You are on page 1of 15

INOVASI PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS ALAM DAN

LINGKUNGAN
Budiyono Saputro
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga

Abstract
The progress of science and technology requires innovation in education and science learning. Science learning
innovations made an effort to improve the quality of education and science learning. Innovation-based science
learning environment and natural is one of the alternatives that are made. This is caused by nature and the
environment is rich in biodiversity and non bio as a source of learning. In nature-based science learning environment
and students can learn science through direct experience. With direct experience of the lesson students will further
appreciate the science itself. Therefore the significance of science learning will be achieved. Environmental and
natural-based learning is expected to change the paradigm, that school quality is not always expensive. To change
this paradigm required a quality education system and affordable, do not rely on expensive props, but refers to the
nature and the environment as a source of knowledge. Advantages based learning environment and natural of them
is to carry out religious advice because there are some texts that suggest to us to take a lesson from nature. train,
sharpen and stimulate the intellectual power to be able to communicate with nature, thus interwoven harmonious
relationship between man and nature. Can adapt to the local nature, students will not feel strange by the state of
nature in its own country. Variations of learning to avoid saturation of the students studying in the classroom.

Keywords: learning innovation, science, nature and environment

Pendahuluan

Alam semesta kaya akan keanekaragaman hayati dan non hayati. Keanekaragaman
tersebut dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. Alam raya beserta aneka ragam wujud yang
ada merupakan petunjuk. Alam adalah guru yang sesungguhnya. Alam memberikan pelajaran
yang begitu lembut dan pitutur kehidupannya begitu menyentuh kalbu. Alam merupakan salah
satu media pembelajaran yang saat ini hampir dilupakan oleh praktisi pendidikan. Mereka
kurang menyadari jika alam sangat baik digunakan sebagai media dan tempat untuk melakukan
proses belajar. Belajar dari alam bukan berarti kita hanya memperhatikan gejala-gejala dan hasil
yang ditimbulkan oleh alam saja, tetapi alam dapat digunakan sebagai tempat untuk melakukan
proses belajar mengajar dan sebagai alat pendukung dalam proses pembelajaran.
Berkembangnnya sains dan teknologi pada akhir-akhir ini menuntut perlunya inovasi
dibidang pendidikan dan pengajaran sains, baik di negara-negara maju maupun negara
berkembang. Hal ini mengingat bahwa sains dan teknologi berperan dalam meningkatkan
kesejahteraan kita, baik sebagai individu maupun kelompok masyarakat. Inovasi yang dilakukan
merupakan upaya untuk mewujudkan tantangan kebutuhan masyarakat akan pendidikan dan
pengajaran sains yang memberikan bekal kepada anak didik, sehingga mereka kelak dapat
menyesuaikan diri dalam kehidupan masyarakat yang sudah makin terikat pada kemajuan-
kemajuan sains serta hasil-hasilnya dibidang teknologi.
Seperti kita ketahui bahwa sikap anak didik terhadap sains di sekolah-sekolah di negara
kita banyak ditentukan oleh bagaimana guru memberikan pelajaran sains tersebut. Guru
mengajarkan sains secara murni seolah-olah mengajarkan sains tidak ada kaitanya dengan
teknologi dan masyarakat, maka lambat laun akan tertanam pada diri anak itu sikap dan
anggapan bahwa sains, teknologi dan masyarakat seolah-olah berjalan sendiri-sendiri. Sedangkan
masalah yang akan dihadapi kelak di masyarakat ternyata sains dan teknologi saling berkaitan.
Di dalam pengajaran sains seringkali guru melakukan pengajaran yang modelnya satu arah. Guru
lebih sering memberikan informasi tentang pengetahuan sains. Pengajaran dengan model seperti
itu menjadikan siswa tidak termotivasi untuk belajar sains. Belajar dengan hanya menerima
informasi dari guru kurang bermakna bagi siswa. Banyak siswa yang menganggap pelajaran
sains sebagai pelajaran yang menakutkan dan membosankan. Mereka mengingat-ingat kembali
penjelasan guru dan menuliskanya lagi pada saat ujian, sehingga dengan demikian diperlukan
