Professional Documents
Culture Documents
Article History Abstract: Adenomyosis is a benign invasion of endometrial tissue into the
Received : November 01th, 2022 myometrium and it is one of the cause of abnormal uterus bleeding (AUB)
Revised : November 20th, 2022 in women. Adenomyosis is not widely discussed because the incidence and
Accepted : December 10th, 2022 prevalence are not well known due to the certainty of diagnosis depending
on histological examination which requires prior hysterectomy. This
*Corresponding Author: literature review aims to improve further understanding of adenomyosis by
Muhammad Faeyza Arifin discussing two focus studies, which is to discover other diagnostic methods,
Putra, and to be aware of the different ways to treat adenomyosis with different
Fakultas Kedokteran Universitas published literature in various database as the references. Advances in
Mataram, Mataram, Indonesia;
imaging technology allows more non-invasive procedure such as
Email: faeyza.rock@gmail.com
transvaginal ultrasound (TVUS) and magnetic resonance imaging (MRI) to
diagnose adenomyosis without comprimising the patient fertility. The
treatment of adenomyosis are divided into two parts, medicamentosa and
operative therapy. Although there is different ways to diagnose and treat
adenomyosis in this era, histological examination and hysterectomy is still
the gold standart and definitive therapy to diagnose and treat adenomyosis,
respectively.
kualitas hidup pasien (Benetti-Pinto et al., 2017; endometrium ke dalam lapisan miometrium yang
Goldstein and Lumsden, 2017). Pasien yang menyebabkan pembesaran uterus difus dengan
telah didiagnosis, rencana terapi yang tepat gambaran mikroskopis kelenjar dan stroma
sesuai kondisi pasien dapat dimulai (Goldstein endometrium ektopik non neoplastik dikelilingi
and Lumsden, 2017). Kasus perdarahan akut dan oleh jaringan miometrium hipertrofik dan
berat, mungkin diperlukan tindakan segera dalam hiperplastik (Rusnaidi and Ayu, 2020). Secara
penggantian volume dan kebutuhan hemostatik. umum, gejala adenomiosis dapat berupa
Sedangkan pada kasus dengan perdarahan yang pembesaran uterus, nyeri panggul, menoragia,
lebih intens dan berkepanjangan, mungkin dismenorea, dispareunia, dan infertilitas (Fitrina
diperlukan tindakan yang lebih invasif seperti et al., 2018; Vannuccini and Petraglia, 2019;
pembedahan (Benetti-Pinto et al., 2017). Oleh Zhai et al., 2020). Kemungkinan bahwa sekitar 1
karena itu, pemahaman mengenai identifikasi dari 3 wanita yang terdiagnosis adenomiosis
awal dan diagnosis sangat diperlukan dalam bersifat asimtomatik.(Vannuccini and Petraglia,
perencanaan tatalaksana adenomiosis guna 2019)
meningkatkan kualitas hidup pasien.
Epidemiologi
Bahan dan Metode Angka kejadian adenomiosis secara global
kurang diketahui secara pasti, karena diagnosis
Metode yang digunakan adalah studi adenomiosis biasanya didapatkan pada wanita
literatur yang relevan dari berbagai referensi. yang menjalani tindakan histerektomi,
Selain itu, terfokus pada pembahasan terkait pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI)
diagnosis dan tatalaksana adenomyosis. Adapun dan transvaginal ultrasound (TVUS). Sekitar 1
mesin pencarian yang digunakan dalam dari 3 wanita yang memiliki adenomiosis dapat
pencarian literatur antara lain National Center bersifat asimtomatik (Vannuccini and Petraglia,
for Biotechnology Information (NCBI), 2019). Prevalensi secara luas berdasarkan analisis
ProQuest, dan Google Scholar dengan kata kunci restrospektif terhadap histopatologi setelah
adenomyosis, diagnosis, treatment, dan histerektomi menunjukan angka yang bervariasi,
management. Basis data diambil dari referensi mulai dari 8,8% hingga 61,5% (Munro, 2019a;
yang dipublikasikan pada PubMed, Alfarizan and Marindawati, 2020).
