Professional Documents
Culture Documents
model on the subject of the solubility and solubility product MIPA 5 class XI SMA Negeri 1
Samarinda. The sample was a class XI student of Mathematics 5, with the number of students
as many as 36 students. Sampling was done by using purposive sampling technique. The data
collection techniques used in this study are tests and non-tests. Technical tests are for content
indicators using post test, context indicators use case study test questions. Non-test
techniques are indicators of science process skills using observation sheets, and affective
indicators using questionnaires, as well as observation sheets and interviews as supporting
data. Data analysis was done by calculating scores of the students' answers and changed the
scores in the form of a percentage indicator of the ability distribution of students according to
scientific literacy and calculates the average value of all indicators of the ability of scientific
literacy, it could be seen the overall science literacy. The results showed the average value of
the indicator value capability of science content was 86.48 with very good categories, the
indicator of the process of sains skills was 89.48 categorized as very good, the indicator of
the ability of science context was 83.53 indicators of effective science at 87.45 with
categorized as very good. in order to obtain the average value of students’ science literacy
were 86.74 with very good categories.
Keywords: Inquiry, Analysis Capabilities Science Literacy, solubility and solubility time
results
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan literasi sains siswa melalui
model pembelajaran inkuiri pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI
MIPA 5 SMA Negeri 1 Samarinda. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 5,
dengan jumlah siswa sebanyak 36 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik purpossive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes dan non tes. Teknis tes yaitu untuk indikator konten menggunakan
post test, indikator konteks menggunakan soal test studi kasus. Teknik non tes yaitu indikator
keterampilan proses sains menggunakan lembar observasi, dan indikator afektif
menggunakan angket, serta lembar observasi dan wawancara sebagai data pendukung.
Analisis data dilakukan dengan cara menghitung skor dari jawaban siswa dan mengubah skor
dalam bentuk persentase sebaran siswa sesuai indikator kemampuan literasi sains, dan
menghitung nilai rata-rata seluruh indikator kemampuan literasi sains sehingga terlihat
kemampuan literasi sains secara keseluruhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-
rata nilai indikator kemampuan konten sains sebesar 86,48 dengan kategori sangat baik,
indikator keterampilan proses sais sebesar 89,48 dengan kategori sangat baik, indikator
kemampuan konteks sains sebesar 83,53 dengan kategori baik dan indikator afektif sains
sebesar 87,45 dengan kategori sangat baik sehingga diperoleh nilai rata-rata kemampuan
literasi sains siswa sebesar 86,74 dengan kategori sangat baik.
Kata Kunci : Inkuiri, Analisis Kemampuan Literasi Sains, Kelarutan Dan Hasil Kali
Kelarutan.
I. PENDAHULUAN
Saat ini dunia pendidikan sedang gencar-gencarnya melakukan pengembangan
kecakapan hidup abad 21 yaitu kemampuan literasi sains bagi peserta didik. Kemampuan
literasi sains peserta didik di Indonesia masih berada di bawah rata-rata dibandingkan dengan
negara lain. Rendahnya mutu pendidikan yang dihasilkan di Indonesia membuat Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada tahun 2013 melakukan pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dilaksanakan sejak tahun 2004 menjadi
Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diharapkan dapat meningkatkan literasi sains peserta didik
di Indonesia. Kurikulum 2013 memiliki tujuan yaitu mengembangkan kecakapan hidup abad
ke-21. Meskipun kurikulum 2013 mempunyai visi membentuk peserta didik yang berliterasi,
namun dalam tataran implementasi kurikulum menjadi tanggung jawab guru sebagai
pengajar.
Literasi sains sebagai pengetahuan sains seseorang dan penggunaan itu untuk
mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena sains
dan menarik kesimpulan mengenai sains yang berhubungan dengan sains dalam kehidupan
sehari-hari (Pisa, 2009). kemampuan seseorang untuk memahami sains, mengkomunikasikan
sains (lisan dan tulisan), serta menerapkan pengetahuan sains untuk memecahkan masalah
sehingga memiliki sikap dan kepekaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam
mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sains (Toharudin, Hendrawati
dan Rustaman, 2014)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan secara periodik setiap tiga tahun sekali oleh
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), Indonesia berada di
urutan rangking 64 dari 65 jumlah negara peserta studi. Namun dari hasil evaluasi PISA di
tahun 2015 performa siswa-siswi Indonesia untuk sains, membaca dan matematika
mengalami peningkatan yakni berada di peringkat 62 dari 69 negara yang dievaluasi
(Kemendikbud, 2016). Oleh sebab itu untuk terus meningkatkan kemampuan literasi sains
siswa pemerintah Indonesia saat ini merekomendasikan suatu perencanaan yang bersifat
saintifik melalui kuirikum 2013.
Ilmu kimia yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari salah satunya adalah materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan. Kelarutan sangat erat dengan aktivitas yang sering kita
lakukan seperti membuat minuman teh pada saat pagi hari. Sehingga melibatkan secara
langsung dengan pembuktian ilmiah dari teori pada materi kelarutan. Pengajaran sistem
kelarutan dan hasil kelarutan yang terjadi selama ini hanya memvisualisasikan apa yang
terjadi pada dunia makro dan menghubungkan pada dunia mikro. Sedangkan sains
sebenarnya memiliki fungsi strategis karena dapat dipergunakan untuk membangun potensi
dan kemampuasn siswa baik aspek konteks, konten, psikomotorik (proses sains) maupun
aspek afektif (sikap sains).
Melihat pada tujuan pendidikan sains dan hasil revisi kurikulum 2013, model inkuiri
dapat dijadikan salah satu alternatif yang mampu membantu untuk memiliki kemampuan
literasi tersebut. Kurikulum 2013 menyarankan beberapan pendekatan saintific (mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi atau mencoba, mengasosiasi, mengkomunikasikan).
seperti inkuiri, projec based learning, dan lainnya. Selain itu penerapan belajar berbasis
discovery/ inquiri learning juga dapat mendorong peserta didik untuk melakukan proses
pengamatan hingga penciptaan guna menciptakan keterampilan sains yang baik.
Pembelajaran Inkuiri mempunyai kelebihan yaitu meningkatkan potensi intelektual siswa,
lebih berpusat pada siswa, dan dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri pada
siswa (Suprianto, 2015). Selain itu, pembelajaran inkuiri juga dapat dijadikan alat literasi
sains. Sehingga model pembelajaran inkuiri ini cocok digunakan jika ingin mengukur
kemampuan literasi sains.
Berdasarkan uraian-uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti mengenai
kemampuan literasi sains siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri pada pokok
bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI MIPA 5 di SMA Negeri 1 Samarinda
tahun ajaran 2017/2018.
Konteks Sains
Indikator Nilai Akhir
Hubungan antar sians, lingkungan masyarakat dan teknologi 78,47
Hubungan sains dan isu-isu sosial 94,44
Dampak sains dalam masyarakat 83,80
Penggunaan sains untuk membuat keputusan 82,81
Penggunaan sains untuk memecahkan masalah sehari-hari 78
Nilai Akhir 80,04
Konten Sains
Indikator Nilai Akhir
C1 94,44
C2 88,43
C3 87,89
C4 82,30
C5 82,46
C6 83,97
Nilai Akhir 86,58 Afektif Sains
Indikator Nilai Akhir