You are on page 1of 16

Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

GUGATAN SEDERHANA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA


(Small Claim Lawsuit in Indonesian Justice System)

Nevey Varida Ariani


Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum
Badan Penelitian Hukum dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I.
Jl. H.R. Rasuna Said Kav.4-5, Kuningan Jakarta Selatan 12920
Telp. (021) 2526438, Faksimili (021) 2526438
nevey.ariani@yahoo.com

Tulisan Diterima: 30-07-2018; Direvisi: 30-08-2018: Disetujui Diterbitkan: 06-09-2018


DOI: http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2018.V18.381-396
ABSTRACT
The courts must not only be independent and of integrity, but must also be able to provide fair and just services
to all people. For such purpose, the Indonesian Justice System should adopt the principles of simple, quick
and cost effective. The issue of this research is the administration of justice to the Small Claim Lawsuit and its
barriers in the Indonesian Justice System by using qualitative research method. The research recommends it
is necessary to revise the Regulation of Supreme Court No. 2 of 2015 regarding Small Claim Lawsuit by raising
the limit of claim amount from Rp 200 million to Rp 500 million or by observing the reliable regional economic
value by observing the highest amount of income in each regions so that it may accommodate and extend more
amounts of claim. The cases may be decided by means of special justice system as provided for in the applicable
laws and regulations or any disputes related to title over land, or those whose proceedings have been prevented
by the other laws and regulations and should be reviewed (Intellectual Property, Industrial Relations, Shariah
Economy, etc.) if the settlement can be made more simply, then it should need no limit. The proceedings of
Small Claim Lawsuit, as the center of the case, still use the proceedings regulated under regular lawsuits.
Therefore it is necessary to include the revised contents of the Small Claim Lawsuit procedural regulations in
the Draft of the Indonesian Civil Code, not only to include the same in the Regulation of Supreme Court, but
to bind all parties in the Laws. Meanwhile, it is also necessary to socialize the Regulation of the Supreme
Court No. 2 of 2015 to the judges, clerks, acting clerks, lawyers/ advocates and in particulars to the public.
Keywords: Small Claim Lawsuit, Justice System, Laws

ABSTRAK
Pengadilan bukan hanya harus independen dan berintegritas, namun harus mampu memberikan layanan
berkeadilan kepada semua lapisan masyarakat. Untuk itu, dalam Sistem Peradilan di Indonesia berdasarkan
asas sederhana, cepat dan biaya murah. Permasalan Penelitian ini yaitu Penerapan Gugatan Sederhana dan
hambatannya dalam Sistem Peradilan di Indonesia dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasi
penelitian merekomendasikn Perlu revisi Perma No. 2 tahun 2015 tentang gugatan sederhana yaitu Menaikan
nilai gugatan materil dari Rp 200 juta menjadi Rp 500 juta atau berdasarkan nilai ekonomi Daerah yang
mengacu pada nilai pendapatan tertinggi di daerah yang dapat mengakomodir dan memperluas jumlah
gugatan. Perkara penyelesaian sengketanya dilakukan melalui peradilan khusus sebagaimana diatur di dalam
peraturan perundang-undangan atau sengketa hak atas tanah menghambat proses menjadi hal yang gugatan
perlu ditinjau ulang (HKI, Hubungan Industrial, Ekonomi Syariah, dan lain-lain) jika penyelesaiannya dapat
secara sederhana sehingga tidak perlu lagi dibatasi. Ekseksusi gugatan sederhana sebagai makhkota dari
gugatan masih menggunakan eksekusi dalam gugatan biasa. Memasukan materi muatan gugatan sederhana
yang telah direvisi dalam Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata tidak hanya dalam perma
namun mengikat dalam Undang-undang. Sosialisasi Perma No. 2 Tahun 2015 kepada hakim, panitera, panitera
pengganti, pengacara/ advokat terutama kepada masyarakat sangat diperlukan
Kata Kunci: Gugatan Sederhana, Peradilan, Hukum

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 3, September 2018: 381 - 396 381
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
Peraturan perundang-undangan, serta keteladanan
PENDAHULUAN
dari aparatur pelaksana hukum dan jajarannya
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 5 dalam mematuhi dan menaati hukum serta
Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan penegakan supremasi hukum menjadi penting
Jangka Menengah, pemerintah telah menetapkan dalam menciptakan keadilan yang berkualitas,
arah kebijakan untuk memperbaiki substansi dengan begitu, diharapkan hukum bisa berfungsi
(materi) hukum, struktur (kelembagaan) hukum, dalam penyelesaian persoalan yang ada di
dan kultur (budaya hukum) melalui berbagai masyarakat.
upaya (Lawrence Meir Friedman, 2004: 8). Pengadilan bukan hanya harus independen
Dalam upaya pembaharuan hukum yang dan berintegritas, namun harus mampu
berintikan kepada keadilan, kepastian dan memberikan layanan berkeadilan kepada semua
kebermanfaatan hukum (Suwardi Segama, 2016: lapisan masyarakat. Untuk itu, pengadilan
39) bagi seluruh masyarakat bukan lagi terutama di tingkat pertama, harus dirancang
“kebutuhan”, tetapi telah menjadi “keharusan”. sedemikian rupa agar mampu melayani
Dalam banyak segi, pendekatan yang dilakukan kepentingan masyarakat yang ditandai dengan
selama ini dalam sistem hukum nasional dinilai proses berbiaya rendah, sederhana, dan waktu
tidak lagi cocok dengan nilai-nilai, falsafah dan penyelesaian perkara yang cepat. Seperti halnya
ideologi masyarakat Indonesia serta karakter dalam perkara pengembalian kelebihan uang
negara hukum, terutama berlangsungnya asas parkir Rp1.000, misalnya konsumen harus rela
kesamaan di hadapan hukum (equality before the mengikuti persidangan hingga ke tahap kasasi dan
law). Sinyalemen bahwa kondisi sistem peradilan baru menerima uang ganti rugi sebesar Rp1.000
pidana yang disinyalir penuh praktek korupsi tersebut setelah 3,5 tahun lamanya. Kemudian,
(judicial corruption), menghadapi persoalan dalam perkara penggantian motor hilang. Ganti
tumpukan perkara yang sangat parah rugi kehilangan motor sebesar Rp.13 juta baru bisa
(overloaded), lamban dan memakan waktu (waste diterima 5 tahun kemudian, setelah putusan kasasi
of time), berproses dengan biaya yang mahal (very Mahkamah Agung (Choirul Huda, 2013: 25).
expensive), kurang mampu mengakomodasi rasa
Sengketa yang ada dalam masyarakat
keadilan masyarakat (inresponsive), dan terlalu
memerlukan penyelesaian secara cepat dan
kaku, formal dan terlampau teknis (non flexible,
sederhana sehingga biaya perkara relatif lebih
formalistic, and technically), menyebabkan
sedikit dengan hasil penyelesaian dapat diterima
gagasan untuk mengevaluasi sistem ini semakin
oleh kedua pihak yang bersengketa tanpa
menguat dan mendesak untuk dilakukan (Evan
menimbulkan masalah baru atau memperpanjang
Whitton, 2010: 30). Hal ini dikarenakan antara
sengketa. Berbagai cara dapat dilakukan untuk
lain nilai kerugian yang terlalu kecil, ataupun
menyelesaikan sengketa baik melalui pengadilan
menyangkut persoalan-persoalan sepele (trivial
(litigasi) maupun melalui proses di luar
case), ataupun pelaku-pelaku yang seharusnya
pengadilan (non litigasi/perdamaian), namun
mendapat perlakuan khusus (younger and older
untuk penyelesaian sengketa lebih disukai melalui
offender) yang sebenarnya perlu dicarikan jalan
cara non litigasi meskipun seingkali tidak dapat
lain penyelesaian melalui jalur pengadilan.
menyelesaikan masalah secara tuntas, sehingga
Peningkatan pengetahuan dan kesadaran cara non litigasi bukan juga merupakan pilihan
masyarakat mengenai hukum termasuk kesadaran penyelesaian sengketa yang tepat guna. Demikian
untuk menuntut dan mempertahankan hak-haknya pula halnya dengan penyelesaian sengketa
di hadapan sidang pengadilan semakin meningkat, melalui Pengadilan (litigasi) dianggap tidak
sehingga cara prosedur dan mekanisme yang ada efektif dan efisien karena akan mengganggu atau
terkesantidakefesien dan tidaklagilogis (Balitbang menghambat kegiatan bisnis. Hal ini disebabkan
Hukum dan HAM, 2017: 5). Namun demikian, proses berperkara ke pengadilan harus menempuh
kenyataan yang sebaliknya juga memperlihatkan prosedur beracara yang sudah ditetapkan dan tidak
bahwa masyarakat juga makin memahami bahwa boleh disimpangi, sehingga memerlukan waktu
pelayanan hukum yang efisien, cepat, sederhana, yang lama, tidak melindungi kerahasiaan, serta
dan biaya ringan (murah) dari sistem peradilan hasilnya ada pihak yang kalah dan yang menang,
dapat mempengaruhi keberhasilan dari kegagalan sehingga akan memperpanjang persengketaan
dalam memperjuangkan keadilan bagi dirinya.