suatu inovasi agar siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran sains.
Siswa yang mempelajari sains melalui pengalaman langsung akan lebih menghayati
pelajaran sains itu sendiri. Umpamanya dalam pelajaran sains biologi, melalui pengamatan
tentang tumbuhan monokotil, siswa dibawa kelapangan untuk mengamati dan melakukan
observasi mengenai ciri, morfologi dan fisiologinya dari tumbuhan monokotil tersebut. Jika fakta
mengenai hal tersebut dibiarkan begitu saja, maka pengetahuan siswa tentang tumbuhan
monokotil kurang bermakna. Setelah siswa melakukan observasi dan pengamatan langsung,
kemudian mendiskusikan hasil observasi tersebut, maka pengetahuan siswa tentang tumbuhan
monokotil akan lebih bermakna.
Perkembangan sains yang begitu cepat mengakibatkan informasi yang dapat dikumpulkan
dalam bentuk fakta-fakta ilmiah menjadi berlipat ganda jumlahnya. Masalahnya menjadi
semakin kompleks karena pertambahan informasi ini di ikuti pula oleh informasi-informasi yang
ada menjadi ditinggalkan karena sudah diganti oleh informasi yang lain yang lebih relevan dan
valid. Hal ini mengakibatkan apa yang di pelajari sekarang menjadi tidak cocok lagi kalau
menjadi bahan ajar di masa sepuluh tahun yang akan datang.
Mulyasa (2008:9) mengemukakan bahwa pendidikan harus dapat memenuhi tuntutan dan
kebutuhan masyarakat, terutama dalam kaitannya dengan permasalahan-permasalahan
perkembangan ipteks. Abdurrahman (2007:100) bahwa selama mengikuti pembelajaran di
sekolah siswa jarang bersentuhan dengan pendidikan nilai yang berorientasi pada pembentukan
watak dan kepribadian. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran kurang bermakna dan juga
mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk mempelajari sains yang ditunjukkan dengan
sikap bosan mengikuti proses pembelajaran sehingga sains kurang berkesan dalam benak mereka
(Martin, et al., 2005:6). Oleh karena itu, perlu suatu inovasi pembelajaran yang tepat, menarik
dan menantang. Pembelajaran berbasis alam dan lingkungan merupakan pilihan yang sesuai.
Dalam pembelajaran berbasis alam dan lingkungan, siswa tidak hanya memahami materi yang
diberikan oleh guru dalam ceramah secara abstrak, tetapi siswa dapat melihat langsung ke alam
dan lingkungan sekitar. Dalam pembelajaran Sains atau IPA misalnya, siswa dapat diajak
langsung melihat langsung peristiwa alam lumpur Lapindo. Dalam pembelajaran tersebut siswa
dapat melihat langsung peristiwa yang ditimbulkan oleh alam dan dampaknya terhadap manusia
serta lingkungan. Siswa dapat belajar penyebab terjadinya lumpur Lapindo, siswa juga dapat
mempelajari adanya kandungan kimia dari lumpur. Dalam Pembelajaran Biologi misalnya, siswa
diajak langsung ke lingkungan sekolah atau ke kebun binatang dan hutan lindung. Dalam
pembelajaran tersebut siswa dapat melihat secara nyata hewan dan tumbuhan, dengan demikian
siswa selalu mengingatnya.
Belajar berbasis alam diharapkan dapat mengubah cara pandang, bahwa sekolah yang
berkualitas tidak selalu mahal. Cara pandang yang banyak berkembang di masyarakat, bahwa
pendidikan yang berkualitas sulit dijangkau oleh masyarakat bawah. Untuk mengubah hal
tersebut diperlukan sistem pendidikan yang berkualitas dan terjangkau, tidak bergantung pada
alat peraga yang mahal, tetapi mengacu pada alam sebagai sumber ilmu pengetahuan. Belajar
berbasis alam mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya; pertama, melaksanakan anjuran
agama karena ada beberapa nash yang menganjurkan kepada kita agar mengambil hikmah dari
alam. Kedua, melatih, mengasah, dan merangsang daya intelegensi untuk bisa berkomunikasi
dengan alam, sehingga kemudian diharapkan terjalin hubungan yang erat dan harmonis antara
manusia dan alam. Ketiga, bisa beradaptasi dengan nuansa alam lokal, dengan begitu para siswa
tidak akan merasa teralienasi oleh keadaan alam di daerahnya sendiri. Keempat, me-refresh
kepala dari kepenatan rutinitas dan aktivitas, karena keseringan belajar di dalam kelas yang
terkadang membuat para siswa merasa jenuh. Alam yang berada di sekitar kita akan tiada makna,
jika tiada perhatian dan pandangan bahwa alam pun dapat memberikan pelajaran penting bagi
manusia (http://www.anakciremai.com/2010/04/makalah-belajar-berbasis-alam.html).

