Professional Documents
Culture Documents
Aim: This study aimed to determine the factors associated with the
occurrence of maceration of the stoma in patients who underwenta
colostomy in Dr Wahidin Sudirohusodo Hospital of Makassar.
Conclusion: This study shows that the factors that affect the skin maceration
around the stoma can be modified (frequency of stoma care and nutritional
status), while the location factor can be minimized through the stoma sitting.
Thus, the nurses have an important role in the prevention of maceration
both at pre and post operative
128
ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017
LATAR
BELAKANG K anker usus besar atau kanker kolorektal merupakan salah satu dari
penyakit kanker dengan prevalensi yang cukup tinggi. Di Amerika,
tahun 2007 risiko terkena kanker kolorektal ± 6% (WOCN, 2008),
menyumbang lebih dari 9 % dari semua kanker dan merupakan kanker paling
umum ketiga di seluruh dunia dan merupakan penyebab kematian keempat
paling umum dari kanker (Fatima & Boushey, 2009). Di Indonesia, setiap
tahunnya sekitar 1.666 orang meninggal akibat kanker kolorektal (Rahmianti,
D, 2013).
Penatalaksanaan pada kanker kolorektal salah satunya dengan
pembentukan kolostomi (Mayers, 1996 dalam Simanjuntak & Nurhidayah,
2007). Kolostomi merupakan pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau
usus besar (Smeltzer & Bare, 2012). Indonesian Ostomy Association (INOA)
melaporkan bahwa jumlah kasus yang menggunakan stoma terus meningkat,
dan penyebab tersering di Indonesia sendiri adalah karena keganasan
(Indonesian Ostomy Association, 2009).
Stoma tidak memiliki ujung saraf sensorik dan tidak sensitif terhadap
rasa sakit, sehingga beberapa komplikasi dapat terjadi. Oleh karena itu
penilaian seumur hidup oleh penyedia layanan kesehatan tentang stoma dan
komplikasinya menjadi sangat penting, termasuk komplikasi maserasi (Jordan
& Burns, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh (Sarkut, Dundar, Tirnova,
Ozturk, & Yilmazlar, 2015) menemukan bahwa dari 141 pasien, komplikasi
akibat pemasangan stoma dilaporkan hingga 26%. Komplikasi maserasi pada
kulit peristomal (7.09%).
Maserasi di sekitar stoma banyak terjadi terutama pada lansia
disebabkan oleh lapisan epitel dan lemak subkutan yang semakin tipis karena
proses penuaan sehingga kulit menjadi semakin mudah mengalami iritasi
(Smeltzer & Bare, 2012). Maserasi merupakan indikasi eksudat yang
berlebihan, yang memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan luka lebih
lanjut. Hal ini disebabkan oleh over hidrasi pada luka dan kulit sekitar luka, yang
menjadi jenuh, pucat dan rapuh. Jika tidak dikoreksi oleh manajemen yang
efektif, kulit maserasi akan pecah yang menyebabkan perluasan luka (Stephen
& Haynes, 2014). Kerusakan pada kulit sekitar luka mengurangi fungsi
pelindung sebagai penghalang untuk air dan meningkatkan kemungkinan
penyembuhan luka menjadi terhambat (Cutting, 2002).
Data tentang pasien yang terpasang kolostomi di RSUP Dr Wahidin
Sudirohusodo Makassar tahun 2013 sebanyak 95 orang, tahun 2014 sebanyak
114 orang, dan tahun 2015 sampai bulan Juni sebanyak 52 orang (RSUP Dr
Wahidin Sudirohusodo Makassar, 2015). Dari data ini, kecenderungan terjadi
peningkatan setiap tahun dan juga ditemukan pasien yang belum mandiri
dalam pemasangan kolostomi serta kadang kala datang untuk kontrol di
129
ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017
a. Desain
METODE Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan
pendekatan Cross Sectional Study (Dharma, 2011).
b. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
satu paket daftar pertanyaan/pernyataan yang terdiri atas dua bagian yang
berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu (1) instrumen karakteristik
demografi pasien, dan (2) instrumen untuk mengukur lokasi stoma sebanyak 5
indikator (dekat dari tempat insisi, tidak melewati bagian tengah muskulus
rektus, dekat dari lipatan kulit/ paha, prominensia tulang, dan dekat umbilicus),
frekuensi perawatan stoma sebanyak 1 indikator, status gizi dinilai dengan
indeks massa tubuh (IMT) yang dikategorikan (Kurang: apabila IMT < 18.5
2 2
kg/m , dan Normal: apabila IMT ≥ 18.5 kg/m ), dan maserasi stoma sebanyak 3
indikator (kemerahan dan nyeri, perdarahan dan nekrosis pada area
peristoma).
Dikatakan mengalami maserasi stoma apabila terjadi peradangan pada
areal sekitar stoma yang meliputi kemerahan, nyeri, perdarahan, atau terjadi
nekrosis di sekitar stoma (Cutting, 2002).
c. Populasi dan sampel
Populasi pasien yang terpasang kolostomi selama tahun 2015
sebanyak 52 orang. Sampel yang diambil dilakukan secara non-probability
sampling dengan teknik purposive sampling. Besar sampel sebanyak 32 dengan
menggunakan rumus Stanley Lemeshow (Dharma, 2011).
1) Kriteria Inklusi :
a) Pasien rawat inap dan rawat jalan di RSUP Dr Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
b) Pasien yang terpasang kolostomi.
2) Kriteria Eksklusi :
a) Pasien yang mengalami komplikasi DM menolak untuk menjadi
responden
d. Lokasi dan Waktu Penelitian
1) Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2) Waktu Pengumpulan Data
130
ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017
Tabel 1. Karakteris k
Demografi pada Pasien
yang Terpasang Kolostomi
di
RSUP Dr Wahidin
Sudirohusodo Makassar
b. Analisis univariat
Data dari penelitian ini didapatkan sebagian besar responden berusia
dewasa (78.1%), lokasi stomanya beresiko tinggi (71.9%), perawatan stomanya
sering (81.2%), status gizi (IMT) kurang (59.4%), dan maserasi stoma (62.5%)
131
ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017
(Tabel 2).
Tabel 2.
Distribusi Responden
Berdasarkan Usia,
Lokasi Stoma, Frekuensi
Perawatan Stoma,
Status Gizi, dan
maserasi stoma pada
Pasien yang Terpasang
Kolostomi di RSUP Dr
Wahidin Sudirohusodo
Makassar
c. Analisis Bivariat
Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan lokasi stoma (p=0.000),
frekuensi perawatan stoma (p=0.018) dan status gizi (p=0.030) dengan
terjadinya maserasi stoma pada pasien yang terpasang kolostomi, sedangkan
variabel yang tidak berhubungan adalah usia (p=0.212) (Tabel 3).
Tabel 3.
Hubungan Usia, Lokasi
Stoma, Frekuensi
Perawatan Stoma, dan
Status Gizi dengan
maserasi stoma pada
Pasien yang Terpasang
Kolostomi di RSUP Dr
Wahidin Sudirohusodo
Makassar
PEMBAHASAN Pada penelitian ini pasien terbanyak laki-laki (65.6%). Pada pria, kanker
kolorektal menempati urutan ketiga sebagai kanker tersering setelah kanker
prostat dan kanker paru-paru. Sementara pada wanita, kanker ini pun
menempati urutan ketiga setelah kanker payudara dan kanker paru-paru. Di
seluruh dunia, 9.5% pria penderita kanker terkena kanker kolorektal,
sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9.3% dari total jumlah penderita
kanker (Winarto, Ivone, & Saanin, 2009).
