You are on page 1of 9

HADITS TENTANG QADHA DAN

QADAR

1. TENTANG KEWAJIBAN IMAN KEPADA


QADHA DAN QADAR.
Rasulullah bersabda:
Al-iimaanu an tu’mina billahi wa laa-
ikatihi wa kutubihi wa rusulihi wa
tu’mina bilqadari khayrihi wa syaarih
“Iman ialah engkau percaya kepada Allah,
Malaikat-Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-
Rasul-Nya, hari akhir, dan engkau percaya
kepada Qadar Allah, yang baik maupun yang
buruk”. (HR. Muslim).

(1)
2. BERSEMANGATLAH, JANGAN HANYA
BERSANDAR PADA TAKDIR
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Ihrish `alaa maa yanfa’uka wasta`in billahi


walaa ta`jiz wa-in ashaabaka syay-un faqul
law anii fa`altu kaana kaadzaa wa kadzaa.
Walakin qul qadarullahi wamaa syaa-a fa`ala
fa-inna law taftahu `amalasy-syaythaan.

“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat


bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan
engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu
musibah, maka janganlah engkau katakan:
‘Seandainya aku lakukan demikian dan
demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan:
‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah
Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan
law (seandainya) dapat membuka pintu
syaithon.”

(2)
3. ABDULLAH BIN UMAR RA. BERKATA :
Aku pernah mendengar Rasulullah saw.
bersabda:

Kataballahu maqaadiiral khalaa-iqi qabla


an yakhluqas-samawaati wal ardhi
bikhamsiin alfa sanah.

“Allah telah menulis (menentukan) takdir seluruh


makhluk sebelum menciptakan langit dan
bumi 50.000.tahun.” ( HR .Muslim)

4. Dari ABU ABDURRAHMAN ABDULLAH BIN


MAS’UD RA.
Rasulullah saw. menyampaikan kepada kami
dan beliau adalah orang yang benar dan
dibenarkan :

`an abii `abdirrahmani `abdillahibni


mas`uudin radhiyallahu `anhu qaal :

(3)
haddatsanaa rasuulullahi shallallahu `alaihi
wasallam wa huwashaadiqul mashduuq :
inna ahadakum yujma`u khalquhu fii bathni
ummihi arba`iina yawman nuthfah, tsumma
yakuunu `alaqatan mitsla dzalika, tsumma
yakuun mudhghatan mitsla dzalik, tsuma
yursilu ilaihil malaku fayanfukhu fiihir-ruuh,
wa yu’maru bi arba`i kalimaat : bikatbi
rizqihi wa ajalihi wa `amalihi wa syaqiyyun
aw sa`iid. Fawallahil-ladzii laa ilaha
ghayruhu inna ahadakum laya’malu bi
`amalin ahlil jannati hatta mama yakuunu
baynahu wa baynahaa illa dziraa`un
fayasbiqu `alaihil kitaabu faya’malu bi
amali ahlinnari fayadkhuluhaa, wa inna
ahadakum laya`malu bi `amali ahlin-naari
hatta maa yakuunu baynahu wa
baynahumaa illa dziraa`un fayasbiqu `alaihil

(4)
kitaabu faya’malu bi `amali ahlil jannah
fayadkhuluhaa
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud
radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan
kepada kami dan beliau adalah orang yang
benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap
kalian dikumpulkan penciptaannya di perut
ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh
hari, kemudian berubah menjadi setetes darah
selama empat puluh hari, kemudian menjadi
segumpal daging selama empat puluh hari.
Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat
lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan
untuk menetapkan empat perkara : menetapkan
rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau
kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah
selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada
yang melakukan perbuatan ahli surga hingga
jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta
akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan,
dia melakukan perbuatan ahli neraka maka
masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di
antara kalian ada yang melakukan perbuatan

(5)
ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan
neraka tinggal sehasta akan tetapi telah
ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan
perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke
dalam surga. (Riwayat Bukh‫ش‬ri dan Muslim).

5. RASULULLAH SAW BERSABDA :

Inna rabbii qaala : yaa Muhammad, inni


idzaa qadhaytu qadhaa-an fa innahu laa
yuraad.

“Sesungguhnya Tuhanku berkata padaku: Wahai


Muhammad! Sesungguhnya Aku kalau sudah
menentukan sesuatu maka tiada seorangpun
yang sanggup menolaknya”. (HR. Muslim)

6. RASULULLAH SAW BERSABDA :

Laa yuraddul qadhha-a illaddu-aa’, walaa


yaziidu fil `umri illal birru.

(6)
“Tidak ada yang mampu menolak takdir Allah
kecuali doa, dan tidaklah menambah usia
kecuali kebaikan”. (HR. Tirmidzi)

8. RASULULLAH SAW. BERSABDA:

Man sarrahu an yubsatha lahu fii rizqihi wa


yunsa-u lahu fii atsrihi fal yashil rahimah

“Siapa saja yang ingin dimudahkan rezekinya,


dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah
menyambung silaturrahim”. (HR. Bukhori)

8. HADITS IBNU ABBAS ra.,

Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu pernah


berangkat menuju Syam. Setibanya di wilayah
Sargh, beliau disambut oleh para panglima
perang, Abu Ubaidah bin al-Jarrah beserta
sahabat-sahabat lainnya. Mereka menyampaikan
berita kepada Umar bahwa di negeri Syam
sedang terjangkiti satu wabah. Umar lalu
memerintahkan untuk mengundang para

(7)
sahabat dalam rangka bermusyawarah. Mulai
dari kalangan Muhajirin, lalu kalangan Anshar,
kemudian kaum Quraisy. Dari musyawarah
tersebut, Umar memutuskan untuk kembali
pulang. Lalu Umar Radhiyallahu ‘anhu
mengumumkan, “Sesungguhnya aku akan
kembali besok pagi, bersiap-siaplah besok.” Abu
Ubaidah bin al-Jarrah Radhiyallahu ‘anhu
bertanya, “Apakah untuk lari dari takdir Allah?”
Umar menjawab :

Law ghayruka qaalahaa, yaa abaa `ubaydatu


na`am, nafirrummin qadarllahi ila
qadarillah, ara-ayta law kaanat laka ibilu
fahabathat waadiyan lahu `udwataani
ihdaahumaa khasbatun wal ukhraa jadbah,
alaysa in ra’aytal khashbata ra`aytahaa
biqadarillaahi wa in raaytal jadbata ra
`aytahaa biqadarillah?

“Andai saja bukan kamu yang mengatakannya,


wahai Abu Ubaidah. Ya, kita lari dari takdir Allah

(8)
Subhanahu wa ta’ala menuju takdir Allah
Subhanahu wa ta’ala yang lain. Apa
pendapatmu, jika engkau mempunyai ternak
unta lalu singgah di sebuah lembah yang
memiliki dua sisi. Satu sisi yang subur, sisi yang
lain gersang. Bukankah dengan takdir Allah juga
jika engkau menggiringnya ke sisi yang subur?
Bukankah dengan takdir Allah juga engkau
menggiringnya ke sisi yang gersang?”

Setelah itu, datanglah Abdurrahman bin Auf


Radhiyallahu ‘anhu yang sebelumnya tidak hadir
karena ada keperluan. Ia berkata, “Sesungguhnya
aku memiliki ilmu tentang masalah ini. Aku
pernah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ‘Jika kalian mendengar
terjadi wabah di suatu daerah, janganlah
mendatanginya. Jika kalian berada di suatu
daerah yang sedang terjangkiti wabah, janganlah
meninggalkannya untuk lari’.”

(9)

You might also like