You are on page 1of 8

SURYA MEDIKA

Volume 13. No. 2 Juli 2018 JURNAL ILMIAH ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF ASSITIF


TERHADAP RENTANG GERAK SENDI PADA LANSIA YANG
MENGALAMI IMMOBILISASI FISIK

Andri Setyorini & Niken Setyaningrum


Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Surya Global Yogyakarta

ABSTRACT
Background: Elderly is the final stage of the human life cycle, that is part of the inevitable life process
and will be experienced by every individual. At this stage the individual undergoes many changes
both physically and mentally, especially setbacks in various functions and abilities he once had.
Preliminary study in Social House Tresna Wreda Yogyakarta Budhi Luhur Units there are 16 elderly
who experience physical immobilization. In the social house has done various activities for the elderly
are still active, but the elderly who experienced muscle weakness is not able to follow the exercise, so
it needs to do ROM (Range Of Motion) exercise.

Objective: The general purpose of this research is to know the effect of Range Of Motion (ROM)
Active Assitif training to increase the range of motion of joints in elderly who experience physical
immobility at Social House of Tresna Werdha Yogyakarta unit Budhi Luhur.

Methode: This study was included in the type of pre-experiment, using the One Group Pretest
Posttest design in which the range of motion of the joints before (pretest) and posttest (ROM) was
performed ROM. Subjects in this study were all elderly with impaired physical mobility in Social
House Tresna Wreda Yogyakarta Unit Budhi Luhur a number of 14 elderly people. Data analysis in
this research use paired sample t-test statistic

Result: The result of this research shows that there is influence of ROM (Range of Motion) Active
training to increase of range of motion of joints in elderly who experience physical immobility at Social
House Tresna Wredha Yogyakarta Unit Budhi Luhur.

Conclusion: There is influence of ROM (Range of Motion) Active training to increase of range of
motion of joints in elderly who experience physical immobility at Social House Tresna Wredha
Yogyakarta Unit Budhi Luhur.

Keywords: Range of Motion (ROM), Motion Range, Elderly, Active Assitif.

PENDAHULUAN kompensasinya menurun. Kebanyakan


Lansia merupakan tahap akhir dari efek proses penuaan dapat diatasi apabila
siklus hidup manusia, yaitu bagian dari tubuh dijaga tetap sehat dan akif. Serat
proses kehidupan yang tak dapat otot akan mengecil dan kekuatan otot
dihindarkan dan akan di alami oleh setiap berkurang sesuai berkurangnya massa
individu. Pada tahap ini individu otot (Azizah, 2011).
mengalami banyak perubahan baik secara Latihan ROM (Range of Motion)
fisik maupun mental, khususnya akan dapat memelihara dan
kemunduran dalam berbagai fungsi dan mempertahankan kekuatan sendi,
kemampuan yang pernah dimilikinya. memelihara mobilitas persendian,
Lansia yang mengalami imobilitas fisik merangsang sirkulasi darah, serta
seharusnya melakukan latihan aktif agar meningkatkan massa otot, sehingga
tidak terjadi penurunan kekuatan otot. diharapkan dapat mencegah imobilisasi
Namun pada kenyataannya banyak lansia pada lansia dan kualitas hidup dimasa tua
yang masih tergantung dengan dapat meningkat (Surratun, 2008).
lingkungan eksternal, sehingga

77
SURYA MEDIKA
Volume 13. No. 2 Juli 2018 JURNAL ILMIAH ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Dampak fisiologis dari imobilisasi memungkinkan menguji perubahan-


