You are on page 1of 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/308158787

Pembuatan Formula Enteral Gagal Ginjal Kronik (GGK) Menggunakan Tepung


Mocaf, Tepung Ikan Gabus dan Konsentrat Protein Kecambah Kedelai

Article · January 2015

CITATIONS READS

0 1,883

3 authors, including:

Yohanes Kristianto
Polytechnic of Health Ministry of Health
15 PUBLICATIONS   58 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Yohanes Kristianto on 16 September 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: 42-57

PEMBUATAN FORMULA ENTERAL GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)


MENGGUNAKAN TEPUNG MOCAF, TEPUNG IKAN GABUS DAN
KONSENTRAT PROTEIN KECAMBAH KEDELAI

Fitria Dhenok Palupi, Yohanes Kristianto, Agus Heri Santoso


Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No. 77C Malang
Email : fitria.dhenok@gmail.com

Abstract: The purpose of this research was to study the effect of mocaf, snakehead fish flour, and sprouts
soybean protein concentrate on the physical quality, energy density, nutritional content, and nutri-
tional quality enteral formula for CKD patients. This type of research is laboratory experiment with
experimental design completely randomized design using 4 level of treatment are F-G1 (enteral nutri-
tion devepment 1), FG-2 (enteral nutrition development 2), FG-3 (enteral nutrition development 3);
FG-4 (enteral nutrition development 4). The research was implemented in May-July 2013. Enteral
nutrition FG-2 is a best treatment for enteral nutrition product to CKD patients. Further research can
be done using intervention for formula FG-2 in animal experiments to determine the effect of the formula
in preventing renal function decline.

Keywords: cronic kidney disease, enteral formula, snakehead fish, soybean sprouts protein concen-
trate, Mocaf

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh proporsi tepung ikan gabus, konsentrat
protein kecambah kedelai, dan mocaf terhadap mutu fisik, kepadatan energi, kadar dan mutu gizi
formula enteral bagi penderita GGK. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen laboratorium
dengan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 4 taraf perlakuan yaitu FG-
1 (formula enteral pengembangan 1); FG-2 (formula enteral pengembangan 2); FG-3 (formula enteral
pengembangan 3); FG-4 (formula enteral pengembangan 4). Penelitian dilaksanakan Bulan Mei –
Juli 2013. Formula enteral pengembangan FG-2 merupakan taraf perlakuan terbaik dalam produk
formula enteral bagi penderita GGK. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan intervensi menggunakan
formula FG-2 pada hewan percobaan untuk mengetahui efek pemberian formula dalam mencegah
penurunan fungsi ginjal

Kata Kunci: formula enteral, ikan gabus, konsentrat protein kecambah kedelai, penyakit ginjal kronis

PENDAHULUAN di Amerika Serikat prevalensi penyakit GGK


Perkembangan teknologi dan pembangunan meningkat sebesar 20-25% setiap tahunnya
berdampak pada perubahan pola hidup dan pola (Bhetesda, 2008). Di Kanada insiden penyakit
makan yang menyebabkan peningkatan beban GGK meningkat rata-rata 6,5% setiap tahun (Ca-
metabolik sehingga terjadi peningkatan beban nadian Institute for Health Information / CIHI,
ginjal. Bila ginjal terganggu akan terjadi gangguan 2005), dengan peningkatan prevalensi 69,7 % sejak
ekskresi metabolisme dan zat-zat toksik tidak tahun 1997 (CIHI, 2008). Sedangkan di Indonesia
dapat dikeluarkan, akibatnya terjadi penurunan prevalensi penderita GGK hingga kini belum ada
fungsi ginjal dan bila terus-menerus akan terjadi yang akurat karena belum ada data yang lengkap
kegagalan ginjal yang bersifat kronik atau mengenai jumlah penderita GGK di Indonesia (Raka
menahun. W., 2007). Di RSUD dr. Saiful Anwar pasien GGK
GGK merupakan permasalahan global di yang menjalani rawat inap mencapai 1390 jiwa pada
negara maju maupun berkembang. Menurut tahun 2010. Jumlah penderita ini akan terus
United State Renal Data System (USRDS, 2008) meningkat, karena WHO memperkirakan di Indo-
42 ISSN 2460-0334

42
Palupi, Formula enteral untuk GGK

nesia terjadi peningkatan penderita gagal ginjal 2012). Selain itu, pada ikan gabus juga mengandung
antara tahun 1995-2025 sebesar 41,4%. 6,2% albumin dan 0,001741% zinc (Eddy, 2003).
Penatalaksanaan penanganan fungsi ginjal Kandungan albumin pada ikan gabus diperlukan
untuk pasien GGK terdiri dari 2 terapi yaitu terapi penderita GGK karena sering mengalami keadaan
medis dan terapi gizi. Terapi medis untuk penderita hipoalbumin. Kandungan zinc pada ikan gabus
GGK melalui obat-obatan, dialisis dan transplantasi diperlukan untuk meningkatkan nafsu makan pada
ginjal. Dukungan dari segi gizi melalui diet rendah penderita GGK.
protein dengan protein bernilai biologis tinggi Protein pada kedelai selain tinggi asam amino
(Lippincott W. dan Wilkins, 2012). Penderita GGK ketogenik dan BCAA juga membantu menghambat
mengalami mual, muntah, dan selera makan penurunan fungsi ginjal dengan cara menurunkan
kurang sehingga asupan makanan menjadi proteinuria, hiperfiltrasi, dan proinflamato
berkurang. Asupan gizi yang kurang menyebabkan cytokines (Triyani, K., 2004). Kedelai memang
terjadinya undernutrition sehingga diperlukan mengandung zat gizi yang diperlukan penderita
pemberian formula enteral (Stratton et al., 2005 GGK, namun kedelai juga mengandung senyawa
dalam Abbott, 2007). anti gizi. Salah satu upaya menginaktifkan zat anti
Formula enteral GGK di Indonesia pada gizi tersebut adalah dengan cara perkecambahan.
umumnya tersedia dalam bentuk formula enteral Perkecambahan juga akan mengaktifkan zat gizi
komersial, dimana harganya relatif mahal pada biji yang sebelum perkecambahan berada
dibandingkan formula enteral lain per gram pro- dalam bentuk terikat (tidak aktif) sehingga akan
tein. Harga formula yang mahal dapat neningkatkan mutu cerna bagi tubuh (Made A.,
memperbesar biaya perawatan penderita GGK. 2004).
Inovasi dalam penanganan GGK perlu dilakukan Sumber karbohidrat berbasis pangan lokal
untuk mengurangi biaya perawatan penderita yang dapat dimanfaatkan agar mencapai
GGK. Salah satu inovasi dengan formulasi-for- kepadatan energi yang tinggi pada formula GGK
mula rumah sakit (hospital made), dengan bahan adalah ubi kayu. Namun ubi kayu memiliki
baku pangan lokal yang tersedia melimpah, murah, beberapa kelemahan yaitu adanya linamarin yang
dan sesuai syarat diet untuk penderita GGK dapat berubah menjadi HCN bila melalui proses
sehingga dapat terjangkau masyarakat. pemotongan atau pengirisan pada ubi. Untuk itu
Menurut Cano (2006) syarat untuk diet gagal diperlukan proses untuk mengurangi HCN sampai
ginjal adalah rendah protein, diutamakan batas yang tidak beracun yaitu <10 ppm.
mengandung asam amino ketogenik (lysine dan Berdasarkan penelitian Sri, Budi W. (2012) proses
leusine) dan BCAA (lysine, isoleusin, dan valin). fermentasi 72 jam pada ubi kayu varietas Daplang
Menurut Ria B., (2004) penambahan asam amino umur 11 bulan mempunyai kadar HCN 5 mg
ketogenik dapat mempertahankan keseimbangan dengan penurunan kadar HCN mencapai 97,21%.
asam basa nitrogen sehingga terjadi perbaikan Keunggulan lain mocaf daripada ubi kayu menurut
asidosis metabolik pada GGK. Syarat lain formula Sri S., (2011) adalah kandungan serat terlarut lebih
enteral GGK menurut Malone A. (2005) adalah tinggi dan kandungan oligosakarida penyebab
kepadatan energi mencapai 2 Kkal/ml. flatulensi sudah terhidrolisis.
Kepadatan energi yang tinggi pada formula GGK Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas,
diperlukan karena adanya pembatasan atau retensi suatu penelitian perlu dikaji untuk menganalisis
cairan dan mencegah pemecahan protein menjadi pengaruh formulasi dari tepung ikan gabus,
energi. konsentrat protein kecambah kedelai, dan mocaf
Sumber protein berbasis pangan lokal yang terhadap mutu fisik, kepadatan energi, kadar dan
sesuai dengan syarat diet GGK adalah ikan gabus mutu gizi sesuai syarat diet formula enteral GGK.
dan kedelai. Kandungan asam amino BCAA dan Tujuan umum penelitian ini menganalisis
Ketogenik pada ikan gabus lebih tinggi bila pengaruh proporsi tepung ikan gabus, konsentrat
dibandingkan dengan putih telur (Annasari M., protein kecambah kedelai, dan mocaf terhadap

