Professional Documents
Culture Documents
Kortikosteroid Topikal: Tinjauan Pustaka
Kortikosteroid Topikal: Tinjauan Pustaka
Kortikosteroid Topikal: Tinjauan Pustaka
KORTIKOSTEROID TOPIKAL
Oleh :
Pembimbing :
Harry hadi saputra, Vivi Kardilla Doni, Riski Dwi Utami, Marni sianturi, Husnaini,
Noorsaid Masadi
Departement of Dermatology and Venereology
Medical Faculty of Riau University RSUD Arifin Achmad
ABSTRACT
Corticosteroids are derivatives from corticosteroid hormones produced by adrenal
glands. This hormone plays an important roles in the body, including control of
inflammatory responses. Based on their use corticosteroids can be divided in two,
that is systemic and topical corticosteroids. Based on the clinical potential,
differentiated into several groups, that is super potent, high potency, medium potency,
and low potency. In commonly, people choosed topical corticosteroid that is suitable,
safe, few side effects and low price. In addition there are several factors that must be
considered, which is type of skin disease, vehiculum type, disease conditions, and the
age of patient. Side effects can occur when the use of topical corticosteroids are long,
and redundant as well as on the potential for strong or very strong or very occlusive
use. Topical corticosteroids can be divided into several level, namely the effects of
epidermal, dermal, and vascular.
KORTIKOSTEROID TOPIKAL
Harry hadi saputra1, Vivi Kardilla Doni1, Riski Dwi Utami1, Marni sianturi1,
Husnaini1, Noorsaid Masadi2
Bagian Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Riau RSUD Arifin Achmad
ABSTRAK
Keterangan:
1.Dokter Muda KKS Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UR/RSUD AA
2.Dokter Konsulen Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UR/ RSUD AA
PENDAHULUAN
Definisi
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di
bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormone adrenokortikotropik
(ACTH) yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis. Hormon ini berperan pada banyak
sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan sistem
kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahan
protein, kadar elektrolit darah.3
3. Immunosupresan
Efektivitas kortisteroid bisa akibat dari sifat immunosupresifnya. Mekanisme
yang terlibat dalam efek ini kurang diketahui. Beberapa studi menunjukkan
bahwa kortikosteroid bisa menyebabkan pengurangan sel mast pada kulit. Hal
ini bisa menjelaskan penggunaan kortikosteroid topikal pada terapi urtikaria
pigmentosa.
4. efek anti-inflamasi.
Mekanisme sebenarnya dari efek anti-inflamasi sangat kompleks dan kurang
dimengerti. Dipercayai bahwa kortikosteroid menggunakan efek anti-
inflamasinya dengan menginhibisi pembentukan prostaglandin dan derivat
lain pada jalur asam arakidonik. Mekanisme lain yang turut memberikan efek
anti-inflamasi kortikosteroid adalah menginhibisi proses fagositosis dan
menstabilisasi membran lisosom dari sel-sel fagosit.
paling kuat daya antiinflamasi dan antimitotiknya (superpoten). Sebaliknya golongan VII yang terlemah (potensi lemah).7,8,9
Tinea incognito
- Infeksi
Pemakaian kortikosteroid topikal memudahkan timbulnya infeksi bakteri, jamur dan
virus disebabkan karena mekanismepertahanan tubuh setempat menurun,
pemberian kortikosteroidtopikal pada infeksi jamur kulit menyebabkan gambaran klinis
tidak jelas, sehingga menyukarkan diagnosis disebut Tinea Incognito. Pemakaian
sediaan kombinasi kortikosteroid dan antibiotik sebaiknya hanya digunakan dalam
jumlah sedikit dan waktu singkat.
- Gangguan penyembuhan luka
Pemakaian kortikosteroid topikal dapat menghambat penyembuhan luka yang sudah
ada, karena khasiat anti-inflamasinya melalui efek vasokonstriksi pembuluh darah kecil,
menghambat ekstravasasi leukosit dan eksudasi plasma. Penurunan jumlah
leukosit ini, menyebabkan berkurangnya reaktivitas jaringan ikat dan terjadi
hambatan pada pembentukan fibroblas dan granulasi
- Hipertrikosis
Pemakaian kortikosteroid topikal jangka panjang terutama yang berpotensi kuat,
merangsang pertumbuhan rambut setempat sehingga terbentuk hipertrikosis
lokalisata. Hal ini karena efek androgenik dari kortikosteroid, sehingga hipertrikosis
dapat terjadi juga pada pemakaian topikal hormon androgen.
