You are on page 1of 10

PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(1), 16-25 ISSN 2086-9363

Kelayakan Lembar Penugasan Terstruktur pada


Materi Laju Reaksi untuk Melatihkan Literasi Sains

Angelina Nur Afni, Suyono*


Program Studi S1 Pendidikan Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
*Email: suyono@unesa.ac.id
DOI: https://doi.org/10.33369/pendipa.6.1.16-25

ABSTRACT
The purpose of this research was to produce a Structured Assignment Sheet (SAS) on chemistry learning
material reaction rates that are feasible for practicing Scientific Literacy (SL). The acronym of this
learning device is SASSL-Reaction Rate. The eligibility criteria include validity (construct and content),
practicality, and effectiveness. The development of the SASSL-Reaction Rate uses the Research and
Development (R&D) method with the following stages: (1) potential and problems; (2) data collection; (3)
product design; (4) design validation; (5) design revision; (6) product testing; (7) product revision; (8)
trial use; (9) product revision; and (10) mass production. This research was conducted only up to the
seventh step, namely the revision of the post-trial product. The Draft SASSL-Reaction Rate that have been
designed and developed are reviewed and then tested for validity through expert judgment involving three
experts in the field of chemistry education. SASSL-Reaction Rate that have been declared valid are then
tested on user students to evaluate their practicality and effectiveness. The criteria for the practicality of
this learning device were evaluated based on the response data provided by user students. The
effectiveness criteria of SASSL-Reaction Rate are based on students's test scores in scientific literacy after
testing the device (One-Shot Case Study). All data were analyzed descriptively. SASSL-Reaction Rate is
declared to meet the validity criteria if the value of Mo ≥ 4 for each question and R ≥ 75%. SASSL-
Reaction Rate is declared to meet the criteria for practicality if the value of Mo ≥ 3 for each question and
R ≥ 75%. SASSL-Reaction Rate is declared to meet the effectiveness criteria if the percentage of students
who pass is ≥ 51%. The results of the research: (1) SASSL-Reaction Rate developed was declared to have
meet the eligibility requirements in terms of both construct and content validity criteria, (2) SASSL-
Reaction Rate developed was declared to have meet the eligibility requirements in terms of practicality
criteria, and (3) SASSL-The reaction rate developed is declared to have met the eligibility requirements in
terms of the effectiveness criteria. Thus it can be concluded that the SASSL-Reaction Rate developed is
declared feasible to be used to teach scientific literacy to XI grade senior high school students.

Keywords: Reaction Rate; Structured Assignment Sheet; Scientific Literacy; One-Shot Case Study; Norms
Reference Assessment.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan Lembar Penugasan Terstruktur (LPT) pada
pembelajaran kimia materi laju reaksi yang layak untuk melatihkan Literasi Sains (LS). Perangkat
pembelajaran (learning device) ini diakronimkan dengan LPTLS-Laju Reaksi. Kriteria kelayakan meliputi
validitas (konstruk dan isi), kepraktisan, dan efektivitas. Pengembangan LPTLS-Laju Reaksi menggunakan
metode Research and Development (R&D) dengan tahapan: (1) potensi dan masalah; (2) pengumpulan
data; (3) desain produk; (4) validasi desain; (5) revisi desain; (6) ujicoba produk; (7) revisi produk; (8)
ujicoba pemakaian; (9) revisi produk; dan (10) produksi masal. Penelitian ini dilakukan hanya sampai
langkah ketujuh yaitu revisi produk pasca uji coba. Draft LPTLS-Laju reaksi yang telah dirancang dan
kembangkan ditelaah dan selanjutnya diuji validitasnya melalui expert judgement melibatkan tiga ahli di
bidang pendidikan kimia. LPTLS-Laju Reaksi yang telah dinyatakan valid selanjutnya diuji-coba kepada
peserta didik pengguna untuk dievaluasi kepraktisan dan efektivitasnya. Kriteria kepraktisan perangkat

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 16
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(1), 16-25 ISSN 2086-9363

pembelajaran ini dievaluasi berdasar data respon yang diberikan peserta didik pengguna. Kriteria
efektivitas LPTLS-Laju Reaksi didasarkan kepada skor tes peserta didik dalam literasi sains sesudah uji-
coba perangkat (One-Shot Case Study). Seluruh data dianalisis secara deskriptif. LPTLS-Laju reaksi
dinyatakan memenuhi kriteria kevalidan jika nilai Mo ≥ 4 untuk tiap soal dan R ≥ 75%. LPTLS-Laju reaksi
dinyatakan memenuhi kriteria kepraktisan jika nilai Mo ≥ 3 untuk tiap soal dan R ≥ 75%. LPTLS-Laju
reaksi dinyatakan memenuhi kriteria efektivitas jika persentase peserta didik yang lulus ≥ 51%. Hasil
penelitian: (1) LPTLS-Laju Reaksi yang dikembangkan dinyatakan telah memenuhi syarat kelayakan
ditinjau dari kriteria validitas baik konstruksi maupun isi, (2) LPTLS-Laju Reaksi yang dikembangkan
dinyatakan telah memenuhi syarat kelayakan ditinjau dari kriteria kepraktisan, dan (3) LPTLS-Laju Reaksi
yang dikembangkan dinyatakan telah memenuhi syarat kelayakan ditinjau dari kriteria efektivitas. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa LPTLS-Laju reaksi yang dikembangkan dinyatakan layak digunakan
untuk literasi sains pada peserta didik SMA kelas XI.