dan ketidakaktifan mobilitas fisik adalah perubahan yang terjadi setelah adanya
peningkatan katabolisme protein sehingga eksperimen (program ROM).
menghasilkan penurunan rentang gerak Populasi dalam penelitian ini adalah
dan kekuatan otot. Selain itu lansia sangat semua lansia dengan gangguan mobilitas
rentan terhadap konsekuensi fisiologis fisik di Balai Pelayanan Sosial Tresna
dan psikologis dari imobilitas, dimana 10% Wreda Yogyakarta Unit Budhi Luhur.
sampai 15% kekuatan otot dapat hilang Adapun jumlah populasi dalam penelitian
setiap minggu jika otot beristirahat ini adalah 14 orang lansia dan dalam
sepenuhnya, dan sebanyak 5,5% dapat penelitian seluruh populasi digunakan
hilang setiap hari pada kondisi istirahat sebagai subyek penelitian.
dan imobilitas sepenuhnya. Jadi, lansia Penelitian ini dilakukan di Balai
yang mengalami gangguan imobilisasi Pelayanan Sosial Tresna Werdha
fisik (rematik) seharusnya melakukan Yogyakarta unit. Budhi Luhur dan
latihan aktif agar tidak terjadi penurunan dilaksanakan pada bulan 28 September –
rentang gerak lansia maupun penurunan 5 Oktober 2016.
kekuatan otot pada lansia (Stanley & Teknik pengumpulan data pada
Beare, 2006). penelitian ini melalui wawancara dan
Berdasarkan studi pendahuluan di menggunakan lembar observasi yang
Panti Tresna Werdha Yogyakarta unit disusun oleh peneliti, secara umum
Budhi Luhur, terdapat 16 lansia yang lembar observasi berisi tentang biodata
mengalami immobilisasi fisik. Di panti responden, rentang gerak sendi sebelum
telah dilakukan berbagai macam kegiatan dilakukan latihan ROM (Range Of Motion)
untuk lansia yang masih aktif, namun dan rentang gerak sendi setelah dilakukan
pada lansia yang mengalami kelemahan latihan ROM (Range Of Motion).
otot tidak mampu mengikuti latihan Pengumpulan data dilakukan oleh
tersebut, sehingga perlu dilakukan latihan peneliti sendiri, dimana sebelum dilakukan
ROM (Range Of Motion) untuk membantu latihan ROM, rentang gerak sendi pada
lansia yang mengalami imobilitas fisik dan lutut dan ankle diukur terlebih dahulu
keterbatas gerak. dengan menggunakan goniometer yang
Melihat dari masalah di atas, maka merupakan salah satu parameter dalam
penulis tertarik untuk melakukan melakukan evaluasi pada persendian dan
penelitian dengan judul: “Pengaruh jaringan lunak (soft tissue) di sekitar
Latihan Range Of Motion (ROM) Aktif sendi. Kemudian dilakukan latihan ROM
Assistif terhadap Peningkatan Rentang (Range Of Motion) yang terdiri dari
Gerak Sendi pada Lansia yang gerakan pada lutut yaitu fleksi dan
Mengalami Immobilitas Fisik di Balai ekstensi. Kemudian dilanjutkan dengan
Pelayanan Sosial Tresna Werdha gerakan pada ankle atau pergelangan
Yogyakarta unit Budhi Luhur”. kaki yaitu dorso fleksi dan plantar fleksi.
Gerakan tersebut dilakukan 3 kali dalam
METODE PENELITIAN seminggu selama minimal 3 minggu,
Penelitian ini termasuk dalam jenis dimana setiap kali perlakuannya selama
pra-eksperimen, dengan menggunakan 20-30 menit dan diukur kembali rentang
rancangan One Group Pretest Posttest gerak sendi dengan menggunakan
without control, rancangan ini tidak ada goniometer dengan skala data numerik
kelompok pembanding (control), dilakukan pada saat terakhir kali perlakuan.
observasi pertama (pretest) yang

78
SURYA MEDIKA
Volume 13. No. 2 Juli 2018 JURNAL ILMIAH ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Nilai normal untuk rentang gerak