Pembahasan

Pengertian Belajar dan Inovasi Pembelajaran

Dalam mendifinisikan makna belajar, para ahli pendidikan mengemukakan rumusan yang
berbeda sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Hal tersebut sudah tentu dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Di bawah ini pendapat beberapa ahli mengenai pengertian
belajar sebagai berikut :
James O. Whittaker (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2008:12) belajar sebagai proses di
mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah memlaui latihan atau pengalaman.
Dalam pengertian yang sangat luas, Anita E. Woolfolk, 1993 (dalam Conny R.
Semiawan, 1999:245) menegaskan bahwa belajar terjadi ketika pengalaman menyebabkan suatu
perubahan pengetahuan dan perilaku yang relatif permanen pada individu. Abidin Syamsudin,
1981 (dalam Conny R. Semiawan, 1999:245) mendefinisikan belajar adalah perbuatan yang
menghasilkan perubahan perilaku dan pribadi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa belajar merupakan
aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang
bersifat permanen.
Dalam belajar akan lebih berarti bila diikuti dengan suatu inovasi. Kata Inovasi sering kita
dengar dalam kehidupan sehari-hari. Inovasi tidak hanya dikenal dalam dunia usaha, namun juga
digunakan dalam dunia pendidikan. Secara epistemologi, inovasi berasal dari kata latin,
innovation yang berarti pembaruan dan perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya
memperbarui dan mengubah. Inovasi ialah suatu perubahan yang baru menuju ke arah perbaikan;
yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana
(Fuad Ihsan, 2003:191). Sedangkan Inovasi menurut Suprayekti (2004), adalah segala sesuatu
yang diciptakan oleh manusia dan dirasakan sebagai hal yang baru oleh seseorang atau
masyarakat, sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupannya. Inovasi pendidikan (education
innovation) adalah pembaharuan pendidikan secara parsial berskala sekolah atau kelas, dengan
objek pembaharuan mengenai salah satu komponen pendidikan (Sukardjo & Das Salirawati,
2008).
Berdasarkan pengertian di atas bahwa inovasi merupakan perubahan yang direncanakan
untuk perbaikan agar dapat bermanfaat. Dalam hal ini yang dimaksud inovasi adalah perubahan
pembelajaran dalam pendidikan. Perubahan pembelajaran dapat berupa perubahan strategi,
metode, media dan lain-lain. Menurut Hera Lestari Mikarsa (2007:73), ada dua istilah yang
berkaitan erat dengan pembelajaran, yaitu pendidikan dan pelatihan. Pendidikan lebih menitik
beratkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, jadi mengandung pengertian yang
lebih luas. Sedangkan pelatihan lebih menekankan pada pembentukan keterampilan. Pendidikan
dilaksanakan dalam lingkungan sekolah, sedangkan pelatihan umumnya dilaksanakan dalam
lingkungan industri. Pendidikan kepribadian saja kurang lengkap, para siswa perlu juga memiliki
keterampilan agar dapat bekerja, berproduksi, dan menghasilkan berbagai hal yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, istilah pendidikan dan latihan tersebut
hendaknya tidak dipertentangkan, melainkan perlu dipadukan dalam suatu sistem proses yang
lazim disebut pengajaran.
Menurut Oemar Hamalik, 1999 (dalam Hera Lestari Mikarsa, 2007:73) dalam pengajaran,
perumusan tujuan merupakan hal yang utama. Setiap proses pengajaran senantiasa diarahkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu, proses pengajaran harus direncanakan
agar dapat dikontrol sejauh mana tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Itulah
sebabnya, suatu sistem pengajaran selalu mengalami dan mengikuti tiga tahap, yakni :
1. Tahap analisis untuk menentukan dan merumuskan tujuan,
2. Tahap sintesis, yaitu tahap perencanaan proses yang akan ditempuh,
3. Tahap evaluasi untuk menilai tahap pertama dan kedua.
Makna pembelajaran merupakan suatu sistem yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi pencapaian tujuan
pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga
lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material yang meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur,
fotografi, slide dan film, audio dan video tape, serta material lainnya.
Rumusan makna pembelajaran tersebut mengandung isyarat bahwa proses pembelajaran
tidak terbatas dilaksanakan dalam ruangan saja, melainkan dapat dilaksanakan disembarang
tempat dengan cara membaca buku, film, surat kabar, televisi, internet tergantung kepada
organisasi dan interaksi berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan siswa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi batasan, inovasi sebagai pemasukan atau
pengenalan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah
dikenal sebelumnya baik berupa gagasan, metode atau alat (KBBI, 1990:330). Dari pengertian
ini nampak bahwa inovasi itu identik dengan sesuatu yang baru, baik berupa alat, gagasan
maupun metode. Dari uraian di atas, maka inovasi pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu
upaya baru dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan,
sarana dan suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

Hakekat Sains

Ilmu alam (Inggris:natural science) atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang
digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan
hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun. Sains (science) diambil
dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge
merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan
Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk
mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang
tidak dapat dipisahkan ( Dani Vardiansyah, 2008:11).
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk
melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah
tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen,
mengumpulkan data, menganalisis dan akhirnya menyimpulkan. Hal ini tampak bahwa
karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk
kuantitas. Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik dan non manusia tentang bumi dan alam
sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang dibedakan dari ilmu
sosial, humaniora, teologi, dan seni.
Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi digunakan sebagai penyedia
alat/perangkat dan kerangka kerja yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga
digunakan untuk mengenali “ilmu” sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda
dengan filsafat alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang
kongkrit, karenanya ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti.
Saat ini istilah “ilmu alam” kadang digunakan mendekati arti yang lebih cocok dalam
pengertian sehari-hari. Dari sudut ini, “ilmu alam” dapat menjadi arti alternatif bagi biologi yang
terlibat dalam proses-proses biologis yang berbeda dari ilmu fisik (terkait dengan hukum-hukum
fisika dan kimia yang mendasari alam semesta). Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains dalam
arti sempit telah dijelaskan di atas merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences
(ilmu fisik) dan life sciences (ilmu biologi). Physical sciences meliputi ilmu-ilmu astronomi,
kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life science meliputi anatomi,
fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi.
Sains dan teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang
saling mengisi (komplementer), ibarat dua mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat
Sains (the nature of Science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning
of technology). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang
didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.