Kata kunci: Laju Reaksi; Lembar Penugasan Terstruktur; Literasi Sains; One-Shot Case Study; Penilaian
Acuan Norma.
peserta didik untuk membentuk pola piker,
PENDAHULUAN perilaku dan membangun karakter peduli dan
Pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan bertanggung jawab terhadap dirinya, masyarakat,
dengan sadar dan sudah terencana yang bertujuan alam semesta, maupun permasalahan masyarakat
agar peserta didik dapat mengembangkan potensi modern yang sangat bergantung pada kemajuan
dirinya secara aktif agar memiliki kemampuan teknologi. Yuliati (2017) menyatakan bahwa
spiritual, kecerdasan, akhlak yang mulia serta dengan literasi sains, peserta didik diharapkan
berbagai keterampilan yang berguna baik bagi mampu memenuhi tuntutan pada perkembangan
dirinya maupun orang lain, bangsa, dan negara zaman yaitu menjadi problem solver yang
(Roesminingsih & Susarno, 2016). berjiwa kompetitif, kreatif, inovatif,, kolaboratif,
Salah satu tuntutan peserta didik abad ke-21 dan berkarakter. Hal tersebut disebabkan karena
adalah mampu memecahkan masalah. Kegiatan penguasaan kemampuan literasi sains dapat
belajar mengajar tidak hanya menuntut peserta mendukung pengembangan kompetensi abad ke-
didik untuk menghafalkan konsep, tetapi peserta 21.
didik juga dituntut untuk mengaplikasikan Pembelajaran yang berbasis literasi sains
konsep yang dipahami dalam kehidupan sehari- dapat diterapkan dalam konsep kimia (Shwartz et
hari. Hal itu disebut dengan aspek literasi sains al., 2006). Berdasarkan hal tersebut, literasi sains
(Suciati, 2011). dapat dilatihkan pada peserta didik melalui
Gormally et al. (2012) menyatakan bahwa pembelajaran kimia. Kimia merupakan salah satu
literasi sains dapat diartikan sebagai kemampuan cabang dari sains. Pemahaman konsep kimia
seseorang untuk membedakan berbagai fakta secara komprehensif yang disertai penerapan di
sains dari bermacam-macam informasi, kehidupan sehari-hari dapat dicapai apabila
mengenal dan menganalisis penggunaan metode peserta didik memiliki kemampuan literasi sains.
penyelidikan saintifik serta kemampuan Ilmu kimia merupakan ilmu yang meliputi
mengorganisasi, menganalisis, dan cara berpikir, bernalar, merumuskan masalah,
menginterpretasikan data kuantitatif dan melakukan percobaan dan pengamatan,
informasi sains. Menurut PISA (2015), literasi menganalisis data dan menyimpulkan agar
sains adalah kemampuan untuk menyelesaikan dihasilkan produk-produk sains (Hidayatin &
masalah yang berhubungan dengan sains dan Mitarlis, 2018). Salah satu konsep pada
pengetahuan sains. Peserta didik disebut pembelajaran kimia yang membutuhkan
berliterasi sains jika peserta didik mampu pemikiran untuk memahami aplikasi konsep
mengembangkan konsep-konsep sains yang tersebut dalam kehidupan sehari-hari adalah
diperoleh sehingga dapat meghasilkan materi laju reaksi.
pengetahuan baru serta mengaplikasikannya pada Salah satu masalah pendidikan di Indonesia
kehidupan sehari-hari. Kemendikbud (2017) dalam bidang sains adalah rendahnya literasi
menyatakan bahwa literasi sains membantu sains peserta didik (Imansari et al., 2018). Rata-

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 17
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(1), 16-25 ISSN 2086-9363