382 Gugatan Sederhana Dalam Sistem Peradilan di Indonesia... (Nevey Varida Ariani)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

karena dimungkinkannya melanjutkan perkara ke Berdasarkan penelitian Bank Dunia, salah


pengadilan tingkat yang lebih tinggi (upaya satu faktor penghambat dalam penyelesaian
hukum); meskipun terdapat asas peradilan yang sengketa bisnis di Indonesia adalah:
cepat, sederhana dan biaya murah. Dari pemikiran 1. Penyelesaian sengketa pada pengadilan
di atas, maka dirasakan perlu adanya suatu bentuk tingkat pertama yang tidak efisien
prosedur penyelesaian sengketa, seperti yang 2. Jangka waktu penyelesaian yang lama
dikenal di negara-negara yang menganut sistem 3. Biaya perkara yang tinggi
common law dengan memberikan kewenangan
4. Serta biaya pengacara yang tinggi
untuk menyelesaikan perkara didasarkan pada
besar kecilnya nilai objek sengketa, sehingga Beberapa jenis sengketa perdata, terutama
dapat tercapai penyelesaian sengketa secara cepat, sengketa bisnis memerlukan penyelesaian secara
sederhana dan murah, melalui mekanisme yang cepat dan sederhana, namun tetap menghendaki
dinamakan Small Claim Court. diperolehnya kekuatan hukum mengikat dari
hasil penyelesaian tersebut berupa putusan
Proses Peradilan Sederhana, Cepat, dan Biaya
hakim. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan
Ringan berdasarkan Undang-Undang Nomor 48
(litigasi) dirasakan tidak efisien dan tidak efektif,
Tahun 2009 dalam Pasal 2 Ayat (4) dan Pasal 4
sehingga akan mengganggu atau menghambat
Ayat (2) mensyaratkan adanya asas penting dalam
kegiatan bisnis. Oleh karena itu perlu adanya
Hukum Acara Perdata yaitu sederhana, cepat, dan
suatu bentuk prosedur penyelesaian sengketa
biaya ringan. Sederhana adalah pemeriksaan dan
(bisnis), seperti yang dikenal di negara-negara
penyelesaian perkara dilakukan dengan cara
lain, yang mudah, murah dan cepat tetapi
efisien dan efektif; biaya ringan adalah biaya
mempunyai kekuatan mengikat seperti putusan
perkara yang dapat dijangkau oleh masyarakat,
hakim. Penyelesaian sengketa melalui cara
namun demikian asas sederhana, cepat dan biaya
Alternative Dispute Resolution yang didasarkan
ringan dalam pemeriksaan dan penyelesaian
pada kesepakatan para pihak, tidak secara otomatis
perkara tidak mengesampingkan ketelitian dan
memberikan daya paksa (kekuatan mengikat) bagi
kecermatan dalam mencari kebenaran dan
para pihak, akan tetapi hanya didasarkan pada
keadilan. Prinsip Penyelesaian Perkara dalam
itikad baik. Tidak memberikan kepastian hukum.
Tenggang Waktu yang Pantas. Untuk itu,
Memberikan kewenangan pada pengadilan untuk
pengadilan terutama di tingkat pertama, harus
menyelesaikan perkara didasarkan pada besar
dirancang sedemikian rupa agar mampu melayani
kecilnya nilai objek sengketa, Sehingga dapat
kepentingan masyarakat yang ditandai dengan
tercapai penyelesaian sengketa secara cepat,
proses berbiaya rendah, sederhana, dan waktu
sederhana dan murah, tetapi tetap memberikan
penyelesaian perkara yang cepat.
kekuatan hukum melalui mekanisme small claim
Dalam Pasal 1 angka 1 PERMA Nomor 2 court. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut
Tahun 2015 disebutkan Penyelesaian Gugatan ada dua permasalahan yaitu:
Sederhana diartikan sebagai tata cara pemeriksaan
1. Bagaimana Penerapan Gugatan Sederhana
di persidangan terhadap gugatan perdata dengan
dalam sistem hukum di Indonesia di
nilai gugatan materiil paling banyak Rp.200 juta
Indonesia?
yang diselesaikan dengan tata cara dan
pembuktiannya sederhana. Jangka waktu 2. Bagimana hambatan Gugatan Sederhana
penyelesaian perkara ini tidak lebih dari 25 hari dalam sistem hukum di Indonesia di
selain itu, dua jenis perkara yang tidak bisa Indonesia?
diselesaikan dalam Small Claim Court yakni
perkara yang penyelesaian sengketanya dilakukan METODE PENELITIAN
melalui pengadilan khusus dan perkara sengketa Penelitian ini menggunakan Metode Yuridis-
hak atas tanah. Sistem ini mengenal dismissal empiris. Metode ini digunakan untuk melihat dan
process, dimana dalam sidang pendahuluan hakim menemukan substansi hukum yang lebih baik
berwenang menilai dan menentukan apakah serta kelembagaan yang dapat mengakomodir
perkara tersebut masuk kriteria gugatan sederhana kebutuhan masyarakat pada umumnya. Penelitian
dan apabila hakim berpendapat perkara bukanlah ini, selain menggunakan data primer, penelitian ini
gugatan sederhana, maka dikeluarkan penetapan juga menggunakan data sekunder, bahan primer
perkara tidak berlanjut.

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 3, September 2018: 381 - 396 383
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

berupa Undang-Undang, Perma No. 2 tahun 2015 sosilogis yang menjamin rasa keadilan masyarakat
bahan hukum sekunder, berupa literatur-literatur, juga diperhatikan. Asas ini meliputi cepat dalam
jurnal yang berkaitan dengan masalah penelitian. proses, cepat dalam hasil, dan cepat dalam evaluasi
Oleh karena, penelitian ini tidak hanya sekedar terhadap kinerja dan tingkat produktifitas institusi
mengumpulkan bahan-bahan berupa teori, konsep, peradilan. Biaya ringan adalah biaya perkara yang
dan asas-asas hukum serta peraturan-peraturan dapat dijangkau oleh masyarakat (Penjelasan Pasal
hukum yang ada kaitannya dengan pokok bahasan, 2 Ayat (4) UU Nomor 8 Tahun 2009). Biaya ringan
tetapi juga berusaha untuk menjelaskan kenyataan juga mengandung makna bahwa mencari
hukum dalam masyarakat sebagai suatu fenomena keadilan melalui lembaga peradilan tidak sekedar
masyarakat dalam kehidupan hukum terkait Small orang yang mempunyai harapan akan jaminan
Claim Court dalam sistem peradilan di Indonesia. keadilan di dalamnya tetapi harus ada jaminan
bahwa keadilan tidak mahal, keadilan tidak dapat
Analisa yang digunakan dalam penelitian dimaterialisasikan, dan keadilan yang mandiri
adalah dengan cara analisa data kualitatif yaitu serta bebas dari nila-nilai lain yang merusak nilai
dengan menganalisa secara mendalam informasi keadilan itu sendiri (Sidik Sunaryo, 2005: 48).
yang didapatkan dari hasil wawancara mapun dari Asas sederhana, cepat, dan biaya ringan dalam
hasil penelusuran kepustakaan. Informan yang pemeriksaan dan menyelesaian perkara di
dijadikan sumber data dalam penelitian ini dipilih pengadilan tidak mengesampingkan ketelitian
secara purposive dari berbagai kalangan terkait dan kecermatan dalam mencari kebenaran dan
yang dapat dikategorikan sebagai: penegak hukum keadilan (Penjelasan Pasal 2 Ayat (4) UU No. 48
(hakim), akademisi, tokoh masyarakat dan para Tahun 2009).
pihak.
Dari pemikiran di atas, maka dirasakan
perlu adanya suatu bentuk prosedur penyelesaian
PEMBAHASAN DAN ANALISIS sengketa yang dikenal di negara-negara yang
menganut sistem common law dengan
A. Penerapan Gugatan Sederhana dalam
memberikan kewenangan untuk menyelesaikan
Sistem Peradilan di Indonesia
perkara didasarkan pada besar kecilnya nilai objek
Menurut UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang sengketa, sehingga dapat tercapai penyelesaian
Kekuasaan Kehakiman Pasal 2 Ayat (4) disebutkan sengketa secara cepat, sederhana dan murah
bahwa “peradilan dilakukan dengan sederhana, melalui mekanisme yang dinamakan Small
cepat, dan biaya ringan. Dalam penjelasannya Claim Court. Dalam Pasal 1 angka 1 PERMA
dikatakan bahwa “Asas sederhana, cepat dan biaya Nomor 2 Tahun 2015 disebutkan Penyelesaian
ringan adalah asas peradilan yang paling mendasar Gugatan Sederhana diartikan sebagai tata cara
dari pelaksanaan dan pelayanan administrasi pemeriksaan di persidangan terhadap gugatan
peradilan yang mengarah pada prinsip dan asas perdata dengan nilai gugatan materiil paling
efektif dan efisien. Sederhana adalah pemeriksaan banyak Rp.200 juta rupiah yang diselesaikan
dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara dengan tata cara dan pembuktiannya sederhana.
efesien dan efektif. Jangka waktu penyelesaian perkara ini tidak lebih
Asas sederhana dalam pratiknya hanya dari 25 hari (PERMA No.2 Tahun 2015, Pasal 1
dimaknai sebatas masalah administratif belaka angka 1). Ada dua jenis perkara yang tidak bisa
tanpa adanya pemahaman bahwa asas sederhana diselesaikan dalam Small Claim Court, yakni
harus menjadi jiwa dan semangat motivasi perkara yang penyelesaian sengketanya dilakukan
penegak hukum yang dilaksanakan secara melalui pengadilan khusus dan perkara sengketa
menyeluruh pada setiap tingkatan dan institusi. hak atas tanah. Sistem ini mengenal dismissal
Cepat, harus dimaknai sebagai upaya strategis proces, dimana dalam sidang pendahuluan hakim
untuk menjadikan sistem peradilan sebagai berwenang menilai dan menentukan apakah
institusi yang dapat menjamin terwujudnya/ perkara tersebut masuk kriteria gugatan sederhana
tercapainya keadilan dalam penegakan hukum dan apabila hakim berpendapat perkaran bukanlah
secara cepat oleh pencari keadilan (Sidik Sunaryo, gugatan sederhana, maka dikeluarkan penetapan
2005: 47). Bukan hanya asal cepat terselesaikan perkara tidak berlanjut.
saja yang diterapkan tapi pertimbangan yuridis, Gugatan sederhana terdiri dari Penggugat
ketelitian, kecermatan, maupun pertimbangan