- Takifilaksis
Pemakaian kortikosteroid topikal jangka panjang terutama golongan potensi kuat,
dapat terjadi efek takifilaksis,yaitu khasiat obat akan menurun sesudah dipakai
terus-menerus selama 5-9 hari. Khasiat akan meningkat kembali setelah
pemakaian kortikosteroid berkhasiat kuat tersebut dihentikan sementara. Sehingga untuk
menghindari terjadinya takifilaksis dan mendapatkan hasil pengobatan
optimal, maka pada pemakaian kortikosteroid potensi kuat jangka panjang,
sesudah hari pemakaian harus diselingi dengan golongan kortikosteroid yang
lebih lemah beberapa hari.
Pencegahan efek samping13
Efek sistemik jarang sekali terjadi, agar aman dosis yang dianjurkan ialah
jangan melebihi 30 gram sehari tanpa oklusi. Pada bayi kulit masih tipis, hendaknya
dipakai kortikosteroid yang lemah. Pada kelainan akut dipakai pula kortikosteroid
lemah. Pada kelainan subakut digunakan kortikosteroid sedang. Jika kelainan kronis
dan tebal digunakan kortikosteroid kuat. Bila telah membaik pengolesan dikurangi,
yang semula dua kali sehari menjadi sekali sehari atau diganti dengan kortikosteroid
sedang/lemah untuk mencegah efek samping.
Jika hendak menggunakan cara oklusi jangan melebihi 12 jam sehari dan
pemakaiannya terbatas pada lesi yang resisten. Pada daerah lipatan (inguinal, ketiak)
dan wajah digunakan kortikosteroid lemah/sedang. Kortikosteroid jangan digunakan
untuk infeksi bakteri, infeksi mikotik, infeksi virus dan skabies. Di sekitar mata
hendaknya berhati-hati untuk menghindari timbulnya glaucoma dan katarak. Terapi
intralesi dibatasi 1 mg pada suatu tempat, sedangkan dosis maksimum per kali 10 mg.
KESIMPULAN
1. Lewis V. Topical Corticosteroid. 2007. [cited 2012 Juni 5]. Available from
http://www.netdoctor.co.uk/index.shtml.
2. Goldfien, A. Adenokortikosteroid dan Antagonis Adrenokortikal. In : Katzung
B.G,editor. Farmakologi Dasar Dan Klinik, Edisi 4. Jakarta : EGC ; 1998. p.
616-32.
3. Doctorology Indonesia. Kortikosteroid dan Efek Sampingnya. 2009. [disitasi
29 Mei 2012 ]. Diunduh dari http://doctorology.net/?p=61
4. Maftuhah. Husni, Abidin. Taufik, Oral Kortikosteroid. 2009. Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram. [disitasi 31 Mei 2012 ]. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/13461799/kortikosteroid-topikal
5. Suherman S. Adrenokortikotropin, adrenokortikosteroid, analog-sintetik dan
antagonisnya. Dalam: Ganiswara SG (editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi
4. Jakarta : Balai penerbit FKUI, 1995 ; 484-500
6. Abidin Taufik. Oral Corticosteroid. 2009. [disitasi 31 Mei 2012 ] Diunduh
dari http://www.scribd.com/doc/13461798/Oral-Kortikosteroid
7. I r w a n A . Kortikosteroid Topikal. [homepage internet] 2009. Diupdate
Februari 2011 [disitasi 29 Mei 2012 ]. Diunduh dari :
http://irwanashari.blogspot.com/2009/02/kortikosteroid-topikal.html.
8. Sutedja E. Farmakologi klinis dan mekanisme kerja kortikosteroid topikal
pada dermatitis. Dalam: Sutedja E (editor). Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Antiinflamasi Topikal pada Pengobatan Dermatitis Bayi dan Anak.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006; 29-39.
9. Lessin SR. Topical corticosteroids. In: Bondi EE, Jegasothy BV, Lazarus GS,
eds. Dermatology: Diagnosis and Therapy. First Edition. Philadelphia: Willey-
Blackwell; p 373-99.
10. Wibowo NR. Penggunaan Kortikosteroid dalam Bidang Dermatovenerologi.
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjung pura RSU dr. Sudarso Pontianak.
Pontianak: 2010
11. Dermnet NZ. Topical steroid. [homepage internet] 2012. [disitasi 3 Juni
2012]. Diunduh dari http://dermnetnz.org/treatments/topical-steroids.html
12. Hamzah M. dermatoterapi. Dalam: Djuanda A (Editor) ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Edisi ke-5. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2006: 342-52.
13. Brazzini B Topical Corticosteroids. In: Freeberg, Irwin, Eisen, Atrhur, Wolff.
Klaus, dkk, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Volume II
B. Sixth Edition. New York; Mc Graw-Hill Medical Publishing Division,
2003; 2381-7, 2322-7.