rata skor literasi sains peserta didik Indonesia kehidupan sehari-hari khususnya bidang kimia
berdasarkan hasil PISA 2015 sebesar 403 poin (Fitri & Fatisa, 2019).
dari rata-rata skor seluruh negara peserta yang Salah satu langkah untuk mengatasi
mengikuti PISA 2015 sebesar 493 poin. Hasil rendahnya literasi sains yang dimiliki peserta
tersebut memperlihatkan literasi sains yang didik adalah dilatihnya literasi sains pada peserta
dimiliki peserta didik Indonesia masih terletak di didik agar peserta didik terbiasa ketika
bawah rata-rata, bahkan Indonesia terletak di memecahkan permasalahan atau fenomena yang
jajaran negara yang merupakan peserta PISA ada di lingkungan sekitar dan mengapliaksikan
2015 dengan literasi sains yang rendah yaitu konsep-konsep yang telah diterima. Latihan
pada ranking 64 dari 72 negara (OECD, 2018). literasi sains dapat dilakukan dengan cara
Sekolah di kota yang memiliki nilai UN tinggi, disediakannya lembar penugasan terstruktur yang
literasi sains peserta didiknya tergolong rendah berisi tugas-tugas untuk peserta didik yang
(Lestari et al., 2019). Literasi sains peserta didik dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan
di Aceh Lamiang berada dalam kategori rendah kemampuan tertentu dari peserta didik, dalam hal
yaitu sebesar 40,61% (Fitriani et al., 2018). ini adalah kemampuan literasi sains.
Penelitian Fibonacci & Sudarmin (2014) Lembar penugasan terstruktur dapat
dihasilkan bahwa tingkat literasi sains yang diartikan sebagai kumpulan lembar kerja yang
dimiliki peserta didik pada pengetahuan kimia disusun untuk membimbing peserta didik
rendah. Penelitian Rachmatullah et al. (2016) mencapai suatu tujuan dengan sedikit bantuan
dihasilkan bahwa tingkat literasi sains peserta dari guru agar tujuan awal dapat tercapai (Kundi,
didik di Smedang berada dalam kategori rendah 2013).
yaitu rendah sebesar 51% dan sangat rendah Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan,
sebesar 30%. Penelitian Rusilowati et al. (2016) maka diperlukan perangkat pembelajaran yang
dihasilkan bahwa level literasi sains peserta didik dapat membantu melatihkan literasi peserta
di Indonesia untuk 12 tahun berpartisipasi selalu didik. Perangkat pembelajaran tersebut dapat
berada di ranking lima terbawah. Kemampuan berupa lembar penugasan terstruktur pada materi
literasi sains pada sebuah kelas di Solok berada laju reaksi untuk melatihkan literasi sains.
di bawah rata-rata yaitu sebesar 27.94% (Siagian Lembar penugasan terstruktur pada penelitian ini
et al., 2017). Pengetahuan sains pada hampir disebut dengan Lembar Penugasan Terstruktur
setengah dari peserta didik SMA di Indonesia Literasi Sains-Laju Reaksi (LPTLS-Laju Reaksi).
(sebanyak 41%) tergolong rendah, bahkan Tujuan penelitian ini dihasilkan Lembar
sebanyak 6.9% peserta didik SMA di Indonesia Penugasan Terstruktur (LPT) pada pembelajaran
tidak memiliki literasi sains (Widowati et al., kimia materi laju reaksi yang layak untuk
2017). Hasil pra penelitian kepada peserta didik melatihkan Literasi Sains (LS). Perangkat
kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 9 Pontianak pembelajaran (learning device) ini diakronimkan
menunjukkan bahwa >70% peserta didik hanya dengan LPTLS-Laju Reaksi. Kriteria kelayakan
mampu menjawab soal dengan aspek kognitif C 1. meliputi validitas (konstruk dan isi), kepraktisan,
Hasil wawancara dengan peserta didik adalah dan efektivitas sesuai dengan pendapat (Nieveen,
peserta didik kurang dapat menganalisis soal 2010). Adanya LPTLS-Laju Reaksi diharapkan
aplikatif karena cenderung menghafalkan materi dapat dimanfaatkan untuk membelajarkan literasi
(Fitriani et al., 2013). Hasil wawancara dengan sains pada peserta didik SMA kelas XI.
guru kimia MAN Abdva, guru kimia menyatakan
bahwa hasil belajar peserta didik pada METODE PENELITIAN
pembelajaran kimia masih rendah atau belum Waktu dan Lokasi Penelitian
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
karena rendahnya literasi sains peserta didik Maret hingga April 2021 di SMA Negeri 21
(Mazwan, 2018). Wawancara dengan guru kimia Surabaya, SMA Negeri 13 Surabaya, dan SMA
kelas XI SMA Negeri 5 Pekanbaru diperoleh Wachid Hasyim 2 Taman.
hasil bahwa peserta didik kurang dapat Subjek Penelitian
menghubungkan konsep yang telah diperoleh Subjek dalam penelitian ini adalah beberapa
dengan permasalahan atau fenomena dalam peserta didik kelas XI dari SMA Negeri 21

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 18
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(1), 16-25 ISSN 2086-9363