384 Gugatan Sederhana Dalam Sistem Peradilan di Indonesia... (Nevey Varida Ariani)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

dan Tergugat yang masing-masing tidak boleh 7. pembuktian;


lebih dari satu, kecuali memiliki kepentingan 8. putusan.
hukum yang sama. Dalam gugatan sederhana, Mahkamah Agung RI menerbitkan PERMA
alamat Tergugat diketahui, Penggugat dan Nomor 2 Tahun 2015 tentang tata cara penyelesaian
Tergugat berdomisili di daerah hukum yang sama gugatan sederhana. Adapun proses awal pengajuan
serta Penggugat dan Tergugat wajib menghadiri gugatan sederhana, yaitu melakukan pendaftaran
secara langsung setiap persidangan dengan atau gugatan sederhana di Kepaniteraan. Penggugat
didampingi kuasa hukum. wajib mengisi blangko yang tersedia, berisi
Tahapan penyelesaian gugatan sederhana keterangan identitas Penggugat dan Tergugat,
paling lama 25 (dua puluh lima) hari, meliputi: penjelasan ringkas duduk perkara dan tututan
1. Pendaftaran; Penggugat. Panitera melakukan pemeriksaan
syarat pendaftaran, apabila memenuhi maka dicatat
2. pemeriksaan kelengkapan; dalam buku register khusus gugatan sederhana
3. penetapan hakim dan penunjukan panitera dan apabila tidak memenuhi syarat, maka Panitera
pengganti; akan mengembalikan gugatan. Penggugat wajib
4. pemeriksaan pendahuluan; membayar panjar biaya perkara, bagi yang tidak
5. penetapan hari sidang dan pemanggilan para mampu dapat mengajukan permohonan beracara
pihak; secara cuma-cuma atau prodeo.
6. pemeriksaan sidang dan perdamaian;

Lampiran 1
Alur Penyelesaian Gugatan Sederhana
oleh Hakim Tunggal

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 3, September 2018: 381 - 396 385
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

Tabel 1 Dimungkinkan
Perbandingan Cara Sederhana dan Cara Basa adanya tuntutan
(badilag.mahkamahagung.go.id 10 Januari 2017) provisi, eksepsi,
rekonvensi,
Cara
intervensi, replik,
Aspek Sederhana Cara Biasa
Pemeriksaan Hanya gugatan duplik, dan
Paling banyak Lebih dari Rp200 perkara dan jawaban kesimpulan
Nilai gugatan Rp200 juta juta
Penggugat dan Batas waktu
Penggugat tergugat tidak penyelesaian 25 hari sejak
dan tergugat harus berdomisili perkara sidang pertama 5 bulan
berdomisili di di wilayah hukum Paling lambat Paling lambat
Domisili para wilayah hukum yang sama 2 hari sejak 7 hari sejak
pihak yang sama Penyampaian putusan putusan
Penggugat putusan diucapkan diucapkan
dan tergugat
masing-masing Banding
tidak boleh (3 bulan),
lebih dari satu, Keberatan kasasi
kecuali punya Penggugat dan Upaya hukum dan (7 hari sejak (3 bulan) dan
kepentingan tergugat masing- batas waktu majelis hakim peninjauan
hukum yang masing boleh lebih penyelesaiannya ditetapkan) kembali
Jumlah para pihak sama dari satu (3 bulan)
Tidak harus
7 hari sejak 14 hari sejak
Alamat tergugat Harus diketahui diketahui
Batas waktu putusan putusan
Pendaftaran Menggunakan Membuat surat pendaftaran upaya diucapkan atau diucapkan atau
perkara blanko gugatan gugatan hukum diberitahukan diberitahukan
Harus
bersamaan Kewenangan
dengan Pada saat sidang pengadilan tingkat
Pengajuan bukti- pendaftaran beragenda banding dan MA Tidak ada Ada
bukti perkara pembuktian
Pendaftaran Berdasarkan tabel tersebut ada perbedaan
perkara, penanganan perkara antara gugatan biasa dan
penunjukan hakim Paling lama 2 gugatan sederhana berkaitan nilai gugatan dan
dan panitera sidang hari Paling lama hari jangka waktu putusan yang diberi batasan
Pemeriksa dan maksimal 25 hari. Ketua Pengadilan akan
pemutus Hakim tunggal Majelis hakim
menetapkan hakim tunggal untuk memeriksa
Pemeriksaan gugatan sederhana dibantu panitera. Hakim akan
pendahuluan Ada Tidak ada
memeriksa materi gugatan sederhana, menilai
Mediasi Tidak ada Ada
sederhana atau tidaknya pembuktian, apabila
Penggugat dan hakim berpendapat gugatan tidak masuk gugatan
tergugat wajib
menghadiri Penggugat dan sederhana maka hakim mengeluarkan penetapan
setiap tergugat tidak yang menyatakan gugatan bukan gugatan
persidangan wajib menghadiri sederhana, mencoret dari register perkara dan
secara langsung setiap persidangan memerintahkan pengembalian sisa biaya perkara
(impersonal), secara langsung
Kehadiran para meski punya (impersonal)
kepada Penggugat. Terhadap penetapan ini, tidak
pihak kuasa hukum dapat dilakukan upaya hukum apapun, dalam hal
Konsekwensi hakim berpendapat gugatan yang diajukan
ketidakhadiran Penggugat adalah gugatan sederhana maka hakim
penggugat pada menetapkan hari sidang pertama. Dalam hal
sidang pertama Gugatan Penggugat tidak hadir pada sidang pertama tanpa
tanpa alasan yang dinyatakan Gugatan tidak
sah gugur dinyatakan gugur
alasan yang sah maka gugatan dinyatakan gugur.
Jika Tergugat tidak hadir pada sidang pertama
maka dilakukan pemanggilan kedua dan pada hari
sidang kedua Tergugat tidak hadir maka hakim
memutus perkara tersebut. Dalam hal Tergugat
pada sidang pertama hadir dan sidang berikutnya

