You are on page 1of 13

Implementasi Prinsip-Prinsip Pembelajaran Abad 21 Pada

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti


(Studi Kasus di SMA Negeri 2 Kendal)

Aufaa, Ruswan, Agus Sutiyono


Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Indonesia
aufaaabdullah2@gmail.com

Abstrak
Tesis ini membahas tentang implementasi prinsip-prinsip pembelajaran abad 21 pada
mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMA N 2 Kendal.
Penelitian ini menggunakan penelitian fenomenologi untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena tentang prinsip pembelajaran abad ke 21 meliputi instruction
should be student-centered, education should be collaborative, learning should have
context, schools should be integrated with society di SMA N 2 Kendal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip pembelajaran abad 21 pada
mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMA N 2 Kendal. Data
diperoleh dengan cara observasi dan dokumentasi. Uji keabsahan data dilakukan dengan
uji triangulasi. Analisis data yang digunakan dengan reduksi data, display data dan
kesimpulan. Kajian ini menunjukkan bahwa implementasi prinsip-prinsip pembelajaran
abad 21 pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMA N 2
Kendal meliputi implementasi instruction should be student-centered, implementasi
education should be collaborative, implementasi learning should have context,
implementasi schools should be integrated with society.

Kata Kunci: Prinsip-Prinsip Pembelajaran Abad 21, Pendidikan Agama Islam

Abstracts
This thesis discusses the implementation of 21st century learning principles in the
subjects of Islamic religious education and character at SMA N 2 Kendal. This study
uses phenomenological research to describe and analyze the phenomenon of 21st
century learning principles including instruction should be student-centered, education
should be collaborative, learning should have context, schools should be integrated
with society at SMA N 2 Kendal. This study aims to determine the implementation of
21st century learning principles in Islamic religious education subjects and character at
SMA N 2 Kendal. Data obtained by means of observation and documentation. The
validity of the data was tested by triangulation test. Data analysis used with data
reduction, data display and conclusions. This study shows that the implementation of
21st century learning principles in Islamic religious education and character education
at SMA N 2 Kendal includes the implementation of instruction should be student-
centered, implementation of education should be collaborative, implementation of
learning should have context, implementation of schools should be integrated with
society.

Keywords: 21st Century Learning Principles, Islamic education


A. Pendahuluan
Ciri menonjol Abad-21 salah satunya adalah semakin bertautnya dunia
ilmu dan teknologi, sehingga sinergi di antaranya menjadi semakin cepat. Terkait
dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (Information and
Communication Technology / ICT) di dunia pendidikan, telah mengakibatkan
semakin meleburnya dimensi “ruang dan waktu” yang selama ini menjadi faktor
penentu kecepatan dan keberhasilan penguasaan manusia terhadap ilmu dan
teknologi. Di Abad-21 ini kita ditantang untuk mampu menciptakan tata-
pendidikan yang dapat ikut menghasilkan sumber daya pemikir yang mampu ikut
membangun tatanan sosial dan ekonomi sadar pengetahuan sebagaimana layaknya
warga dunia di Abad 21. Tentu saja dalam memandang ke depan dan merancang
langkah kita tidak boleh sama sekali berpaling dari kenyatan yang mengikat kita
dengan realita kehidupan.1
Berbagai upaya dalam rangka peningkatan mutu pendidikanpun senantiasa
dilakukan, disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi, serta era yang
terjadi. Dalam konteks Pendidikan di Abad 21 ini ada pihak-pihak yang
menyikapinya sebagai sebuah peluang, namun ada juga yang memandangnya
sebagai tantangan atau hambatan, atau cara-cara lain dalam menyikapinya,
tergantung dari kemampuan serta cara pandang masing-masing.2
Pembelajaran PAI agar menjadi efektif dan efisien, guru harus mampu
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga peran guru dan
peserta didik pun menjadi berubah. Kalimat “the world is my class” mencerminkan
bagaimana seluruh dunia beserta isinya ini menjadi tempat manusia pembelajar
meningkatkan pengetahuan dan kompetensinya, dalam arti kata bahwa proses
pencarian ilmu tidak hanya berada dalam batasan dinding-dinding kelas semata.
Peran guru pun tidak lagi menjadi seorang “ infomediary ” karena sang peserta
didik sudah dapat secara langsung mengakses sumber-sumber pengetahuan yang
selama ini harus didistribusikan oleh guru di kelas. Guru akan lebih berfungsi
sebagai fasilitator, pelatih, dan pendamping para siswa yang sedang mengalami
proses pembelajaran.3
Metode belajar mengajar dalam pembelajaran PAI harus kreatif dan
berpegang pada prinsip bahwa setiap individu itu unik dan memiliki talentanya
masing-masing, maka metode belajar mengajar pun harus memperhatikan
keberagaman “learning style” dari masing-masing individu. Oleh karena itulah
model belajar yang menekankan pada ciri khas dan keberagaman ini perlu
dikembangkan, seperti misalnya yang diperkenalkan dalam: PBL ( Problem Based
Learning ), PLP (Personal Learning Plans), PBA (Performance Based
Assessment), dan lain sebagainya. Di samping itu, harus pula ditekankan model
pembelajaran berbasis kerjasama antar individu tersebut untuk meningkatkan
kompetensi interpersonal dan kehidupan sosialnya, seperti yang diajarkan dalam
konsep: Cooperative Learning, Collaborative Learning, Meaningful Learning, dan

