akan mengakibatkan kerugian
mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut bagi kreditur. Gugatan actio pauliana dalam
akan merugikan Kreditur; dan kepailitan harus memenuhi kriteria:
5. Saat melakukan perbuatan hukum tersebut 1. Perbuatan hukum yang digugat actio pauliana
dilakukan pihak dengan siapa perbuatan dalam kepailitan tersebut merupakan
hukum itu dilakukan mengetahui atau perbuatan yang merugikan kreditur yang
sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun
sebelum putusan pailit;
2. Perbuatan hukum yang digugat actio pauliana
8Ibid, hlm. 33 dalam kepailitan tersebut merupakan
9 Sutan Remy Sjahdeni. Hukum Kepailitan –
perbuatan yang merugikan kreditur yang tidak
Memahami Faillissementsverordening juncto Undang-
Undang No. 4 tahun 1998. (Jakarta : Pusataka Utama wajib dilakukan oleh debitur pailit.
Grafiti, 2002). hlm 298

6 FERDINAN, GUGATAN ACTIO PAULIANA UNTUK MENYELAMATKAN HARTA PAILITN DALAM


KEPAILITAN
TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi Januari 2014 7

3. Perbuatan hukum yang digugat actio pauliana Peraturan Kepailitan yang lama (S.1905-217
dalam kepailitan tersebut merupakan jo. S. 1906-348). Pasal 41 UUK dan PKPU
perbuatan yang merugikan kreditur yang tersebut menyebutkan bahwa untuk
merupakan perjanjian di mana kewajiban kepentingan harta pailit, dapat dimintakan
debitur jauh melebihi kewajiban pihak dengan pembatalan atas segala perbuatan hukum
siapa perjanjian tersebut dibuat. debitur yang telah dinyatakan pailit yang
4. Perbuatan hukum yang digugat actio pauliana merugikan kepentingan Kreditur, yang
dalam kepailitan tersebut merupakan dilakukan sebelum pernyataan pailit.
perbuatan yang merugikan kreditur yang 2. Pengadilan Niaga berwenang memeriksa dan
merupakan pembayaran atas, atau pemberian mengadili actio pauliana dalam perkara
jaminan untuk utang yang belum jatuh tempo kepailitan. Pengadilan Niaga memerintahkan
dan/atau belum atau tidak dapat ditagih; atau kepada kurator untuk memeriksa harta yang
5. Perbuatan hukum yang digugat actio pauliana dimiliki debitur setelah putusan pailit.
dalam kepailitan tersebut merupakan Permohonan actio pauliana merupakan
perbuatan yang merugikan kreditur yang kelanjutan dari putusan kepailitan yang
dilakukan terhadap pihak terafiliasi. Pihak dilakukan dalam rangka pemberesan harta
yang terafiliasi ditentukan sebagaimana dalam pailit. UUK dan PKPU memuat ketentuan
Pasal 42 UUK dan PKPU. Pengajuan actio secara khusus perkara lain yang berawal dari
pauliana dalam kepailitan diajukan ke perkara kepailitan harus diputus oleh
Pengadilan Niaga. Hal ini sesuai dengan Pengadilan Niaga menurut Pasal 30 Ayat (1)
Pasal 3 Ayat (1) UUK yang menyatakan dan Pasal 300 ayat (1) UUK dan PKPU.
bahwa Putusan atas permohonan pernyataan 1. Gugatan action pauliana dalam
pailit dan hal-hal lain yang berkaitan dan/atau menyelamatkan harta pailit adalah merupakan
diatur dalam undang-undang ini diputuskan sarana yang diberikan oleh undang-undang
oleh pengadilan yang daerah hukumnya kepada kreditur untuk mengajukan
meliputi daerah tempat kedudukan hukum pembatalan melalui kurator atas segala
debitur. perbuatan debitur yang merugikan harta pailit,
IV. PENUTUP sebelum putusan pernyatan pailit diucapkan.
A. Kesimpulan Gugatan actio pauliana yang diajukan kepada
Berdasarkan dari uraian tersebut maka Pengadilan Niaga hanya dapat dikabulkan jika
dapat diambil kesimpulan bahwa : bahwa pada saat perbuatan hukum terbukti
1. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan dilakukan debitur dan pihak dengan siapa
Kewajiban Pembayaran Utang mengatur perbuatan dilakukan mengetahui akan
secara lebih komprehensif mengenai actio sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan
pauliana ini, mulai dari Pasal 30, Pasal 41 hukum akan mengakibatkan kerugian bagi
sampai dengan Pasal 50. lebih komprehensif kreditur.
dari ketentuan KUHPerdata maupun dalam
B. Saran 2. Untuk menghindari perbedaan pendapat
Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab mengenai tindakan ataupun transaksi yang
terdahulu dan kesimpulan-kesimpulan tersebut di dilakukan oleh debitur yang merugikan
atas, dapat dirumuskan saran-saran sebagai kreditur, hendaknya diadakan pelatihan
berikut: khusus terhadap hakim agar lebih memahami
1. Untuk menghindari terjadinya actio pauliana, actio pauliana
hendaknya Debitur yang telah dijatuhi putusan 3. Untuk melindungi kreditur hendaknya gugatan
pailit oleh Pengadilan Niaga menghormati dan actio pauliana diproses dalam waktu yang
tidak melakukan tindakan yang merugikan singkat guna menjamin pengembalian piutang
kepentingan Kreditur dengan tidak beritikat kepada kreditur tidak berlangsung lama.
baik mengalihkan aset-asetnya kepada pihak
lain.

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku

Ahmad Yani & Gunawan Widjaja. Seri Hukum Bisnis: Kepailitan. Jakarta: Rajawali Pers, 1999.
Yiihassarie, Emmy (eds.). Kepailitan dan Transfer Aset Secara Melawan Hukum. Jakarta : Pusat
Pengkajian Hukum, 2004.
Hartono, Sri Rejeki. “Hukum Perdata Sebagai Dasar Hukum Kepailitan Modern.” Jurnal Hukum Bisnis,
Volume VII, (1999)
Sofwan, S.S. Masjchoen. Hukum Perdata: Hukum Perutangan, bag 8. Jogyakarta: Liberty, 2006.
Widjanarko. “Dampak Implementasi Undang-Undang Kepailitan Terhadap Sektor Perbankan.” Jurnal
Hukum Bisnis, Vol. VIII (1999)
Sjahdeni. Sutan Remy. Hukum Kepailitan – Memahami Faillissementsverordening juncto Undang-
Undang No. 4 tahun 1998. Jakarta : Pusataka Utama Grafiti, 2002.

B. Perundang-Undangan
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Pasal 47 ayat (1)

C. Website
Actio Pauliana.. http://www.niluhgde.blogspot.com/2012/05/actio-pauliana.html (diakses tanggal 28
Maret 2013).

8 FERDINAN, GUGATAN ACTIO PAULIANA UNTUK MENYELAMATKAN HARTA PAILITN DALAM


KEPAILITAN

You might also like