ISSN 2460-0334 43
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: 42-57

mutu fisik, kepadatan energi, kadar dan mutu gizi daya larut air formula enteral GGK, 4)
formula enteral bagi penderita GGK Tujuan khusus Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah
penelitian: 1) menganalisis mutu fisik (daya larut untuk analisis osmolaritas dan asam amino for-
air, viskositas, osmolaritas); 2) menganalisis mula enteral GGK.
kepadatan energi; 3) menganalisis kadar gizi Tahapan penelitian: Pengolahan konsentrat
(kadar air, protein, lemak, karbohidrat, dan abu); protein kecambah kedelai melalui 2 tahap yaitu
4) penentuan taraf perlakuan terbaik 5) pengolahan tepung kecambah kedelai (Modifikasi
menganalisis mutu gizi (SAA, C, NPU, dan BV). dari Made A., 2004) dan konsentrat protein
kecambah kedelai (Modifikasi Deddy M., 2009).
METODE PENELITIAN Pengolahan tepung ikan gabus (Modifikasi
Apriliani, 2010 dalam Fauzi, 2012). Pengolahan
Jenis penelitian eksperimen laboratorium, tepung mocaf (Modifikasi Sri S., 2011).
desain percobaan Rancangan Acak Lengkap Mencampur bahan formula enteral sesuai dengan
(RAL) dengan 4 taraf perlakuan, yaitu proporsi masing-masing taraf perlakuan dan unit eksperimen
bahan penyusun formula enteral dengan asam dengan mix dough sebagai formula enteral instan.
amino ketogenik dan BCAA sebagai dasar Formula enteral instan dikemas untuk masing-
penyusunan proporsi. Masing-masing taraf masing unit. Formula enteral memiliki proporsi
perlakuan dilakukan 3 kali replikasi. bahan penyusun sebagaimana disajikan pada Tabel
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 1.
2013 di : 1) Laboratorium Ilmu Teknologi Pangan Deskripsi produk oleh Tim Peneliti, analisis
(ITP) Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan mutu fisik (Daya Larut Air dianalisis menggunakan
Kemenkes Malang untuk pengolahan konsentrat metode sentrifugasi Anderson; Viskositas dianalisis
protein kecambah kedelai, tepung ikan gabus, menggunakan alat Viskometer; Osmolaritas
tepung mocaf, pembuatan formula enteral GGK, dianalisis menggunakan alat Osmometer), analisis
dan analisis viskositas, 2) Laboratorium Kimia Kepadatan Energi secara empiris, kadar gizi (Pro-
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes tein dianalisis dengan metode semi mikro
Malang untuk analisis kadar air, abu, dan protein kjeldahl; Lemak dianalisis dengan metode
formula enteral GGK, 3) Laboratorium Pengujian soxhlet extraction; KH dianalisis menggunakan
Mutu dan Keamanan Pangan Jurusan Teknologi metode By Difference; Kadar Air dianalisis
Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Uni- dengan menggunakan metode oven; Kadar Abu
versitas Brawijaya untuk analisis kadar lemak dan dianalisis dengan metode dry ashing), Mutu gizi

Tabel 1. Proporsi bahan penyusun formula enteral tiap taraf perlakuan


Taraf Perlakuan
Bahan Penyusun
FG-1 FG-2 FG-3 FG-4
Konsentrat Protein Kecambah Kedelai (%) 7,2 6.0 4,8 3,6
Tepung Ikan Gabus (%) 4,8 6.0 7,2 8,4
Tepung Mocaf (%) 10.0 10.0 10.0 10,0
Minyak Kelapa (%) 16,0 16,0 16,0 16,0
Minyak Kedelai (%) 2,0 2,0 2,0 2,0
Gula (%) 30,0 30,0 30,0 30,0
Maltodekstrin (%) 30,0 30,0 30,0 30,0

Keterangan :
FG-1 : Formula enteral GGK Pengembangan 1
FG-2 : Formula enteral GGK Pengembangan 2
FG-3 : Formula enteral GGK Pengembangan 3
FG-4 : Formula enteral GGK Pengembangan 4

44 ISSN 2460-0334
Palupi, Formula enteral untuk GGK

yaitu SAA, C, BV, dan NPU diperoleh dari data GGK.


analisis profil asam amino formula enteral dengan Viskositas formula enteral GGK berkisar
perlakuan terbaik menggunakan metode HPLC antara 40-50 cp dengan rata-rata sebesar 42,92 ±
dan penentuan taraf perlakuan terbaik dengan 3,34 mPas. Peningkatan proporsi tepung ikan
metode indeks efektifitas. gabus cenderung meningkatkan viskositas formula
Pengolahan dan analisis data secara deskriptif enteral GGK, sebagaimana disajikan pada Tabel
dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar, serta 3. Namun demikian, berdasarkan hasil analisis
analisis multivariat. Analisis mutu fisik, kepadatan statistik Oneway Anova pada tingkat
energi, dan kadar gizi formula enteral kepercayaan 95% menunjukkan bahwa proporsi
menggunakan analisis Oneway Anova pada tepung ikan gabus dan konsentrat protein
tingkat kepercayaan 95% (Suntoyo, 1993). kecambah kedelai memberikan pengaruh yang
tidak signifikan (p = 0,055) terhadap viskositas
HASIL PENELITIAN formula enteral GGK. Hal ini berarti viskositas
Formula enteral GGK instan yang dihasilkan formula enteral GGK tiap taraf perlakuan relatif
berbentuk serbuk, dengan gumpalan kecil seragam.
bertekstur lembut. Warna formula enteral GGK Osmolaritas formula enteral GGK berkisar
berwarna putih kekuningan seiring dengan antara 405-482,5 mOsm/L dengan rata-rata
bertambahnya proporsi tepung ikan gabus, sebesar 438,09 ± 23,90 mOsm/L. Peningkatan
beraroma khas ikan gabus dengan rasa manis. proporsi tepung ikan gabus cenderung
Karakteristik formula enteral GGK instan disajikan meningkatkan osmolaritas formula enteral GGK,
pada Gambar 1. sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Namun
Tingkat kelarutan dari masing-masing for- demikian, berdasarkan hasil analisis statistik
mula enteral GGK seduhan relatif sama dengan Oneway Anova pada tingkat kepercayaan 95%
kecenderungan viskositas meningkat dari formula menunjukkan bahwa proporsi tepung ikan gabus
FG-1 ke FG-4 dan warna berubah kecoklatan. dan konsentrat protein kecambah kedelai
Karakteristik hasil seduhan formula enteral GGK memberikan pengaruh yang tidak signifikan (p =
disajikan pada Gambar 2. 0,382) terhadap osmolaritas formula enteral GGK.
Daya larut air formula enteral GGK berkisar Hal ini berarti osmolaritas formula enteral GGK
antara 87,73-89,51% dengan rata-rata sebesar tiap taraf perlakuan relatif sama.
88,54 ± 0,56% . Formula enteral GGK memiliki Nilai energi formula enteral GGK berkisar
daya larut air relatif sama sebagaimana disajikan antara 466,24-472,13 Kalori/100g dengan rata-rata
pada Tabel 2. Hasil analisis statistik Oneway sebesar 469,75 ± 2,0 Kalori/100g. Peningkatan
Anova pada tingkat kepercayaan 95% proporsi tepung ikan gabus cenderung menurunkan
menunjukkan bahwa proporsi tepung ikan gabus nilai energi formula enteral GGK, sebagaimana
dan konsentrat protein kecambah kedelai disajikan pada Tabel 5. Formula FG-4 memiliki
memberikan pengaruh yang tidak signifikan (p = rata-rata nilai energi terendah. Hasil analisis
0,634) terhadap daya larut air formula enteral statistik Oneway Anova pada tingkat

FG-1 FG-2 FG-3 FG-4


FG-1 FG-2 FG-3 FG-4
Gambar 1. Karakteristik formula enteral
GGK serbuk Gambar 2. Karakteristik formula enteral
GGK cair

ISSN 2460-0334 45
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: 42-57

Tabel 2. Rata-rata daya larut air formula enteral Tabel 5. Rata-rata nilai energi formula enteral
GGK tiap taraf perlakuan GGK tiap taraf perlakuan
Rata-rata Taraf Rata-rata
Taraf Perlakuan
Daya Larut Air (%) Perlakuan Nilai Energi (Kalori/100g)
FG-1 88,60 ± 0.35a FG-1 471,4 ± 1,01a
FG-2 87,90 ± 0,20a FG-2 470,8 ± 0,32a
FG-3 88,99 ± 0,54a FG-3 469,7 ± 2,01a
FG-4 88,67 ± 0,57a FG-4 467,2 ± 0,96b

Tabel 3. Rata-rata viskositas formula enteral Tabel 6. Rata-rata kepadatan energi formula
GGK tiap taraf perlakuan enteral GGK tiap taraf perlakuan

Rata-rata Rata-rata
Taraf Perlakuan Taraf
Viskositas (cp) suhu 30oC Kepadatan Energi
Perlakuan
FG-1 46,67 ± 2,87a (Kalori/ml)
FG-2 43,33 ± 2,87a FG-1 2,12 ± 0,00a
FG-3 41,67 ± 2,87a FG-2 2,12 ± 0,00a
FG-4 40,00 ± 0,00a FG-3 2,11 ± 0,01a
FG-4 2,10 ± 0,01b