1
Farid Anfasa Moeloek, dkk, Paradigma Pendidikan Anggota BSNP, (Badan Standar Nasional
Pendidikan, 2010), hlm. 22
2
Mukminan, Strategi MenyiasatiPendidikan Abad 21, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial – UNY, 2014),
hlm.3
3
Farid Anfasa Moeloek, dkk, Paradigma Pendidikan Anggota BSNP, (Badan Standar Nasional
Pendidikan, 2010), hlm. 46
lain sebagainya.4
Materi ajar dalam pembelajaran PAI yang kontekstual, besarnya pengaruh
media (seperti televisi, surat kabar, majalah, internet, dan radio) terhadap
masyarakat secara tidak langsung berpengaruh terhadap kondisi kognitif peserta
didik dalam arti kata bagi mereka akan lebih mudah menggambarkan kejadian
atau hal- hal yang nyata (faktual) dibandingkan dengan membayangkan sesuatu
yang bersifat abstrak.5
Pembelajaran PAI di SMA Negeri 2 Kendal, guru melaksanakan
perencanaan pembelajaran dengan mengembangkan silabus yang telah
diperoleh dari pemerintah, membuat RPP, program tahunan yang sesuai
kalender pendidikan, program semester. Setelah dikembangkan, silabus
kemudian dijabarkan secara operasional dalam bentuk RPP, adapun komponen
yang terdapat dalam RPP antara lain KI-KD, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran,
media pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran PAI disusun untuk rencana jangka panjang dan
jangka pendek, dijabarkan dalam program tahunan yang meliputi kompetensi
inti dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik selama satu
tahun yang dijabarkan pada semester ganjil dan genap sesuai dengan alokasi
waktu yang telah ditentukan, serta program semester yang meliputi kompetensi
dasar, indikator, materi pokok, alokasi waktu, serta jumlah pertemuan selama
satu semester.
Kegiatan pelaksanaan pembelajaran PAI di SMA Negeri 2 Kendal,
berlandaskan pada kurikulum 2013 yang dipertahankan hingga sekarang, yaitu
dengan menggunakan pendekatan saintific yang terdiri dari kegiatan awal atau
pendahuluan, kegiatan inti yang di dalamnya tedapat 5M yaitu mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasi, dan
kegiatan penutup. Dalam kegiatan awal yang dilaksanakan SMA Negeri 2
Kendal, peserta didik terlebih dahulu diberikan spirit morning yang memuat
kegiatan-kegiatan sebelum pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan
semangat dan motivasi kepada peserta didik, dalam hal ini tentang pentingnya
membaca al-Qur’an dengan benar. Dalam kegiatan inti yang mencakup
kegiatan mengamati, menanya, mencari informasi / eksplorasi, mengasosiasi
atau menalar, dan mengkomunikasi. Guru berperan sebagai narasumber dan
fasilitator dalam setiap kegiatan dan berupaya menciptakan suasana nyaman
sehingga kegiatan pembelajaran berjalan sesuai dengan yang direncanakan,
dengan adanya interaksi dari setiap peserta didik baik dengan guru, lingkungan
belajar dan sesama peserta didik. Untuk itu berbagai upaya yang dilakukan oleh
guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran be crupa metode dan pendekatan yang sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik dan materi pembelajaran.
Dari uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian di SMA N 2
Kendal dengan judul “Implementasi Prinsip-Prinsip Pembelajaran Abad 21
Pada Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA N 2 Kendal”.