Surabaya, SMA Negeri 13 Surabaya, dan SMA Data kepraktisan diperoleh melalui
Wachid Hasyim 2 Taman dengan total 15 peserta pengisian lembar angket respon oleh peserta
didik. didik yang merupakan subjek penelitian. Lembar
angket respon terdiri dari respon tertutup dan
Rancangan Penelitian respon terbuka.
Metode penelitian yang digunakan adalah Data efektivitas diperoleh dengan pengisian
metode Research and Development (R&D). lembar tes literasi sains peserta didik yang berisi
Sugiyono (2016) menyatakan bahwa metode pertanyaan yang disusun berdasarkan indikator
penelitian R&D adalah metode penelitian yang literasi sains pada materi laju reaksi.
bertujuan untuk menghasilkan suatu produk yang Pegembangan Instrumen
kemudian diuji efektivitasnya. Langkah-langkah Instrumen yang digunakan pada penelitian
metode penelitian R&D adalah sebagai berikut: ini adalah lembar telaah, lembar validasi
(1) potensi dan masalah; (2) pengumpulan data; (konstruk dan isi), lembar angket respon peserta
(3) desain produk; (4) validasi desain; (5) revisi didik (tertutup dan terbuka), dan lembar tes
desain; (6) ujicoba produk; (7) revisi produk; (8) literasi sains peserta didik.
ujicoba pemakaian; (9) revisi produk; dan (10) Teknik Analisa Data
produksi masal. Penelitian ini dilakukan hanya Data hasil validasi dianalisis dengan metode
sampai langkah ketujuh yaitu revisi produk pasca deskriptif kuantitatif menggunakan skala Likert
ujicoba pemakaian. Draft LPTLS-Laju Reaksi pada tabel berikut:
yang telah dirancang dan kembangkan ditelaah Tabel 1. Skala Likert
dan selanjutnya diuji validitasya melalui expert Skor Kategori Penilaian
judgement melibatkan tiga ahli di bidang 5 Sangat valid
pendidikan kimia. LPTLS-Laju Reaksi yang 4 Valid
telah dinyatakan valid selanjutnya diuji-coba 3 Cukup valid
kepada peserta didik pengguna untuk dievaluasi 2 Kurang valid
kepraktisan dan efektivitasnya. Kriteria 1 Tidak valid
kepraktisan perangkat pembelajaran ini (Riduwan, 2013)
dievaluasi berdasar data respon yang diberikan Data validitas (konstruk dan isi) dianalisis
peserta didik pengguna. Kriteria efektivitas secara deskriptif kuantitatif dengan
LPTLS-Laju Reaksi didasarkan kepada skor tes menggunakan skor yang sering muncul (Mo)
peserta didik dalam literasi sains sesudah uji- yang diperoleh dari expert judgement. Skor
coba perangkat (One-Shot Case Study) sebagai validasi didapatkan dari tiga validator sehingga
berikut: perlu adanya perhitungan kesepahaman ketiga
X O skor yang diperoleh. Kesepahaman tersebut
dapat diperoleh dengan percentage of agreement
Keterangan: (R) sebagai berikut:
X = Perlakuan yang diberikan
O = Observasi [ ]
Model tersebut bermakna bahwa ada sebuah
A dan B adalah skor dari validator (A
kelompok yang diberikan perlakuan kemudian
adalah skor yang lebih tinggi dan B adalah skor
diobservasi hasilnya (Sugiyono, 2016).
paling rendah). Skor validasi didapatkan dari tiga
Teknik Pengumpulan Data
validator sehingga masing-masing R dihitung
Penelitian ini menghasilkan data kuantitatif
persentasenya, yaitu (R)1,2; (R)1,3; dan (R)2,3.
yang meliputi validitas (isi dan konstruk),
Validitas konstruk dan isi dinyatakan realiabel
kepraktisan, dan efektivitas. Data validitas
jika R ≥ 75% (Borich, 1994). LPTLS-Laju
diperoleh dengan cara pengisian lembar validasi
Reaksi dinyatakan memenuhi syarat validitas
oleh tiga validator (Dua validator merupakan
konstruk dan isi jika setiap pertanyaan memiliki
dosen jurusan kimia, FMIPA, Unesa dan satu
Mo minimal 4 dan tidak ditemukan ketidak-
validator lainnya merupakan guru kimia di SMA
sepahaman antar validator.
Negeri 13 Surabaya).

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 19
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(1), 16-25 ISSN 2086-9363

Data kepraktisan diperoleh dengan 76-100 Sangat efektif


pengisian lembar angket respon oleh peserta (Arikunto, 2010)
didik. Hasil pengisian lembar angket respon
tersebut berupa skor yang dihitung menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
skala Likert yang tertera pada Tabel 2. Lembar penugasan terstruktur dapat
diartikan sebagai kumpulan lembar kerja yang
Tabel 2. Skala Likert Lembar Angket Respon disusun untuk membimbing peserta didik
Penilaian Skor mencapai suatu tujuan dengan sedikit bantuan
Sangat tidak setuju 1 dari guru agar tujuan awal dapat tercapai (Kundi,
Tidak setuju 2 2013).
Setuju 3 Lembar Penugasan Terstruktur sebagai
Sangat setuju 4 perangkat yang di dalamnya memuat tahapan-
(Sugiyono, 2016) tahapan untuk mencapai tujuan tertentu. Lembar
Skor yang diperoleh kemudian Penugasan Terstruktur pada penelitian ini adalah
diinterpretasikan dengan kriteria persentase Lembar Penugasan Terstruktur Literasi Sains-
kepraktisan yang tertera pada Tabel 3. Laju Reaksi (LPTLS-Laju Reaksi) dimana
Tabel 3. Kriteria Persentase Kepraktisan LPTLS-Laju Reaksi bertujuan untuk melatihkan
Skor Kategori Penilaian literasi sains pada materi laju reaksi.
4 Sangat praktis Literasi sains yang dilatihkan pada peserta
3 Praktis didik melalui LPTLS-Laju Reaksi telah
2 Kurang praktis disesuaikan dengan indikator literasi sains yaitu
1 Tidak Praktis indikator keberhasilan literasi sains. Indikator
(Riduwan, 2013) literasi sains yang digunakan sebagai dasar
Data kepraktisan dianalisis secara deskriptif dalam pengembangan LPTLS-Laju Reaksi
kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif mengutip dari Gormally et al. (2012); PISA
menggunakan skor yang sering muncul (Mo) (2015); dan Rizkita et al. (2016) dinyatakan pada
pada setiap soal. Mo yang diperoleh Tabel 5.
diinterpretasikan pada kategori penilaian yang Tabel 5. Indikator Literasi Sains
terdapat pada Tabel 3 dan juga dilakukan No Indikator
perhitungan nilai R untuk setiap peserta didik. 1 Mengidentifikasi pendapat ilmiah dengan
Data efektivitas yang telah diperoleh benar
berdasarkan perhitungan nilai hasil pengerjaan 2 Melakukan studi literatur yang efektif
lembar tes literasi sains peserta didik dianalisis 3 Memahami desain penelitian
menggunakan metode Penilaian Acuan Norma 4 Membuat grafik sesuai data dengan tepat
(PAN) dan menggunakan konversi skala lima. 5 Memecahkan masalah dengan
Kemudian nilai yang diperoleh peserta didik memanfaatkan keterampilan kuantitatif,
diinterpretasikan berdasarkan kategori nilai yang termasuk statistik dasar
telah dibuat dengan konversi skala lima. 6 Memahami dan menginterpretasikan
Selanjutnya, ditetapkan peserta didik yang lulus statistik dasar
atau remidi kemudian dihitung persentase 7 Melakukan inferensi, prediksi, dan
banyaknya peserta didik yang lulus dan penarikan simpulan ditinjau dari data
persentase banyaknya peserta didik yang remidi. kuantitatif
Setelah itu, persentase tersebut diinterpretasikan Sebelum diimplementasikan dalam
pada konversi kelulusan peserta didik yang pembelajaran kimia, LPTLS-Laju Reaksi yang
tertera pada Tabel 4. dikembangkan perlu dilakukan uji kelayakan.
Tabel 4. Kriteria Persentase Efektivitas Kriteria kelayakan meliputi validitas (konstruk
Persentase (%) Kriteria dan isi), kepraktisan dan efektivitas sesuai
0-20 Tidak efektif pernyataan Nieveen (2010) bahwa uji kelayakan
21-50 Kurang efektif terdiri atas tiga aspek yaitu validitas (isi dan
51-75 Efektif konstruk), kepraktisan, dan efektivitas. Sebelum