Tabel 4. Rata-rata osmolaritas formula enteral Tabel 7. Rata-rata kadar air formula enteral GGK
GGK tiap taraf perlakuan tiap taraf perlakuan
Rata-rata Taraf Rata-rata Kadar Air
Taraf Perlakuan Perlakuan (g/100g)
Osmolaritas (mOsm/L)
FG-1 422,7 ± 5,48a FG-1 2,12 ± 0,18a
FG-2 428,7 ± 20,71a FG-2 2,12 ± 0,07a
FG-3 449,7 ± 34,06a FG-3 2,11 ± 0,19a
FG-4 451,3 ± 23,82a FG-4 2,10 ± 0,07b

kepercayaan 95% menunjukkan bahwa proporsi signifikan (p = 0,019) terhadap kepadatan energi
tepung ikan gabus dan konsentrat protein formula enteral GGK. Analisis lebih lanjut dengan
kecambah kedelai memberikan pengaruh yang Duncan Multiple Range Test (DMRT)
signifikan (p = 0,014) terhadap nilai energi for- menunjukkan bahwa kepadatan energi formula
mula enteral GGK. Analisis lebih lanjut dengan FG-4 berbeda secara signifikan dengan taraf
Duncan Multiple Range Test (DMRT) perlakuan lainnya.
menunjukkan nilai energi formula FG-4 berbeda Kadar air formula enteral GGK berkisar
secara signifikan dengan formula enteral GGK antara 4,01-4,64 g/100g dengan rata-rata sebesar
lainnya. 4,37 ± 0,18 g/100g. Peningkatan proporsi tepung
Kepadatan energi formula enteral GGK ikan gabus cenderung meningkatkan kadar air
berkisar antara 2,10-2,12 Kalori/ml dengan rata- formula enteral GGK, sebagaimana disajikan pada
rata sebesar 2,11 ± 0,01 Kalori/ml. Peningkatan Tabel 7, namun hasil analisis statistik Oneway
proporsi tepung ikan gabus cenderung menurunkan Anova pada tingkat kepercayaan 95%
kepadatan energi formula enteral GGK, menunjukkan bahwa proporsi tepung ikan gabus
sebagaimana disajikan pada Tabel 6. Formula FG- dan konsentrat protein kecambah kedelai
4 memiliki rata-rata kepadatan energi terendah. memberikan pengaruh yang tidak signifikan (p =
Hasil analisis statistik Oneway Anova pada tingkat 0,071) terhadap kadar air formula enteral GGK.
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa proporsi Hal ini berarti kadar air formula enteral GGK tiap
tepung ikan gabus dan konsentrat protein taraf perlakuan relatif sama.
kecambah kedelai memberikan pengaruh yang

46 ISSN 2460-0334
Palupi, Formula enteral untuk GGK

Tabel 7. Rata-rata kadar air formula enteral GGK Tabel 10. Rrata-rata persentase protein formula
tiap taraf perlakuan enteral ggk tiap taraf perlakuan
Rata-rata Kadar Air Rata-rata
Taraf Perlakuan Taraf Perlakuan
(g/100g) Persentase Protein (%)
FG-1 2,12 ± 0,18a FG-1 6,97
FG-2 2,12 ± 0,07a FG-2 7,25
FG-3 2,11 ± 0,19a FG-3 7,46
FG-4 2,10 ± 0,07b FG-4 7,98
Tabel 8. Rata-rata kadar abu formula enteral Tabel 11. Rata-rata kadar lemak formula enteral
GGK tiap taraf perlakuan ggk tiap taraf perlakuan
Rata-rata Rata-rata
Taraf Perlakuan Taraf Perlakuan
Kadar Abu (g/100g) Kadar Lemak (g/100g)
FG-1 0,95 ± 0,02a FG-1 18,42 ± 0,18a
FG-2 0,91 ± 0,01ab FG-2 18,29 ± 0,10a
FG-3 0,89 ± 0,02b FG-3 18,19 ± 0,23a
FG-4 0,87 ± 0,04b FG-4 17,76 ± 0,19b
Tabel 9. Rata-rata kadar protein formula enteral
Tabel 12. Rata-rata persentase lemak formula
GGK tiap taraf perlakuan
enteral ggk tiap taraf perlakuan
Rata-rata
Taraf Perlakuan Rata-rata
Kadar Protein (g/100g) Taraf Perlakuan
Persentase Lemak (%)
FG-1 8,21 ± 0,13a
FG-1 35,20
FG-2 8,52 ± 0,46b FG-2 34,99
FG-3 8,76 ± 0,19b FG-3 34,87
FG-4 9,31 ± 0,18c FG-4 34,25

Kadar abu formula enteral GGK berkisar pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan
antara 0,82-0,96 g/100g dengan rata-rata sebesar bahwa proporsi tepung ikan gabus dan konsentrat
0,9 ± 0,39 g/100g. Peningkatan proporsi tepung protein kecambah kedelai memberikan pengaruh
ikan gabus cenderung menurunkan kadar abu for- yang signifikan (p = 0,000) terhadap kadar pro-
mula enteral GGK, sebagaimana disajikan pada tein formula enteral GGK. Analisis lebih lanjut
Tabel 8. Hasil analisis statistik Oneway Anova dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT)
pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan menunjukkan bahwa kadar protein formula FG-1
bahwa proporsi tepung ikan gabus dan konsentrat dan FG-4 berbeda secara signifikan dengan for-
protein kecambah kedelai memberikan pengaruh mula lainnya, sedangkan kadar protein formula FG-
yang signifikan (p = 0,032) terhadap kadar abu 2 dan FG-3 berbeda tidak signifikan. Rata-rata
formula enteral GGK. Analisis lebih lanjut dengan persentase protein dari total kalori formula enteral
Duncan Multiple Range Test (DMRT) GGK hasil penelitian disajikan pada Tabel 10.
menunjukkan kadar abu formula FG-1 berbeda Kadar lemak formula enteral GGK berkisar
secara signifikan dengan formula FG-3 dan FG-4, antara 17,55-18,63 g/100g dengan rata-rata
sedangkan formula FG-3 berbeda tidak signifikan sebesar 18,17 ± 0,30 g/100g. Peningkatan proporsi
dengan formula FG-4. tepung ikan gabus cenderung menurunkan kadar
Kadar protein formula enteral GGK berkisar lemak formula enteral GGK dengan rata-rata
antara 8,07-9,43 g/100g dengan rata-rata sebesar terendah pada formula FG-4, sebagaimana
8,70 ± 0,44 g/100g. Peningkatan proporsi tepung disajikan pada Tabel 11. Hasil analisis statistik
ikan gabus cenderung menurunkan kadar protein Oneway Anova pada tingkat kepercayaan 95%
formula enteral GGK, sebagaimana disajikan pada menunjukkan bahwa proporsi tepung ikan gabus
Tabel 9. Hasil analisis statistik Oneway Anova dan konsentrat protein kecambah kedelai

ISSN 2460-0334 47
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: 42-57

Tabel 13. Rata-rata kadar karbohidrat formula Tabel 16. Profil asam amino formula FG-2
enteral ggk tiap taraf perlakuan
Profil Asam Amino
Rata-rata Asam Amino
Taraf Perlakuan (mg/g protein)
Kadar Karbohidrat (g/100g) Asam aspartat 50,27
FG-1 68,19 ± 0,40a Threonin 12,89
FG-2 68,02 ± 0,13a Serin 9,87
FG-3 67,74 ± 0,20a Asam glutamat 95,84
FG-4 67,51 ± 0,40a Prolin 21,10
Glisin 60,24
Tabel 14. Rata-rata persentase karbohidrat Alanin 55,94
formula enteral ggk tiap taraf perlakuan Valin 74,03
Rata-rata Metionin 22,81
Taraf Perlakuan Isoleusin 69,14
Persentase Karbohidrat (%)
FG-1 57,86 Leusin 136,90
FG-2 57,80 Tirosin 70,40
FG-3 57,69 Fenilalanin 83,32
FG-4 57,81 Histidin 37,53
Lisin 95,23
Tabel 15. Karakteristik Formula FG-2 Arginin 78,00
Triptofan 26,47
Formula Standar
Karakteristik
FG-2 Tabel 17. Mutu gizi formula FG-2 dibandingkan
Daya Larut Air (%) 87,90 100
standar
Viskositas (cp) 43,33 -
Osmolaritas (mOsm/L) 428,70 >400a Mutu Protein Formula Standar
Kepadatan Energi b FG-2
2,12 >2
(Kalori/ml) SAA (%) 100 100*)
Kadar Air (g/100 g) 4,26 <4 c
Mutu Cerna teoritis (%) 89,97 > 85*)
Kadar Abu (g/100 g) 0,91 <3,5c NPU teoritis (%) 89,97 70**)
Kadar Protein dari BV teoritis (%) 100,00 70**)
7,25 6 – 8a Sumber : *) Hardinsyah (1989)
Total Energi (%)
**) Sunita, A. (2003)
Kadar Lemak Total
34,99 ±30d
Energi (%)
Kadar Karbohidrat dari Kadar karbohidrat formula enteral GGK
57,80 50 – 60a berkisar antara 67,26-68,59 g/100g dengan rata-
Total Energi (%)
Mutu protein/ SAA (%) 10,00 100e rata sebesar 67,87 ± 0,38 g/100g. Peningkatan
Sumber : a
) AsDi (2005)
proporsi tepung ikan gabus cenderung menurunkan
b
) Malone (2005) kadar karbohidrat formula enteral GGK,
c
) SNI 01-7111.1-2005 sebagaimana disajikan pada Tabel 13.
d
) Triyani (2004) Berdasarkan hasil analisis statistik Oneway
e)
Hardinsyah dan Drajat M. (1989) Anova pada tingkat kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa proporsi tepung ikan gabus
memberikan pengaruh yang signifikan (p = 0,011) dan konsentrat protein kecambah kedelai
terhadap kadar lemak formula enteral GGK. memberikan pengaruh yang tidak signifikan (p =
Analisis lanjut dengan Duncan Multiple Range 0,101) terhadap kadar karbohidrat formula enteral
Test (DMRT) menunjukkan kadar lemak formula GGK. Hal ini berarti kadar karbohidrat formula
FG-4 berbeda secara signifikan dengan taraf enteral GGK tiap taraf perlakuan relatif sama.
perlakuan lainnya. Rata-rata persentase lemak dari Rata-rata persentase karbohidrat dari total kalori
total kalori formula enteral GGK hasil penelitian formula enteral GGK hasil penelitian disajikan
disajikan pada Tabel 12. pada Tabel 14.

