Determinants of adolescent reproductive health service utilization by senior high school

students in Makassar, Indonesia.

Violita F1, Hadi EN2.

Author information

1
Department of Health Education & Behavioral Sciences, Faculty of Public Health
Universitas Indonesia, D Building Kampus Baru UI, Depok, 16424, Indonesia.
2
Department of Health Education & Behavioral Sciences, Faculty of Public Health
Universitas Indonesia, D Building Kampus Baru UI, Depok, 16424, Indonesia.
ellanh@ui.ac.id.

Abstract

BACKGROUND:

Adolescents face many problems due to risky behavior. As a result, they require special
consideration through the administration of health education and reproductive health services.
However the utilization of adolescent reproductive health service programs in Makassar is
still relatively low. The purpose of this study, then, was to identify the rates at which
adolescent reproductive health services are utilized and to analyze the determinants affecting
such utilization.

METHOD:

This research was a quantitative project with a cross-sectional design, and it was conducted in
March to May of 2018 in Makassar City. Data were collected via the independent completion
of questionnaires by 383 senior high school students randomly selected from a total of six
schools. Data were analyzed using chi-square testing and multiple logistic regression using
SPSS.

RESULTS:

This study found that only 24.3% of the students took advantage of adolescent reproductive
health services. The results of the analysis proved that knowledge of reproductive health and
available services (OR = 1.74; 95% CI = 1.040-2.911) are related to the utilization of those
services. It was found that students with high levels of knowledge are nearly twice as likely
to utilize adolescent reproductive health services as those with low levels of knowledge after
the results were controlled for the variables of family and peer support.

CONCLUSION:

It is necessary to promote socialization between students and parents on a regular basis,

disseminate information through online media/social networking, administer peer educator
training, and establish school organizations in the field of reproductive health to increase
awareness and utilization of adolescent reproductive health services.
KEYWORDS:

Adolescents; Makassar; Reproductive Health; Utilization

Faktor-faktor penentu pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi remaja oleh siswa sekolah
menengah atas di Makassar, Indonesia.
Violita F1, Hadi EN2.
Informasi penulis
1
Departemen Pendidikan Kesehatan & Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Gedung D Kampus Baru UI, Depok, 16424, Indonesia.
2
Departemen Pendidikan Kesehatan & Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Gedung D Kampus Baru UI, Depok, 16424, Indonesia. ellanh@ui.ac.id.
Abstrak
LATAR BELAKANG:
Remaja menghadapi banyak masalah karena perilaku berisiko. Akibatnya, mereka memerlukan
pertimbangan khusus melalui administrasi pendidikan kesehatan dan layanan kesehatan reproduksi.
Namun pemanfaatan program layanan kesehatan reproduksi remaja di Makassar masih relatif
rendah. Tujuan dari penelitian ini, kemudian, adalah untuk mengidentifikasi tingkat di mana layanan
kesehatan reproduksi remaja digunakan dan untuk menganalisis faktor-faktor penentu yang
mempengaruhi pemanfaatan tersebut.
METODE:
Penelitian ini adalah proyek kuantitatif dengan desain cross-sectional, dan dilakukan pada bulan
Maret hingga Mei 2018 di Kota Makassar. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang
independen oleh 383 siswa sekolah menengah atas yang dipilih secara acak dari total enam sekolah.
Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda menggunakan SPSS.
HASIL:
Studi ini menemukan bahwa hanya 24,3% siswa yang memanfaatkan layanan kesehatan reproduksi
remaja. Hasil analisis membuktikan bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi dan layanan yang
tersedia (OR = 1,74; 95% CI = 1,040-2,911) terkait dengan pemanfaatan layanan tersebut. Ditemukan
bahwa siswa dengan tingkat pengetahuan yang tinggi hampir dua kali lebih mungkin untuk
memanfaatkan layanan kesehatan reproduksi remaja dibandingkan dengan mereka yang memiliki
tingkat pengetahuan yang rendah setelah hasilnya dikontrol untuk variabel dukungan keluarga dan
teman sebaya.
KESIMPULAN:
Penting untuk mempromosikan sosialisasi antara siswa dan orang tua secara teratur,
menyebarluaskan informasi melalui media online / jejaring sosial, mengelola pelatihan peer
educator, dan membentuk organisasi sekolah di bidang kesehatan reproduksi untuk meningkatkan
kesadaran dan pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi remaja.
KATA KUNCI:
Remaja; Makassar; Kesehatan Reproduksi; Pemanfaatan
Problems of reproductive function in
survivors of childhood- and adolescent and
young adult-onset cancer revealed in a part
of a national survey of Japan.
Furui T1, Takai Y2, Kimura F3, Kitajima M4, Nakatsuka M5, Morishige KI1, Higuchi A6,
Shimizu C7, Ozawa M8, Ohara A9, Tatara R10, Nakamura T11, Horibe K12, Suzuki N13.