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 20
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(1), 16-25 ISSN 2086-9363

dilakukan uji kelayakan, LPTLS-Laju Reaksi keseluruhan memperoleh nilai modus sebesar 5
yang dikembangkan ditelaah terlebih dahulu oleh (kategori sangat valid). Berdasarkan hal tersebut
dosen jurusan kimia, FMIPA, Unesa. Hasil dari dapat dinyatakan bahwa LPTLS-Laju Reaksi
telaah berupa saran dan masukan untuk telah memenuhi syarat ditinjau dari validitas
perbaikan LPTLS-Laju Reaksi sebelum konstruk.
dilakukan uji kelayakan. Skor validasi diperoleh dari tiga validator
Uji Kelayakan Berdasarkan Validitas sehingga masing-masing R dihitung
Salah satu kriteria kelayakan sesuai dengan persentasenya, yaitu (R)1,2; (R)1,3; dan (R)2,3.
pendapat Nieveen (2010) adalah validitas Berikut adalah hasil perhitungan kesepahaman
(konstruk dan isi). Menurut Sugiyono (2016), atau percentage of agreement (R):
validitas harus memenuhi validitas isi (content Tabel 7. Rekapitulasi Kesepahaman Skor
validity) dan validitas konstruk (construct Validasi Konstruk
validity) yang didukung oleh Nieveen (2007) Percentage of
bahwa indikator validitas mencakup konsistensi No Skor Agreement (R)
(validitas konstruk) dan relevansi (validitas isi). Soal (%)
Uji validitas dilakukan melalui expert V1 V2 V3 R1,2 R1,3 R2,3
judgement melibatkan tiga ahli di bidang 1 4 5 5 89 89 100
pendidikan kimia. Data validitas diperoleh 2 5 5 5 100 100 100
dengan cara pengisian lembar validasi oleh tiga 3 5 5 5 100 100 100
validator. Dua validator merupakan dosen 4 5 5 4 100 89 89
jurusan kimia, FMIPA, Unesa dan satu validator 5 5 5 5 100 100 100
lainnya adalah guru kimia di SMA Negeri 13 6 5 5 5 100 100 100
Surabaya. Skor yang diberikan oleh validator 7 5 4 4 89 89 100
pada aspek kesesuaian antara substansi 8 5 5 5 100 100 100
pertanyaan soal dengan indikator literasi sains 9 5 5 4 100 89 89
pada Tabel 5.
10 5 5 4 100 89 89
Tabel 6. PenilaianValidator terhadap Konstruk
11 5 5 5 100 100 100
LPTLS-Laju Reaksi dariAspek Kesesuaian
12 5 5 5 100 100 100
antara Substansi Pertanyaan Soal dengan
Indikator Literasi Sains 13 5 5 5 100 100 100
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa
No Skor persentase kesepahaman seluruh validator berada
Mo Kategori
Soal V1 V2 V3 pada rentang 89% - 100% yang berarti skor
1 4 5 5 5 Sangat valid ketiga validator tidak ada perbedaan yang
2 5 5 5 5 Sangat valid signifikan sehingga dapat dinyatakan bahwa
3 5 5 5 5 Sangat valid LPTLS-Laju Reaksi memenuhi syarat ditinjau
4 5 5 4 5 Sangat valid dari validitas konstruk.
5 5 5 5 5 Sangat valid Penilaian validitas isi juga dilakukan
6 5 5 5 5 Valid melalui expert judgement. Skor hasil validitas isi
tertera pada Tabel 8.
7 5 4 4 4 Valid
Tabel 8. Hasil terkait Validitas Isi LPTLS-Laju
8 5 5 5 5 Valid
Reaksi
9 5 5 4 5 Sangat valid
10 5 5 4 5 Valid No Skor
Mo Kategori
11 5 5 5 5 Sangat valid Soal V1 V2 V3
12 5 5 5 5 Sangat valid 1 5 5 5 5 Sangat valid
13 5 5 5 5 Sangat valid 2 5 5 5 5 Sangat valid
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa 3 5 5 5 5 Sangat valid
modus dari ketiga validator pada soal nomor 6, 7, Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa
8, dan 10 sebesar 4 (kategori valid). Soal lain keseluruhan soal mendapatkan nilai modus dari
yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 9, 11, 12, dan 13 ketiga validator sebesar 5 (kategori sangat valid).

