Professional Documents
Culture Documents
Prospektif
Kedepannya
Try Widiyono
Fakultas Hukum Universitas Islam Jakarta
Jalan Balai Rakyat Utan Kayu, Kecamatan Matraman Jakarta Timur 13120
trywidiyono@yahoo.com
Abstract
Legal theory was first created by the founder of the legal theory only to answer the challenge of how
to act in a legal traffic laws of economics. The legal theory on its journey still needs to be refined, as
it turns out there is a legal relationship and legal actions of the parties contained in the personalities
behind the legal entity that has not been touched by the law. The purpose of this paper to determine
the development of legal theory and legal doctrines The Corporate Veil Piercing in Limited Liability
Companies Act. Legal reforms of the legal entity can be viewed from two legal milestone, the first
time the birth of the legal theory that focuses on personification of legal entities as if a human and a
second at the time of the birth of corporate law doctrine known as the Veil Piercing the backdrop
Corporrate to uncover the veil of private law that was behind the company's shareholders, the Board
of Commissioners and Board of Directors, in addition to providing a theoretical foundation and
philosophy so that the Shareholders, the Board of Commissioners and Board of Directors to carry out
the management of the company is fair, correct and professional as well as full high integrity and are
accountable to stakeholders, which the Law. 40 of 2007 on Limited Liability Companies in general
have me resptie legal doctrine, however, in reality there are shareholders who violate the doctrine of
the law,
Abstrak
Teori badan hukum pertama diciptakan oleh para peletak dasar teori badan hukum hanya
untuk menjawab tantangan bagaimana badan hukum dapat bertindak dalam lalu lintas
hukum ekonomi. Teori badan hukum tersebut pada perjalanannya masih perlu untuk
disempurnakan, karena ternyata terdapat hubungan hukum dan tindakan hukum para
pihak yang terdapat pada pribadi-pribadi yang berada dibalik badan hukum yang belum
tersentuh oleh hukum. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui perkembangan teori
hukum dan doktrin hukum Piercing The Corporate Veil dalam Undang-Undang Perseroan
Terbatas. Reformasi hukum atas badan hukum dapat dilihat dari dua tonggak sejarah
badan hukum, yakni pertama saat lahirnya teori badan hukum yang menitikberatkan pada
personifikasi badan hukum seakan-akan sebagai manusia dan kedua pada saat lahirnya
doktrin hukum korporasi yang dikenal dengan nama Piercing the Corporrate Veil yang
dilatarbelakangi untuk mengungkap tabir hukum para pribadi yang berada di balik
perseroan yakni para Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi.Selain itu untuk
memberikan landasan teoritis dan filsafat agar para Pemegang Saham, Dewan Komisaris
dan Direksi dapat melakukan pengelolaan perseroan secara adil, benar dan profesional
serta penuh integritas yang tinggi dan bertanggung jawab kepada stakeholder, dimana
Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas secara umum telah
meresepsi doktrin hukum tersebut, namun demikian dalam realitanya terdapat
pemegang saham yang melanggar doktrin hukum tersebut antara lain dengan
mempengaruhi profesionalisme dan integritas Direksi dan Dewan Komisaris untuk
kepentingan share holder tanpa memperhatikan kepentingan stakeholder, di samping
maraknya pemegang saham melakukan perjanjian-perjanjian nominee saham, yang
melannggar disclosur principles baik dari segi informasi maupun tanggung jawab serta
bertentangan dengan prinsip good corporate governance sebagai implementasi doktrin
hukum tersebut di atas
Fenomena hukum para pemilik modal ditentukan dalam Pasal 3 UUPT yang akan
yang secara yuridis formal disebut pemegang diuraikan tersendiri. Ciri demikian akan cocok
saham, mempunyai peluang untuk melakukan bagi orang-orang yang mempunyai modal,
tindakan hukum antara lain : tetapi merasa dirinya tidak mampu untuk
1. Mempunyai peluang untuk menjadikan mengendalikan suatu usaha tertentu, mereka
suatu perseroan sebagai vihicle dalam dapat hanya memiliki saham dan sekaligus
melakukan tindakan hukum yang tidak mempunyai tanggung jawab yang terbatas.