Perlunya Inovasi dalam Pembelajaran

Apabila kita cermati sebuah inovasi akan menimbulkan konsekuensi, sebuah inovasi
jangan dipandang dari sisi negatifnya. Inovasi merupakan hal yang perlu dilakukan dalam
pembelajaran. Permasalahan pendidikan sangatlah kompleks, dari masalah sumber daya
manusia, mutu, metode, sarana prasarana, media dan sebagainya. Peningkatan mutu pendidikan
diperlukan inovasi. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah dengan pembelajaran berbasis alam
dan lingkungan. Pembelajaran berbasis alam dan lingkungan ini cocok untuk pembelajaran sains.
Obyek yang dipelajari dalam pembelajaran sains adalah hal-hal yang ada di alam dan lingkungan
sekitar baik hayati maupun non hayati. Dengan pemanfaatan alam dan lingkungan, maka siswa
akan dapat meningkatkan pemahaman materi pelajaran dikarenakan siswa dapat melihat
langsung dan tidak asing dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian siswa lebih tertarik dan
termotivasi dalam proses pembelajaran. Santyasa (2005:5) bahwa pembelajaran inovatif adalah
pembelajaran yang lebih bersifat student centered, artinya pembelajaran yang lebih memberikan
peluang kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan
dimediasi oleh teman sebaya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran inovatif dapat meningkatkan kualitas pendidikan dengan menciptakan
pembelajaran student centered. Menurut Marsaja (2007) keunggulan pembelajaran inovatif
adalah; (1) Kualitas hasil belajar yang dicapai menjadi lebih tinggi; (2) Lingkup hasil
belajarmenjadi lebih komprehensif; (3) Pembelajaran inovatif tidak saja menekankan padahasil
belajar kognitif, tetapi juga hasil belajar proses dan sikap. Konsekuensinya tentuakan
memerlukan waktu yang lebih lama, karena dilakukan untuk mencapai banyakhasil belajar. Pem-
belajaran inovatif dengan metode yang berpusat pada siswa (studentcentered learning) juga
memiliki keragaman model pembelajaran yang menuntutpartisipasi aktif dari siswa. Metode-
metode tersebut diantaranya sebagai berikut;
1. Berbagi informasi (information sharing) dengan cara; curah gagasan (brainstorming),
kooperatif, kolaboratif, diskusi kelompok (group discussion), diskusi panel (panel
discussion), simposium, dan seminar.
2. Pembelajaran melalui pemecahan masalah (problem solving based learning) dengan cara;
studi kasus, tutorial, dan lokakarya.
3. Belajar dari pengalaman (experience based) dengan cara; simulasi, bermain peran (role play),
permainan (game), dan kelompok temu; salah satu metode alternatif yang saat ini sedang
digemari dan diyakini lebih berhasil dari kegiatan ceramah adalah pendidikan luar ruang,
yang sarat dengan permainan yang menantang, mengandung nilai-nilai pendidikan, dan
mendekatkan siswa dengan alam.