386 Gugatan Sederhana Dalam Sistem Peradilan di Indonesia... (Nevey Varida Ariani)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

tidak hadir tanpa alasan yang sah maka gugatan begitu besar”. Bahwa cara mengimlementasikan
diperiksa dan diputus secara contracdictoir, hal asas tersebut di atas yakni apabila hakim
mana Tergugat dapat mengajukan keberatan. memimpin sidang harus tegas kepada para pihak
berperkara yang ingin memperlambat proses
Pada hari sidang pertama, hakim tetap wajib pemeriksaan perkara. Karena perbuatan
mengupayakan perdamaian. Dalam hal tercapai mengulur-ulur waktu akan memperlambat sidang
perdamaian, hakim membuat Akta Perdamaian sekaligus mengakibatkan biaya perkara menjadi
yang mengikat para pihak. Terhadap Putusan Akta mahal. Perkara perdata yang diperiksa dan diputus
Perdamaian tidak dapat diajukan upaya hukum di Pengadialan Negeri Jakarta Barat ini rata- rata
apapun. Proses pemeriksaan tidak dapat diajukan 800 perkara pertahun dan membutuhkan waktu
tuntutan provisi, eksepsi, rekonvensi, replik, duplik penyelesaian dari sidang pertama sampai
atau kesimpulan. Gugatan yang diakui tidak perlu pembacaan putusan menghabiskan waktu antara
dilakukan pembuktian. Terhadap gugatan yang 5 sampai dengan 7 bulan. Walaupun ada perkara
dibantah, hakim melakukan pemeriksaan terhadap perdata yang diputus sampai 1 tahun lebih hal
hukum acara yang berlaku. ini dikarenakan pemanggilan para pihak dan
Hakim membacakan putusan dalam sidang menghadirkan saksi-saksi serta bukti-bukti
yang terbuka untuk umum dan wajib (Balitbang Hukum dan HAM, 2017: 35).
memberitahukan hak-hak para pihak. Upaya Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
hukum dalam gugatan sederhana adalah dengan setiap Pengadilan Negeri di Jakarta bahwa
mengajukan keberatan kepada Ketua Pengadilan pemeriksaan perkara perdata dengan
dengan menandatangani akta pernyataan keberatan menggunakan Perma No. 2 Tahun 2015 masih
dihadapan panitera. Keberatan diajukan paling tergolong kecil jumlahnya dibandingkan dengan
lambat 7 (tujuh) hari setelah putusan diucapkan pemeriksaan acara biasa karena jumlah perkara
atau setelah pemberitahuan putusan. perdata dengan menggunakan Perma tersebut
SistemPeradilandiIndonesiadiselenggarakan kecil, karena batasan nilai Rp.200 juta yang
berdasarkan asas sederhana, cepat dan biaya ditentukan Perma No. 2 Tahun 2015 untuk wilayah
ringan. Sederhana berarti tidak bertele-tele, cepat Jakarta tergolong kecil. Sementara informasi dari
berarti proses pemeriksaan perkara dilakukan para akademisi tersebut di atas diperoleh masukan
dengan tidak memakan waktu lama. Biaya ringan bahwa pemberlakuan Perma No. 2 Tahun 2015
berarti dalam proses peradilan tidak membutuhkan belum cukup efektif. Sebab, setelah diputus
biaya besar. Mengetahui berlakunya Perma No. berdasarkan perma tersebut ternyata jangka waktu
2 Tahun 2015 tentang Gugatan Sederhana tetapi penyelesaiannya lebih dari 25 hari. Berdasarkan
perlu disosialisasikan sehingga hambatan dalam eksekusinya dengan cara proses perkara biasa,
penerapan SCC adalah dalam pelaksanaan isi tentu bisa memakan waktu lama juga. Demikian
putusan (eksekusi), karena mengacu kepada juga soal biaya, dalam prakteknya tidak ada biaya
proses eksekusi pada hukum acara perdata yang yang murah. Oleh karena itu perlu ada aturan
relatif akan memakan waktu yang lama, sehingga terperinci dalam bentuk perundang-undangan
maksud dan tujuan dari SCC tidak dipenuhi. mengaturnya.
Penerapan mekanisme SCC dalam hukum perdata Data tahun 2016 di Pengadilan Negeri
di Indonesia belum efektif mengingat masih Surabaya sebanyak 51 berkas dengan rata rata
sedikitnya yang mengajukan gugatan sederhana waktu diperlukan untuk menyelesaikan perkara
ke pengadilan termasuk kebijakan yang diambil perdata sejak sidang pertama hingga pembacaan
untuk mengatur mekanisme eksekusi yang sesuai putusan rata-rata 4 (empat) bulan dan tidak ada
dengan SCC tidak dalam bentuk Perma tapi dalam yang lebih dari 1 (satu) tahun karena perkara yang
bentuk UU sehingga memakan waktu yang lama masuk didistribusikan oleh Ketua Pengadilan
sesuai dengan eksesuksi dalam gugatan biasa secara merata kepada majelis hakim dengan
(Balitbang Hukum dan HAM, 2017: 83). jumlah hakim sebanyak 9 orang, (www.pn-
Pemahaman dan pemaknaan terhadap surbaya.go.id.2017). Sedangkan Yang berhasil
peradilan yang diselenggarakan secara sederhana diselesaikan melalui mekanisme yang diatur
adalah “Sederhana dalam pelaksanaannya, dalam PERMA No. 2 Tahun 2015 di Tahun 2016
pemeriksaan yang cepat sesuai dengan aturan, ada 4 (empat) perkara sedangkan dicabut 3 (tiga)
otomatis akan mengeluarkan biaya yang tidak

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 3, September 2018: 381 - 396 387
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

dengan alasan bahwa karena gugatan sederhana mekanisme yang diatur dalam PERMA No.
tidak ada penyitaan dikhawatirkan putusannya 2 Tahun 2015 yaitu Tahun 2016 sebanyak 9
menang di atas kertas atau non eksekutable. perkara dan pada Tahun 2017 ( hingga tanggal
11 April 2017 ) sebanyak 2 perkara (www.pn-
Begitu juga Penerapan Small Claim court di sidorjo.go.id.2017). Menurut Hakim Pengadilan
Pengadilan Negeri Bangil sebenarnya tidak ada Negeri Sidoarjo bahwa hambatan dalam gugatan
hambatan dan yang perlu dilakukan sosialisasi sederhana hanya masalah waktu penyelesaian
kepada masyarakat tentang Perma No.2 tahun perkara yang sangat singkat yaitu: 25 ( dua puluh
2015 tersebut, dan untuk sarana dan prasarana lima ) hari kerja dan juga waktu majelis hakim
kegiatan perlu adanya pengadaan buku register memutus permohonan keberatan yang sangat
gugatan sederhana dan blanko Pengadilan. singkat yaitu 7 (tujuh) hari sejak tanggal penetapan
Untuk dapat mensosialisakan hal tersebut maka majelis hakim, di samping itu jika para pihak
kebijakan yang diambil adalah bahwa Perma berkehendak untuk memberikan kuasa kepada
No.2 Tahun 2015 tersebut sudah diuploaud dalam advokat atau pengacara yang domisilinya di luar
web Pengadilan Negeri Bangil dengan harapan wilayah hukum Pengadilan Negeri setempat,
masayarakat bisa mengakses dan membacanya, sehingga perkara gugatan sederhana setelah
selain itu di meja Informasi Pengadilan Negeri diperiksa dan diputus sangat panjang. Untuk dapat
Bangil juga disediakan blanko gugatan sederhana. memastikan penanganan perkara Perdata Gugatan
Dalam wawancara dengan hakim di Sederhana maka aparat pengadilan (Hakim dan
Pengadilan Negeri Bangil adalah dalam pegawai) untuk melaksanakan tugasnya sesuai
menyelesaiakan perkara yang cepat, sederhana, SOP yang telah diselaraskan dengan Perma No. 2
biaya ringan agar keadilan yang berkualitas tahun 2015 dan apa yang telah diatur dalam Perma
tercapai yaitu: No. 2 tahun 2015 sudah tepat untuk menyelesaikan
1. Adanya batasan nilai gugatan yang jelas oleh perkara-perkara Perdata (Perbuatan Melawan
karena tiap daerah mempunyai nilai ekonomi Hukum, selain mengenai sengketa hak atas tanah,
yang berbeda. dan cidera janji) sehingga asas peradilan
2. Adanya formulir-formulir, buku untuk dilaksanakan dengan proses cepat, sederhana dan
gugatan sederhana sehingga pencari keadilan biaya ringan dapat tercapai dan Perma No. 2 tahun
bisa dengan mudah melakukan gugatan oleh 2015 harus diterapkan secara konsisten dan tetap
karena gugatan sederhana diajukan oleh memberikan kesempatan kepada kedua belah
pencari keadilan yang belum mengetahui pihak untuk berdamai sampai sebelum diucapkan
cara/proses peradilan. putusan.
3. Small Claim Court sebenarnya cukup Berdasarkan data bahwa perkara perdata
membantu masyarakat khususnya bagi dunia setiap tahunnya yang diperiksa dan diputus di
usaha, dalam hal menyelesaiakan perkara di Pengadilan Negeri Pasuruan tahun 2016 yaitu:
Pengadilan Negeri dengan cepat tidak Perdata gugatan: 94 Perkara, putus: 85 perkara,
membutuhkan waktu yang terlalu lama. Perdata permohonan: 166 perkara, putus: 166
perkara Gugatan sederhana: 10 perkara, putus:
Begitu pula menurut Hakim Pengadilan
10, sehingga rata-rata waktu jangka waktu
Negeri Sidoarjo bahwa dalam sistem peradilan di
perlukan untuk menyelesaikan perkara perdata
Indonesia dikenal asas “peradilan diselenggarakan
sejak sidang pertama hingga pembacaan putusan
secara sederhana, cepat dan biaya ringan yaitu
Perdata gugatan: 5 bulan, Permohonan: 1 minggu,
pemeriksaan perkara dilakukan dengan efisien dan
Gugatan sederhana: 15 hari kerja sehingga Tidak
efektif dengan biaya yang dapat dipikul/ditanggung
ada yang lebih dari 1 (satu) tahun karena perkara
oleh rakyat pada umumnya (masyarakat umum).
yang masuk didistribusikan oleh Ketua Pengadilan
Cara mengimplementasikannya yaitu: dalam
secara merata kepada majelis hakim dengan
memeriksa perkara perata, selain mengikuti hukum
jumlah majelis hakim 13 (tiga belas) orang. (www.
acara yang berlaku, sedapat mungkin menerima,
pn-Pasuruan.go.id 2017)
memeriksa, dan memutus perkara sesuai dengan
SOP yang telah disusun dan diberlakukan. Menurut Hakim Pengadilan Negeri
Mojokerto, menurut data tahun 2016: Perdata
Berdasarkan perkara perdata di Pengadilan
gugatan: 94 Perkara, putus: 85 perkara, Perdata
Sidoarjo yang berhasil diselesaikan melalui