terpuji. Antara lain menganggap para Selanjutnya operasional usaha tersebut
anggota Direksi dan Para Dewan diserahkan kepada pihak yang lebih
Komisaris seakan-akan sebagai “pegawai” profesional yang akan bertindak sebagai
pemegang saham yang harus tunduk dan Direksi Perseroan, di bawah pengawasan
patuh pada pemegang saham. Dewan Komisaris. Pemegang sahamlah yang
2. Para Pemegang Saham juga sering mempunyai modal dan ide untuk mendirikan
mengambil kebijakan yang menjadi perseroan termasuk untuk mengangkat dan
wewenang Direksi dan/atau Dewan memberhentikan Direksi dan/atau Dekom.
Komisaris dan menjadikannya seakan- Dengan demikian, perseroan merupakan
akan sebagai boneka.pemegang saham . asosiasi modal yang diberi status badan
3. Maraknya perjanjian nominee saham, hukum.
untuk mengelabuhi kepemilkan saham Untuk melindungi kepentingan
yang sebenarnya.. stakehlder tersebut, khususnya terkait adanya
4. Membentuk holding company di bawah peluang dari pemegang saham untuk
pengendalian ultimate shareholder. melakukan tindakan hukum antara lain
Sehubungan dengan adanya peluang mepengaruhi perseroan sedemikian rupa
hukum sebagaimana tersebut diatas, maka isu sehingga bertentangan dengan asas kepatutan
hukum atau permasalahan hukum yang dan keadilan serta untuk memberikan
hendak dikemukakan dalam tulisan ini dukungan legalitas terhadap keberadaan
adalah: direksi dan dewan komisaris perseroan dalam
1. Siapakah para pribadi yang berada di menjalankan tugasnya masing-masing, maka
balik “perseroan” dan dapat berkembang doktrin hukum dalam hukum
mengendalikan suatu “perseroan” ? korporasi yang sering disebut Piercing the
2. Bagaimana doktrin hukum Piercing the Corporrate Veil.
Corporrate Veil memberikan arah
mengenai hal tersebut ?. Doktrin Utama Dalam Hukum Korporasi
3. Bagaimana menjawab tantangan Dilihat dari substansi materi dan
berkembangnya holding company yang idealisme yang terkandung dalam doktrin
dikendalikan oleh ultimeate share holder?. hukum korporasi ini, sesungguhnya doktrin
dimaksud diperlukan sebagai bagian dari
Pembahasan pengendalian akhlak para pribadi yang berdiri
Para Pribadi yang Berada di Belakang dibalik organ perseroan dalam menjalankan
Perseroan usahanya untuk tidak melakukan perbuatan
Perseroan terbatas sebagai subyek yang tercela yang dapat mencederai rasa
hukum pada hakekatnya adalah personifikasi keadilan masyarakat. Oleh karena itu, doktrin-
dari “subyek hukum” berupa orang. Namun doktrin hukum perseroan tersebut begitu
pada dasarnya pengendali pada perseroan penting
terbatas adalah para prubadi (orang) yang Guna memahami berbagai doktrin hukum
berada di belakangnya. Kata “terbatas” dalam modern dalam hukum perseroan, berikut
Perseroan Terbatas tersebut telah memberikan dikemukakan doktrin-doktrin hukum
gambaran mengenai salah satu karakteristik dimaksud sebagai berikut.
dari Perseroan Terbatas adalah terbatasnya 1. Piercing the Corporrate Veil
tanggung jawab pemegang saham sebesar Terjadinya Piercing the Corporrate Veil ialah
saham yang ditempatkan, kecuali pemegang apabila terjadi suatu perbuatan yang
saham melakukan kelalaian sebagaimana
dilakukan oleh pribadi yang berada dibalik c. Fungsi Dewan Komisaris adalah
perseroan antara lain sebagai berikut : mengawasi jalannya usaha perseroan.