Alam dan Lingkungan Sebagai Media dalam Pembelajaran Sains

Alam memiliki kekayaan akan pengetahuan, begitu pula lingkungan. Hal yang tidak dapat
siswa pelajari di dalam ruangan, siswa mendapatkan pelajaran di luar ruangan, sehingga siswa
dapat belajar membuat kesimpulan dan menguji apa yang didapatkan di kelas. Tiga tahapan yang
dapat dilakukan siswa untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau
menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Sebagai contoh, fenomena alam
lumpur lapindo, maka siswa dapat mengamati langsung kejadian alam tersebut dengan
mendatangi tempat terjadinya ke Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Siswa dapat belajar dari alam
tentang penyebab terjadinya, kandungan lumpur, dampak dan sebagainya. Siswa juga dapat
melakukan eksperimen secara langsung pada obyek kejadian alam tersebut. Pembelajaran sains
berbasis alam ini, guru mengajak siswa untuk melakukan observasi di lapangan dengan
mengamati, menyentuh atau meraba dan menganalisa. Observasi untuk mengenal secara makro
sifat, warna, dan kandungan lumpur Lapindo. Guru dapat juga menjelaskan karakteristik pe-
nyebab, dampak dan solusi dari fenomena alam lumpur Lapindo. Apabila diperlukan, sampel
dari lumpur Lapindo tersebut dibawa untuk diperiksa lebih lanjut guna menemukan unsur-unsur
kimia yang terkandung dalam lumpur tersebut. Dengan demikian dalam pembelajaran tersebut
siswa mendapatkan pengalaman langsung secara emosional dan akan dapat memperbesar daya
ingat dalam pembelajaran sains. Contoh lain adalah pengamatan aktivitas gunung berapi dan
peristiwa alam lain yang dapat dijadikan media pembelajaran sains. Inovasi pembelajaran sains
dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan sumber alam dengan cara membawa benda dari
alam ke dalam kelas, seperti; membawa sumber belajar dari alam misalnya batu pualam, batu
meteor, dan lain-lain dibawa ke dalam kelas untuk keperluan diskusi, dapat pula menghadirkan
nara sumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas, ini berhubungan dengan pembelajaran
yang memerlukan keahlian seseorang dalam praktek. Sebagai contoh Ahli peternakan, Ahli bumi
dan antariksa, Ahli perikanan dan lain-lain. Agar penggunaan alam dan lingkungan sebagai
sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
serta tindak lanjutnya. Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara
melakukan kegiatan dengan membawa siswa ke lingkungan, seperti survei, karyawisata,
berkemah, praktek lapangan dan sebagainya.
Alam semesta diciptakan tentu banyak manfaatnya bukan hal yang sia-sia. Alam semesta
dapat dijadikan sumber belajar. Alam semesta ini merupakan suatu anugrah yang merupakan
tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Seperti dalam QS. Ali Imran:190 191.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa
neraka .

Sebagaimana telah dijelaskan di dalam Al Qur’an bahwa di alam raya ini terdapat sesuatu
untuk dipelajari dan dipikirkan. Allah SWT telah menciptakan dunia
ini dengan sempurna sebagai rahmat yang diturunkan-Nya kepada manusia, tinggal bagaimana
manusia memanfaatkannya. Apabila kita dapat memanfaatkannya dengan baik dan tepat, maka
kita akan dapat menikmati hasilnya. Sebagai contoh dalam pembelajaran sains, di alam telah
tersedia berbagai macam dan sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. QS
Al Jatsiyah :13

Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.

Manusia sebagai makhluk Allah SWT telah diberikan kelebihan sebagai makhluk hidup
yang sempurna dengan akal budinya. Manusia memiliki akal untuk memikirkan apa yang telah
dititipkan kepadanya dari Sang Pencipta. Manusia harus menyadari untuk menjalankan perannya
sebagai makhluk Allah dan menggunakan akal serta pikirannya untuk menjadikan kehidupannya
lebih bermakna, khususnya dalam pembelajaran. Keaktifan dan kreativitas diperlukan dalam
mengelola dan melaksanakan pembelajaran.
Sampai dengan saat ini terdapat anggapan bahwa media pembelajaran selalu terkait
dengan biaya yang mahal, teknologi tinggi, elektronika, namun anggapan tersebut tidak selalu
benar. Media pembelajaran dapat pula diadakan dengan biaya yang terjangkau dengan hasil
kreativitas guru, dan pemanfaatan alam, serta lingkungan. Media pembelajaran sangat beragam
macamnya, dari media pembelajaran yang sederhana dan murah hingga media pembelajaran
yang modern, canggih dan mahal harganya, bahkan ada pula yang diperoleh dari alam dilingku-
ngan sekitar kita yang dapat langsung digunakan sebagai media pembelajaran. Dengan demikian
tidak ada lagi alasan yang muncul dikalangan para guru untuk tidak dapat menggunakan alat
peraga dikarenakan biayanya yang mahal. Lingkungan di sekitar kita dapat digunakan sebagai
media alat peraga tanpa perlu biaya yang mahal. Beberapa benda di lingkungan kita dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar, baik yang dimanfaatkan secara langsung, ataupun yang
dirancang terlebih dahulu dan dapat pula dengan cara rekayasa media.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebgai bulatan yang
melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya, yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah.
Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah
circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih
berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Dalam literatur
lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan
keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup
lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan
budaya manusia.
Lingkungan yang ada di sekitar anak- anak kita merupakan salah satu sumber belajar
yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Jumlah
sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidak terbatas, sekalipun pada umumnya tidak
dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan
semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh
empat dinding kelas, Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara
langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan
lingkungan tersebut. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab
lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran
belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan
masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya manusia di masa mendatang. Begitu
banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam
pendidikan, bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para
guru.
Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai tanaman jagung
dan padi, maka dengan memanfaatkan lingkungan persawahan, anak akan dapat memperoleh
pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat
membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka
dalam hal ini lingkungan, namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas,
suasana yang terjadi di dalam kelas tidak akan natural seperti halnya jika guru mengajak anak
untuk memanfaatkan lingkungan. Dengan demikian belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas,
namun juga di luar ruangan kelas yang dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang
sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, budaya, perkembangan
emosional serta intelektual bagi siswa. Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan
benda-benda atau ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan
kembali konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran.Memanfaatkan lingkungan
pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang
diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru
mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada lingkungan
sekitar.
Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak keuntungan.
Beberapa keuntungan tersebut antara lain ;
1. Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan.
2. Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak
verbalistik.
3. Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda tersebut akan
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai dengan konsep
pembelajaran kontekstual (contextual learning).
4. Pelajaran lebih aplikatif, materi belajar yang diperoleh siswa melalui media lingkungan
kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung, karena siswa akan sering menemui
benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari.
5. Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan media
lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa
sesungguhnya secara alamiah.
6. Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa biasanya mudah
dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang dikemas (didesain).
(http://ekohs.wordpress.com/2009/09/01/lingkungan-sebagai-sumber-dan-media
pembelajaran/).
Berdasarkan uraian di atas mengenai keuntungan tersebut, sudah sepantasnya kita
memanfaatkan seoptimal mungkin lingkungan di sekitar kita untuk menunjang kegiatan
pembelajaran, khususnya pembelajaran sains. Sebenarnya apabila kita kreatif dalam
pembelajaran banyak sekali sumber belajar yang dapat kita peroleh dari lingkungan. Dengan
demikian dalam proses pembelajaran, kita dapat menyesuaikan sumber belajar mana yang paling
tepat untuk dijadikan media pembelajaran yang telah tersedia di lingkungan. Pemilihan kriteria
sumber belajar juga akan dapat mempengaruhi proses pembelajaran.