sendi menurut Potter & Perry, 2006 dan HASIL PENELITIAN
Chih-Yen Chiang et al.,2017 yaitu: Penelitian ini dilakukan kepada 14
1) Fleksi lutut dengan rentang 120°- 135°; responden sesuai total jumlah lansia yang
2) Ekstensi lutut dengan rentang 0°- 10°; mengalami immobilisasi fisik atau
3) Plantar fleksi dengan rentang 45°- 50°; keterbatasan gerak di Balai Pelayanan
4) Dorso fleksi dengan rentang 20° - 30° Sosial Tresna Wreda (BPSTW)
Yogyakarta Unit Budhi Luhur.
TEKNIK ANALISIS DATA Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa
Uji statistik yang digunakan untuk sebagian besar responden berusia 70 –
menguji hipotesis guna mengetahui 79 tahun yaitu sebanyak 8 (57,1%) dan
perbedaan sebelum dan sesudah hanya 1 orang (7,2%) yang berusia 60
diberikan perlakuan (treatment) dengan tahun. Rentang usia responden adalah
hasil pretest dan posttest dalam penelitian memang berkisar antara 70 – 79 tahun,
ini adalah menggunakan rumus uji paired dimana rentang usia ini termasuk dalam
sample t-test.: kelompok lanjut usia (eldery) menurut
d WHO yaitu usia 60 – 74 tahun. Lansia
𝑡=
SD_d / √n dikatakan sebagai tahap akhir
Keterangan : perkembangan pada daur kehidupan
T : rata-rata deviasi / selisih sampel manusia. Berdasrkan data diatas juga
sebelum dan sesudah dapat dilihat pula bahwa mayoritas
SD_d: standar deviasi dari deviasi / selisih responden (92,9%) adalah berjenis
sampel 1 & 2 kelamin perempuan.
n : banyaknya sampel
Tabel 1 Distribusi Frekuensi
Data yang diperoleh akan diolah Responden Berdasarkan Usia dan
menggunakan program komputer Jenis Kelamin pada Lansia dengan
mengggunakan program SPSS 16.0 for Immobilitas Fisik di Balai Pelayanan
windows. Ada tidaknya perbedaan yang Sosial Tresna Wreda (BPSTW)
bermakna sebelum dan sesudah Yogyakarta Unit Budhi Luhur Bulan
dilakukan intervensi dapat diketahui Oktober 2016
melalui dua cara. Cara pertama dengan 1 Usia Frekuensi Prosentase
melihat nilai t hitung di bandingkan (tahun) (%)
a 60 – 69 1 7,2
dengan nilai t table sehingga diperoleh
b 70 – 79 8 57,1
interprestasi. Ketentuan pengujian c 80 – 89 5 35,7
berdasarkan tingkat kemaknaan 95% 2 Jenis Frekuensi Prosentase
(alpha 0,05). Bila harga t hitung lebih Kelamin (%)
besar dari t tabel maka H0 ditolak. Cara a Laki-laki 1 7,1
kedua, digunakan nilai probabilitas, b Perempuan 13 92,9
apabila nilai p (value) < 0,05 maka Jumlah 14 100
dikatakan ada perbedaan bermakna (Sumber: data Primer, Oktober 2016
sebelum dan sesudah perlakuan
(Riwidikdo, 2008).

79
SURYA MEDIKA
Volume 13. No. 2 Juli 2018 JURNAL ILMIAH ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Ketergantungan pada


Lansia dengan Immobilitas Fisik di Balai Pelayanan Sosial Tresna Wreda (BPSTW)
Yogyakarta Unit Budhi Luhur Bulan Oktober 2016

No Tingkat Frekuensi Prosentase


Ketergantungan (%)
1 Mandiri 0 0,0
2 Ketergantungan 9 64,3
Sebagian
3 Ketergantungan Total 5 35,7
Jumlah 14 100
(Sumber: Data Primer Oktober, 2016)

Berdasarkan data pada tabel 2 fisik atau keterbatasan gerak adalah


dapat dilihat bahwa tingkat tergantung sebagian baik dengan alat
ketergantungan pada lansia di Balai maupun tergantung dengan orang lain
Pelayanan Sosial Tresna Wreda sejumlah 9 orang (64,3%) dan
(BPSTW) Yogyakarta. Unit Budhi Luhur tergantung total yaitu sejumlah 5 orang
khususnya yang mengalami immobilisasi lansia (35,7%).
1. Analisis Univariat
a. Deskripsi Rentang Gerak Sendi Lutut dan Ankle pada Lansia dengan
Immobilitas Fisik

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Rata-Rata Rentang Gerak Sendi Lutut dan Ankle pada
Lansia dengan Immobilitas Fisik di Balai Pelayanan Sosial Tresna Wreda (BPSTW)
Yogyakarta Unit Budhi Luhur Bulan Oktober 2016
No Rentang Gerak Rata- Rata RGS Pre Rata – Rata RGS Post
1 Fleksi Lutut Ka 23,21° 34,64°
2 Fleksi Lutut Ki 22,86° 33,21°
3 Ekstensi Lutut Ka 8,93° 11,07°
4 Ekstensi Lutut Ki 9,29° 13,58°
5 Dorsal Fleksi Ka 9,29° 15,36°
6 Dorso Fleksi Ki 10,71° 16,79°
7 Plantar Fleksi Ka 12,86° 23,21°
8 Plantar Fleksi Ki 16,07° 23,57°
(Sumber: Data Primer, Oktober 2016)