Pada penelitian ini pasien terbanyak pendidikannya SMA (46.%). Hal ini
menjadi modal yang berarti dimana seorang yang pendidikannya tinggi dapat
menangkap informasi dengan lebih mudah dibandingkan dengan pasien yang
pendidikannya lebih rendah. Perawat sebelum memberikan pendidikan
132
ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017
133
ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017
KESIMPULAN Ada hubungan lokasi stoma, frekuensi perawatan stoma dan status gizi
dengan terjadinya maserasi stoma pada pasien yang terpasang kolostomi
sedangkan usia tidak berhubungan dengan maserasi stoma.
SARAN Bagi pihak terkait dalam hal ini pihak rumah sakit, agar memperhatikan
berbagai aspek terkait dengan komplikasi akibat pemasangan stoma pada pasien
dan bagi tenaga keperawatan diharapkan dapat melakukan perawatan stoma
sesuai dengan prosedur agar kejadian maserasi stoma dapat diminimalisir.
DAFTAR Agung, & Hendro. (2015). Pengaruh Kadar Albumin Serum Terhadap Lamanya
PUSTAKA Penyembuhan Luka Operasi. DEXA MEDIA , 1(18).
Borwell, B. (2013). Stoma management and palliative care. Journal of
Community Nursing , 25(4):4-10.
Burch, J. (2013). Care of patients with a stoma. Nursing Standard, 27(32):49-
56.9.
Cutting, K. F. (2002). Avoidance and management of peri-wound maceration of
the skin. Dipetik 11 11, 2015, dari http://www.nursingtimes.net/:
http://www.nursingtimes.net/avoidance-and-management-of-peri-
134
ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017
wound-maceration-of-the-skin/200016.article
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media (TIM).
Dugdall, H., & Watson, R. (2009). What is the relationship between nurses'
attitudes to evidence based practice and the selection of wound care
procedures? J Clin Nurs, 18 (10):1442–50.
Fatima, A.H., & Boushey, R.P. (2009). Colorectal Cancer Epidemiology: Incidence,
Mortality, Survival, and Risk Factors. Clinics in Colon and Rectal Surgery,
22(4):191-197.
Jordan, R. S., & Burns, J. L. (2013). Understanding stoma complications. Wound
Care Advisor , 2(4):20-24.
Minematsu, T., Yamamoto, Y., Nagase, T., Naito, A., Takehara, K., Iizaka, S., et al.
(2011). Aging enhances maceration-induced ultrastructural alteration of
the epidermis and impairment of skin barrier function. Journal of
Dermatological Science , 62(3):160-168.
Rahmianti, D. (2013). Bahaya Kanker Kolorektal. Dipetik Mei 17, 2015, dari
www.readersdigest.co.id: http://www.readersdigest.co.id/sehat/info.
medis/bahaya.kanker.kolorektal/005/001/166
RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. (2015). Data Penderita Kanker
Kolorektal di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Sarkut, P., Dundar, H. Z., Tirnova, I., Ozturk, E., & Yilmazlar, T. (2015). Is stoma care
effective in terms of morbidity in complicated ileostomies? International
Journal of General Medicine, 8:243-246.
Simanjuntak, P., & Nurhidayah, R. (2007). Kemampuan self care dan gambaran
diri pasien kolostomi di RSUP H. Adam Malik Medan. Jurnal Keperawatan
Rufaidah Sumatera Utara, 2 (2):65-69.
Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.
Stephen, J., & Haynes. (2014). The outcomes of barrier protection in periwound
skin and stoma care. British Journal of Nursing, 23(5):27-30.
Winarto, E. P., Ivone, J., & Saanin, S. N. (2009). Prevalensi Kanker Kolorektal di
Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2005 ─Desember 2007.
JKM , 2 : 138-143.
WOCN. (2008). Basic ostomy skin care. Dipetik Mey 17, 2015, dari
w w w. o s t o m y. o r g : h t t p : / / w w w. o s t o m y. o r g / u p l o a d e d /
files/ostomy_info/woc_nbasic_ostomy_skin_care.pdf?direct=1
135