48 ISSN 2460-0334

Mutu Protei n Formula Standa r


FG-2
*)
SAA (%) 100 100
Mutu Cerna teorit is 89,97 > 85* )
Palupi, Formula enteral untuk GGK

Tabel 18. Tingkat kecukupan asam amino ketogenik dan BCAA pada formula enteral FG-2

Formula FG-2 Pola Kecukupan Tingkat Kecukupan


Asam Amino
(mg/g protein) Asam Amino Asam Amino (%)
Lisin 95,23 16 595,22
Isoleusin 69,14 13 531,83
Valin 74,03 13 569,44
Leusin 136,90 19 720,53

Hasil analisis penentuan taraf perlakuan Aroma formula enteral GGK adalah khas
terbaik menunjukkan bahwa mutu protein tepung ikan yaitu amis. Aroma tersebut berasal
merupakan variabel terpenting yang mempunyai dari bahan penyusun yaitu tepung ikan gabus,
rata-rata tertinggi. Formula FG-2 dengan proporsi sedangkan bahan penyusun yang lain yaitu gula,
konsentrat protein kecambah kedelai dan tepung maltodekstrin, mocaf, dan konsentrat protein
ikan gabus sebesar 50 : 50 memiliki total nilai hasil kecambah kedelai cenderung beraroma netral.
tertinggi yaitu 0,559. Karakteristik mutu fisik, Penyebab aroma khas tepung ikan diduga berkaitan
kepadatan energi, kadar gizi, dan mutu gizi for- dengan terbentuknya trimethylamine dalam otot
mula enteral FG-2 disajikan pada Tabel 15. ikan. Menurut KKP (2008) daging ikan
Cara pemberian formula enteral dengan mengandung banyak nitrogen nonprotein. Enzim
mempertimbangkan jenis diet dan berat badan. alami ikan menghasilkan perubahan otolisis yang
Profil asam amino formula enteral FG-2 meningkatkan persediaan makanan bernitrogen,
disajikan pada Tabel 16. Berdasarkan profil asam seperti amines dan asam amino, dan glukosa untuk
amino tersebut, dapat dihitung mutu protein yaitu perkembangbiakan bakteri. Bakteri tersebut
SAA, BV, NPU dan PER yang disajikan pada kemudian mengubah senyawa ini menjadi trim-
Tabel 17. Formula FG-2 telah memenuhi tingkat ethylamine (TMA), amonia, amines, dan
kecukupan asam amino ketogenik dan BCAA aldehida. Ciri dari reaksi ini adalah terbentuknya
yang penting untuk pasien GGK yang disajikan bau amis pada ikan.
pada Tabel 18. Rasa formula enteral secara keseluruhan
memiliki kemanisan yang cukup. Hal ini disebabkan
PEMBAHASAN karena formula enteral GGK menggunakan
Warna formula enteral GGK berwarna putih maltodekstrin sebesar 50% dari total gula yang
kekuningan seiring dengan bertambahnya proporsi digunakan. Tingkat kemanisan maltodekstrin relatif
tepung ikan gabus (Gambar 1). Warna tersebut rendah dibandingkan gula sehingga tidak
berasal dari warna bahan penyusun yaitu tepung meningkatkan kemanisan formula enteral GGK.
ikan gabus, konsentrat protein kecambah kedelai, Sebagaimana dijelaskan Rouqette (2004) tingkat
dan tepung mocaf, gula, dan maltodekstrin. Warna kemanisan dari maltodekstrin adalah 0,2 dari
putih disebabkan karena formula enteral GGK kemanisan sukrosa.
mengandung maltodekstrin dan gula sebesar 60%. Warna formula enteral GGK seduhan berubah
Warna kuning berasal dari tepung ikan gabus yang warna menjadi cokelat. Hal ini diduga karena
diduga mengalami perubahan warna saat terjadi reaksi Maillard yang terjadi karena
pengeringan. Menurut Rosdaneli (2005) bahan pemanasan bahan penyusun yaitu protein dan gula
pangan yang dikeringkan akan mengalami reduksi. Formula enteral GGK tinggi akan gula
pencoklatan (browning) yang disebabkan oleh dan asam amino lisin. Menurut Winarno (2008)
reaksi non enzimatis. Pernyataan tersebut sesuai menyebutkan ada lima sebab yang dapat
dengan Moeljanto (1992), tepung ikan yang menyebabkan suatu bahan makanan berwarna,
bermutu baik memiliki warna kuning kecoklatan salah satunya yaitu warna gelap yang timbul karena
setelah mengalami penyimpanan. adanya reaksi Maillard antara gugus amino pro-
tein dengan gugus karbonil gula pereduksi. Secara

ISSN 2460-0334 49
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: 42-57

keseluruhan, perbedaan proporsi tepung ikan gabus dan agregasi, sehingga mengakibatkan terbentuk-
dan konsentrat protein kecambah kedelai tidak nya formasi gel.
berdampak pada perubahan warna formula en- Sekitar 90% protein kedelai adalah globulin
teral GGK seduhan (Gambar 2). (Kinsela, 1979 dalam Andri, 2003). Menurut
Daya larut Air pada formula enteral GGK Winarno (2004), globulin merupakan protein yang
relatif sama, sebagaimana disajikan pada Tabel 2. tidak larut air dan mudah terkoagulasi karena
Kelarutan bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor pemanasan. Berdasarkan hal tersebut diduga
seperti temperature, tekanan, jenis pelarut, ukuran sebagian besar protein yang terkandung dalam
partikel, kadar air, dan komponen penyusun bahan kedelai adalah globulin dan membentuk gel dengan
(Permatasari, 2007 dalam Sri, A., 2009). Bentuk pemberian panas. Semakin rendah proporsi
dan ukuran partikel dapat mempengaruhi kelarutan, konsentrat protein kecambah kedelai akan
karena semakin kecil partikel rasio antara luas membuat viskositas formula enteral GGK menjadi
permukaan dan volume meningkat. Semakin besar encer.
ukuran partikel, maka semakin berkurang Faktor lain yang yang diduga memengaruhi
kelarutan suatu senyawa (Hudayana, 2010). viskositas adalah kadar air. Peningkatan
Bahan penyusun formula enteral GGK memiliki konsentrasi larutan dipengaruhi oleh kadar air
ukuran partikel relatif sama, sehingga daya larut dalam bahan, dimana semakin tinggi kadar air
air tidak mengalami perubahan. maka konsentrasi larutan semakin menurun
Faktor lain yang memengaruhi daya larut air sehingga viskositasnya menjadi encer. Pening-
adalah temperatur dan jenis pelarut. Kenaikan katan proporsi ikan gabus cenderung meningkat-
temperature akan meningkatkan kelarutan zat yang kan kadar air formula enteral GGK, sebagaimana
proses melarutnya melalui reaksi endotermik disajikan pada Tabel 7. Menurut Bird (1994)
(Hudayana, 2010). Setiap peningkatan suhu, reaksi viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi
kimia akan berlangsung lebih cepat. Kelarutan larutan. Konsentrasi larutan menyatakan
formula enteral GGK diukur pada suhu yang sama banyaknya partikel zat terlarut tiap satuan volume.
dengan jenis pelarut adalah air. Kadar air pada Semakin banyak parttikel zat terlarut, gesekan
formula enteral GGK juga relatif sama, antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya
sebagaimana disajikan pada Tabel 7. Kadar air akan semakin meningkat.
pada bahan berhubungan dengan kemampuan Osmolaritas merupakan salah satu parameter
bahan dalam mengikat air, dimana semakin tinggi yang penting dalam suatu formula enteral.
kadar air dalam bahan kemampuannya dalam Osmolaritas formula enteral ditentukan oleh
mengikat air semakin berkurang. konsentrasi gula, asam amino dan elektrolit.
Peningkatan proporsi tepung ikan gabus Osmolaritas formula enteral akan meningkat jika
cenderung membuat viskositas formula enteral kandungan asam amino, monosakarida, disakarida,
GGK menjadi encer, sebagaimana disajikan pada dan elektrolit bertambah (Andry, H., 2012).
Tabel 3. Menurut Bird (1994) viskositas Peningkatan proporsi tepung ikan gabus cenderung
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain meningkatkan osmolaritas formula enteral GGK,
temperatur, ukuran partikel, komponen penyusun sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Hal ini diduga
bahan, berat molekul, dan konsentrasi partikel. disebabkan karena peningkatan proporsi tepung
Peningkatan viskositas diduga disebabkan karena ikan gabus juga cenderung meningkatkan asam
perbedaan fraksi protein pada bahan yang berbeda, amino formula. Pernyataan tersebut membuktikan
sehingga mempengaruhi kemampuan membentuk bahwa asam amino memengaruhi nilai osmolaritas
ikatan hidrogen. Protein mampu berikatan hidrogen formula.
dengan molekul air sehingga membentuk gel. Osmolaritas formula enteral GGK berkisar
Lebih lanjut Scmidt (1981) dalam Andri (2003) antara 405-482,5 mOsm/L. Osmolaritas formula
menyatakan mekanisme pembentukan gel terjadi enteral GGK belum memenuhi syarat osmolaritas
karena pemanasan melalui tahap reaksi asosiasi formula enteral berdasarkan ketentuan AsDi