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 21
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(1), 16-25 ISSN 2086-9363

Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa dari lima belas peserta didik pengguna sehingga
LPTLS-Laju Reaksi telah memenuhi syarat masing-masing R dihitung persentasenya.
ditinjau dari validitas isi. Perhitungan R diperoleh hasil bahwa persentase
Skor validasi diperoleh dari tiga validator kesepahaman yang diberikan seluruh peserta
sehingga masing-masing R dihitung didik pengguna sebanyak 97% terdapat pada
persentasenya, yaitu (R)1,2; (R)1,3; dan (R)2,3. daerah ≥ 75% dan terdapat persentase yang
Berikut adalah hasil perhitungan kesepahaman berada di daerah < 75% yaitu sebanyak 3% yang
atau percentage of agreement (R): berarti skor pemberian peserta didik pengguna
Tabel 9. Rekapitulasi Kesepahaman Skor ada perbedaan yang sedikit signifikan.
Validasi Isi Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa
Percentage of LPTLS-Laju Reaksi telah memenuhi syarat
No Skor Agreement (R) kepraktisan.
Soal (%) Angket terbuka digunakan untuk
V1 V2 V3 R1,2 R1,3 R2,3 menunjukkan keselarasan respon peserta didik
1 5 5 5 100 100 100 yang terdapat pada angket tertutup. Peserta didik
2 5 5 5 100 100 100 menilai bahwa LPTLS-Laju Reaksi yang
3 5 5 5 100 100 100 dikembangkan sudah praktis untuk melatihkan
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa literasi sains. Pendapat tersebut diperkuat dengan
keseluruhan persentase kesepahaman yang respon peserta didik yang menyatakan bahwa
diberikan ketiga validator sebesar 100% yang peserta didik terfasilitasi untuk berlatih literasi
menunjukkan bahwa skor ketiga validator tidak sains dengan adanya LPTLS-Laju Reaksi. Hal
ada perbedaan yang signifikan sehingga dapat tersebut menunjukkan bahwa LPTLS-Laju
dinyatakan bahwa LPTLS-Laju Reaksi Reaksi yang dikembangkan telah memenuhi
memenuhi syarat ditinjau dari validitas isi. kriteria kepraktisan.

Uji Kelayakan Berdasarkan Kepraktisan Uji Kelayakan Berdasarkan Efektivitas


Data kepraktisan LPTLS-Laju Reaksi Efektivitas LPTLS-Laju Reaksi dinilai
diperoleh berdasarkan hasil pengisian lembar berdasarkan hasil pengisian lembar tes literasi
angket oleh peserta didik (tertutup dan terbuka). sains oleh peserta didik. Lembar tes literasi sains
Angket respon terbuka bertujuan untuk berisi pertanyaan yang disusun berdasarkan
melengkapi angket respon tertutup sehingga indikator literasi sains pada materi laju reaksi.
dapat diketahui hal-hal yang tidak dijelaskan Data yang diperoleh kemudian dianalisis
dalam pengisian angket tertutup. Berikut adalah menggunakan metode PAN.
rekapitulasi hasil angket respon tertutup: Dasar penilaian pada PAN adalah kurva
Tabel 10. Rekapitulasi Lembar Angket Respon normal. Besaran yang digunakan untuk
Tertutup menginterpretasikan nilai yang didapatkan
No No peserta didik adalah rata-rata (mean) dan standar
Mo Kategori Mo Kategori deviasi (Ali & Khaeruddin, 2012). Metode PAN
Soal Soal
1 3 Praktis 8 3 Praktis membandingkan nilai antar peserta didik dalam
kelompok/kelasnya (Arifin, 2009; Sukardi, 2008;
2 3 Praktis 9 3 Praktis Hidayatin & Mitarlis, 2018).
3 3 Praktis 10 3 Praktis PAN bersifat sangat relatif karena dapat
4 3 Praktis 11 3 Praktis bergeser ke kanan ataupun ke kiri pada kurva
5 3 Praktis 12 3 Praktis normal. Pergeseran itu dipengaruhi oleh nilai
rata-rata (mean) dan nilai standar deviasi yang
6 3 Praktis 13 3 Praktis
diperoleh pada kurva normal tersebut (Ali &
7 3 Praktis Khaeruddin, 2012).
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa Nilai pada metode PAN memiliki sifat
keseluruhan soal mendapatkan nilai modus dari relatif yang artinya jika sudah menyusun
seluruh peserta didik pengguna sebesar 3 dengan pedoman konversi nilai berdasarkan tes yang
kategori praktis. Skor angket respon diperoleh telah dilakukan pada suatu kelompok ataupun

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 22
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(1), 16-25 ISSN 2086-9363