Author information

1
Department of Obstetrics and Gynecology Gifu University Graduate School of
Medicine Gifu Japan.
2
Department of Obstetrics and Gynecology, Saitama Medical Center Saitama Medical
University Kawagoe Japan.
3
Department of Obstetrics and Gynecology Shiga University of Medical Science Otsu
Japan.
4
Department of Obstetrics and Gynecology Nagasaki University School of Medicine
Nagasaki Japan.
5
Assisted Reproductive Technology Center, Graduate School of Health Sciences
Okayama University Okayama Japan.
6
Children's Cancer Association of Japan Tokyo Japan.
7
Oncology National Center for Global Health and Medicine Hospital Tokyo Japan.
8
Department of Pediatrics St. Luke's International Hospital Tokyo Japan.
9
Department of Pediatrics Toho University Tokyo Japan.
10
Department of Palliative Medicine Osaka City General Hospital Osaka Japan.
11
Department of Urology, Graduate School of Medical Science Kyoto Prefectural
University of Medicine Kyoto Japan.
12
Clinical Research Center National Hospital Organization Nagoya Medical Center
Nagoya Japan.
13
Department of Obstetrics and Gynecology St. Marianna University School of
Medicine Kawasaki Japan.

Abstract
Purpose:

This study aimed to evaluate the current status of reproductive disorders as long-term
complications in adolescent and young adult (AYA) cancer patients by comparing survivors
of childhood-onset with those of AYA-onset cancer in Japan.

Methods:

We conducted a national survey of AYA cancer survivors and healthy AYAs and analyzed
the results from survivors who underwent chemotherapy and reported fertility problems as
their current concern.

Results:

Among all of the childhood-onset survivors, 27 (35.5%; nine males [28.1%] and 18 females
[40.9%]) listed reproduction fertility problems as their current concern. Among all AYA-
onset survivors, 25 (69.5%; 1/4 males [25.0%] and 24/32 females [75.0%]) listed these
problems as a current concern. In contrast, 96.3% (26/27) of all childhood-onset cancer
survivors and 68.0% (17/25) of all AYA-onset cancer survivors who received chemotherapy
listed these problems as a current concern.

Conclusions:

A considerable number of both childhood-onset and AYA-onset cancer survivors, and

especially those who had undergone chemotherapy, reported reproductive dysfunction as a
delayed complication. It is vitally important to establish a supportive care system both for the
patients whose fertility was abolished after the completion of cancer treatment and
prophylactically for patients before they begin treatment.
Tujuan:

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status gangguan reproduksi saat ini sebagai
komplikasi jangka panjang pada pasien kanker remaja dan dewasa muda (AYA) dengan
membandingkan mereka yang selamat dari onset masa kanak-kanak dengan mereka yang
terkena kanker onset AYA di Jepang.

Metode:

Kami melakukan survei nasional yang selamat dari kanker AYA dan AYA yang sehat dan
menganalisis hasil dari yang selamat yang menjalani kemoterapi dan melaporkan masalah
kesuburan sebagai perhatian mereka saat ini.

Hasil:

Di antara semua yang selamat dari onset masa kanak-kanak, 27 (35,5%; sembilan laki-laki
[28,1%] dan 18 perempuan [40,9%]) mencatat masalah kesuburan reproduksi sebagai
masalah saat ini. Di antara semua yang selamat dari serangan AYA, 25 (69,5%; 1/4 pria
[25,0%] dan 24/32 wanita [75,0%]) mencatat masalah ini sebagai masalah saat ini.
Sebaliknya, 96,3% (26/27) dari semua yang selamat dari kanker pada masa kanak-kanak dan
68,0% (17/25) dari semua yang selamat dari kanker yang menderita AYA yang menerima
kemoterapi mendaftarkan masalah ini sebagai masalah saat ini.

Kesimpulan:

Sejumlah besar yang selamat dari kanker anak dan kanker AYA, dan terutama mereka yang
telah menjalani kemoterapi, melaporkan disfungsi reproduksi sebagai komplikasi yang
tertunda. Sangat penting untuk membangun sistem perawatan suportif baik untuk pasien
yang kesuburannya dihapuskan setelah selesainya pengobatan kanker dan profilaksis untuk
pasien sebelum mereka memulai pengobatan.