50 ISSN 2460-0334
Palupi, Formula enteral untuk GGK

(2005) yaitu 400 mOsm/L. namun masih dibawah formula. Hal ini didukung dengan pernyataan
osmolaritas Nepro Abbott (formula enteral Sunita (2003) bahwa kandungan karbohidrat,
komersial GGK) yaitu 491 mOsm/L. Formula lemak, dan protein suatu bahan makanan
hiperosmolar dapat memperlambat pengosongan menentukan nilai energinya. Lemak menghasilkan
lambung dan menyebabkan mual, muntah, serta 9 Kalori tiap gram, dimana lebih tinggi daripada
diare. Menurut Jones dan Barlett (2012) bila for- karbohidrat dan lemak yang menghasilkan 4 Kalori
mula hiperosmolar akan menciptakan gradien os- tiap gram. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
mosis yang menarik air ke dalam usus, sehingga diartikan bahwa penurunan kadar lemak pada for-
kram dan diare dapat terjadi. mula akan sangat berdampak pada penurunan
Tingginya osmolaritas juga dapat menyebab- kepadatan energi.
kan oedema yang dapat memperburuk kondisi Kepadatan Energi Formula enteral GGK telah
penderita gagal ginjal kronik. Penderita gagal ginjal memenuhi standar, dimana kepadatan energi
kronik mengalami gangguan elektroklit sehingga sebuah formula merupakan parameter penting
formula enteral yang diberikan harus rendah untuk standar GGK. Kepadatan energi formula
natrium. Hal ini disebabkan karena natrium enteral GGK berkisar antara 2,10-2,12 Kalori/ml,
merupakan elektrolit yang mampu meningkatkan sehingga sudah memenuhi syarat kepadatan energi
osmolaritas formula enteral. Menurut Sunita untuk penderita GGK menurut Malone (2005)
(2003), natrium merupakan kation utama dalam yaitu minimal 2 Kalori/ml. Stratton et al. (2005)
cairan ekstraseluler yang mengatur sebagian besar dalam Abbott (2007) menjelaskan bahwa
tekanan osmosis sehingga menjaga cairan tidak disyaratkan tinggi energi pada formula enteral
keluar dari darah dan masuk ke dalam sel-sel. Bila GGK untuk mencegah katabolisme protein.
jumlah natrium di dalam sel meningkat secara Katabolisme protein menyebabkan keadaan un-
berlebihan, air akan masuk ke dalam sel, akibatnya dernutrition yang dapat meningkatkan angka
sel akan membengkak. Hal ini yang menyebabkan kematian pada penderita GGK. Selain itu
terjadinya pembengkakan atau oedema dalam kepadatan energi diperlukan karena adanya
jaringan tubuh. pembatasan atau retensi cairan sehingga jumlah
Osmolaritas yang tinggi disebabkan karena cairan yang diberikan menjadi terbatas.
bahan penyusun formula enteral GGK 30% Katabolisme pada protein juga menyebabkan
tersusun dari bahan yang mudah cerna yaitu gula tingginya kadar amonia dalam tubuh. Dalam
pasir yang merupakan monosakarida dan tepung kondisi kelaparan atau kurang energi, tingkat
mocaf yang mengalami hidrolisa. Semakin mudah enzim meningkat sebagai protein yang
cerna partikel dalam formula enteral, maka terdegradasi. Kerangka karbon asam amino
semakin tinggi osmolaritasnya. Pemberian formula digunakan untuk menyediakan energi melalui
enteral secara perlahan dapat mengimbangi siklus urea dan siklus asam trikarboksilat yang
osmolaritas yang cukup tinggi. Hal ini sesuai digabungkan bersama-sama melalui fumarat dan
pernyataan Andry H., (2012) bahwa osmolaritas aspartat, sehingga menghasilkan piruvat. Produk
bukan masalah jika formula enteral diberikan akhir siklus ini, juga menghasilkan amonia yang
secara perlahan-lahan atau dengan cara tetesan bersifat racun dan harus diekskresikan dari tubuh
yang konstan (model infus). melalui ginjal. Pada saat terjadi kerusakan ginjal
Peningkatan proporsi tepung ikan gabus proses penjernihan urea terganggu, sehingga
cenderung menurunkan kepadatan energi formula kondisi amonia yang tinggi dalam darah dapat
enteral GGK, sebagaimana disajikan pada Tabel berbahaya (King, 2013).
6. Penurunan kepadatan energi dapat dikaitkan Peningkatan proporsi tepung ikan gabus
dengan kadar lemak dalam formula yang cenderung meningkatkan kadar air formula en-
cenderung menurun seiring dengan peningkatan teral GGK, namun hasil statistik one way anova
proporsi tepung ikan gabus. Kadar lemak menunjukkan kadar air formula relatif sama,
berbanding lurus dengan kepadatan energi suatu sebagaimana disajikan pada Tabel 7. Hal ini diduga

ISSN 2460-0334 51
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: 42-57

dikaitkan dengan komponen gula dan maltodekstrin yang merupakan residu anorganik yang tersisa
dalam formula masing-masing sebesar 30%, setelah bahan-bahan organik terbakar habis,
dengan kadar air 5,4% (Mahmud dkk, 2009). semakin banyak kandungan mineralnya maka
Komponen tersebut diberikan dalam jumlah yang kadar abu menjadi tinggi begitu juga sebaliknya
sama dalam formula, sehingga kadar air pada for- (Slamet S., 2006).
mula relatif sama. Kedelai mengandung mineral kalsium dan
Kadar air formula enteral GGK yang besi, dimana dengan proses perkecambahan akan
dihasilkan berkisar antara 4,01-4,64 g/100g bahan. dilepas menjadi bentuk yang lebih bebas sehingga
Kadar air formula enteral yang dihasilkan masih lebih mudah dicerna dan diserap oleh saluran
belum memenuhi persyaratan kadar air standar pencernaan (Made A., 2004). Fe diperlukan bagi
MP-ASI bubuk instan dalam SNI 01-7111.1-2005 penderita GGK untuk mengatasi keadaan anemia.
yaitu 4 g/100 g. Kadar air yang tinggi diduga Anemia pada penderita GGK disebabkan karena
dikaitkan dengan adanya jarak 2 minggu antara kegagalan ginjal dalam memproduksi hormon
proses formulasi dengan analisis kadar air. Namun eritropeitin. Selain itu, mineral kalsium juga
demikian, kadar air formula enteral GGK masih diperlukan untuk mengatasi hipokalsemia pada
tergolong stabil dalam penyimpanan. Hal ini sesuai penderita GGK (Sidabutar R., 1994).
dengan pernyataan deMan (1997) bahwa Asupan kalium pada penderita GGK harus
makanan yang dikeringkan akan mempunyai dibatasi karena adanya gangguan elektrolit dalam
kestabilan tinggi pada penyimpanan apabila tubuh yang menyebabkan kondisi hiperkalemia
kandungan air berkisar antara 5-15%. Kadar air pada penderita GGK. Kondisi hiperkalemia dapat
formula enteral GGK yang relatif kecil akan mengakibatkan aritmia jantung yang fatal (Andry
berdampak pada produk yaitu bersifat higroskopis H., 2012). Mineral kalium terkandung dalam for-
(mudah menyerap air). Produk dengan kadar air mula enteral GGK yang berasal dari tepung mocaf.
rendah harus dilindungi terhadap masuknya uap Singkong merupakan bahan makanan tinggi ka-
air. Bahan pengemas diperlukan untuk lium, namun dengan proses pengecilan ukuran,
menghambat atau mencegah masuknya uap air. perendaman, dan proses fermentasi selama 3 hari
Menurut Rizal (1993), umumnya produk-produk akan menurunkan kandungan kalium pada
dengan kadar air rendah memiliki keseimbangan singkong. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh
relatif rendah, maka bahan pengemas harus Tautua A., et.al (2009) menyatakan bahwa proses
mempunyai nilai permeabilitas air yang rendah. perendaman dan fermentasi memberikan
Kadar abu formula enteral GGK yang pengaruh yang signifikan terhadap kadar kalium
dihasilkan berkisar antara 0,82-0,96 g/100g bahan. pada singkong. Kadar kalium pada bubur singkong
Kadar abu formula enteral GGK yang dihasilkan setelah difermentasi mengalami penurunan dari
sudah memenuhi persyaratan kadar abur standar 45,43 ppm menjadi 9,83 ppm.
MP-ASI bubuk instan dalam SNI 01-7111.1-2005 Peningkatan proporsi tepung ikan gabus
yaitu 3,5 g/100 g. Peningkatan proporsi tepung ikan cenderung meningkatkan kadar protein formula
gabus cenderung menurunkan kadar abu formula enteral GGK, sebagaimana disajikan pada Tabel
enteral GGK, sebagaimana disajikan pada Tabel 9. Hal ini diduga dikaitkan dengan kadar protein
8. Hal ini disebabkan karena kadar abu tepung tepung ikan gabus lebih tinggi dibandingkan dengan
ikan gabus lebih rendah dibandingkan dengan konsentrat protein kecambah kedelai yaitu masing-
konsentrat protein kecambah kedelai yaitu masing- masing sebesar 79,35 g/ 100g (Nuraida, 2009) dan
masing sebesar 4,8g / 100g (Nuraida, 2009) dan 69g / 100g (Muchtadi, 2009).
3,7g / 100g (Muchtadi, 2009). Besarnya kadar abu Persen protein formula enteral GGK berkisar
dalam suatu bahan pangan menunjukkan tingginya antara 6,97-7,98% dari total kalori formula enteral,
kandungan mineral dalam bahan pangan tersebut. sebagaimana disajikan pada Tabel 10. Formula ini
Kandungan mineral total dalam Formula enteral telah memenuhi persyaratan protein GGK dimana
GGK dapat diperkirakan sebagai kandungan abu ketentuan AsDi (2005) yaitu 6-8% dari total energi