a. Sekalipun pemegang saham perseroan Jika Dewan Komisaris lalai dalam
berdasarkan teori badan hukum yang menjalankan fungsinya sebagai
bersangkutan hanya mempunyai pengawas perseroan, maka yang
tanggung jawab sebesar saham yang bersangkutan juga dapat dimintakan
dimiliki dalam perseroan tersebut, tanggung jawabnya sampai harta
tetapi mengingat kewenangan para pribadi.
pemegang saham melalui lembaga 2. Doktrin Fuduciary Duty
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Doktrin Fuduciary Duty berawal dari
dapat mengangkat dan kesadaran bahwa tidak ada direksi tanpa
memberhentikan anggota Direksi dan adanya perseroan dan tidak ada perseroan
anggota Dewan Komisaris, serta dapat tanpa adanya direksi. Keberadaan direksi
memberikan persetujuan-persetujuan adalah sebab adanya perseroan dan adanya
tertentu atas tindakan hukum direksi perseroan adalah sebab adanya direksi.
dan dapat memberikan arahan Oleh karena itu, tidak dapat disangkal
dan/atau perintah atau kebijakan bahwa antara direksi dan perseroan
perseroan, maka jika para pemegang terdapat hubungan fiducia yang melahirkan
saham dalam melakukan RUPS “fiduciary duty” bagi direksi perseroan.
tersebut menggunakan kewenangannya Henry Campbell Black menyatakan
untuk menjadikan perseroan menjadi “Fiduciary duty. A duty to act for someone else’s
merugikan para stakeholder, misalnya benefit, while subordinating one’s personal
menjadi perseroan sebagai vihicle dalam interest to that of the other person. It is the
melakukan tindakan pidana, maka atas hignest standard of duty implied by law. (Henry
perbuatan tersebut kepada para Campbell Black, 1990:220). Widjaya
pemegang saham dapat dimintakan menyatakan tugas berdasarkan fiducia ini,
pertanggungjawaban bukan hanya meliputi dan berdasarkan kepercayaan
sebesar saham yang dimiliki tetapi (fiduciary duties, trust and confidence);
harus bertanggung jawab secara berdasarkan kecakapan, kehati-hatian dan
perdata sampai harta pribadi yang ketekunan (duties of skill, care and diligence)
bersangkutan dan tanggung jawab dan berdasarkan ketentuan undang-undang
pidana. (statutory duties).(Widjaya, Rai, I.G, 2000 :
b. Para anggota Direksi sebagai pihak 220).
yang mewakili perseroan dan Tidak dapat dipungkiri bahwa hignest
pengurusan dapat melakukan standard of duty implied by law juga sangat
tindakan apa saja terhadap perseroan erat dengan standar tingkah laku. Oleh
yang ia urus, tetapi berdasarkan karena itu, hal tersebut dapat kita kaitkan
doktrin hukum ini, dalam mengurus dengan batasan standar tingkah laku. Salah
perseroan wajib menjalankannya sesuai satu batasan standar tingkah laku adalah In
maksud, usaha dan kegiatan serta law of negligence, that degree of care which a
tujuan perseroan yang diatur dalam reasonably prudent person should exercise in
anggaran dasar perseroan dan same or similar circumstances. If a person’s
peraturan perundang-undangan yang conduct falls below such standard, he may be
berlaku. Apabila terdapat salah satu liable in damages for injuries or demages
atau lebih dari anggota direksi yang resulting form his conduct. See Negligence;
melanggar prinsip tersebut, maka Reasonable man doctrine or standard. (Henry
anggota direksi yang bersangkutan Campbell Black, 1990:1404)
dapat dimintakan tanggung jawab 3. Doktrin Self Dealing Transaction:
perdata sampai harta pribadi yang Tugas-tugas direksi dalam mengurus
bersangkutan dan tanggung jawab perseroan, sering akan mengambil suatu
pidana. kebijakan tertentu yang menyangkut
interest pribadi dan kelompoknya. Dalam
hal ini kebijakan yang diambil oleh Direksi Doktrin tersebut menolak segala tindakan
wajib dilakukan dengan sikap kejujuran pribadi Pemegang Saham, Dewan Komisaris
dan profesional, dengan mengacu kepada dan Direksi serta pegawai perseroan yang
maksud, tujuan dan usaha perseroan yang memanfaatkan jabatannya terutama atas
diatur dalam Anggaran Dasarnya. informasi yang diperoleh selaku pejabat
Sekalipun mungkin kebijakan yang akan tersebut yang kemudian digunakan untuk
diambil oleh direksi perseroan dapat saja memperoleh keuntungan dari adanya
menyangkut kepentingan dirinya sendiri, informasi yang diterima lebih awal
keluarga dan atau kelompoknya, maka dibandingkan dengan pihak lain, dan
pengambilan kebijakan tersebut tidak boleh dengan demikian pihak lain dirugikan atas
menguntungkan secara nyata bagi dirinya adanya transaksi yang dilakukan oleh
sendiri, keluarga dan/atau kelompoknya. pejabat yang bersangkutan.