Data statistik rentang geak sendi terdapat pengaruh pemberian latihan


lutut dan ankle pada lansia di BPSTW ROM aktif assitif terhadap rentang gerak
Yogyakarta unit Budhi Luhur yang diukur sendi khususnya lutut dan ankle pada
menggunakan goniometer menunjukkan lansia yang mengalami mmobilitas fisik
peningkatan rentang gerak sendi pada atau keterbatasan gerak dengan selisih
lansia yang mengalami immobititas atau sebesar 11° pada posisi fleksi lutut
keterbatasan gerak fisik setelah kanan dan 10,35° pada posisi fleksi lutut
dilakukan latihan ROM aktif assitif kiri; peningkatan 2° pada posisi ekstensi
terutama pada sendi lutut dan ankle. lutut kanan dan 4° pada posisi ekstensi
Berdasarkan pada tabel 3, rata- lutut kiri; peningkatan 6° pada posisi
rata rentang gerak sendi mengalami dorso fleksi kanan dan 6° pada posisi
peningkatan sehingga dapat disimpulkan dorso fleksi kiri; serta peningkatan 10°

80
SURYA MEDIKA
Volume 13. No. 2 Juli 2018 JURNAL ILMIAH ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

pada posisi plantar fleksi kanan dan 7° lutut kanan dan kiri yaitu pada fleksi lutut
pada posisi plantar fleksi kiri. kanan dari 23,21° meningkat menjadi
Peningkatan rata-rata rentang gerak 34,64° dan pada gerakan fleksi lutut kiri
sendi yang signifikan terlihat pada sendi dari 22,86° meningkat menjadi 33,21°.
lutut terutama pada gerakkan fleksi pada

b. Analisis Bivariat
a. Pengaruh Range of Motion (ROM) Aktif Assitif Terhadap Rentang Gerak Sendi

Tabel 4 Hasil Uji Paired Sample t-test Rentang Gerak Sendi Lutut dan Ankle pada
Lansia dengan Immobilitas Fisik di Balai Pelayanan Sosial Tresna Wreda (BPSTW)
Yogyakarta Unit Budhi Luhur Bulan Oktober 2016
Paired Samples Test
Paired Differences

Std. 95% Confidence Interval


Std. Error of the Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T df tailed)
Pair 1 Rata2_RGS_Pre - -
Rata2_RGS_Post 7.2767 1.52320 .40709 -8.15626 -6.39732 -17.875 13 .000
9

Berdasarkan hasil uji ststistik dibawah rentang normal yaitu minimal


diatas dapat diketahui bahwa nilai 120°, sedangkan untuk ekstesi lutut
rentang gerak sendi pre test dan post terlihat masih dalam batas normal
test pada lansia menunjukkan nilai yaitu 0° - 10°. Untuk plantar fleksi
signifikansi dengan p – value sebesar berada dibawah 45°, sedangkan
0,000 sehingga lebih kecil dari 0,05, untuk dorso fleksi berada pada
maka H0 ditolak. Sehingga dapat rentang kurang dari 20°.
disimpulkan bahwa terdapat Penurunan fleksibitas pada
perbedaan rata-rata nilai rentang lansia terjadi karena pada persendian,
gerak sendi pada lansia sebelum dan jaringan ikat dan tulang mengalami
setelah dilakukan latihan ROM aktif degenerasi sehingga elastisitas
assitif. jaringan ikat dan tulang rawan
berkurang. Perubahan elastisitas
PEMBAHASAN serabut otot juga mempengaruhi
1. Gambaran Rentang Gerak Sendi fleksibilitas, dimana jaringan ikat di
pada lansia dalam serabut otot bertambah
Hasil penelitian menunjukkan (Primana, 2006).
kondisi awal rentang gerak sendi pada Semua lanisa dalam penelitian
lutut dan ankle pada lansia dengan ini memiliki keterbatasan rentang
immobilitas fisik terlihat mengalami gerak dan sebagian besar mempunyai
keterbatasan rentang gerak. Hal penyakit penyerta seperti arthritis dan
tersebut terlihat dari rata-rata rentang gout yang akan berhubungan dengan
gerak yang semuanya berada di penurunan kemampuan rentang gerak
bawah bantas normal rentang gerak. pada lansia, sehingga keluhan yang
Rentang gerak fleksi lutut pada lansia keluhan yang sering muncul dari
dengan immobilitas fisik masih jauh lansia adalah nyeri dan keterbatasan