52 ISSN 2460-0334
Palupi, Formula enteral untuk GGK

formula enteral. Rendahnya kadar protein pada olahan kedelai (Triyani K, 2004). Hal ini didukung
penderita GGK berfungsi untuk memperbaiki gejala oleh pernyataan Viberti,et.al, (1987) dalam Ander-
uremia. Menurut Khosla (2007), jika asupan pro- son (2008) bahwa profil asam amino protein kedelai
tein diberikan berlebihan, akan dikonversikan ke berbeda dari kebanyakan protein hewani,
dalam urea dan limbah nitrogen lainnya yang khususnya dapat mempengaruhi aliran darah ginjal
mengakibatkan gejala uremia. Hal ini didukung dan laju filtrate glomerulus pada penderita GGK.
dengan pernyataan Ria B. (2004) bahwa diet Kedelai memang mengandung berbagai zat
rendah protein akan mengurangi potensi gizi yang diperlukan bagi pasien GGK namun
terbentuknya metabolik nitrogen yang toksis kedelai juga mengandung senyawa anti gizi. Asam
sehingga mengurangi gejala uremia dan fitat yang merupakan tripsin inhibitor ditemukan
menurunkan kejadian komplikasi metabolik. dalam kedelai yang menghambat enzim tripsin dan
Protein pada diet GGK juga harus lainnya yang diperlukan untuk pencernaan protein.
mempunyai nilai biologis tinggi, artinya protein Hal ini dapat menyebabkan kekurangan asam
memiliki susunan asam amino yang menyerupai amino kronis, terutama ketika seseorang dalam
susunan asam amino pada manusia (Sidabutar, keadaan diet rendah protein (Brath, et.al dalam
1994). Hal ini diperlukan untuk mengurangi sisa Henderson 2010). Proses germinasi selama 1-2
metabolisme protein berupa urea dalam tubuh. hari telah dapat menurunkan kadar asam fitat
Jenni (2011) menyatakan bila blood urea nitrogen sampai ke tingkat yang tidak berbahaya bagi
didapatkan pada tingkat yang tinggi akan kesehatan (Made A., 2004).
menyebabkan rasa mual, muntah, dan nafsu Persentase lemak formula enteral GGK
makan menurun. Sumber protein pada formula berkisar antara 34,25-35,20% dari total kalori for-
enteral GGK berasal dari tepung ikan gabus dan mula enteral. Formula ini telah memenuhi
konsentrat protein kecambah kedelai, dimana persyaratan lemak GGK dimana ketentuan Triyani
merupakan protein bernilai biologis tinggi. (2004) yaitu ± 30% dari total kalori formula en-
Protein ikan gabus kaya akan asam amino teral, sebagaimana disajikan pada Tabel 12.
essensial dengan kandungan albumin. Albumin ikan Peningkatan proporsi tepung ikan gabus cenderung
gabus memiliki kualitas jauh lebih baik dari albu- menurunkan kadar lemak formula enteral GGK,
min pada telur (Eddy, 2003). Albumin pada ikan sebagaimana disajikan pada Tabel 11. Hal ini
gabus diperlukan untuk penderita gagal ginjal yang diduga dikaitkan dengan kadar lemak ikan gabus
sering mengalami hipoalbuminemia. Keadaan relatif rendah dibandingkan dengan jenis ikan
hipoalbuminemia merupakan akumulasi dari lainnya (Muchtadi, 2009). Selain itu, diduga
kurangnya asupan energi dan protein, uremia, rendahnya kadar lemak pada tepung ikan gabus
asidosis metabolik, dan albuminuria (NKDEP, disebabkan karena proses pengukusan dan
2011). Selain itu, penurunan serum albumin juga perendaman dengan air jeruk nipis. Menurut
disebabkan karena sitokin-sitokin di sirkulasi darah Winarno (2004), dengan adanya air lemak dapat
dan adanya inflamasi pada penderita GGK (Ria, terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak.
B., 2004). Reaksi ini dapat dipercepat dengan penambahan
Protein pada konsentrat protein kecambah asam.
kedelai merupakan protein bernilai biologis tinggi, Sumber lemak yang digunakan dalam
dimana memenuhi syarat diet untuk gagal ginjal. penelitian ini adalah minyak kelapa dan minyak
Nilai Protein Digestibility Corrected Amino Acid kedelai. Minyak kelapa kaya akan kandungan asam
Score (PDCAAS) kedelai senilai dengan kasein, lemak rantai sedang atau disebut dengan MCT
telur dan susu yaitu 1 (CBS, 2010 dalam (Medium Chain Triglycerides) yang didominasi
Henderson, 2010). Penambahan protein nabati oleh asam lemak laurat 48,2%. MCT sangat stabil
pada formula enteral GGK ini sesuai dengan syarat pada suhu yang sangat rendah dan tinggi, misalnya
diet GGK yaitu sumber protein hewani dapat MCT tetap tidak mengental meskipun dalam
disubstitusi dengan protein nabati yang berasal dari waktu yang lama (Babayan, 1991 dalam Andi dan