Faktor-Faktor Penunjang Pembelajaran Sains

Menurut Tarzaki (2008), terdapat beberapa faktor penunjang pembelajaran sains dan
evaluasi pembelajaran sains sebagai berikut ;
1. Faktor Guru
Untuk menunjang bagaimana terlaksanaya pendidikan sains harus diperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, salah satunya adalah faktor guru. Kriteria seorang guru yang
bermutu dan propesional diharapkan sebagai berikut:
a. Seorang guru sains harus menguasai bidang studi yang diajarkanya.
b. Seorang guru sains harus mempunyai keterampilan membuat atau merakit alat-alat
sederhana sebagai media pendidikan.
c. Seorang guru sains harus mengikuti perkembangan IPTEK, khususnya bidang studi yang
diajarkanya.
d. Seorang guru sains harus bisa membimbing siswa melakukan suatu kegiatan berupa
pengamatan dan percobaan.
e. Seorang guru sains harus menyadari bahwa siswa tidak akan di didik menjadi seorang
spesialis matematika, fisika ataupun biologi.
f. Guru sains tidak selalu mengharapkan jawaban yang benar dari siswa ketika interaksi
belajar-mengajar berlangsung. Hal ini dikarenakan siswa sedang berada dalam situasi
mencari dan menemukan prinsip, konsep atau hukum sains.
g. Guru sains harus terampil melontarkan pertanyaan untuk merangsang siswa berpikir.
h. Guru sains tidak perlu merasa rendah diri, bila siswa menemukan hal-hal yang baru yang
tidak di pahami dan diketahui guru.
i. Guru sains bertindak sebagai fasilitator dan katalisator.
j. Menyadari bahwa banyak teori sains yang hanya dapat dijelaskan dengan logika, dan
tidak dapat dibuktikan dengan percobaan.
k. Menyadari bahwa kemampuan, bakat dan minat setiap siswa berbeda beda.
l. Guru sains harus menjadi contoh teladandan figur panutan, terutama dalam soal nilai dan
sikap.
2. Faktor Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Sains
Telah kita ketahui betapa pentingnnya motivasi dalam kegiatan belajar-mengajar sains.
Diantara motivasi yang kita kenal bahwa motivasi terpenting adalah motivasi belajar
intrinsik, namun motivasi ekstrinsik lebih mudah dibangkitkan daripada motivasi instrinsik.
Sejalan dengan ini maka berbagai usaha telah dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi
ektrinsik untuk belajar.
Beberapa faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi motivasi belajar di kelas adalah;
a. Faktor interaksi antara para siswa ;
1). Hubungan antarsiswa di kelas harus terjalin baik. Dalam hal ini guru wajib
menciptakan kondisi yang menumbuhkan kerjasama yang baikantar seluruh anggota
kelas.
2). Persaingan antara para siswa hendaknya persaingan yang sehat. Namun persaingan
yang berlebih-lebihan akan berakibat negatif terhadap kemajuan belajar siswa,
khususnya bagi mereka yang tidak pernah menang dalam persaingan tersebut. Dalam
hal ini guru perlu menentukan kelompok-kelompok siswa yang homogen, untuk
menjaga persaingan agar tetap sehat.
3). Rasa keterlibatan diri (egoinvolvement) yang menyebabkan setiap siswa yang ada di
kelas tersebut merasa dirinya ikut berperan penting dalam kelasnya. Hal ini dapat
diwujudkan jika diberikan suatu tugas yang melibatkan harga diri siswa untuk
dipertaruhkan dalam penyelesaian tugas tersebut. Pemilihan tugas seperti ini harus
hati-hati dan guru harus dapat memperkirakan bahwa seluruh siswa yang terlibat pasti
mempunyai kesempatan untuk berhasil.
b. Faktor interaksi antara siswa dengan guru
1). Guru yang bersikap tertutup pasti ditakuti siswa, sehingga siswa tidak berani bertanya
ataupun mengemukakan pendapatnya. Dalam hal ini guru harus bersikap terbuka
kepada siswa.
2). Peraturan yang terlalu ketat yang diberikan guru, yang menyebabkan siswa seperti
robot-robot tanpa kreasi berfikir sama sekali. Dalam hal ini guru harus bersikap
demokratis.
3). Pujian yang diberikan kepada siswa merupakan penguatan atas tugas yang dilakukan
dengan benar, sehingga akan menimbulkan motivasi untuk melakukan tugas ang lain
sebaik mungkin. Namun pujian yang dilakukan secara terus menerus dapat merusak
motivasi belajar siswa, bahkan menimbulkan tanggapan yang negatif dari siswa.
Dalam hal ini guru perlu memperhitungkan saat yang tepat untuk menyampaikannya.
4). Hukuman yang diberikan guru dapat dalam berbagai bentuk, seperti pengasingan,