81
SURYA MEDIKA
Volume 13. No. 2 Juli 2018 JURNAL ILMIAH ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

gerak, sehingga akhirnya hal tersebut 2. Pengaruh Range of Motion (ROM)


menimbulkan perubahan dalam Aktif Assitif Terhadap Rentang
rentang gerak sendi yang normal Gerak Sendi
(Jankins, 2005). Berdasarkan hasil analisis
Data post test rentang gerak wilcoxon, terdapat perbedaan antara
sendi khususnya pada lutut dan ankle pre dan post test terkait rentang gerak
lansia yang mengalami immobilitas sendi pada lansia yang mengalami
fisik dan keterbatasan gerak immobilits fisik atau keterbatasan
menunjukkan adanya perbedaan yang gerak setelah dilakukan latihan ROM
bermakna walaupun sebagian besar aktif assitif. Rata-rata rentang gerak
rentang gerak belum mencapai nilai sendi lutut dan ankle pada lansia yang
normal, namun setidaknya terdapat mengalami immobilitas fisik dan
peningkatan nilai rentang gerak sendi keterbatasan gerak di BPSTW
yang didapat setelah dilakukan ROM Yogyakarta unit Budhi Luhur
aktif assitif yaitu untuk nilai rentang meningkat setelah dilakukan latihan
gerak sendi pada ekstensi lutut sudah ROM aktif assitif. Dari hasil tersebut
mencapai batas normal dengan rata- maka dapat disimpulkan bahwa ada
rata 11,07 untuk lutut kanan dan pengaruh latihan Range of Motion
13,58 untuk lutut kiri ; sedangkan (ROM) Aktif Assitif terhadap
untuk gerakan yang lain memang peningkatan rentang gerak sendi
masih berada dibawah normal namun pada lansia dengan immobilitas fisik.
setidaknya telah mengalami Hasil ini sesuai dengan
peningkatan rentang gerak, misalnya penelitian yang dilakukan oleh
pada fleksi lutut kanan mengalami Mudrikhah (2012) tentang “Pengaruh
peningkatan rentang gerak yaitu dari Latihan Range of Motion Aktif
rata-rata 23,21° menjadi 34,68° dan Terhadap Peningkatan Rentang
fleksi lutut kiri dari rata-rata 22,86° Gerak Sendi dan Kekuatan Otot Kaki
menjadi 33,21°. Untuk gerakan dorso pada Lansia di Panti Wreda Dharma
fleksi kanan dari 9,29° menjadi 15,36° Bakti Surakarta”. Penelitian ini
dan gerakan dorso fleksi kiri dari rata- menunjukkan bahwa ada pengaruh
rata 10,71° menjadi 16,79. Serta latihan ROM aktif terhadap
untuk gerakan plantar fleksi kanan peningkatan rentang gerak dan
dari rata-rata 12,86° menjadi 23,51° kekuatan otot kaki pada lajut usia di
dan pada gerakan plantar fleksi kiri Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta.
dari rata-rata 16,07° menjadi 23,57°. Berdasarkan penelitian yang
Menurut Jankins (2005), dilakukan oleh Uliya dkk (2007),
penurunan ROM disebabkan oleh bahwa fleksibilitas sendi lutut kiri pada
tidak adanya aktivitas dan latihan lansia yang memiliki keterbatasan
untuk mempertahakan kenormalan gerak meningkat setelah melakukan
ROM, sendi dan otot dengan latihan ROM selama 3 minggu
maksimum dan dilakukan secara sebesar 31,87º dan selama 6 minggu
teratur sehingga terjadi degenerasi, sebesar 35º. Untuk meningkatkan
erosi, dan kalsifikasi pada kartilago fleksibilitas sendi lutut pada lansia
dan kapsul sendi. Sendi kehilangan yang memiliki keterbatasan gerak,
fleksibilitasnya sehingga terjadi latihan ROM harus dilakukan 5 kali
penurunan luas gerak sendi dalam seminggu minimal selama 3
(Pudjiastuti dan Utomo, 2003). minggu secara berturut-turut, dengan