4
Farid Anfasa Moeloek, dkk, Paradigma Pendidikan Anggota BSNP, hlm. 47
5
Farid Anfasa Moeloek, dkk, Paradigma Pendidikan Anggota BSNP, hlm. 48
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kualitatif lapangan
(field research). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa.6
Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden maupun
yang berasal dari dokumen- dokumen, baik dalam bentuk statistik atau dalam
bentuk lainnya guna keperluan penelitian.7 Sumber data juga merupakan subjek
bagi peneliti untuk dapat memperoleh data. Peneliti membutuhkan beberapa sumber
data sebagai subjek dan objek penelitian yang dilakukan. Data penelitian menurut
sumbernya digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan sekunder.
Agar penelitian bisa fokus dalam penelitian kualitatif terdapat batasan
masalah. Batasan masalah penelitian kualitatif disebut dengan fokus penelitian.
Fokus penelitian ini, akan membahas tentang prinsip pembelajaran Abad 21 Pada
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMA N 2 Kendal.
Metode kualitatif sangat mengutamakan manusia sebagai instrumen
penelitian, sebab mempunyai adaptabilitas tinggi hingga senantiasa dapat
menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah selama penelitian itu. Adapun
pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan metode
dokumentasi.
Dalam penelitian kualitatif, untuk melakukan uji keabsaan data maka
menggunakan uji keabsaan data maka menggunakan uji triangulasi. Triangulasi
dalam penelitian kualitatif diartikan sebagai pengujian keabsaan data yang
diperoleh kepada beberapa sumber, metode dan waktu.
Setelah proses pengumpulan data dilakukan, tahap selanjutnya adalah
melakukan analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai dengan menyiapkan dan
mengorganisasikan data yaitu data teks seperti transkip atau data gambar seperti
foto untuk analisis, kemudian mereduksi data tersebut menjadi tema melalui proses
pengkodean dan peringkasan kode, dan terakhir menyajikan data dalam bentuk
bagan, tabel atau pembahasan.8 Penelitian lapangan merupakan penelitian analisis
deskriptif, yaitu penelitian yang terfokus pada suatu fenomena-fenomena tertentu
untuk diamati dan dianalis secara cermat dan diteliti. Secara umum, terdapat tiga
tahap dalam analisis data menurut Miles dan Huberman yang dikutip oleh Ezmir
yaitu reduksi data, display data (penyajian data), dan penarikan kesimpulan.