Dalam doktrin hukum korporasi hal Doktrin Corporate Opportunity adalah
tersebut masuk area doktrin self dealing doktrin yang mengharuskan direksi
transaction. Self dealing transaction adalah perseroan untuk melakukan tindakan yang
pembatasan kewenangan dan larangan berorientasi pada profit, tetapi lebih dari itu
direksi perseroan dalam hal terjadi ia wajib selalu taat pada ketentuan yang
transaksi yang menyangkut kepentingan diatur dalam anggaran dasar perseroan dan
dirinya, termasuk keluarga dan ketentuan perundang-undangan yang
kelompoknya (adanya benturan berlaku, bersifat profesional dan
kepentingan). Hal terpenting dari doktrin memperhatikan kepentingan stakeholder dan
ini adalah kebijakan direksi perseroan sharehoder.
harus jujur, transparan dan dapat 5. Doctrine Businnes Judgment Rule
dipertanggungjawabkan secara hukum Doktrin ini, mendudukan direksi pada
serta tanpa keberpihakan dan atau proporsi manusia yang sebenarnya, dimana
menguntungkan diri, keluarga dan dalam usahanya mungkin saja mengalami
kelompoknya. kegagalan. Kegagalan yang diterima
Doktrin self dealing transaction ini begitu berdasarkan doktrin ini adalah kegagalan
penting terutama jika terdapat benturan manusiawi. Bagaimanapun direksi
kepentingan antara pribadi Pemegang perseroan yang menjalankan fungsi dan
Saham, anggota Komisaris dan Direksi tugasnya, dihadapkan kepada risiko
perseroan. Dalam hal ini Pemegang Saham, operasional, yang terkadang berada di luar
anggota Komisaris dan Direksi perseroan kemampuan maksimal diri yang
tidak boleh melakukan tindakan hukum bersangkutan.
yang menguntungkan dirinya, terutama jika Jadi sudah sepantasnya jika seorang direksi
terdapat adanya benturan kepentingan tidak digeneralisir untuk bertanggung jawab
antara kepentingan perseroan dengan atas kesalahan dalam mengambil keputusan
kepentingan pribadi dan kelompoknya. (mere errors of judgment), tanpa
4. Doctrine Corporate Oppotunity mempertimbangkan unsur manusiawinya.
Doktrin lain yang penting untuk Oleh karena itu, guna melindungi
dikemukakan adalah doctrine corporate ketidakmampuan yang disebabkan oleh
oppotunity yaitu seorang Direktur, komisaris adanya keterbatasan manusia, maka
atau pegawai perseroan lainnya ataupun tindakan direksi perlu dilindungi oleh
pemegang saham utama, tidak Doctrine Businnes Judgments Rule.