ScienceDirect, dan Researchgate. Secara Penelitian studi prospektif yang dilakukan
keseluruhan digunakan sebanyak 30 sumber oleh Naftalin et al., mengenai prevalensi
yang didapat dari berbagai basis data. adenomiosis menggunakan TVUS di Inggris,
didapatkan 206 dari 985 (20,9%) pasien
Hasil dan Pembahasan terdiagnosis adenomiosis dan terjadi peningkatan
prevalensi menjadi 32% pada wanita berumur 40-
Definisi 49 tahun (Naftalin et al., 2012). Berdasarkan studi
Adenomiosis merupakan invasi jinak lainnya di Italia yang meneliti wanita dengan
jaringan endometrium baik kelenjar dan stroma umur 18-30 tahun, prevalensi adenomiosis
ke dalam lapisan miometrium yang dapat sebesar 34% didapatkan dari 156 wanita yang
menyebabkan membesarnya ukuran uterus diperiksa pada klinik tersebut (Upson and
(Fitrina et al., 2018; Munro, 2019b; Upson and Missmer, 2020). Angka kejadian di daerah Asia
Missmer, 2020). Pertama kali didefinisikan oleh belum sepenuhnya dapat terwakilkan, tetapi pada
seorang patologis bernama Karl Freiherr von penelitian di Korea pada wanita dengan rentang
Rokitansky di tahun 1860, adenomiosis yang umur 11 hingga 52 tahun, didapatkan peningkatan
waktu itu disebut sebagai “cystosarcoma prevalensi dari 1,4 per 1000 di tahun 2002
adenoids uterinum” memiliki definisi sebagai menjadi 7,5 per 1000 di tahun 2016 (Lee et al.,
tumor fibrous pada miometrium yang 2019). Penelitian di Thailand terkait prevalensi
mengandung struktur kelenjar menyerupai endometriosis pada wanita dengan kecurigaan
kelenjar di endometrium (Gordts, Grimbizis and adenomiosis menunjukan bahwa dari 220 wanita
Campo, 2018; Gunther and Walker, 2022). yang diperiksa 47 (21,4%) terdiagnosis pasti
Definisi adenomyosis menurut Bird et al ., dengan adenomyosis (Naphatthalung and
(1972) sebagai invasi jinak jaringan Cheewadhanaraks, 2012).
1463
Putra & Anggraini (2022). Jurnal Biologi Tropis, 22 (4): 1462 – 1473
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i4.4315
Gambar 1. (A) Potongan koronal uterus normal. (B) Gambaran histologis ketebalan uterus dengan pewarnaan
hematoxylin-eosin (HE) (Zhai et al., 2020)
adenomyosis (Zhai et al., 2020; Gunther and salah satu komponen dalam darah menstruasi
Walker, 2022). Teori keempat berkaitan dengan dapat bertempat di lapisan miometrium dan
menstruasi retrograde. Teori outside to inside selanjutnya akan mengalami metaplasia
invasion ini menyatakan ketika terjadi (Chapron et al., 2020; Zhai et al., 2020).
menstruasi retrograde, sel punca yang menjadi
Gambar 2. Empat teori mekanisme terjadinya adenomiosis. (1) Invasi lapisan basal endometrium ke dalam
miometrium. (2) Mikrotrauma yang dipicu oleh TIAR. (3) Metaplasia de novo dari sel punca. (4) Invasi dari luar
kee dalam yang dipicu oleh menstruasi retrograde. TIAR, tissue injury and repair.
Gambar 3. Patogenesis dari adenomiosis. Faktor genetik dan epigenetik abnormal menyebabkan resistensi
progesteron, kondisi hiperestrogenisme, mempromosikan proliferasi sel, migrasi, EMT, dan peningkatan
kemampuan invasif komponen seluler endometrium menuju bagian miometrium. Modifikasi genetik dan
epigenetik juga berpengaruh dalam perkembangan manifestasi klinis pasien, seperti: nyeri panggul, infertilitas,
dan perdarahan menstruasi berat (HMB). Selain itu, hormon prolaktin dan oksitosin juga turut berperan dalam
patogenesis adenomiosis melalui kontraksi uterus abnormal. EDC, endocrine disrupting chemicals; EMT,
epithelial-to-mesenchymal transition; ER, estrogen receptor; HMB, heavy menstrual bleeding; PR, progesterone
receptor (Zhai et al., 2020)
modalitas yang dipilih dalam mendiagnosis endometrium ektopik dari JZ adalah 1/3
adenomiosis karena praktis dan bersifat non- ketebalan dinding uterus. Kemudian, Ferenczy,
invasif (Naftalin et al., 2012; Vannuccini and 1998 jarak minimal jaringan endometrium
Petraglia, 2019; Upson and Missmer, 2020). ektopik dari JZ adalah 1/4 ketebalan dinding
Pemeriksaan Histologis myometrium (Chapron et al., 2020). Hingga saat
Secara histologis, diagnosis adenomiosis ini, belum ada kesepakatan terkait jarak minimal
dikatakan positif apabila terdapat kelenjar dan jaringan endometrium ektopik ke dalam
stroma endometrium dalam miometrium dan miometrium dari JZ (Ely and Truong, 2018;
terdapat hiperplasia atau hipertrofi dari jaringan Vannuccini and Petraglia, 2019; Chapron et al.,
otot polos miometrium yang mengelilingi (Ely 2020; Gunther and Walker, 2022). Namun, jarak
and Truong, 2018; Vannuccini and Petraglia, 2,5 mm dari JZ merupakan kriteria yang paling
2019; Chapron et al., 2020; Gunther and Walker, umum digunakan (Chapron et al., 2020).