kelas, maka pedoman konversi tersebut hanya ketika penyusunan pedoman konversi nilai
berlaku untuk kelompok atau kelas itu, tidak dihasilkan hasil yang tidak sesuai yaitu rentang
berlaku untuk kelompok atau kelas lain karena data yang bernilai negatif. Pedoman konversi
distribusi nilai peserta didik sudah berbeda nilai yang tidak sesuai tetap dapat digunakan
(Afandi, 2013). karena hal tersebut diperoleh berdasarkan
Berdasarkan hasil penilaian lembar tes distribusi nilai pada suatu kelas dan sesuai
literasi sains, berikut hasilnya: dengan pendapat Ali & Khaeruddin (2012) yang
Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Tes Literasi Sains menyatakan bahwa PAN bersifat sangat relatif
No Nama Skor No Nama Skor karena dapat bergeser ke kanan ataupun ke kiri
1 AQ 92 9 AL 28 pada kurva normal. Pergeseran itu dipengaruhi
oleh nilai rata-rata (mean) dan nilai standar
2 NO 87 10 CH 24 deviasi yang diperoleh pada kurva normal
3 PU 84 11 CA 23 tersebut.
4 SA 60 12 HA 21 Nilai yang diperoleh pserta didik dengan
5 AN 53 13 AZ 18 pengisian lembar tes literasi sains peserta didik
kemudian dikonversikan ke dalam kategori nilai
6 AU 37 14 FR 12
sesuai dengan pedoman konversi nilai yang telah
7 JI 33 15 AV 1 disusun pada Tabel 12. Selanjutnya, peserta didik
8 FI 30 dengan kategori nilai A, B dan C dapat
M 40.2 dinyatakan lulus, sedangkan peserta didik dengan
SD 28.55 kategori nilai D dan E dinyatakan remidi/tidak
lulus. Berikut adalah hasilnya:
Hasil yang diperoleh kemudian dilakukan
Tabel 13. Rekapitulasi Hasil Interpretasi Nilai
penyusuman pedoman konversi nilai
Peserta Didik terhadap Pedoman Konversi Nilai
menggunakan konversi skala lima dengan
Kategori
perhitungan sebagai berikut: No Nama Nilai Keterangan
Nilai
M + 1.5(SD)  40.2 + 1.5(28.55) = 83
M + 0.5(SD)  40.2 + 0.5(28.55) = 54 1 AQ 92 A Lulus
M - 0.5(SD)  40.2 - 0.5(28.55) = 26 2 NO 87 A Lulus
M - 1.5(SD)  40.2 - 1.5(28.55) = -3 3 PU 84 A Lulus
Berikut adalah pedoman konversi nilai yang 4 SA 60 B Lulus
telah disusun berdasarkan perhitungan yang telah
5 AN 53 C Lulus
dilakukan:
Tabel 12. Pedoman Konversi Nilai 6 AU 37 C Lulus
Nilai Kategori Nilai 7 JI 33 C Lulus
83 - 100 A 8 FI 30 C Lulus
54 - 82 B 9 AL 28 C Lulus
26 - 53 C 10 CH 24 D Remidi
-3 – 25 D 11 CA 23 D Remidi
< -2 E 12 HA 21 D Remidi
Konversi nilai pada Tabel 12 terdapat nilai 13 AZ 18 D Remidi
yang eror. Nilai minium yang diperoleh peserta 14 FR 12 D Remidi
didik sebesar nol, tetapi pada pedoman konversi 15 AV 1 D Remidi
tersebut terdapat rentang nilai ≤ -3. Hal tersebut
Banyaknya peserta didik yang lulus dan
disebabkan oleh jangkauan data yang terlalu
remidi kemudian dihitung persentasenya dan
besar yaitu sebesar 91, dengan skor tertinggi
diperoleh hasil bahwa sebesar 60% peserta didik
sebesar 92 dan skor terendah sebesar 1 yang
lulus dan sebesar 40% peserta didik remidi.
menyebabkan nilai standar deviasi cukup besar
Persentase tersebut kemudian diinterpretasikan
pula yaitu 28.55 dan didukung dengan nilai M
dengan konversi efektivitas berdasarkan jumlah
yang rendah yaitu hanya sebesar 40.2 sehingga

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 23
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(1), 16-25 ISSN 2086-9363