C. Hasil dan Pembahasan


6
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013,
hlm. 6.
7
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2017),
hlm. 87.
8
John W. Creswall, Qualitatif Inquiry ang Reseach Design:Chosing Among Five Appoaches,
terj. Ahmad Lintang Lazuardi, (Yogtakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 25
1. Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Pembelajaran Abad 21 Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMAN 2 Kendal
a. Prinsip pembelajaran instruction should be student-centered (pembelajaran
berpusat pada siswa) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti di SMAN 2 Kendal.
Dalam menerapkan konsep Studen Center Learning (SCL), siswa
dapat berperan aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung
jawab dan inisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya. Dengan selalu
berpegang pada nilai-nilai budaya, yang relevan dan sesuai dengan nilai-
nilai Islam, maka pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang dilakukan
dengan model Studen Center Learning (SCL), dengan
mengimplementasikan pendidikan Islam menjawab pembentukan manusia
yang kompeten dalam kehidupannya sebagai kholifah dibumi.9
b. Prinsip pembelajaran education should collaborative (pendidikan harus
kolaboratif) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
di SMAN 2 Kendal.
Prinsip pembelajaran education should collaborative atau yang kita
kenal dengan pembelajaran collaborative learning. Pembelajaran ini
merupakan salah satu dari pembelajaran aktif yang meliputi berbagai cara
untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktifitas-aktifitas yang
membangun kerja kelompok dalam waktu yang singkat membuat mereka
berfikir tentang materi pelajaran. Ruang Lingkup Mata Pelajaran PAI dan
Budi Pekerti Pendidikan Agama Islam yang terdiri atas 5 (enam) aspek,
meliputi; Al- Qur’an, aqidah, akhlak, fiqh, dan sejarah kebudayaan Islam.10
c. Prinsip pembelajaran learning should have context (pembelajaran harus
kontekstual) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
di SMAN 2 Kendal.
Model pembelajaran kontekstual harus melakukan penilaian autentik.
Penilaian autentik adalah penilaian yang memadukan antara kesiapan
peserta didik, proses, dan hasil belajar. Keterpaduan ketiga komponen ini
akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta didik
atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional
effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Hasil
penilaian autentik ini dijadikan dasar oleh guru untuk merencanakan
program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan
konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan
untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan standar penilaian
pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses
pembelajaran dengan menggunakan alat; angket, observasi, catatan anekdot,
dan refleksi.11

d. Prinsip pembelajaran schools should be integrated with society (sekolah

9
Observasi peneliti di SMAN 2 Kendal, pada hari Senin tanggal 5 Oktober 2021
pukul 11.00-12.30 WIB
10
Dokumen SMAN 2 Kendal 2021
11
Kunandar, Penilaian Autentik Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada. 2014), hlm 13
harus berintegrasi dengan masyarakat) pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi pekerti di SMAN 2 Kendal.
Konsep hubungan sekolah dengan masyarakat adalah sangat luas dan
kompleks serta beranekaragam. Berikut ini ada bermacam-macam konsepsi
hubungan sekolah dengan masyarakat untuk dapat dipertimbangkan mana
yang lebih efektif dikembangkan si sekolah mendatang.12
Bentuk prinsip pembelajaran schools should be integrated with
society (sekolah harus berintegritas dengan masyarakat) pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti di SMAN 2 Kendal yaitu Prinsip
hubungan sekolah dengan masyarakat beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan hubungan sekolah dan masyarakat, antara
lain:
1) Integrity; prinsip ini mengandung makna bahwa semua kegiatan
hubungan sekolah dan masyarakat harus terpadu. Artinya informasi yang
disampaikan antar keduanya harus informasi yang terpadu baik mengenai
masalah akademik maupun non akademik. Hal ini sangat penting untuk
meningkatkan penilaian dan kepercayan antar keduanya.
2) Continuity; prinsip ini menjelaskan bahwa hubungan ini harus dilakukan
secara terus menerus, hal ini dilakukan agar masyarakat mengetahui
perkembangan sekolah.
3) Simplicity; prinsip menghendaki agar dalam proses hubungan sekolah
dan masyarakat ini dapat menyederhanakan berbagai informasi yang
disajikan kepada masyarakat sesuai dengan kondisi dan karakteristik
masyarakat.13
2. Penilaian Pembelajaran Abad 21 Pada Mata Pelaaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti di SMAN 2 Kendal.
a. Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian terhadap kecenderungan perilaku
peserta didik sebagai hasil pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar
kelas. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dengan penilaian
pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan
juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap ditujukan untuk mengetahui
capaian dan membina perilaku serta budi pekerti peserta didik sesuai butir-
butir sikap dalam Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi Inti Sikap
Spiritual (KI-1) dan Kompetensi Inti Sikap Sosial (KI-2).14
Penilaian sikap spiritual dan sikap sosial dilakukan secara
berkelanjutan oleh pendidik mata pelajaran, guru Bimbingan Konseling
(BK), dan wali kelas dengan menggunakan observasi dan informasi lain
yang valid dan relevan dari berbagai sumber. Penilaian sikap merupakan
bagian dari pembinaan dan penanaman/pembentukan sikap spiritual dan
sikap sosial peserta didik yang menjadi tugas dari setiap pendidik.