2022). Jaringan ektopik endometrium akan Klasifikasi adenomiosis berdasarkan ciri-
terlihat sebagai foci dengan ukuran beragam dan ciri histologisnya terbagi menjadi tiga. Pertama
memiliki penempatan yang acak dalam focal adenomyosis adalah sekumpulan nodul
myometrium (Chapron et al., 2020) (Gambar 4). yang terdiri atas kelenjar dan stroma
Berbedaan pendapat terkait kriteria kedalaman endometrium dengan batas yang jelas serta
invasi jaringan endometrium ke dalam dikelilingi dengan jaringan miometrium normal.
myometrium untuk memastikan diagnosis Kedua, adenomyoma adalah sekumpulan
adenomiosis (Ely and Truong, 2018; Vannuccini jaringan endometrium ektopik yang dikelilingi
and Petraglia, 2019; Chapron et al., 2020; oleh jaringan otot polos yang mengalami
Gunther and Walker, 2022). hipertrofi. Ketiga diffuse adenomyosis adalah
Pendapat dari Oliva, Zaloudek, dan jaringan endometrium berupa kelenjar dan
Soslow, 2011 menyatakan adenomiosis apabila stroma yang terlihat tersebar merata hampir
jaringan endometrium ektopik berjarak diseluruh jaringan miometrium dengan
sekurang-kurangnya 2,5 mm dari myometrial pembesaran uterus yang merata juga.(Ely and
junctional zone (JZ). Selanjutnya, Shaikh dan Truong, 2018; Chapron et al., 2020)
Khan, 1990 menyatakan jarak minimal jaringan
Gambar 4. Gambaran histopatologis adenomiosis. (A) Keberadaan jaringan endometrium ektopik dalam
miometrium (panah putih). (B) Gambaran makroskopis adenomiosis: terdapat pembesaran uterus dengan jaringan
otot polos yang mengalami hiperplasia/hipertrofi ditandai dengan pola swirl trabeculated pattern serta tanpa batas
yang jelas. Panah putih menunjukan keberadaan kista hemoragik pada miometrium, dan panah hitam menunjukan
jaringan endometrium eutopik. (C) Gambaran mikroskopis adenomiosis tahap awal. Proses adenomiotik (panah-
panah biru) yang berasal dari myometrial junctional zone (garis putus-putus) menuju myometrium (Chapron et
al., 2020)
1467
Putra & Anggraini (2022). Jurnal Biologi Tropis, 22 (4): 1462 – 1473
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i4.4315
spesifisitas dari TVUS sendiri dalam Vannuccini and Petraglia, 2019; Chapron et al.,
mendiagnosis adenomiosis bervariasi antara 65% 2020) (Gambar 5). Penelitian di tahun 2016, dari
hingga 81% dan 65% hingga 100% (Andres et 116 pasien adenomiosis didapatkan kriteria
al., 2018; Ely and Truong, 2018; Vannuccini and diagnostik pada TVUS yang paling sering
Petraglia, 2019; Chapron et al., 2020). ditemukan adalah miometrim heterogen (63,8%),
Kriteria diagnostik adenomiosis dalam kista miometrium (59,5%) dan gambaran
TVUS, yaitu : pembesaran uterus, ketebalan subenometrial linear striae (shadowing) (Fitrina
dinding miometrium asimetris, miometrium et al., 2018). Sementara, kriteria diagnostik yang
heterogen, subendometrial linear striae jarang ditemukan adalah ketebalan dinding
(shadowing), subendometrial nodul ekogenik, miometrium asimetris (29,3%) dan gambaran
gambaran myometrial junction tidak jelas, dan myometrial junction yang tidak jelas (37,1%)
penebalan myometrial junctional zone (JZ) (Ely (Fitrina et al., 2018).