82
SURYA MEDIKA
Volume 13. No. 2 Juli 2018 JURNAL ILMIAH ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

pengulangan gerakan sebanyak 7 kali 1. Rentang gerak sendi lutut dan ankle
untuk setiap gerakan. pada lansia di Balai Pelayanan Sosial
Sendi lutut pada lansia Tresna Wredha Yogyakarta Unit
sebanyak 25% mengalami kekakuan Budhi Luhur sebelum dilakukan
pada posisi fleksi. Kekakuan tersebut latihan ROM (Range of Motion)
dapat disebabkan adanya kalsifikasi berada pada rentang di bawah normal
pada lansia yang akan menurunkan untuk gerakan fleksi lutut, dorsofleksi,
fleksibilitas sendi (Uliya dkk , 2007). dan plantar fleksi. Sedangkan untuk
Hasil uji statistik membuktikan bahwa gerakan ekstensi lutut berada pada
kelemahan otot dorsal fleksor sendi rentang normal.
pergelangan kaki (ankle) dan 2. Rentang gerak sendi lutut dan ankle
ekstensor sendi lutut pada lansia pada lansia di Balai Pelayanan Sosial
berhubungan erat dengan risiko jatuh Tresna Wredha Yogyakarta Unit
dan penurunan kekuatan otot Budhi Luhur setelah dilakukan latihan
(Pudjiastuti dan Utomo, 2003). ROM (Range of Motion) untuk
Sehingga adanya pergerakan gerakan ekstensi lutut berada pada
pada persendian mengakibatkan rentang normal namun untuk gerakan
terjadinya peningkatan aliran darah ke fleksi lutut, dorsofleksi, dan plantar
dalam kapsula sendi dan memberikan fleksi masih berada di bawah normal,
nutrisi yang memungkinkan tulang namun hasil ukur rata-rata rentang
untuk bergerak dengan lancar dan gerak sendi setelah latihan ROM
tanpa sakit atau ketidaknyamanan menunjukkan adanya peningkatan
(Jenkins, 2005). Latihan ROM rentang gerak sendi khusunya pada
membantu mempertahankan lutut dan ankle.
fleksibilitas sendi dan kekuatan otot 3. Terdapat pengaruh latihan ROM
serta merupakan latihan isotonik yang (Range of Motion) Aktif Assitif
mampu mempertahankan atau terhadap peningkatan rentang gerak
meningkatkan kekuatan dan daya sendi pada lansia yang mengalami
tahan otot serta dapat mencegah immobilitas fisik di Balai Pelayanan
perburukan kapsul sendi, ankilosis, Sosial Tresna Wredha Yogyakarta
dan kontraktur (Stanley dan Beare, Unit Budhi Luhur.
2006; Kozier dkk, 2010). Sehingga
berdasarkan penelitian yang telah DAFTAR PUSTAKA
dilakuakan terbukti bahwa latihan Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Lanjut
ROM aktif assitif ini dapat Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu,
meningkatkan rentang gerak sendi Bandung: Alfabeta.
pada lansia yang telah mengalami Chih-Yen Chiang et al.,. Data Collection
immobilitas fisik maupun keterbatasan and Analysis Using Wearable
gerak walaupun memang berdasarkan Sensors for Monitoring Knee
hasil peneltian ini tidak semua rentang Range of Motion after Total Knee
gerak sendi berada pada level normal, Arthroplasty. Sensors 2017, 17,
namun setidaknya setiap item 418; doi:10.3390/s17020418
gerakan/latihan terutama pada sendi Jenkins, L. 2005. Maximizing Range of
lutut dan ankle yang dilakukan latihan Motion In Older Adult. The journal
semunya mengalami peningkatan on active aging, January February,
rentang gerak sendi. 50-55
KESIMPULAN

83
SURYA MEDIKA
Volume 13. No. 2 Juli 2018 JURNAL ILMIAH ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Potter, Patricia A & Perry, Anne Grifin. Stanley, M & Beare, P.G. 2006. Buku
2006. Fundamental of Nursing Ed. Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi
4, Konsep, Proses, dan Praktik, ke-2 (Nety Juniarti & Sari
Jakarta: EGC Kurnianingsih, Penerjemah).
Primana, D.A. 2006. Fleksibilitas Sendi Jakarta: EGC.
Lanjut Usia Pada Berbagai Suratun. 2008. Klien Gangguan Sistem
Kompensasi Tubuh. Jurnal Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Knowledge Management (JKM). Ulliya, Soempeno, Kushartanti. 2007.
Pudjiastuti, S.S. & Utomo, B. , 2003. Pengaruh Latihan Range Of Motion
Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: (ROM) Terhadap Fleksibilitas
EGC. Sendi Lutut Pada Lansia Di Panti
Riwidikdo, H., 2008, Statistik Kesehatan, Wreda Wening Wardoyo Ungaran.
Mitra Cendikia Press, Yogyakarta Media Ners, Volume 1, Nomor 2,
Oktober 2007, hlm 49

84

You might also like