12
Dokumen SMAN 2 Kendal, 2021
13
Observasi peneliti di SMAN 2 Kendal, pada hari Senin tanggal 25 Oktober 2021
pukul 11.00 -12.00 WIB
14
Observasi peneliti di SMAN 2 Kendal, pada hari Senin tanggal 25 Oktober 2021 pukul 11.00 -
12.00 WIB
Penanaman sikap diintegrasikan pada setiap pembelajaran KD dari KI-3 dan
KI-4.Selain itu, dapat dilakukan penilaian diri (self assessment) dan
penilaian antarteman (peer assessment) dalam rangka pembinaan dan
pembentukan karakter peserta didik, yang hasilnya dapat dijadikan sebagai
salah satu data untuk konfirmasi hasil penilaian sikap oleh pendidik. Hasil
penilaian sikap selama periode satu semester ditulis dalam bentuk deskripsi
yang menggambarkan perilaku peserta didik.
Instrumen yang digunakan untuk penilaian diri berupa lembar
penilaian diri yang dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak
bermakna ganda, dengan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik,
dan menggunakan format sederhana yang mudah diisi peserta didik. Lembar
penilaian diri dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan sikap
peserta didik dalam situasi yang nyata/sebenarnya, bermakna, dan
mengarahkan peserta didik mengidentifikasi kekuatan atau kelemahannya.
Hal ini untuk menghilangkan kecenderungan peserta didik menilai dirinya
secara subjektif.15
Hasil analisis dinyatakan dalam deskripsi sikap spiritual dan sikap
sosial yang perlu segera ditindaklanjuti. Peserta didik yang menunjukkan
banyak perilaku positif diberi apresiasi/pujian dan peserta didik yang
menunjukkan banyak perilaku negatif diberi motivasi/ pembinaan sehingga
peserta didik tersebut dapat membiasakan diri berperilaku baik (positif).16
b. Penilaian pengetahuan
Penilaian pengetahuan merupakan penilaian untuk mengukur
kemampuan peserta didik berupa pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah
sampai tinggi. Penilaian ini berkaitan dengan ketercapaian Kompetensi
Dasar pada KI-3 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Penilaian
pengetahuan dilakukan dengan berbagai teknik penilaian. Pendidik
menetapkan teknik penilaian sesuai dengan karakteristik kompetensi yang
akan dinilai. Penilaian dimulai dengan perencanaan pada saat menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada silabus.
Penilaian pengetahuan, selain untuk mengetahui apakah peserta didik
telah mencapai ketuntasan belajar, juga untuk mengindentifikasi kelemahan
dan kekuatan penguasaan pengetahuan peserta didik dalam proses
pembelajaran (diagnostic). Oleh karena itu, pemberian umpan balik
(feedback) kepada peserta didik oleh pendidik merupakan hal yang sangat
penting, sehingga hasil penilaian dapat segera digunakan untuk perbaikan
mutu pembelajaran. Ketuntasan belajar untuk pengetahuan ditentukan oleh
satuan pendidikan dengan mempertimbangkan batas standar minimal nilai
Ujian Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara bertahap satuan
pendidikan terus meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan
mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing satuan
pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.
Berbagai teknik penilaian pengetahuan dapat digunakan sesuai
15
Observasi peneliti di SMAN 2 Kendal, pada hari Senin tanggal 25 Oktober 2021 pukul 11.00 -
12.00 WIB
16
bservasi peneliti di SMAN 2 Kendal, pada hari Senin tanggal 25 Oktober 2021 pukul 11.00 -
12.00 WIB
dengan karakteristik masing masing KD. Teknik yang biasa digunakan
adalah tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Namun tidak menutup
kemungkinan digunakan teknik lain yang sesuai, misalnya portofolio dan
observasi.
c. Penilaian keterampilan
Penilaian keterampilan adalah penilaian untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik terhadap kompetensi dasar pada KI-4. Penilaian
keterampilan menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pengetahuan
yang sudah dikuasai peserta didik dapat digunakan untuk mengenal dan
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sesungguhnya (real life).
Ketuntasan belajar untuk keterampilan ditentukan oleh satuan pendidikan,
secara bertahap satuan pendidikan terus meningkatkan kriteria ketuntasan
belajar dengan mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing
satuan pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.17
Pengamatan unjuk kerja/kinerja/praktik perlu dilakukan dalam
berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan
tertentu. Misalnya untuk menilai kemampuan berbicara yang beragam
dilakukan pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan seperti: diskusi dalam
kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan wawancara. Dengan demikian,
gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh.
Dalam pelaksanaan penilaian kinerja perlu disiapkan format observasi
dan rubric penilaian untuk mengamati perilaku peserta didik dalam
melakukan praktik atau produk yang dihasilkan. Pada penilaian kinerja
dapat diberikan pembobotan pada aspek yang dinilai, misalnya persiapan
20%, pelaksanaan dan hasil 50%, dan pelaporan 30%.
d. Penilaian proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan, yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, inovasi dan kreativitas, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan peserta didik menginformasikan mata
pelajaran tertentu secara jelas.
e. Penilaian produk
Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk -produk, seperti membuat desain kain kafan, video
pernikahan, kisah sahabat dan pahlawan/ ilmuwan Muslim dan kisah atau
peristiwa lainnya.18
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu
diadakan penilaian yaitu:
1) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan

17
Dokumen SMAN 2 Kendal, 2021
18
Dokumen SMAN 2 Kendal, 2021
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan
peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan
teknik.
3) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan, misalnya
berdasarkan, tampilan, fungsi dan estetika.
f. Penilaian portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan berdasarkan kumpulan
informasi yang bersifat reflektif- integritas yang menunjukkan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu. Ada beberapa tipe portofolio
yaitu portofolio dokumentasi, portofolio proses, dan portofolio pameran.
Pendidik dapat memilih tipe portofolio sesuai dengan karakteristik
kompetensi dasar dan/atau konteks mata pelajaran. Pada akhir suatuperiode,
hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh pendidik bersama
peserta didik.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, pendidik dan peserta didik dapat
menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan
perbaikan. Sehingga, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan
kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya. Portofolio peserta didik
disimpan dalam suatu folder dan diberi tanggal pembuatan sehingga
perkembangan kualitasnya dapat dilihat dari waktu ke waktu.
Penilaian portofolio dilakukan untuk menilai karya- karya peserta
didik secara bertahap dan pada akhir suatu periode hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dipilih bersama oleh pendidik dan peserta didik. Karya-
karya terbaik menurut pendidik dan peserta didik disimpan dalam folder
dokumen portofolio. Pendidik dan peserta didik harus mempunyai alasan
yang sama mengapa karya-karya tersebut disimpan di dalam dokumen
portofolio. Setiap karya pada dokumen portofolio harus memiliki makna
atau kegunaan bagi peserta didik, pendidik, dan orang lain. Selain itu,
diperlukan komentar refleksi dari pendidik dan orang tua peserta didik atau
pengamat pendidikan yang memiliki keterkaitan dengan karya-karya yang
dikoleksi.
Pendidik dapat memanfaatkan portofolio untuk mendorong peserta
didik mencapai sukses dan membangun kebanggaan diri. Secara tidak
langsung, hal ini berdampak pada peningkatan upaya peserta didik untuk
mencapai tujuan individualnya. Di samping itu pendidik akan merasa lebih
mantap dalam mengambil keputusan penilaian karena didukung oleh bukti-
bukti autentik yang telah dicapai dan dikumpulkan peserta didik.
3. Remedial dan Pengayaan Pembelajaran Abad 21 Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMAN 2 Kendal.
Konsekuensi dari pembelajaran tuntas adalah tuntas atau belum tuntas.
Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM, maka dilakukan tindakan
remedial dan bagi peserta didik yang sudah mencapai atau melampaui
ketuntasan belajar dilakukan pengayaan. Pembelajaran remedial dan pengayaan
dilaksanakan untuk kompetensi pengetahuan dan keterampilan, sedangkan sikap
tidak ada remedial atau pengayaan namun menumbuhkembangkan sikap,
perilaku, dan pembinaan karakter setiap peserta didik. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:19
a. Bentuk pelaksanaan remedial
Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah
berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial.
Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain:20
1) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan variasi cara penyajian,
penyederhanaan tes/pertanyaan.
2) Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua
peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami
kesulitan belajar. pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan
menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat.
3) Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan.
Dalam pembelajaran klasikal peserta didik tertentu mengalami kesulitan,
perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara
individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran
pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat
satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai
ketuntasan.
4) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka pelaksanaan
