Tephrochronology

Most lithologic unit have only limited use in long-range correlations required in most
marine geological studies because of restricted geographic extent. One exception is the use of
volcanic ash or glass layers to aid in correlation and dating of marine sequences. Because the
volcanogenic sediments that form individual ash layers are blasted out of volcanoes during just
a few days or weeks and can be traced over distances as great as 4000 km from the source, they
have been called key beds. Key beds are deposited virtually instantaneously over wide areas
and differ from other lithological units because they represent time planes over the extent of
their distribution. The study of ash layers in marine sequences, including their age, distribution,
and geochemistry, is called marine tephrochronology. A review of marine tephrochronology is
provided by Kennett (1981).
Ash layers are usually lithologically distinctive. The glass in each layer may be
distinctive, or possess a geochemical fingerprint, because it represents a single major eruption
or series of eruptions over a brief time span, from a single eruptive center with characteristic
magma mix. The magma may not necessarily have been uniform, and single tephra layers may
exhibit distinct compositions resulting from mixed magma eruptions. This is easily determined
by analysis of only a few grains of volcanic glass from the ash layers using the electron
microprobe. This technique is extremely valuable in the correlation of individual ash layers.
Ash layers can also provide suitable material for radiometric dating, and these dates
establish ages of the rocks and fossils in which the layers are interbedded. Deriving ages is only
one of the many valuable contributions of tephrochronology. Others are as follows:
1. Information on individual or series of volcanic explosions. Yhe general size of
eruptions, volumes of material produced, and perhaps even the duration can now be
estimated within certain limits.
2. Information on the geochemistry of volcanic sources and changes in the geochemical
character of a source region through time.
3. Insight into the tectonic history of source regions from tephra sequences. Attempts have
been made to relate the history of volcanism to local or regional tectonics. Episodicity
of volcanism has been observed in volcanic sequences and volcanic activity may have
occurred throughout the Cenozoic over large areas irrespective of local setting. The
initiation of volcanism is also important for heralding the beginning of active tectonism
in a region.
4. The best available sequences for studying temporal relations between paleoclimatic and
volcanic explosive history from tephra deposits in the deep sea.
Individual ash layers can often be distinguished using mineralogical composition,
including heavy minerals (such as titanomagnetite) and the mix of phenocrysts, in addition to
volcanic glass, which is dominant. Plagioclase feldspars are often the principal mineral,
followed by hornblende. Geochemical analyses also include the silica content of glass and the
trace and minor element composition. Tephrochronologic correlations are also enhanced by
quantitative analysis of the grain-size distributions, including the fraction finer than sand (< 63
µm). This approach provides more information than distributions of megascopically distinctive
ash layers. Many levels of maxima of volcanic-glass accumulation occur in zones that are
mixed in with other sediment and are not necessarily identifiable as distinct layers. An example
of the enhanced stratigraphic resolution that results from this approach is shown in.
 The stratigraphic distribution of tephra layers has provided important information about
Cenozoic volcanism. For instance, the chronology of volcanism can be difficult to study on
land near the volcanic centers themselves. Volcanic deposits close to the source are either
terrestrial and unfossiliferous, or sparsely fossiliferous and complex. In shallow-marine
sequences, sediments are thick and monotonous and correlations are difficult. In areas of high
volcanic activity, the older deposits are buried and unavailable for analysis. Therefore a
powerful approach to determine the history of pre-Quaternary explosive volcanicity is studying
ash layers of deep-sea sequences close to source regions. The DSDP has made such sequences
available, and they now form a basis for the study of Cenozoic explosive volcanicity.
The two most important complicating factors in the interpretation of explosive volcanic
history from Tertiary ash deposits are diagenetic alteration and plate motions that effect the
long-term global distribution of deep-sea ash deposits. Volcanic glass may convert rapidly to
zeolites and clays in deep-sea sequences. Such conversions may have an effect on ash-
distribution studies. The distribution of clay resulting from alteration of glass layers is
sometimes used to evaluate explosive volcanic history. Frequencies of other volcanic minerals
such as plagioclase feldspars, which are more resistant to dissolution than glass, are also used
interpret volcanic history.
The second complicating factor affecting tephra distribution is plate motions. These are
inconsequential immediately after any eruption and not important for Quaternary
tephrochronology, but can produce considerable diplacement of Tertiary tephra deposits. This
is a significant problem when dealling with tephra deposits moving toward, or away from,
source regions. On plates migrating toward centers of explosive volcanism, ash deposits
increase in volume as source areas are approached. Such relations have been demonstrated in
sites southeast of Japan [Ninkovitch and Donn, 1975].

Terjemahan paragraf 2 – 6
Lapisan abu biasanya memiliki lapisan khas. Gelas di setiap lapisan mungkin berbeda,
atau memiliki tanda geokimia, karena mewakili erupsi besar tunggal atau serangkaian letusan
selama rentang waktu yang singkat, dari pusat erupsi tunggal dengan campuran magma
karakteristik. Magma mungkin belum tentu seragam, dan lapisan tefra tunggal dapat
menunjukkan komposisi berbeda yang dihasilkan dari letusan magma campuran. Ini mudah
ditentukan oleh analisis hanya beberapa butir kaca vulkanik dari lapisan abu menggunakan
microprobe elektron. Teknik ini sangat berharga dalam korelasi lapisan abu individu.