388 Gugatan Sederhana Dalam Sistem Peradilan di Indonesia... (Nevey Varida Ariani)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

permohonan: 166 perkara, putus: 166 perkara, sengketa yang lebih sederhana, cepat dan biaya
Gugatan sederhana: 10 perkara, putus: 10, dengan ringan. Namun sayangnya, ketentuan hukum acara
jangka waktu bulan atau tahun rata rata waktu yang yang ada saat ini, baik dalam HIR maupun RBg,
diperlukan untuk menyelesaikan perkara perdata tidak membedakan tata cara pemeriksaan antara
sejak sidang pertama hingga pembacaan putusan nilai objek materiil yang jumlahnya besar dan kecil,
Perdata gugatan: 5 bulan, Permohonan: 1 Minggu, sehingga penyelesaian perkaranya memerlukan
Gugatan sederhana: dengan jangka waktu 15 hari waktu yang lama. Karena terdapat hal-hal yang
kerja(www.pn-mojokerto.go.id. 2017). belum cukup diatur dengan UU, untuk mengisi
kekurangan atau kekosongan hukum acara perdata
Di Pengadilan Negeri Jombang Perkara di bidang ekonomi syariah, MA pun akhirnya
perdata setiap tahunnya yang diperiksa dan mengeluarkan Perma ini. Secara garis besar, ada
diputus di pengadilan didapat dari data tahun 2016: tiga aspek perlu dibedah: penegasan kewenangan
Perdata gugatan: 50 Perkara, putus: 47 perkara peradilan agama, teknis peradilan dan administrasi
belum putus 3 perkara, Perdata permohonan: 335 perkara ekonomi syariah. Penegasan kewenangan
perkara, putus: 166 perkara, Gugatan sederhana: peradilan agama di bidang ekonomi syariah
19 perkara, putus: 19 sehingga rata rata waktu paling gamblang terdapat di Pasal 13. Di situ
untuk menyelesaikan perkara perdata sejak sidang disebutkan, pelaksanaan putusan perkara ekonomi
pertama hingga pembacaan putusan tergantung syariah, hak tanggungan dan fidusia berdasarkan
lama mediasi antara 4 sampai 6 bulan. Sehinga akad syariah dilakukan oleh pengadilan dalam
tidak ada perkara perdata yang diputuskan lebih lingkungan peradilan agama. Demikian juga
dari 1 tahun sejak sidang pertama sesuai dengan dengan pelaksanaan putusan arbitrase syariah dan
Perma dengan jumlah hakim yang bertugas 9 pembatalannya, dengan mengacu kepada UU. No.
orang (Wawancara Aropi, 2017). 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Berdasarkan wawancara di Pengadilan Penyelesaian Sengketa.
Negeri Palu berdasarkan informasi bahwa di Palu Selama ini, perihal hak tanggungan dan
ini tidak banyak perkara yang diselesaikan secara fidusia berdasarkan akad syariah, belum ada
sederhana (Small Claim Court), walaupun di kejelasan mengenai lingkungan peradilan mana
Pengadilan Negeri ini banyak sekali Hakim, hal ini yang berwenang menerima, memeriksa dan
dikarenakan belum adanya sosialisasi tentang memutus perkara, serta melaksanakan putusan.
Small Claim Court akan tetapi ada diantara Meski demikian, faktanya, banyak pengadilan di
warga masyarakat setempat apabila terjadi kasus lingkungan peradilan agama yang telah mengadili
yang mengakibatkan kerugian biasanya dapat sengketa ini dengan memegang prinsip: sepanjang
diselesaikan oleh pemangku adat yang disegani akadnya adalah akad syariah, maka menjadi
dan dipercaya oleh masyarakat sebagai orang kewenangan peradilan agama, sesuai dengan UU.
yang bijaksana di daerah tersebut (Agus Sofyan, No. 3 Tahun 2006 dan putusan MK Nomor
2017). Sehingga dalam penyelesaian gugatan 93/PUU-X/2012. Mengenai pelaksanaan putusan
sederhana ini sedikit sekali dilakukan mengingat arbitrase syariah dan pembatalannya,
nilai gugatan yang 200 juta menurut hakim sesungguhnya kewenangan itu pernah diberikan
Pengadilan Negeri Palu harus disesuikan dengan kepada peradilan agama melalui SEMA No.
representasi daerah/wilayah yang sering terjadi 8 Tahun 2008. Namun kewenangan tersebut
kasus perbuatan melawan hukum misal: kredit lantas dialihkan ke peradilan umum, setelah MA
uang bank yang jarang sekali dilakukan di palu menerbitkan SEMA No. 8 Tahun 2010. Dengan
saat ini. demikian, ketentuan yang terdapat di SEMA No.
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 14 8 Tahun 2010 itu kini tidak berlaku lagi, setelah
Tahun 2016 tentang Penyelesaian Perkara Ekonomi adanya Perma No. 14 Tahun 2016. Berkenaan
Syariah, Mahkamah Agung mengeluarkan Perma dengan teknis peradilan, Perma No. 14 Tahun
No. 14 Tahun 2016 setelah mempertimbangkan 2016 memberikan dua kemungkinan penanganan
signifikannya perkembangan dunia usaha yang perkara ekonomi syariah: cara sederhana dan cara
menggunakan akad-akad syariah. Faktanya, tidak biasa. Tolok ukurnya adalah nilai gugatan materiil.
sedikit terjadi sengketa di antara para pelaku Jika nilainya kurang atau sama dengan Rp.200
ekonomi syariah. Mahkamah Agung menyadari, juta, maka ditangani dengan cara sederhana.
masyarakat membutuhkan prosedur penyelesaian

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 3, September 2018: 381 - 396 389
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