remedial, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir.v Peserta didik perlu
diberi pelatihan intensif untuk membantu menguasai kompetensi yang
ditetapkan.
5) Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas atau kakak
kelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan
untuk memberikan tutorial kepada rekan atau adik kelas yang mengalami
kesulitan belajar. Melalui tutor sebaya diharapkan peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.21
b. Bentuk pelaksanaan pengayaan
Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan
sebagai berikut:
1) belajar kelompok, yaitu sekelompok peserta didik yang memiliki minat
tertentu diberikan pembelajaran bersama di luar jam pelajaran satuan
pendidikan.
2) belajar mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar mengenai
sesuatu yang diminati. dan
3) pembelajaran berbasis tema, yaitu memadukan kurikulum di bawah tema
besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara berbagai
disiplin ilmu.
c. Hasil penilaian remedial dan pengayaan
19
Observasi peneliti di SMAN 2 Kendal, pada hari kami tanggal 29 September 2021 pukul
11.00-12.30 WIB
20
Observasi peneliti di SMAN 2 Kendal, pada hari kamis tanggal 29 September 2021
pukul 11.00-12.30 WIB
21
Observasi peneliti di SMAN 2 Kendal, pada hari kamis tanggal 29 September 2021 pukul 11.00-
12.30 WIB
1) Nilai remedial yang diperoleh diolah menjadi nilai akhir.
2) Nilai akhir setelah remedial untuk aspek pengetahuan dihitung dengan
mengganti nilai indikator yang belum tuntas dengan nilai indikator hasil
remedial, yang selanjutnya diolah berdasarkan rata-rata nilai seluruh KD.
3) Nilai akhir setelah remedial untuk aspek keterampilan diambil dari nilai
optimal KD.
4) Penilaian hasil belajar kegiatan pengayaan tidak sama dengan kegiatan
pembelajaran biasa, tetapi cukup dalam bentuk portofolio, dan harus
dihargai sebagai nilai tambah (lebih) dari peserta didik yang normal.
D. Kesimpulan
Implementasi prinsip-prinsip pembelajaran abad 21 pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMAN 2 Kendal
ada 4 prinsip yaitu:
Implementasi prinsip pembelajaran berpusat pada siswa pada mata
pelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMAN 2 Kendal menunjukkan bahwa:
Adanya pemberian tugas kelompok kepada peserta didik materi tentang
Pembaharuan Islam, sumber materi pembahasan dihasilkan dari internet,
buku paket PAI, buku agama, koran, majalah, you tobe, video, dll, dan
bentuk tugas siswa merumuskan, mempresentasikan, menjawab
pertanyaan, mengkristi materi pembahasan dan bentuk evalusi penilaian
berupa portofolio.
Implementasi prinsip pembelajaran kolaboratif pada mata pelajaran
PAI dan Budi Pekerti di SMAN 2 Kendal menunjukkan bahwa: guru dan
peserta didik membahas contoh, mencatat semua informasi,
mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan serta bertukar
informasi tentang materi ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan
syariat Islam, dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok
lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru.
Implementasi prinsip pembelajaran harus kontekstual pada mata
pelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMAN 2 Kendal menunjukkan bahwa :
Peserta didik bertanya, mendiskusikan, mengkritisi, merumusan
naskah/laporan hasil diskusi peserta didik yang telah ditentukan sebagai
panulis mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang ketentuan
syariat Islam dalam mengurus jenazah di depan kelompok lainnya, adanya
penjelasan tambahan dan penguatan mengenai ketentuan syariat Islam
dalam mengurus jenazah oleh guru/pembimbing. dan guru memberikan
penilaian dalam bentuk portofolio.
Bentuk implementasi prinsip pembelajaran berintegritas dengan
masyarakat pada mata pelajaran PAI dan Budi pekerti di SMAN 2 Kendal
yaitu: adanya manajemen hubungan SMAN 2 Kendal dengan masyarakat,
meliputi: 1) hubungan edukatif, 2) Hubungan Kultural, 3) Hubungan
institusional. Adanya teknik-teknik hubungan sekolah dengan masyarakat,
meliputi 1) Teknik tertulis 2) Teknik lisan, 3) Teknik peragaan, 4) Teknik
elektronik.