diperkenankan mengambil kesempatan 6. Ultra Virus dan Intra Vires
untuk mencari keuntungan pribadi Batas kewenangan pengurus perseroan
manakala tindakan yang dilakukan tersebut dalam hukum korporasi berada pada
sebenarnya merupakan perbuatan yang doktrin Ultra Virus dan Intra Vires. Secara
semestinya dilakukan oleh perseroan dalam sederhana pengertian Intra Vires adalah
menjalankan bisnisnya itu”. (Fuady, Munir, “dalam kewenangan”, sedangkan Ultra
2002 : 224). Virus diartikan sebagai “tidak melebihi
kewenangannya” (Ranuhandoko, 2000 : 522)
yang diatur dalam usaha perseroan pada Perseroan Terbatas yang saat ini telah diganti
Anggaran Dasar. Sedangkan mengenai Intra dengan Undang-undang No. 40 tahun 2007
Vires dinyatakan sebagai An act is said to be tentang Perseroan Terbatas dan berkembang
intra vire (“within the power”) of a person or dengan baik dalam lembaga perbankan dan
corporation when it is whitin the scope of his or pasar modal.
its powers or authority. Its is the opposite of Reseptie (penerimaan) doktrin hukum
ultra vires (q.v)” (Henry Campbell Black, korporasi di Indonesia terlihat dalam beberapa
1990:824) klausula yang terdapat dalam Undang-undang
Di samping itu, terdapat pendapat lain yang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
menyatakan bahwa disebut “ultra vires” sebagai contoh dapat dikemukakan sebagai
apabila tindakan yang dilakukan berada berikut :
diluar kapasitas (capasity) perusahaan, yang 1. Piercing the Corporrate Veil
dinyatakan dalam maksud dan tujuan Sebagaimana telah disinggung di atas
perusahaan yang tercantum dalam bahwa doktrin ini merupakan doktrin
Anggaran Dasar. Di Inggris, suatu tindakan untuk membuka tirai dari pribadi-pribadi
“ultra vires” adalah hanya bila secara yang terdapat dibelakang suatu badan
jelaskan di luar tujuan pokok perusahaan” hukum, baik para pemegang saham,
(Widjaya, I.G. Rai, 2000 : 227). anggota Direksi dan anggota Dewan
Doktrin Ultra Virus menitikberatkan pada Komisaris. Para pihak yang menjadi
kewajiban Direksi dalam mengurus pribadi Organ Perseroan yang semula
perseroan wajib sesuai maksud, usaha dan terdapat imunitas tanggung jawab, maka
tujuan perseroan sebagaimana diatur dalam berdasarkan doktrin Piercing the Corporrate
Anggaran Dasar, misalnya perseroan Veil ini mereka dapat diminta tanggung
tersebut berusaha dibidang perdagangan jawabnya sampai harta pribadi mereka,
tidak boleh melakukan usaha dibidang yaitu apabila mereka tidak menjalankan
pengeboran minyak yang tentunya hal fungsinya sebagai organ yang mempunyai
tersebut terkait dengan perizinan yang tugas, wewenang dan tanggung jawab
wajib dipenuhi sebelum operasional. yang diatur dalam Anggaran Dasar dan
Apabila Direksi melanggar ketentuan peraturan perundangan-undangan.
doktrin tersebut, maka Direksi yang Implemantasi doktrin hukum seperti
bersangkutan dapat diminta tersebut di atas antara lain tercantum
pertanggungjawaban secara pribadi. dalam Pasal 3. UUPT :
Sedangkan Intra Virus membatasi (1) Pemegang saham Perseroan tidak
kewenangan Direksi dalam bertindak yang bertanggung jawab secara pribadi atas
mewaikili perseroan sebagaimana diatur perikatan yang dibuat atas nama
dalam Anggaran Dasar dan peraturan Perseroan dan tidak bertanggung jawab
perundang-undangan yang berlaku, atas kerugian Perseroan melebihi saham
misalnya untuk melakukan perbuatan yang dimiliki.