Lapisan abu juga dapat menyediakan material yang cocok untuk penanggalan
radiometrik, dan tanggal-tanggal ini menentukan umur bebatuan dan fosil di mana lapisan-
lapisan tersebut saling bertautan. Penentuan usia hanyalah salah satu dari banyak kontribusi
berharga dari tephrochronology. Lainnya adalah sebagai berikut:
 1. Informasi tentang individu atau serangkaian ledakan vulkanik. Ukuran umum erupsi,
volume material yang dihasilkan, dan mungkin bahkan durasi sekarang dapat diperkirakan
dalam batas-batas tertentu.

2. Informasi tentang geokimia sumber-sumber vulkanik dan perubahan karakter geokimia

dari suatu daerah sumber melalui waktu.

3. Wawasan tentang sejarah tektonik wilayah sumber dari rangkaian tephra. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk menghubungkan sejarah vulkanisme dengan tektonik lokal atau
regional. Episodisitas vulkanisme telah diamati dalam urutan vulkanik dan aktivitas
gunung berapi mungkin telah terjadi di seluruh Cenozoikum di area yang luas terlepas dari
pengaturan lokal. Inisiasi vulkanisme juga penting untuk menggembar-gemborkan awal
tektonisme aktif di suatu wilayah.

4. Urutan terbaik yang tersedia untuk mempelajari hubungan temporal antara sejarah
eksploratif paleoclimatic dan vulkanik dari deposit tephra di laut dalam.

Lapisan abu individu sering dapat dibedakan menggunakan komposisi mineralogi,

termasuk mineral berat (seperti titanomagnetite) dan campuran phenocrysts, selain gelas
vulkanik, yang dominan. Feldspar plagioklas sering merupakan mineral utama, diikuti oleh
hornblende. Analisis geokimia juga termasuk kandungan silika kaca dan jejak dan komposisi
unsur minor. Korelasi tephrochronologic juga ditingkatkan dengan analisis kuantitatif dari
distribusi ukuran butir, termasuk fraksi yang lebih halus dari pasir (<63 µm). Pendekatan ini
memberikan lebih banyak informasi daripada distribusi lapisan abu megascopically yang
berbeda. Banyak tingkat maxima akumulasi vulkanik-kaca terjadi di zona yang dicampur
dengan sedimen lain dan tidak selalu dapat diidentifikasi sebagai lapisan yang berbeda. Contoh
resolusi stratigrafi yang ditingkatkan yang dihasilkan dari pendekatan ini ditunjukkan dalam.

Distribusi stratigrafi lapisan tephra telah memberikan informasi penting tentang

vulkanisme gunung berapi. Misalnya, kronologi vulkanisme bisa sulit untuk dipelajari di
daratan dekat pusat gunung berapi itu sendiri. Endapan vulkanik yang dekat dengan sumbernya
bersifat terestrial dan tidak berbusa, atau jarang fossil dan kompleks. Dalam urutan dangkal-
laut, sedimen tebal dan monoton dan korelasi sulit. Di daerah aktivitas gunung berapi tinggi,
endapan yang lebih tua dikubur dan tidak tersedia untuk analisis. Oleh karena itu pendekatan
yang kuat untuk menentukan sejarah vulkanisitas eksplosif pra-Kuarter sedang mempelajari
lapisan abu dari sekuens laut dalam yang dekat dengan daerah sumber. DSDP telah membuat
urutan seperti itu tersedia, dan mereka sekarang menjadi dasar untuk studi tentang vulkanisitas
eksplosif Cenozoikum.

Dua faktor yang paling penting dalam interpretasi sejarah vulkanik eksplosif dari
endapan abu Tersier adalah perubahan diagenetik dan gerakan lempeng yang mempengaruhi
distribusi global jangka panjang dari deposit abu laut dalam. Kaca vulkanik dapat
mengkonversi dengan cepat ke zeolit dan lempung dalam urutan laut dalam. Konversi semacam
itu mungkin berpengaruh pada studi distribusi abu. Distribusi tanah liat yang dihasilkan dari
perubahan lapisan kaca kadang-kadang digunakan untuk mengevaluasi sejarah vulkanik
eksplosif. Frekuensi mineral vulkanik lainnya seperti feldspars plagioklas, yang lebih tahan
terhadap pembubaran daripada kaca, juga digunakan untuk menafsirkan sejarah gunung berapi.

Faktor rumit kedua yang mempengaruhi distribusi tephra adalah gerakan lempeng. Ini
adalah tidak penting segera setelah letusan dan tidak penting untuk Quaternary
tephrochronology, tetapi dapat menghasilkan penempatan besar dari deposit tephra Tersier. Ini
adalah masalah yang signifikan ketika dealling dengan deposito tephra bergerak menuju, atau
jauh dari, daerah sumber. Pada lempeng yang bermigrasi ke arah pusat vulkanisme yang
eksplosif, deposit abu meningkat dalam volume ketika area sumber didekati. Hubungan
semacam itu telah ditunjukkan di situs tenggara Jepang [Ninkovitch dan Donn, 1975].