Sebaliknya, jika nilainya lebih dari itu, ditangani pemeriksaan perkara gugatan sederhana bisa lebih
dengan cara biasa. Sebelumnya, sejak adanya UU hemat waktu. Jika tergolong small claims court,
No.3 Tahan 2006, seluruh sengketa ekonomi ketua pengadilan cukup menunjuk satu orang
syariah, berapapun nilainya, diselesaikan dengan hakim, sedangkan jika termasuk gugatan biasa,
cara biasa. ketua pengadilan menunjuk majelis hakim. Hakim
tunggal dalam perkara gugatan sederhana dan
Penanganan perkara ekonomi syariah dengan majelis hakim dalam perkara gugatan biasa harus
cara sederhana mengacu kepada Perma No.2 Tahun sudah bersertifikat. Artinya, mereka harus lulus
2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan dalam sertifikasi hakim ekonomi syariah yang
Sederhana atau biasa dikenal dengan istilah diselenggarakan MA, berdasarkan Perma No. 5
small claims court. Sementara itu, penanganan Tahun 2016. Kalau di Pengadialan Agama tersebut
perkara ekonomi syariah dengan cara biasa tetap belum ada hakim yang bersertifikat, maka ketua
mengacu kepada berbagai peraturan perundang- pengadilan dapat menunjuk hakim yang pernah
undangan yang berlaku. Baik dalam hal gugatan mengikuti diklat fungsional ekonomi syariah.
sederhana maupun gugatan biasa, penggugat
dapat mengajukan perkaranya dengan datang ke Saat ini, hakim peradilan agama yang
kepaniteraan PA/MS atau melalui pendaftaran bersertifikat ekonomi syariah berjumlah 117
elektronik. Bedanya, jika hendak mendaftarkan orang. Mereka terdiri atas 40 hakim tinggi dan
gugatan sederhana, penggugat cukup mengisi 77 hakim tingkat pertama. Sementara itu, hakim
formulir atau blanko gugatan yang disediakan peradilan agama yang pernah mengikuti diklat
pengadilan. Isinya menguraikan identitas ekonomi syariah berjumlah lebih dari 1000 orang.
penggugat dan tergugat; penjelasan ringkas duduk Yang menarik, Perma No.14 Tahun 2016 sangat
perkara (posita); dan tuntutan penggugat (petitum). akomodatif terhadap perkembangan teknologi
Selain itu, ketika mendaftarkan perkaranya, informasi. Selain melegitimasi pendaftaran
penggugat wajib melampirkan bukti surat yang perkara online, Perma yang berisi 15 pasal pada
sudah dilegalisasi. Pendaftaran perkara secara 11 bab ini juga memberi peluang pemeriksaan
elektronik sesungguhnya bukan hal baru lagi di ahli melalui teknologi informasi, misalnya via
peradilan agama. Sejumlah pengadilan sudah teleconference. Bahkan, atas kesepakatan para
menerapkannya, dengan beberapa varian, belum pihak yang berperkara, pemanggilan lanjutan
ada satupun regulasi yang mengaturnya. Perma untuk menghadiri persidangan dapat
No.14 Tahun 2016 menjadi regulasi pertama memanfaatkan teknologi informasi. Jadi,
yang mengakomodasi kemungkinan pengajuan mungkin saja, pada sidang ke-2 dan seterusnya,
perkara dengan memanfaatkan internet di penggugat dan tergugat cukup dipanggil dengan
lingkungan peradilan agama. Mengenai formulir menggunakan e-mail atau Whatsapp. Tentu, dari
atau blanko gugatan, sebagian pengadilan sudah segi teknis yudisial dan administrasi, hal-hal
menyediakannya dan sebagian yang lain belum. semacam ini perlu pengaturan lebih lanjut. Hal-hal
Biasanya, blanko-blanko gugatan itu dibuat dalam lain berkaitan dengan gugatan sederhana dalam
beberapa versi, mengikuti jenis-jenis perkara yang perkara ekonomi syariah yang perlu pengaturan
menjadi kompetensi absolut peradilan agama. lebih spesifik di antaranya adalah format blanko
Hanya, sejauh ini memang belum ada regulasi gugatan sederhana, komponen-komponen dan
yang mengaturnya, sehingga formatnya bervariasi. nominal panjar biaya perkara, register perkara,
format penetapan oleh hakim tunggal mengenai
Bukti-bukti surat dari penggugat, dalam kelayakan berperkara secara sederhana, format
gugatan sederhana, wajib dilampirkan pada surat berita acara sidang dan putusan, juga prosedur
gugatan pada saat mendaftarkan gugatan. Hal ini dan biaya upaya hukum keberatan (hermansyah:
sejalan dengan konsep dasar small claims court, badilag.mahkamahagung.go.id 10 Januari 2017).
yang hanya membebankan penggugat untuk
mengurai fakta hukum beserta bukti-buktinya, Bahwa sistem peradilan di Indonesia
tanpa perlu pusing dengan urusan dasar hukum. khususnya tentang asas peradilan yang
Selain itu, keharusan menyediakan bukti-bukti diselenggarakan secara sederhana, cepat dan
saat pendaftaran bertujuan untuk memberikan biaya ringan justru lebih baik untuk mengurangi
kesempatan yang lebih dini kepada tergugat jumlah penumpukan perkara di pengadilan pada
untuk menyiapkan jawaban. Dengan begitu, umumnya, akan tetapi khususnya di Pengadilan

390 Gugatan Sederhana Dalam Sistem Peradilan di Indonesia... (Nevey Varida Ariani)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

Parigi mengingat jumlah penduduknya tidak dari segi hukum acaranya atau formilnya harus
sebanyak di Kabupaten lain di Provinsi Palu, tidak lebih mengakomodir agar dapat menjangkau
banyak anggota masyarakat yang berperkara kebenaran materiel. Perubahan terhadap regulasi
perdata di pengadilan. Oleh karena itu selain Perma sangat diperlukan mengingat banyak persoalan
No. 2 tahun 2015 yang belum disosialisasikan dan akan timbul akibat adanya perma tersebut
belum pernah ada juga perkara yang diselesaikan termasuk hambatannya.
secara sederhana (Small Claim Court) di B. Hambatan Penerapan Gugatan Sederhana
Kabupaten Parigi. Biasanya kalau ada kasus di Indonesia
perdata yang berkonflik karena merasa dirugikan Gugatan Sederhana atau Small Claim Court
satu sama lain, cukup diselesaikan oleh pemuka adalah tata cara pemeriksaan di persidangan
adat setempat yang sudah berpengalaman dan terhadap gugatan perdata dengan nilai gugatan
disegani oleh masyarakat karena dapat dipercaya materil paling banyak Rp.200 juta yang
dan bijaksana dalam memutuskan bagi yang diselesaikan dengan tata cara dan pembuktiannya
sedang berkonflik tersebut (Balitbang Hukum dan sederhana. Jadi, yang jelas membedakan gugatan
HAM, 2017: 33) sederhana dengan gugatan ada umumnya adalah
Dengan melihat data hasil penelitian lapangan nilai kerugian materiil yang lebih khusus
tentang Mekanisme small claim court (SCC) ditentukan pada gugatan sederhana, yakni
merupakancara penyelesaian permasalahan hukum maksimal Rp.200 juta. Sedangkan pada gugatan
dengan acara sederhana tapi tetap melalui proses pada perkara perdata biasa, nilai kerugian materiil
persidangan sebagaimana pemeriksaan perkara tidak dibatasi besarnya.
pada umumnya. Namun pemeriksaan perkara Hambatannya dalam Perma No. 15 Tahun
tersebut dibuat sesederhana mungkin, sehingga 2015 adalah kurangnya kejelasan Pasal 4 Ayat
persidangannya dapat dilakukan dengan cepat dan (4) Perma tersebut yaitu dalam hal kehadiran para
berdampak pada pengurangan biaya persidangan. pihak secara langsung dengan atau tanpa
Sebab, acara pemeriksaan di pengadilan terhadap didampingi kuasa hukum, karena harus diatur
perkara ringan selama ini, berlangsung cukup lama bagaimana ketika yang menjadi pihak adalah
bahkan bisa memakan waktu setahun. Sesudah badan hukum dan ia adalah direktur yang
diputuskan hakim, kemungkinan pihak yang biasanya menunjuk kuasa untuk mewakilinya
kalah akan naik banding hingga kasasi. Akhinya karena Sesuai dengan perkembangan teknologi,
terjadilah penumpukan perkara di Mahkamah maka perlu diatur pemanggilan para pihak dalam
Agung, yang mengganggu tugas hakim agung persidangan khususnya yang di luar wilayah
dalam memeriksa perkara-perkara yang jauh hukum tempat perkara disidangkan. Apakah
lebih besar nilai dan dampaknya. Maka Perma pemanggilan delegasi secara manual dan
No. 2 Tahun 2015 tentang tata cara penyelesaian menunggu pemanggilan relaas kembali masih
gugatan sederhana, telah diberlakukan. layak karena model pemanggilan dengan cara
Penerapan mekanisme Small Claim Court tersebut menghambat proses penyelesaian perkara.
dalam penegakan hukum Perdata di Indonesia Hal ini Perlunya pelatihan bagi semua hakim di
sudah berjalan seperti perkara-perkara Perdata Indonesia agar memiliki presepsi yang sama atas
yang di kecualikan dalam Perma tersebut seperti perma tersebut, sehingga tidak multitafsir ketika
Perbuatan Melawan Hukum, selain mengenai ada permasalahan terkait gugatan sederhana.
sengketa hak atas tanah, dan cidera janji dengan Di samping itu, gugatan sederhana ini
nilai gugatan Rp.200.000.000,- dapat segera diperiksa dan diputus oleh hakim tunggal dalam
diputus dan para pihak yang berperkara dapat lingkup kewenangan peradilan umum. Urgensi
segera mendapatkan kepastian hukum, disamping Terbitnya PERMA Small Claim Court menjelaskan
itu dapat mengurangi penumpukan perkara di bahwa Perma ini terbit untuk mempercepat proses
Mahkamah Agung RI. penyelesaian perkara sesuai asas peradilan
Bahwa isi dari Perma No. 2 tahun 2015 sederhana, cepat, biaya ringan. Terbitnya Perma
gugatan sederhana mengenai perdata di bawah ini juga salah satu cara mengurangi volume
Rp.200 juta adalah sangat penting karena apabila perkara di MA dan diadopsi dari sistem peradilan
melalui hukum acara perdata yang berlaku saat ini small claim court yang salah satunya diterapkan di
akan memakan waktu yang lama namun penerapan London, Inggris.