hukum tertentu dalam Anggaran Dasar (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada
wajib terlebih dahulu mendapatkan ayat (1) tidak berlaku apabila:
persetujuan dari Dewan Komisaris dan atau a. Persyaratan Perseroan sebagai
RUPS. badan hukum belum atau tidak
terpenuhi;
Reseptie dalam Undang-undang No. 40 b. Pemegang saham yang
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bersangkutan baik langsung
Salah satu upaya untuk maupun tidak langsung dengan
mengimplementasikan doktrin hukum itikad buruk memanfaatkan
perseroan dalam hukum positif di Indonesia Perseroan untuk kepentingan
adalah mengubah undang-undang Perseroan pribadi;
Terbatas yang diatur dalam Pasal 36 sampai c. Pemegang saham yang
dengan Pasal 55 KUHDagang dengan lahirnya bersangkutan terlibat dalam
Undang -undang No. 1 tahun 1995 tentang
KUHPdt yakni tidak terpenuhinya syarat subyek hukum yang berdiri sendiri, maka
obyektif yaitu melanggaran “kehalalan” dalam ultimate share holder tersebut dapat melakukan
membuat materi perjanjian yang mendapat apa saja, termasuk melakukan perbuatan-
ancaman atas perjanjian terserbut batal demi perbuatan yang tidak baik.
hukum. Terkait dengan perkembangan hukum
Kerancuan tersebut mengakibatkan korporasi tersebut, penulis sedang melakukan
adanya ketidakpastian hukum atas penelitian hukum mengenai hal dimaksud,
kepemilikan saham yang sebenarnya yang termasuk landasan hukum ultimate share holder
terwujud dalam anggaran Dasar Perseroan dan dalam mengendalikan holding company, dan
daftar perusahaan, dimana ternyata perlunya mengembangkan dan mengubah
kepemilikan saham tersebut berada pada pihak doktrin hukum Piercing the Corporrate Veil
lain di luar ketentuan yang diatur dalam menjadi Piercing the Holding Compay Veil serta
Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang urgensi pengaturan dalam hukum positif
Perseroan Terbatas. mengenai hal ini secepat mungkin.
Sekalipun doktrin hukum tersebut telah Andre Ata Ujan. Filsafat Hukum. Yogyakarta:
menjadi landasan dan telah di- resptie dalam Kanisius, 2009.
UUPT, namun demikian dalam realitanya para
pemegang saham, telah memanfaatkan Abdulkadir Muhamad. Hukum Perseroan
kekuasaannya melalui kepemilikan saham Indonesia. Jakarta: PT Citra Aditya bakti,
dalam perseroan untuk mempengaruhi 1996.
kemandirian para anggota Direksi dan Dewan
Komisaris, melalui pengendalian non formal Mariam Darus Badrulzaman. Aneka Hukum
untuk mempengaruhi dan mencederai sikap Bisnis. Bandung: Alumni, 1994.
profesionalisme dan integritas para anggota
Direksi dan Dewan Komisaris, sehingga Bambang Sunggono. Metodologi Penelitian
menyimpang dari prinsip-prinsip doktrin Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
hukum tersebut di atas. Termasuk dalam 2007.
pelanggaran doktrin hukum tersebut adalah
pembuatan perjanjian nominee saham yang Carl Joachim Friedrich. Filsafat Hukum
dilakukan oleh pemegang saham. Perspekktif Historis. Bandung: Nusa
Tujuan akhir dari penerapan doktrin Media, Cetakan III, 2010.
hukum perseroan tersebut di atas adalah
adanya Good Corporate Governance yaitu tata Chidir Ali. Badan Hukum (Rechtspersoon).
pengelolaan perseroan yang baik. Oleh karena Bandung: Alumni, 2011.
itu, tindak lanjut dari reseptie doktrin hukum
perseroan tersebut adalah implementasinya Chatamarrasjid. Menyingkap Tabir Perseroan.
dalam Good Corporate Governance yaitu suatu Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000.
tata pengelolaan yang baik dan benar.