and Truong, 2018; Fitrina et al., 2018;
Gambar 5. Gambaran adenomiosis dalam ultrasonografi transvaginal (TVUS) 2D. (A) Ketebalan dinding uterus
asimetris. (B) Kista myometrium. (C) Intramyometrial hyperechogenic islands. (D) Subendometrial linear striae
(shadowing) (Chapron et al., 2020)
Magnetic Resonance Imaging (MRI) (Ely and Truong, 2018; Vannuccini and
Magnetic Resonance Imaging (MRI) Petraglia, 2019; Chapron et al., 2020).
adalah teknik pencitraan diagnostik dalam Kriteria diagnosis adenomiosis yang dapat
bidang radiologi menggunakan gelombang dilihat melalui MRI yaitu : uterus globuler
magnetik untuk melihat struktur internal dalam dengan kontur regular, penebalan dinding
tubuh manusia (Conti, 2016). MRI merupakan myometrium yang asimetris, penebalan JZ ≥ 12
teknik diagnostik non-invasif yang lebih akurat mm, rasio perbandingan ketebalan maksimum JZ
dibandingkan ultrasonografi (Levy et al., 2013; terhadap myometrium total > 40%-50%, dan foci
Chapron et al., 2020). Sensitivitas dan dengan intensitas sinyal tinggi pada T2 weighted
spesifisitas dari MRI dalam mendiagnosis MRI (Levy et al., 2013; Vannuccini and
adenomiosis berkisar antara 88% hingga 93% Petraglia, 2019; Chapron et al., 2020) (Gambar
dan 67% hingga 91% (Chapron et al., 2020). 6, 7, dan 8). Kriteria diagnosis hasil MRI
Meskipun diagnosis adenomiosis menggunakan tersering pada pasien adenomiosis merupakan
MRI dianggap lebih akurat. Penggunaan teknik penebalan JZ ≥ 12 mm (Ely and Truong, 2018;
ini menjadi pilihan lini kedua dalam Vannuccini and Petraglia, 2019).
mendiagnosis adenomiosis karena Secara fisiologis perlu diperhatikan
ketersediaannya yang terbatas pada fasilitas beberapa hal yang dapat memengaruhi ketebalan
kesehatan tingkat tinggi dan biaya yang mahal JZ, seperti terjadinya penebalan JZ diantara hari
1468
Putra & Anggraini (2022). Jurnal Biologi Tropis, 22 (4): 1462 – 1473
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i4.4315
ke-8 hingga ke-16 pada saat menstruasi, Chapron et al., 2020). Proses MRI disarankan
penipisan atau hilangnya JZ pada saat dilakukan ketika pasien tidak sedang mengalami
menopause atau saat kehamilan, terjadinya menstruasi atau disaat akhir fase proliferatif
penebalan JZ hingga umur 50 yang kemudian untuk membedakan penebalan JZ secara
menipis, penggunaan pil kontrasepsi dan agonis fisiologis dan patologis (Levy et al., 2013;
GnRH yang dapat menipiskan JZ, dan kontraksi Vannuccini and Petraglia, 2019; Chapron et al.,
myometrium yang dapat menyebabkan 2020).
penebalan semu dari JZ (Levy et al., 2013;
Gambar 6. Gambaran adenomiosis pada pencitraan T2 weighted MRI. (A) Penebalan myometrium junctional
zone (JZ) (panah putih) dengan perbandingan JZ maksimum terhadap ketebalan dinding myometrium melebihi
40%. (B) Adenomiosis pada dinding uterus anterior (panah putih) dengan kista miometrium (hiperekoik)
(Chapron et al., 2020)
Gambar 7. Gambaran kontraksi uterus sementara pada pencitraan T2 weighted MRI. (A) Kontraksi menghasilkan
penebalan JZ semu (panah putih). (B) Tidak tampak penebalan JZ 7 menit setelah MRI sebelumnya (Chapron et
al., 2020)
Gambar 8. Gambaran diffuse adenomyosis pada pencitraan T2 weighted MRI. Penebalan JZ dengan kontur
regular (Levy et al., 2013)
1469
Putra & Anggraini (2022). Jurnal Biologi Tropis, 22 (4): 1462 – 1473
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i4.4315
Pertimbangan lainnya adalah kemungkinan Benagiano, G., Habiba, M. & Brosens, I. (2012)
komplikasi kehamilan kedepannya seperti ruptur ‘The pathophysiology of uterine
uterus, ruptur membran yang prematur, kelahiran adenomyosis: An update’, Fertility and
prematur, dan aborsi spontan akibat perubahan Sterility, 98(3), pp. 572–579. doi:
anatomi dari uterus (Gunther and Walker, 2022). 10.1016/j.fertnstert.2012.06.044.