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 3, September 2018: 381 - 396 391
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

Lingkup Gugatan sederhana diajukan penyelesaian sengketa sederhana di peradilan


terhadap perkara: niaga yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan HKI bukanlah objek SCC. Pada hal
1. cidera janji (wanprestasi) dan/atau sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa
2. perbuatan melawan hukum dengan nilai MA memiliki otoritas terhadap semua peradilan.
gugatan materil paling banyak Rp.200 juta. Jika MA sudah mengingkari perkara HKI bukan
Berdasarkan dari hasil penelitian lapangan menjadi objek sengketa dengan SCC, berarti akan
bahwa nilai gugatan ini kurang repersentatif ada hambatan dalam berperkara di pengadilan
mengingat antara daerah satu dengan daerah niaga untuk penyelesaian kasus HKI. Sebaiknya,
yang lain berbeda khususnya DKI yang nilai MA perlu meninjau kembali Perma No. 2 Tahun
nominal Rp.200 juta kurang mengakomodir dalam 2015 agar dapat mengakomodir penyelesaian
persoalan gugatan sederhana dan sedikit sekali sengketa di bidang HKI dengan pemeriksaan
yang mengajukan gugatan tersebut dibandingkan sederhana dengan tidak membatasi pemeriksaan
dengan perkara yang masuk. Untuk itu beberapa hanya pada perkara wanprestasi dan perbuatan
wilayah menyarankan untuk menambahkan nilai melawan hukum. Terlebih lagi, masalah HKI ini
gugatan yang lebih luas sehingga terjangkau untuk menyangkut perdagangan baik nasional dan
wilayah seluruh Indonesia yaitu 500 juta. Hal ini internasional sertai terikat dengan kesepakatan
akan membuka peluang bagi pengadilan untuk WTO/TRIPs (Suyud Margono, 2013: 50)
merepresentasikan nilai gugatan tersebut. Pengaturan penyelesaian sengketa HKI
Sedangkan penyelesaian sengketa melalui peradilan SCC berdasarkan perintah Pasal
menggunakan Perma No. 2 Tahun 2015 tentang 41 dan Pasal 42 TRIPs, telah diimplementasikan
Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana pemerintah Indonesia dalam Perundang-undangan
ditentukan bahwa bahwa Penyelesaian Gugatan di bidang Hak Cipta, Rahasia Dagang, Desain
Sederhana adalah tata cara pemeriksaan di Industri, Paten, Merek. Kecuali UU Perlindungan
persidangan terhadap gugatan perdata dengan nilai Varietas Tanaman (UUPVT) dan UU Rahasia
gugatan materil paling banyak Rp. 200.000.000,- Dagang, dimana penyelesaian sengketanya lewat
(dua ratus juta rupiah) yang diselesaikan dengan Pengadilan Negeri. Dalam ketentuan tersebut
tata cara pembuktiannya sederhana denga Hakim telah diatur limit waktu pengajuan gugatan hingga
Tunggal (Pasal 1 angka 1 dan 3). Gugatan putusan hakim dengan waktu paling lama 6
sederhana diajukan terhadap perkara cidera janji (enam) bulan. Namun, karena pengadilan niaga
atau perbuatan melawan hukum dengan nilai lokasinya hanya ada di Jakarta, Surabaya, Medan
gugatan materil paling banyak Rp.200 juta (Pasa dan Makassar. Maka kemungkinan penyelesaian
3 Ayat 1). sengketa dengan SCC tidak tercapai malah
Sedangkan yang tidak termasuk dalam menjadi mahal dan lama begitu pula masalah
gugatan sederhana dalam peneltian di lapangan peradilan khusus yang lain. Termasuk peradilan
karena menjadi hambatan dalam penyelesian khusus yang lain perlu ada singkronisasi dan
yaitu: harmonisasi peraturan terkait termsuk PERMA
No. 14 Tahun 2016 Tentang Ekonomi Syariah,
1. Perkara yang penyelesaian sengketanya
Hubungan Industrial dan Lain-lain.
dilakukan melalui pengadilan khusus
sebagaimana diatur di dalam peraturan Dalam Perma No 2 Tahun 2015 Pasal 4
perundang-undangan; atau mengatur sebagai berikut:
2. Sengketa hak atas tanah. 1. Para pihak dalam gugatan sederhana terdiri
dari penggugat dan tergugat yang masing-
Bahkan dengan tegas dikatakan dalam Pasal
masing tidak boleh lebih dari satu, kecuali
3 Ayat (2) bahwa Tidak termasuk gugatan
memiliki kepentingan hukum yang sama.
sederhana: a. Perkara yang penyelesaian
sengketanya dilakukan melalui pengadilan khusus 2. Terhadap tergugat yang tidak diketahui
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- tempat tinggalnya, tidak dapat diajukan
undangan. gugatan sederhana.
Dengan mengacu pada Pasal 3 Ayat (2) 3. Penggugat dan tergugat dalam gugatan
Perma tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sederhana berdomisili di daerah hukum
MA menganggap bahwa perkara HKI dengan Pengadilan yang sama.

392 Gugatan Sederhana Dalam Sistem Peradilan di Indonesia... (Nevey Varida Ariani)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

4. Penggugat dan tergugat wajib menghadiri 3. menuntun para pihak dalam pembuktian; dan
secara langsung setiap persidangan dengan 4. menjelaskan upaya hukum yang dapat
atau tanpa didampingi oleh kuasa hukum. ditempuh para pihak.
Soal pendampingan kuasa hukum, dalam Di Pengadilan Negeri Jakarta Barat tidak
penelitian lapangan bahwa Gugatan Sederhana terjadi penumpukan perkara karena hakim yang
Boleh Tanpa Jasa Advokat, gugatan sederhana ini bertugas sekitar 34 orang. Perma No. 2 tahun 2015
juga tidak wajib diwakili kuasa hukum atau sudah diketahui oleh para hakim dan telah
memakai jasa advokat seperti halnya dalam menerapkannya namun ada Hambatan dalam SCC
perkara gugatan perdata biasa. Namun, para pihak ini karena kurangnya sosialisasi. Oleh karena
(penggugat dan tergugat) dengan atau tanpa kuasa itu perlu disosialisasikan kepada masyarakat
hukum wajib hadir langsung ke persidangan. terutama pada pihak swasta sehingga perlu ada
Menjelaskan Perma Gugatan Sederhana tidak formulasi yang tepat dalam menyelesaikan SCC
melarang menggunakan jasa advokat. Dalam ini agar semua pihak berperkara harus menguasai,
Pasal 4 Ayat (4) Perma No 2 tahun 2015 ada memahami dan mematuhi semua aturan yang
frasa “dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa berlaku. Mekanisme SCC sudah tepat sekalipun
hukum”. Jadi, para pihak boleh pakai jasa advokat agak sulit menerapkannya.
atau tidak. Tetapi, kalau penggugat/tergugatnya
menggunakan jasa advokat bisa rugi karena KESIMPULAN
dikhawatirkan nilai gugatannya tidak sebanding Penerapan Gugatan Sederhana dalam
dengan biaya jasa advokat yang dikeluarkan. Penegakan hukum Perdata di Indonesia cukup
Merujuk pada isi Perma 2 Tahun 2015, maka membantu masyarakat dalam hal menyelesaiakan
Pemeriksaan Pendahuluan menjadi tahapan paling perkara di Pengadilan Negeri dengan cepat,
krusial karena di tahap ini, hakim berwenang sederhana tidak membutuhkan waktu yang
menilai dan kemudian menentukan apakah terlalu lama. Perma No. 2 tahun 2015 menjadi
perkara tersebut adalah gugatan sederhana. pintu masuk dalam hal kekosongan terhadap
Di dalam Pemeriksaan Pendahuluan, apabila hukum itu sendiri yang baru hampir 2 tahun telah
dalam pemeriksaan Hakim berpendapat bahwa dilaksanakan, beberapa pengadilan yang sudah
gugatan tidak termasuk dalam gugatan sederhana, menerapkan mekanisme Small Calim Court dan
maka Hakim mengeluarkan penetapan yang ada di beberapa Pengadilan Negeri yang belum
menyatakan bahwa gugatan bukan gugatan ada yang mengajukan gugatan sederhana. Dalam
sederhana, mencoret dari register perkara dan hal Gugatan ini bersifat limitatif, jika salah satu
memerintahkan pengembalian sisa biaya perkara syarat tidak dipenuhi maka perkara tersebut tidak
kepada penggugat. Terkait putusan akhir gugatan dapat diselesaikan melalui Gugtan Sederhana
sederhana, para pihak dapat mengajukan keberatan yaitu meliputi batasan nilai gugatan 200 juta
paling lambat 7 (tujuh) hari setelah putusan rupiah. Begitu pula jangka waktu dalam proses
diucapkan atau setelah pemberitahuan putusan. penyelesaian sengketa yang hanya maksimal 25
Keberatan ini diputus majelis hakim sebagai hari, hal ini juga menjadi pertimbangan dalam
putusan akhir, sehingga tidak tersedia upaya penyelesaian perkara di Pengadilan berdasarkan
hukum banding, kasasi, atau peninjauan kembali. tingkat ketelitian dan kehati-hatian.
Hal Menarik dalam Gugatan Sederhana Dalam pelaksanaan di lapangan ada beberapa
adalah kewajiban bagi hakim untuk berperan aktif hambatan berkaitan dengan nilai gugatan yang
dalam: berjumalah Rp.200 juta, hal ini belum mewakili
representasi wilayah karena memilki nilai yang
1. memberikan penjelasan mengenai acara
berbeda bahwa sebagian daerah yang menyatakan
gugatan sederhana secara berimbang kepada
bahwa gugatan untuk nilai Rp.200 juta sangat kecil
para pihak;
sehingga gugatan akhirnya diajukan dalam gugatan
2. mengupayakan penyelesaian perkara secara biasa padahal berdasarkan pada pembuktian dan
damai termasuk menyarankan kepada para pemeriksaan seharusnya dalam gugatan sederhana
pihak untuk melakukan perdamaian di luar namun karena adanya batasan Rp.200 juta menjadi
persidangan; terpaku pada nilai nominal tersebut yang belum
tentu dapat menjawab dalam persolaan gugatan