ISSN 2460-0334 53
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: 42-57

Djayeng, 2000). Jenis lemak ini tidak Persentase karbohidrat formula enteral GGK
membutuhkan kerja garam empedu dan lipase berkisar antara 57,69-57,86% dari total kalori for-
pankreas untuk dapat diserap dibandingkan dengan mula enteral, sebagaimana disajikan pada Tabel
LCT. Selain itu transportasi MCT langsung ke 14. Formula ini telah memenuhi persyaratan
pembuluh darah melalui sistem portal (AsDi, 2005). karbohidrat formula berdasarkan ketentuan AsDi
MCT juga dapat menghasilkan energi lebih cepat (2005) yaitu 50-60% dari total kalori. Kadar
dibandingkan dengan LCT. Menurut Andi dan karbohidrat pada formula enteral relatif sama, hal
Djayeng (2000), MCT dimetabolisme seperti ini dikaitkan dengan sumber karbohidrat formula
halnya karbohidrat. MCT lebih cepat terhidrolisisa enteral GGK yang bertumpu pada gula,
dan diserap. Sifat kelarutan MCT di dalam yang maltodekstrin, dan tepung mocaf.
lebih tinggi sehingga MCT dapat memasuki sistem Penggunaan gula dan maltodekstrin pada for-
sirkulasi, masuk ke dalam liver secara langsung mula enteral GGK sudah sesuai syarat formula
melalui pembuluh darah balik (vena). MCT dengan enteral. Menurut Andry H., (2012), sumber
cepat dibakar menjadi energi, sehingga tidak karbohidrat dalam formula enteral dapat berasal
tertimbun di dalam jaringan tubuh. dari berbagai sumber seperti glukosa, sukrosa,
Penambahan minyak kedelai 2% dalam for- maltodekstrin, corn syrup dan sebagainya.
mula enteral GGK berfungsi sebagai penguat Penggunaan maltodekstrin pada formula enteral
sistem imunitas tubuh. Pada kondisi pasien kritis GGK berfungsi untuk mengurangi osmolalitas dan
atau parah terjadi penurunan kemampuan untuk kemanisannya.
menbentuk antigen karena berkurangnya interaksi Tepung mocaf pada formula enteral GGK
dan adanya gangguan monosit dan limfosit T. Hal digunakan sebagai sumber karbohidrat. Tepung
ini dapat menyebabkan kerentanan terhadap mocaf digunakan, karena memiliki kandungan pati
infeksi nosokomial dan disfungsi organ internal yang tinggi yaitu 87.6%, sehingga akan
yang mengakibatkan kematian (Czechowicz dan meningkatkan kepadatan energi formula enteral
Kowalski, 2011). Asam lemak linoleat dan linolenat GGK. Keuntungan lain menggunakan tepung
memberikan dampak pada peningkatan sistem mocaf karena kandungan pati terhidrolisis yang
imunitas tubuh. Winarsi (2010) menyatakan bahwa lebih mudah dicerna oleh tubuh, sehingga tidak
lemak kedelai didominasi asam lemak tak jenuh memerlukan energi yang tinggi untuk
yaitu asam lemak linoleat (53%) dan linolenat (7- pemecahannya. Perubahan struktur karbohidrat.
8%). Menurut Subagio (2009) tepung mocaf telah
Asam lemak linoleat dan linolenat bekerja mengalami proses hidrolisis pati selama proses
secara antagonis sebagai antiinflamasi dan fermentasi yang disebabkan aktivitas enzim-enzim
proinflamasi, sebagaimana disajikan pada Gambar mikrobial, sehingga daya cernanya akan
4. Asam lemak ini dapat memengaruhi sistem meningkat.
kekebalan tubuh melalui beberapa mekanisme. Mutu protein merupakan variabel terpenting
Mekanisme pertama melibatkan penggabungan yang mempunyai rata-rata tertinggi. Pentingnya
lipid ke dalam struktur sel membran sehingga variabel mutu protein sesuai dengan sasaran for-
mempengaruhi fluiditas membran sel, mula enteral untuk penderita GGK. Protein pada
permeabilitas saluran ion dan fungsi reseptor penderita GGK harus diperhatikan yaitu rendah
membran. Mekanisme kedua dikaitkan dengan protein dengan diutamakan protein bernilai biologis
penetrasi asam lemak ke sel di mana mereka dapat tinggi. Protein bernilai biologis tinggi, artinya pro-
mempengaruhi produksi eikosanoid, resolvins, tein memiliki susunan asam amino yang
sitokin, jalur yang berperan untuk transduksi sinyal menyerupai susunan asam amino pada manusia
ke dalam sel, dan ekspresi gen. Selain itu, asam sehingga tidak ada asam amino pembatas
lemak dapat mengubah apoptosis pada sel (Sidabutar, 1994). Hal ini diperlukan untuk
(Czechowicz dan Kowalski, 2011). mengurangi sisa metabolisme protein berupa urea
dalam tubuh.

54 ISSN 2460-0334
Palupi, Formula enteral untuk GGK

Formula enteral FG-2 merupakan taraf lisin 24%, treonin 19%, alanin 29%, dan fenilalanin
perlakuan terbaik dalam produk formula enteral 7%.
bagi penderita gagal ginjal kronik dengan total nilai Formula enteral GGK telah memenuhi
hasil sebesar 0,559. Tabel 15 menunjukkan bahwa persyaratan protein GGK dimana tidak ada lim-
mutu fisik, kepadatan energi, kadar gizi, dan mutu ited amino acid, sebagaimana disajikan pada
gizi telah mendekati standar formula enteral GGK. Tabel 18. Formula ini tinggi akan BCAA dan asam
Tabel 17 menunjukkan bahwa SAA pada for- amino ketogenik, dimana pada penderita GGK
mula enteral FG-2 formula enteral bernilai diatas terjadi kelainan dalam konsentrasi asam amino
100. Hal ini menunjukkan bahwa asam amino pada tersebut. Kelainan dalam konsentrasi asam amino
formula enteral sangat lengkap (tanpa asam amino plasma terjadi pada gagal ginjal. Kelainan pola ini
pembatas) dan telah melebihi dari angka tetap terlihat walaupun intake energi sudah
kecukupan. Tidak adanya asam amino pembatas dipenuhi yang diduga terjadi akibat gangguan
pada formula enteral FG-2 diduga disebabkan metabolisme asam amino pada gagal ginjal. Kadar
karena sumber protein pada formula bernilai plasma asam amino rantai panjang (BCAA)
biologis tinggi. Selain itu mutu cerna formula FG- seperti valline, leusine, dan iso leusine menurun.
2 juga sudah diatas standar yang ditetapkan Penurunan ini terjadi akibat oksidasi BCAA pada
Hardinsyah (1989) yaitu minimal 85%. otot sebagai konsekuensi dari asidosis metabolik
Perhitungan Mutu Cerna (C) secara teoritis (Ria B., 2004). Pada penderita gagal ginjal,
menurut Hardinsyah (1989) untuk menghampiri kelainan metabolisme BCAA merupakan
atau menaksir nilai atau mutu cerna yang dilakukan konsekuensi dari: 1) hilangnya peran normal ginjal
melalui penelitian bio-assay. Mutu cerna dalam metabolisme asam amino, 2) dampak dari
menunjukkan bagian dari protein atau asam amino gagal ginjal pada kedua metabolisme nitrogen
yang dapat diserap tubuh dibandingkan yang perifer dan hepatosplanchnic, dan 3) kemung-
dikonsumsi. kinan efek yang mendasari penyakit ginjal pada
Nilai BV dan NPU formula enteral FG-2 protein dan metabolisme asam amino (Cano, 2006).
yang disajikan pada Tabel 30 dikategorikan tinggi Penderita gagal ginjal, selain terjadi kelainan
karena nilai BV dan NPU bahan makanan lebih metabolisme BCAA juga terjadi kelainan rantai
dari 70% (Sunita A., 2003). Semakin tinggi nilai asam amino ketogenik. Hal ini disebabkan karena
BV dan NPU formula enteral maka semakin besar asidosis pada seluruh metabolisme nitrogen di
protein yang dapat diserap dan dimanfaatkan dalam tubuh. Asam amino ketogenik yang abnor-
tubuh. Tingginya BV dan NPU pada formula en- mal merupakan hasil metabolisme dari deplesi
teral tergantung dari bahan penyusunnya. Proses BCAA seperti terlihat pada asam amino rantai
hidrolisis akan meningkatkan mutu cerna bahan cabang plasma yang rendah dan valin seluler.
makanan. Konsentrat protein kecambah kedelai Gangguan metabolisme BCAA dapat mengubah
telah mengalami proses hidrolisis sehingga diduga aktivitas jaringan, khususnya fungsi otak, dan sta-
mutu cerna protein tepung tersebut tinggi. tus gizi (Cano, 2006). Pemberian asam amino
Menurut Made A. (2004), perkecambahan ketogenik pada penderita GGK dapat
meningkatkan daya cerna karena perkecambahan mempertahankan keseimbangan asam basa nitro-
merupakan proses katabolis. Hidrolisis protein gen sehingga terjadi perbaikan asidosis metabolik
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana pada GGK (Ria B., 2004). Disamping itu,
terjadi pada saat perkecambahan. Protein dari sel- suplementasi BCAA dan asam amino ketogenik
sel penyimpanan akan dirombak oleh sekumpulan pada pasien dialisis telah direkomendasikan untuk
enzim proteolitik untuk menghasilkan suatu mengurangi asupan protein lebih lanjut saat
campuran asam amino bebas yang lebih mudah mempertahankan status gizi yang optimal (Cano,
diserap dan digunakan oleh tubuh. Perkecambahan 2006)
akan meningkatkan mutu cerna asam amino, yaitu