E. Daftar Pustaka
Abidin, Yunus, Desain Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013, Bandung:
PT. RefikaAditama, 2014
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017
Ali, Mohammad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung:
Angkasa, 2017
AniStiani ,Donni Juni Priansa, Manajemen Peserta Didikdan Model Pembelajaran.
Arief, Armai, Ilmu dan Metodologi Pendidikan, Jakarta: Ciputat Pers, 2017
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, Cet, II: Jakarta: Bumi Aksara, 2006
Az-Zuhaily, Wahbah, At-Tafsir Al-Munir Fil ‘Aqidat iWa Al- Asyari’ah Wa Al-
Minhaj, Jilid 4, Damaskus: Darul Fikr, 2017
D.Ma rimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Cet. I; Bandung : al-
Ma’arif,2017
Badan Standar Nasional Pendidikan, Paradigma Pendidikan Nasional Abad 21,
Jakarta : BNSP 2017
JC.L Tan, oseph and Chapman, Anne, Project-Based Learning for Academically-
Able Students, Hwa Chong: Institute Singapore, 2016
Cottrell, Stella, Critical Thingking Skills Developing Effective Analisys And
Argument, New York: PALGAVE MACMILLAN, 2017
Creswell, John W, Research Design Qualitative, Quantitative and mixed Methods
Approaches,California: SAGE Publication, 2017
Cresswell, John dkk, Boys In School and Society, Australia: Education
Research, 2017
Daradjat, Zakiyah ,Ilmum Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2017
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam SMP dan MTS, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang
Depdiknas, 2017
Ezmir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajawali Press,
2012
Fadillah, M. ,Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs,
&SMA/MA, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014
Hamdan, Pengembangan dan Pembinanaan Kurikulum (Teori dan Praktek
Kurikulum PAI), Banjarmasin, 2017
Hosnan, M., Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21,
Bogor :Ghalia Indonedia, 2014
Ismail, Abi l Fida’, bin Umar bin Kasir Al-Damaskus, Tafsir Al- Qur’an Al-Adzim,
Juz 3, Riyadz: DarulThoyyibah, 2017

You might also like