peserta didik yang lulus. Konversi tersebut dpaat Fitri, I., & Fatisa, Y. (2019). Penerapan Model
dilihat pada Tabel 4. Hasil yang diperoleh adalah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk
LPTLS-Laju Reaksi dapat dinyatakan efektif. Mendukung Kemampuan Literasi Sains
Uji kelayakan pada LPTLS-Laju Reaksi Siswa Pada Materi Sistem Koloid. Journal
yang meliputi validitas (isi dan konstruk), of Natural Science and Integration, 2(2),
kepraktisan dan efektivitas diperoleh hasil bahwa 181–190.
LPTLS-Laju Reaksi telah memenuhi syarat Fitriani, Harahap, F., & Manurung, B. (2018).
kelayakan ditinjau dari validitas (konstruk dan Biology Scientific Literacy of Indonesian
isi), kepraktisan, dan efektivitas. Dengan Students : Case Study in Aceh Tamiang -
demikian dapat disimpulkan bahwa LPTLS-Laju Aceh. International Journal of Reasearch
reaksi yang dikembangkan dinyatakan layak and Review, 5(3), 63–72.
digunakan untuk pembelajaran literasi sains pada Fitriani, W., Hairida, & Lestari, I. (2013).
peserta didik SMA kelas XI. Deskripsi Literasi Sains Siswa dalam
Model Inkuiri pada Materi Laju Reaksi di
KESIMPULAN SMAN 9 Pontianak. Pendidikan Kimia
Simpulan yang diperoleh berdasarkan FKIP Untan, 1–13.
pembahasan hasil penelitian adalah sebagai Gormally, C., Brickman, P., & Lutz, M. (2012).
berikut: (1) LPTLS-Laju Reaksi yang Developing a Test of Scientific Literacy
dikembangkan dinyatakan telah memenuhi syarat Skills (TOSLS): Measuring
kelayakan ditinjau dari kriteria validitas baik Undergraduates’ Evaluation of Scientific
konstruk maupun isi, (2) LPTLS-Laju Reaksi Information and Arguments. Life Sciences
yang dikembangkan dinyatakan telah memenuhi Education, 11, 364–377.
syarat kelayakan ditinjau dari kriteria https://doi.org/10.1187/cbe.12-03-0026.
kepraktisan, dan (3) LPTLS-Laju Reaksi yang Hidayatin, S., & Mitarlis. (2018). Pengembangan
dikembangkan dinyatakan telah memenuhi syarat Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
kelayakan ditinjau dari kriteria efektivitas. pada Materi Koloid untuk Melatihkan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Keterampilan Literasi Sains. Unesa Journal
LPTLS-Laju reaksi yang dikembangkan of Chemical Education, 7(1), 76–80.
dinyatakan layak digunakan untuk Imansari, M., Sudarmin, & Sumarni, W. (2018).
membelajarkan literasi sains pada peserta didik analisis literasi kimia peserta didik melalui
SMA kelas XI. pembelajaran inkuiri terbimbing bermuatan
etnosains. Jurnal Inovasi Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA Kimia, 12(2), 2201–2211.
Afandi, M. (2013). Evaluasi Pembelajaran Kemendikbud. (n.d.). Materi Pendukung Literasi
Sekolah Dasar. Unissula Press. Sains. Kementrian Pendidikan dan
Ali, S., & Khaeruddin. (2012). Evaluasi Kebudayaan.
Pembelajaran. Badan Penerbit UNM Kundi, S. (2013). Pengaruh Penggunaan Lembar
Makassar. Kegiatan Siswa Terstruktur terhadap Hasil
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. PT. Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA
Rosdakarya. Negeri 1 POL-UT Kabupaten Takalar.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Jurnal Pendidikan Fisika Unismuh, 1(3),
Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta. 219–225.
Borich, G. (1994). Observation Skill for Effective Lestari, E., Adisyahputra, & Komala, R. (2019).
Teaching. Mac Millan Publishing The Science Literacy Ability of Students in
Company. Junior High School Reviewed by the
Fibonacci, A., & Sudarmin. (2014). Science Literacy Ability of Teachers and
Development Fun-Chem Learning School Geographical Location. Edusains,
Materials Integrated Socio-Science Issues 11(1).
to Increase Students Scientific Literacy. Mazwan. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran
International Jurnal of Science and Inkuiri Terbimbing dan Kemampuan
Research (IJSR), 3(11), 708–713. Literasi Sains terhadap Hasil Belajar Siswa

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 24
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(1), 16-25 ISSN 2086-9363

pada Materi Laju Reaksi di MAN ABDYA. Shwartz, Y., Bez-Zvi, R., & Hofstein, A. (2006).
Skripsi. The use of scientific literacy taxonomy for
Nieveen, N. (2007). Formative Evaluation in assessing the development of chemical
Educational Design Research. Yhe East literacy among high-school students.
China Normal University. Chemistry Education Research & Practice,
Nieveen, N. (2010). Formative Evaluation in 7(4), 203–225.
Educational Design Research. An Siagian, P., Silitonga, M., & Djulia, E. (2017).
Introduction to Educational Design Scientific Literacy Skills of Seventh Grade
Research. Proceedings of the Seminar Junior High School (SMP Negeri) Students
Conducted at Shanghai (PR China). in North Labuhanbatu Regency.
OECD. (2018). PISA for Development International Journal of Humanities Social
Assessment ang Analytical Framework: Sciences and Education (IJHSSE), 4(11),
Reading, Mathematics and Science, 176–182.
Preliminary Version. OECD Publishing. Suciati, R. (2011). Identifikasi Kemampuan
PISA. (2015). Draft Science Framework. PISA Siswa dalam Pembelajaran Biologi Ditinjau
OECD. dari Aspek Literasi Sains. Jurnal FKIP
Rachmatullah, A., Diana, S., & Rustaman, N. Y. UNS, 1(1).
(2016). Profile of middle school students on Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitaif,
scientific literacy achievements by using Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
scientific literacy assessments ( SLA ). AIP Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan Prinsip
Conference Proceedings. dan Operasionalnya. Bumi Aksara.
https://doi.org/10.1063/1.4941194 Widowati, A., Anjarsari, P., Rahardjo, S. B., Elfi,
Riduwan. (2016). Skala Pengukuran Variabel- V. H., Yuliati, L., & Munfaridah, N.
Variabel Penelitian. Alfabeta. (2017). The Development of Scientific
Rizkita, L., Suwono, H., & Susilo, H. (2016). Literacy through Nature of Science ( NoS )
Analisis Kemampuan Awal Literasi Sains within Inquiry Based Learning Approach
Siswa SMA Kota Malang. Prosiding The Development of Scientific Literacy
Seminar Nasional II , Kerjasama Prodi through Nature of Science ( NoS ) within
Pendidikan Biologi FKIP Dengan Pusat Inquiry Based Learning Approach.
Studi Lingkungan Dan Kependudukan International Conference on Science and
(PSLK) Universitas Muhammadiyah Applied Science.
Malang. Yuliati, Y. (2017). Literasi Sains dalam
Roesminingsih, & Susarno, L. H. (2016). Teori Pembelajaran IPA. Jurnal Cakrawala
dan Praktek Pendidikan. Lembaga Pendas, 3(2), 21–28.
Pengkajian dan Pengembangan Ilmu
Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Surabaya.
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snps/
article/view/11400
Rusilowati, A., Kurniawati, L., & Nugroho, S. E.
(2016). Developing an Instrument of
Scientific Literacy Asessment on the Cycle
Theme. International Journal Of
Environmental & Science Education,
11(12), 5718–5727.

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 25

You might also like