celaan, kecaman, dan sindiran terhadap kesalahan siswa. Tetapi motivasi belajar akan
timbul melalui hukuman yang tidak berlebihan dan diterapkan pada saat yang tepat.
Dalam hal ini yang terpenting adalah menunjukan kepada siswa jalan keluar untuk
mengatasi hukuman itu. Bentuk hukuman yang sering diberikan guru adalah teguran.
5). Hal- hal lain yang ikut mewarnai timbulnya motivasi belajar siswa di kelas: tulisan
guru harus terbaca oleh seluruh siswa, sikap guru harus dapat menghargai siswa
sebagai individu, suara guru harus terdengar oleh seluruh siswa, berpakaian harus
sopan agar tidak menjadi bahan cemoohan siswa, adanya kewibawaan guru dalam
menangani pengelolaan kelas agar dapat dipatuhi siswa secara spontan.
c. Prinsip- Prinsip Motivasi
Motivasi siswa untuk belajar bermacam-macam yang berasal dari dalam dan luar siswa
itu sendiri. Motivasi yang lebih baik berasal dari dalam siswa itu sendiri. Beberapa prinsip
yang dapat memberikan motivasi belajar adalah sebagai berikut ;
1) Prinsip Kebermaknaan
Seorang murid akan termotivasi untuk belajar secara aktif kalau ia menyadari bahwa
apa yang di pelajari sungguh-sungguh bermanfaat baginya.
2) Prinsip Atraktif
Bahan pelajaran yang disampaikan secara menarik akan membangkitkan motivasi
belajar. Gaya tarik itu timbul dari penampilan guru atau disampaikan dengan bantuan
alat peraga, percobaan atau cara lain yang komunikatif.
3) Prinsip Modeling
Prinsip modeling adalah guru sebagai pribadi teladan, figur panutan dan tingkah
lakunya meyakinkan.
4) Prinsip pre-rekuisit
Bahan pelajaran yang diberikan harus sedemikian urutanya sehingga bahan pelajaran
terdahulu menunjang bahan pelajaran selanjutnya.
5) Prinsip penyebar jadwal
Berdasarkan pengalaman dan pendapat murid, sekolah harus menysun jadwal
sedemikian, sehingga mata pelajaran yang dinilai sulit, ditempatkan pada pertemuan
pertemuan pertama dan pada pagi hari.
6) Prinsip Evaluasi Hasil Belajar secara teratur
Evaluasi belajar secara teratur dan hasilnya secara terbuka dikembalikan kepada siswa
akan mendidik siswa secara teratur pula. Prinsip ini akan sulit dilaksanakan apabila
guru mempunyai beban mengajar yang terlalu banyak.
3. Faktor Sarana Penunjang
Faktor lainya yang dapat menunjang siswa adalah faktor sarana penunjang. Biasanya siswa
akan termotivasi apabila mereka belajar dengan sarana yang lengkap, seperti ruang kelas
yang baik, Faktor laboratorium dengan alat dan bahan yang lengkap. Juga sarana
perpustakaan dan sarana belajar lainya.
4. Evaluasi Pembelajaran Sains
Evaluasi berfungsi untuk mengetahui sejauh mana tujuan belajar telah dapat dicapai siswa
sebagai umpan balik bagi guru untuk menilai keberhasilan program belajar mengajar yang
telah dilaksanakan. Evaluasi harus dapat mengukur hasil belajar tersebut. Evaluasi belajar
dalam pembelajaran sains dikenal dengan istilah ulangan, dan sebagai hasilnya dinyatakan
dalam bentuk nilai-nilai. Pada kenyataanya banyak masalah yang dialami oleh siswa dalam
belajar sains, sehingga tidak mengherankan jika hasil ulangan siswa tersebut rendah. Agar
evaluasi tidak menimbulkan masalah maka guru sains harus memperhatikan hal-hal berikut
ini:
a. Jangan terlalu sering memberikan ulangan, karena sesuatu yang rutin tidak menimbulkan
tantangan bagi siswa.
b. Hasil ulangan yang dikembalikan kepada siswa setelah tenggang waktu yang lama, tidak
akan menimbulkan motivasi belajar lagi, karena siswa sudah lupa akan permasalahan
yang dibahas.
c. Soal- soal ulangan harus sesuai tingkat kesukaranya dengan aspek dari tujuan
instruksional khusus yang telah ditentukan lagi sebelumnya.
d. Pembahasan hasil ulangan yang hasilnya kurang memuaskan dapat pula meningkatkan
motivasi belajar siswa.
e. Waktu pemberian evaluasi tidak perlu selalu berdasarkan perjanjian. Pemberian ulangan
secara tiba-tiba dapat pula memotivasi siswa untuk terus- menerus belajar. Tetapi tehnik
ini umumnya kurang dapat diharapkan hasilnya.
Dari uraian tersebut, maka agar evaluasi pembelajaran sains memiliki nilai yang
diharapkan, dapat berpedoman pada prinsip kebermaknaan yaitu; prinsip prasyarat, prinsip
modeling, prinsip menarik, prinsip partisipasi, prinsip penyebaran jadwal, prinsip konsekuen dan
kondisi yang menyenagkan serta prinsip komunikasi terbuka.