Benetti-Pinto, C. L. et al. (2017) ‘Abnormal
Histerektomi Uterine Bleeding’, Revista brasileira de
Histerektomi adalah pengangkatan uterus ginecologia e obstetricia : revista da
secara total dan tetap menjadi terapi definitif Federacao Brasileira das Sociedades de
pada pasien adenomiosis apabila pasien tidak Ginecologia e Obstetricia, 39(7), pp. 358–
ingin untuk mempertahankan fertilitasnya 368. doi: 10.1055/S-0037-1603807.
(Dessouky et al., 2019; Maxim et al., 2022). Chan, V. & Perlas, A. (2011) ‘Atlas of
ultrasound-guided procedures in
Kesimpulan interventional pain management’, Atlas of
Ultrasound-Guided Procedures in
Adenomiosis adalah invasi jinak jaringan Interventional Pain Management, (April
endometrium ke dalam lapisan miometrium. 2019), pp. 1–372. doi: 10.1007/978-1-
Gejala dan tanda yang umumnya muncul adalah 4419-1681-5.
nyeri panggul, dismenorea, dispareunia, Chapron, C. et al. (2020) ‘Diagnosing
perdarahan uterus abnormal (PUA), pembesaran adenomyosis: An integrated clinical and
uterus, dan infertilitas. Pemeriksaan penunjang imaging approach’, Human Reproduction
yang dilakukan dapat melalui pencitraan secara Update, 26(3), pp. 392–411. doi:
ultrasonografi dan magnetic resonance imaging 10.1093/humupd/dmz049.
(MRI). Namun, pemeriksaan histologi masih Choi, E. J. et al. (2017) ‘Comorbidity of
menjadi pemeriksaan baku emas. Terapi awal gynecological and non-gynecological
pada pasien adenomiosis dapat diberikan terapi diseases with adenomyosis and
hormonal dan OAINS. Terapi definitif terhadap endometriosis’, Obstetrics and
adenomiosis adalah histerektomi. Gynecology Science, 60(6), pp. 579–586.
doi: 10.5468/ogs.2017.60.6.579.
Ucapan Terima kasih Conti, D. A. C. (2016) ‘Magnetic Resonance
Imaging’, Stroke: Pathophysiology,
Terima kasih kepada semua pihak yang Diagnosis, and Management, (March
telah membantu baik secara moral maupun 2016), pp. 461–479. doi: 10.1016/B0-44-
material sehingga penelitian ini dapat 306600-0/50024-9.
diselesaikan dengan baik. Dessouky, R. et al. (2019) ‘Management of
uterine adenomyosis: current trends and
Referensi uterine artery embolization as a potential
alternative to hysterectomy’, Insights into
Alfarizan, R. & Marindawati, M. (2020) Imaging, 10(1). doi: 10.1186/s13244-019-
‘Hubungan antara Perempuan Usia 0732-8.
Reproduksi dengan Kejadian Leiomioma Ely, L. K. & Truong, M. (2018) ‘Adenomyosis’,
Uteri dan Adenomiosis Uteri di Rumah Medscape Drug Reference, pp. 1–16.
Sakit Umum Daerah Cengkareng Jakarta Available at:
Barat Tahun 2017-2019’, Muhammadiyah https://emedicine.medscape.com/article/2
Journal of Midwifery, 1(1), p. 19. doi: 500101-print.
10.24853/myjm.1.1.19-24. Fitrina, M. et al. (2018) ‘Karakteristik Pasien
Andres, M. P. et al. (2018) ‘Transvaginal Adenomiosis dengan Gambaran
Ultrasound for the Diagnosis of Ultrasonografi di Rumah Sakit Dr. Hasan
Adenomyosis: Systematic Review and Sadikin Bandung Periode 2015-2016’,
Meta-Analysis’, Journal of Minimally Indonesian Journal of Obstetrics &
Invasive Gynecology, 25(2), pp. 257–264. Gynecology Science, 1(1), pp. 35–39. doi:
doi: 10.1016/j.jmig.2017.08.653. 10.24198/obgynia.v1n1.16.
1471
Putra & Anggraini (2022). Jurnal Biologi Tropis, 22 (4): 1462 – 1473
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i4.4315
1473