ISSN 2460-0334 55
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: 42-57

PENUTUP Andri, I. 2003. Mempelajari Pengaruh Penambahan


Isolat Protein Kedelai Sebagai Bahan Pengikat
Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) kepadatan
Terhadap Mutu Fisik dan Organoleptik Meat
energi, kandungan gizi, dan mutu gizi formula en- Loaf. Fakultas Teknologi Pertanian IPB : Bogor
teral GGK pengembangan telah sesuai dengan (Skripsi Online). Tanggal Akses 24 Juli 2013.
syarat diet untuk penderita gagal ginjal kronik, Annasari, M. dkk. 2011., Albumin And Zinc Content Of
dengan formula FG-2 merupakan taraf perlakuan Snakehead Fish (Channa striata) Extract and
terbaik dalam produk formula enteral untuk Its Role in Health. IJSTE, Vol 1 No 2. (Jurnal
penderita gagal ginjal kronik; 2) bahan penyusun Online). Tanggal Akses : 24 November 2012 http/
formula enteral FG-2 yaitu tepung ikan gabus dan /www.ieese.org /archieves/vol1n2.1.pdf
konsentrat protein kecambah kedelai tinggi asam AsDI, 2005. Panduan Pemberian Makanan Enteral.
Jakarta: Jaya Pratama
amino ketogenik dan BCAA. Kadar protein relatif
Bird, T. 1994. Kimia Fisik Untuk Universitas.Jakarta:
rendah dengan protein bernilai biologis tinggi dan
Gramedia Pustaka Utama
kepadatan energi tinggi sesuai dengan syarat diet Canadian Institute for Health Information / CIHI Num-
untuk gagal ginjal kronik; 3) osmolaritas formula bers of Canadians living with kidney failure triples
enteral FG-2 masih relatif lebih tinggi dibandingkan over 20 years. Last update Juni 2011 (Online).
dengan formula komersial (Nephrisol) Tanggal Akses : 15 November 2012. www.cihi. ca/
Saran penelitian : 1) osmolaritas formula en- CIHI-ext-portal /internet/en/
teral FG-2 yang relatif tinggi dapat diatasi dengan Cano, N. J. M. 2006. Application of Branched-Chain
pemberian secara perlahan (tetesan) atau dengan Amino Acids in Human Pathological States :
porsi kecil namun sering; 2) formula enteral FG-2 Renal Failure. Journal nutrition January 2006 vol
136 no. 1 299S-307S. (online). Tanggal Akses : 22
dapat digunakan untuk formula untuk penanganan
Oktober 2012 http//:www.jn.nutrition.org/ content/
gagal ginjal kronik dengan saran penyajian sesuai
136/1/331S.full
dengan berat badan dan jenis diet; 3) penelitian Czechowicz, M. dan Kowalski. Effects of Parenteral
lebih lanjut dapat dilakukan intervensi Lipid Emulsions on Immune System Response.
menggunakan formula FG-2 pada hewan Department of Clinical Immunology, Rheumatol-
percobaan untuk mengetahui efek pemberian for- ogy and Allergies, Medical University of £ódŸ.
mula dalam mencegah penurunan fungsi ginjal (Online).Tanggal Akses 19 Juli 2013. http://
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22343444
DAFTAR PUSTAKA Deddy, M. 2009. Prinsip Teknologi Pangan Sumber
Protein. Bandung: Alfabeta
Abbott, N. 2007 Improving Outcomes in Chronic Dis- deMan, J.M. 1997. Kimia Makanan. Padmawinata K,
ease With Specialized Nutrition Intervention. penerjemah. Penerbit ITB : Bandung. Terjemahan
(Online). Tanggal Akses : 14 Februari 2013. http:/ dari: Principles of Food Chemistry.
/abbottnutrition.com/DownloadsResourceCenter/ Eddy, S. 2003. Potensi Serum Albumin dari Ikan Gabus.
HCPLitReview_ Final_20(printer_20friendly).pdf Tanggal Akses : 11 November 2012 www.
Anderson, J. W. 2008. Beneficial effects of soy protein kompas.com
consumption for renal function. Asia Pacific Jour- Fauzi, I. 2012. Pembuatan Fish Flake dari Ikan lele
nal Clinical Nutrition. Tanggal Akses : 20 No- (Clarias sp.) Sebagai Makanan Siap Saji. Ma-
vember 2012 http//www.ncbi.nlm.nih.gov/ rine Sience and Technology IPB (Skripsi Online)
pubmed/18296369 Tanggal Akses 22 Januari 2013 http://repository.
Andi, N.A. dan Djayeng, S., 2000, Medium Chain Trig- ipb.ac.id/handle/ 123456789/54302
lyceride (MCT) : Trigliserida pada Minyak Kelapa Henderson, J. 2010. Dietary Considerations in Chronic
dan Pemanfaatannya. Balai Besar Penelitian dan Kidney Disease. Natural Medicine Jurnal. Tanggal
Pengembangan Pascapanen Pertanian. (jurnal Akses : 20 November 2012 www.naturalmedicine
online). Tanggal Akses 12 Juli 2013. http// www. journal.net
digilib.litbang.deptan. go.id /repository /index.../ Hudayana, Y. 2010. Faktor yang mempengaruhi
5502 kelarutan. (Online). Tanggal akses 15 Juli 2013.

56 ISSN 2460-0334
Palupi, Formula enteral untuk GGK

http://akmsmkn1pas.blogspot.com/2010/05/ Tanggal Akses : 1 November 2012. http://


faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html. www.pustaka.unpad.ac.id
Jones and Bartlett, 2012. Fluid and Eelectrolyte Bal- Rosdaneli, Hasibun. 2005. Proses Pengeringan. Pro-
ance : Chapter 12 Fluid and Electrolyte Distur- gram Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Sumatra
bances Associated with Tube Feedings (online). Utara
Diakses 5 September 2013. Sidabutar, R. P. dkk. 1994. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Khosla, U.M. Mitch WE., 2007. Dietary Protein Re- : Gagal Ginjal Kronik. Gaya Baru : Jakarta
striction in The Management of Chronic Kid- Slamet, S. 2006. Analisis Bahan Makanan dan Produk
ney Disease. European Renal Disease 2007;41-45 Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
King, Michael W. 2013. Nitrogen Metabolism and the Sri B. W. 2012. Kajian Penurunan HCN selama Proses
Urea Cycle. (online). Tanggal Akses 17 Juli 2013. Fermentasi Alami pada Pembuatan Tepung
http://themedicalbiochemistrypage.org/ nitrogen- Mocaf. (Jurnal Online). Tanggal akses 20 Januari
metabolism.php 2013.www.journal.usm.ac.id/ jurnal/teknologi-
KKP. 2008. Bantuan Teknis untuk Industri Ikan dan pangan-dan-hasil pertanian
Udang Skala Kecil dan Menengah di Indonesia Sri, A. 2009. Studi Sifat Fisiko-Kimia, Sifat Fungsional
: Teknik Pasca Panen dan Produk Perikanan. Karbohidrat, dan Aktivitas Antioksidan Tepung
(online). Tanggal Akses 24 Juli 2013. http:// Kecambah Kacang Komak. Bogor. Tanggal
docjax.com/ document/view. akses : 11 September 2011 http://www.repository.
Lippincoltt, W. dan Wilkins. 2011. Ilmu Gizi menjadi ipb.ac.id/pdf
Sangat Mudah.Jakarta: EGC Sri, S. dkk. 2011. Memanfaatkan Singkong Menjadi
Made, A. 2004. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Tepung Mocaf untuk Pemberdayaan Masyarakat
Alami. Tiga Serangkai: Solo Sumberejo. (Jurnal Online) Tanggal Akses 30
Mahmud, dkk. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indo- Oktober 2012. http://www. ippmbantara.com/
nesia. Jakarta : PT Elex Media Computindo pros_01306310.pdf
Malone, A. 2005. Enteral Formula Selection : A Re- Subagio, Ahmad, 2009, Modified Cassava Flour
view of Selected Product Categories. (Jurnal (MOCAF) : Sebuah Masa Depan Ketahanan
Online). Tanggal Akses 24 November 2012 . Pangan Nasional Berbasis Potensi Lokal. ITP
www.medicine.virginia.com Universitas Jember : Jember
Moeljanto, 1992. Moorjani, M.N., 2005. Fish Protein Sunita, A., 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:
Concentrate, Fish Flour, Fish Hydrolyzate. Re- Gramedia Pustaka Utama
search and Development Work on Fish Enriched Suntoyo, Y. 1993 Percobaan Perancangan Analisis
Protein Foods From Inexpensive Varieties of dan Interpretasinya. Jakarta: PT Gramedia
Fish. (online). Tanggal Akses 14 Juli 2013 http:// Pustaka Utama
www.fao.org/WAICENT/FaoInfo/Agricult/agA/ Tautua, Amos, Bamidele Martin Woriweinpre,
AGAP/ FRG /AFRIS/Data/334.HTM Madukosiri and Chinyelu Helen, 2009. The Effect
Nuraida. 2009. Pengaruh Substitusi Tepung Ikan of Processing on the Sodium, Potassium and
Gabus Terhadap Mutu Biskuit sebagai Makanan Phosphorus Content of Six Locally Consumed
Tambahan pada Anak Gizi Kurang. Skripsi .FKM Varieties of Manihot esculenta Grown in Bayelsa
Universitas Hasanudin. State. Pakistan Journal of Nutrition, 8: 1521-
Raka, W. 2007. Distribusi Geografis Penyakit Ginjal 152. (online) Tanggal Akses 15 Juli 2013. http://
Kronik di Bali : Komparasi Formula Cockcroft- www.pjbs.org /pjnonline/fin1080.pdf
Gault dan Formula Modification of Diet in Re- Triyani, K. 2004. Diet Rendah Protein dan Penggunaan
nal Disease, Tanggal akses : 7 November 2012. Protein Nabati pada Penyakit Ginjal Kronik
(Jurnal Online) http://www.ojs.unud.ac.id/ (Jurnal Online) .Tanggal Akses : 22 Oktober 2012.
index.php/jim/3834 http://www.gizi.depkes.go.id
Ria, B. 2004. Should we still Prescribe a reduction in Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta :
Protein intake for CKD patients. Journal online. PT Gramedia Pustaka Utama
Winarno, FG. 2008. Teknologi Pangan. Bogor: Mbrio
Press

ISSN 2460-0334 57

View publication stats

You might also like