Dalam perkembangan hukum Candrawulan. Hukum Perusahaan Multinasional,
perseroan terdapat suatu holding company yaitu Leberalisasi Hukum Perdagangan
gabungan atau susunan perusahaan- Internasional dan Hukum Penanaman Modal.
perusahaan yang secara yuridis mandiri yang Bandung: Alumni, 2011.
dipandang sebagai induk dan anak
perusahaan yang terkait satu sama lain begitu Dardji Darmodihardjo – Shidarta. Filsafat
erat sehingga membentuk suatu kesatuan Hukum. Jakarta: Gramedia Pustaka
ekonomi yang tunduk pada suatu pimpinan Utama, 1999.
suatu perusahaan induk sebagai pimpinan
sentral (ultimate share holder), dimana sampai Legal W. Friedmann. Teori dan Filsafat Hukum
saat ini mengenai holding company serta tugas (Hukum & Masalah-Masalah Kontemporer).
dan wewenang seerta tanggung jawab dari Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, tanpa
ultimate share holder tersebut belum terdapat tahun
peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai hal dimaksud, sehingga Munir Fuady. Doktrin-doktrin Modern Dalam
dapat memberikan peluang kepada para Corporate Law Eksistensinya Dalam Hukum
ultimate share holder untuk melakukan Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya
perbuatan yang tidak baik bahkan melakukan Bakti, 2002
kejahatan korporasi.
------------------------. Hukum bisnis Dalam Teori
dan Praktek. Buku Kesatu. Bandung: PT.
Daftar Pustaka Citra Aditya Bakti, 1996.
Achmad Ali. Menguak Teori Hukum (Legal
theory) dan Teori Peradilan Soedargo S. Gautama, Komala Lumanau, Liz
(Judicialprudence) Termasuk Internpretasi Asnahwati. Ikhtisar Hukum Perseroan
Undang-undang (Legisprudence), Jakarta: Berbagai Negara Yang Penting Bagi
Kencana Prenada Media Group, 2010. Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 1991
Roscou Pound. Tugas Hukum. Jakarta: Bharata, Chatamarrasjid. Soal-soal Aktual Hukum
1965 Perseroan/Badan. Jakarta: Unkris, 1999
I. G Rai.Widjaya. Hukum Perusahaan. Jakarta: Fred B.G Tumbuan. Pendirian Perseroan Terbatas
Megapoin, 2000. dan Pertanggungjawaban Direksi dan
Dewan Komisaris serta Pihak terkait
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian lainnya. Seminar Dengan Pendapat
Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali, 1985. Publik Berkenaan dengan Perubahan
Aspek Hukum Perseroan Terbatas.
Surajiyo. Filsafat Ilmu, & Perkembangannya di Jakarta : 2001
Indonesia. Jakarta: cetakan ke lima, 2010.
---------------------------. Tugas dan Tanggung Jawab
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Direksi Perseroan Terbatas. Materi
Penerbit PT. Intermasa, 1984. Pendidikan Singkat Hukum Bisnis.
Jakarta: Unika Atma Jaya, 2000.
--------------------------. Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang. Jakarta: Pradnya Nyhart. The Role of Law in Economic
Paramita, 1983. Development, The meeting was a three
day Conference on Law and Economic
--------------------------. Tjitrosudibio. Kitab Development by the Sloan School of
Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Management of the Massachusetts
Pradnya Paramita, 1983. Institute of Technology, Massachusett in
December 1962.
Sulistiowati. Aspek Hukum dan Realitas Bisnis,
Perusahaan Group di Indonesia, Jakarta:
Erlangga, 2010.
--------------------------. Tanggung Jawab Pemegang John M. Echols dan Hassan Shadily. Kamus
Saham Peseroan Pailit. Jakarta: Jurnal Indonesia Inggris. Jakarta: PT Gramedia,
Hukum Bisnis Volume 14, Juli 2001. edisi ketiga, 2003.
--------------------------. Tanggung Jawab Pribadi Suharso dan Ana Retnoningsih. Kamus Bahasa
Direksi dan Komisaris. Jurnal Hukum Indonesia Lengkap. Cetakan ke Sembilan.
Bisnis Volume 14, Jakarta, Juli 2001. Semarang: Widya Karya. 2011.
Wallace Mendelson. Law and The Development
of Nations. Presidential Address. Miami