Kesimpulan

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menuntut adanya
inovasi di bidang pendidikan khususnya bidang sains. Hal ini mengingat pentingnya sains dalam
memajukan suatu bangsa. Berbagai macam inovasi strategi, metode, media dilakukan untuk
memajukan pendidikan sains tersebut, diantaranya adalah pembelajaran sains berbasis alam dan
lingkungan. Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan mesti dimiliki atau
dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran akan lebih hidup dan bermakna.
Berbagai inovasi tersebut diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat
dan meningkatkan kebermaknaan dalam belajar sains.
Alam semesta dan lingkungan dapat dijadikan sumber belajar. Alam semesta ini
merupakan suatu anugrah yang merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT, seperti dalam
yang terkandung dalam QS. Ali Imran, (3 : 190 191). Pemanfaatan alam dan lingkungan
menjadikan media pembelajaran yang mahal menjadi terjangkau. Dalam proses pembelajaran
sains, siswa dapat dibawa ke alam dan lingkungan untuk melakukan observasi, sehingga lebih
meningkatkan daya ingat dan kebermaknaan dalam belajar.

Daftar Pustaka

__________ . 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Abdurrahman. (2007). Meaningful learning re-invensi kebermaknaan pembelajaran. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
Conny R. Semiawan. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta : Depdikbud
Fuad Ihsan. 1995. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Hera Lestari Mikarsa, dkk. 2007. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
I Wayan Santyasa. 2005. Model pembelajaran inovatif dalam implementasi KBK, Makalah
Penataran Guru-Guru SMP, SMA, dan SMK se- Kabupaten Jembrana Juni-Juli 2005.
Jembrana: FMIPA IKIP Negeri Singaraja.
Martin, et.al. 2005. Teaching science for all children : inquiry methods for constructing
understanding-3rd edition. Pearson education. Inc.
Mulyasa. 2008. Implementasi KTSP Kemandirian guru dan kepala sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Syaiful Bahri Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sukardjo & Das Salirawati. Pembelajaran sains (IPA) terpadu yang kreatif dan menyenangkan,
Makalah Seminar Nasional Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana
UNY, 8 Oktober 2008. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Sains PPs UNY.
Suprayekti, dkk. 2004. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarzaki. 2008. Strategi Pembelajaran Sains di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Depag.
STAIN Cirebon.
Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Indeks. Jakarta.
http://www.anakciremai.com/2010/04/makalah-belajar-berbasis-alam.html. Diakses Pada
Tanggal 24 Agustus 2010.
http://marsaja.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 24 Agustus 2010.
(http://ekohs.wordpress.com/2009/09/01/lingkungan-sebagai-sumber-dan-media pembelajaran/).
Diakses Pada Tanggal 25 Agustus 2010.

You might also like