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 3, September 2018: 381 - 396 393
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

sederhana. Berbeda dalam Perma 2 tahun 2015 pengganti, pengacara/advokat terutama kepada
tentang Gugatan sederhana dalam poin 2 dan 3 masyarakat dengan bekerjasama dengan pihak
seharusnya menjadi ciri khas justru akan menuntup pemerintah, Swasta (Perbankan), dan Lembaga
suatu peraturan yang seharusnya dapat dilakukan Swadaya Masyarakat.
dengan gugatan sederhana namun dengan adanya
kekhususan tersebut maka guagatan menjadi lama
dan berbelit-belit seperti pailit, HKI, Tanah, dan
peradilan khusus lainnya yang tidak membutuhkan
pembuktian dan penyelesaiannya perkara secara
sederhana, cepat dan berbiaya ringan menjadi
hambatan dalam pelaksaaan di lapangan termasuk
perlu ada singkronisasi dan harmonisasi terhadap
peraturan terkait masalah SCC ini. Dalam hal
kehadiran para pihak secara langsung dengan atau
tanpa didampingi kuasa hukum, karena harus
diatur bagaimana ketika yang menjadi pihak
adalah badan hukum dan ia adalah direktur yang
biasanya menunjuk kuasa untuk mewakilinya.
Sesuai dengan perkembangan teknologi yang
semakin canggih termasuk tahapan eksekusi
yang ada dalam hal gugatan sederhana ini masih
menggunakan peraturan dalam eksekusi gugatan
biasa yang berdampak pada kesulitan dalam upaya
eksekusi sehingga marwah dari gugatan sederhana
dianggap kurang terpenuhi.

SARAN
Tujuan hukum untuk peradilan yang cepat,
sederhana dan Biaya Ringan ini terpenuhi maka
perlu dilakuakan revisi terhadap Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Gugatan sederhana terkait: Menaikan nilai
gugatan materil dari Rp.200 juta menjadi Rp.500
juta atau berdasarkan nilai ekonomi Daerah, hal
ini karena mengacu pada nilai pendapatan
tertinggi di daerah yang dapat mengakomodir dan
memperluas jumlah gugatan, Perkara yang
penyelesaian sengketanya dilakukan melalui
pengadilan khusus sebagaimana diatur di dalam
peraturan perundang-undangan; atau sengketa hak
atas tanah menjadi hal yang menghambat proses
gugatan cepat sederhana dan biaya ringan sehingga
perlu ditinjau mengingat sengketa ekonomi
syariah dalam lingkup peradilan agama juga
menggunakan gugatan sederhana, Memasukan
aturan yang terkait ekseksusi gugatan sederhana
sebagai makhkota dari gugatan sederhana itu
sendiri bukan berdasarkan proses eksekusi dalam
gugatan biasa. Memasukan Materi revisi Perma
dalam Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Perdata. Perlu Sosialisasi terkait gugtan
sederhana terhadap hakim, panitera, panitera

394 Gugatan Sederhana Dalam Sistem Peradilan di Indonesia... (Nevey Varida Ariani)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
Sumadi, Reduksi Kekuasaan Eksekutif di bidang
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Peraturan Pengganti Undang-Undang/
PERPU, Malang: UMM Press, 2002.
Ariani, Nevey Varida, Relevansi Penentuan
Kriteria Kesa/Kelurahan Sadar Hukum Umam, Khotibul, Penyelesaian Sengketa Di luar
Terhadap Kesadaran Hukum Masyarakat, Pengadilan, Penerbit Pustaka Yustisia, cet. I,
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 1 7 20100
No .1 Maret 2017: 29-47 Whitton, Evan, Our Corrupt Legal System; Why
Balitbang Hukum dan HAM, Hasil Penelitian Everyone Is a Victim (Expept Rich
“Penerapan Mekanisme Small Claim Court Criminals), Sydney, 2010.
dalam Penegakan Hukum” di Indonesia,
Balitbang Hukum dan HAM, 2017.
Peraturan Perundang-undangan
Balitbang Hukum dan HAM, Hasil penelitian
Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang
“Penentuan Kreteri Desa/Kelurahan sadar
Kekuasaan Kehakiman.
Hukum di Indonesia” Balitbang Hukum dan
HAM, 2017. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang
Rahasia Dagang.
Djumhana, Muhammad dan Djubaedah R., Hak
Milik Intelektual: Sejarah, Teori, dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Praktiknya di Indonesia, Bandung: Citra Hak Cipta.
Aditya Bakti, 2014. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Friedman L, Teori dan Filsafat hukum: Telaah Perlindungan Varietas Tanaman.
Kritis Atasi Teori-Teori, Surakarta, 2004. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang
Huda, Choirul, Karya Ilmiah “Penerapan Small Paten.
Claim Court dalam Prespektif Hukum Pidana Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
di Indonesia, BPHN 2013 Merek.
Margono, Suyud, Hukum Hak Kekayaan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang
Intelektual (HKI), Edisi I, Bandung: Pustaka Desain Industri.
Reka Cipta, 2013. Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain
Marzuki, Mahmud Peter, Penelitian Hukum, Tata Letak Sirkit Terpadu.
Kencana, 2011. Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang
Naskah Akademik, RUU Kitab Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Hukum Acara Perdata, BPHN 2015. Pembayaran Utang.
Sagama, Suwardi, Analisis Konsep Keadilan, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015
Kepastian Hukum Dan Kemanfaatan Dalam tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan
Pengelolaan Lingkungan, Mazahib, Vol Xv, Sederhana.
No. 1 Juni 2016. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun
Saidin, Haji OK, Aspek Hukum Hak Kekayaan 2016 tentang Penyelesaian Perkara Ekonomi
Intelektual (Intelectual Property Rights), Syariah
Ed. Revisi, - Cet. 9, - Jakarta: Rajawali Pers,
Internet
2015.
http://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/
Sidik, Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan
dejure/article/view/132
Pidana, UMM Press, Malang,2005
http://www.spip.pn-surabayakota.go.id/ dikses
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji, Penelitian
tanggal 8 Mei 2017
Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001. http://www.spip.pn-sidoarjo.go.id/ dikses tanggal
8 Mei 2017

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 3, September 2018: 381 - 396 395
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

http://www.spip.pn-pasuruan.go.id/ dikses tanggal


8 Mei 2017
http://www.spip.pn-mojokerto.go.id/diakses
tanggal 8 Mei 2017
https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-
ditjen-badilag/seputar-ditjen-badilag/
membedah-perma-tata-cara-penyelesaian-
perkara-ekonomi-syaria tanggal 10 Januari
2018

396 Gugatan Sederhana Dalam Sistem Peradilan di Indonesia... (Nevey Varida Ariani)

You might also like