Professional Documents
Culture Documents
Editors
Reviewer
Prof. Enos Tangke Arung, PhD, Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman, Samarinda,
Indonesia
Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU., Apt, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia
Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt, Universitas Sumatera Utara, Indonesia
Administration
ABSTRACT
Irrational use of drugs is still found in Puskesmas which is the First Level Health
Facilities. The use of irrational drugs based on appropriate drugs and precise indications. In
the use of various types of drugs there may be an irrationality of treatment, one of which is
hypertension.This study aims to determine the antihypertensive drugs used in Pelambuan
Puskesmas Banjarmasin and to determine the percentage of rationality of hypertension
treatment at Pelambuan Puskesmas Banjarmasin. evaluating the rationale for the use of
antihypertensive drugs that include the accuracy of indication, drug, dose, patient, mode of
administration, and duration of administration in hypertensive patients at Puskesmas
Pelambuan Banjarmasin during 2017. This type of research was descriptive non-experimental
research with retrospective data retrieval based on medical records of hypertensive patients in
2017. The population in this study amounted to 333 medical records and the number of samples
that met the inclusion and exclusion criteria as much as 37 medical records. The tools /
instruments in this study were observation sheets and interview sheets. The results of the
research on antihypertensive drugs used in Pelambuan Banjarmasin Health Center were
amlodipine, nifedipine, captopril, lisinopril. The results of the evaluation of the rationality of
the use of antihypertensive drugs were seen based on the exact indication criteria as many as 18
patients (48,65%), right medication as many as 18 patients (48,65%), right dose of 17 patients
(45,95%), right patients as many as 33 patients (89,19%), the exact method of administration
was 31 patients (83,79%), and the exact duration of administration was 22 patients (59,46%).
diberikannya terapi farmakologi kepada diberikan dalam 1 dosis atau dibagi 2 dosis
pasien, diperlukan juga terapi non dapat ditingkatkan bila perlu.
farmakologi yaitu dengan melakukan Captopril dan lisinopril merupakan
modifikasi gaya hidup. Menurut JNC 7 TDS obat antihipertensi golongan Angiotensin
(tekanan darah sistolik) harus menjadi target Converting Enzyme Inhibitor (ACEI).
utama untuk diagnosa dan manajemen dari Captopril dan lisinopril merupakan obat
pemberian terapi pada pasien. Kenaikan yang efektif dalam penanganan gagal
TDS bertanggung jawab untuk peningkatan jantung dengan cara supresi sistem renin
baik insiden dan prevalensi hipertensi, TDS angiotensin aldosteron. Renin adalah enzim
yang tidak terkontrol akan menyebabkan yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada
peningkatan dari kardiovaskular dan globulin plasma untuk memproduksi
penyakit ginjal sehingga TDS pasien harus angiotensin I yang bersifat inaktif.
menjadi pertimbangan dalam pemberian Dosis awal captopril untuk usia
terapi antihipertensi. dewasa terkena hipertensi adalah 12,5 mg
Berdasarkan tabel 1, diperoleh bahwa sampai 25 mg diminum dua kali sehari. Bila
pasien hipertensi yang berobat ke Puskesmas setelah 2 minggu belum diperoleh
Pelambuan Banjarmasin selama tahun 2017 penurunan tekanan darah, maka dosis dapat
paling banyak menggunakan obat yang ditingkatkan sampai 50 mg dua sampai tiga
berasal dari golongan Calcium Channel kali sehari. Sedangkan dosis awal lisinopril
Blocker (CCB) yaitu obat amlodipine untuk usia dewasa 10 mg satu kali sehari.
sebanyak 21 pasien (56,76%) yang Dosis pemeliharaan 10 mg sampai 20 mg
menggunakan dan terbanyak kedua dari diminum satu kali sehari. Dosis ini dapat
golongan Angiotensin Converting Enzyme ditingkatkan sesuai dengan respon klinisnya
Inhibitor (ACEI) yaitu obat captopril maksimum 40 mg sehari. Captopril memiliki
sebanyak 9 pasien (24,33%) yang masa kerja yang tidak panjang (short acting)
menggunakan. sehingga harus diberikan minimal dua kali
Mekanisme aksi antihipertensi sehari. Kontraindikasi untuk ibu hamil
amlodipine dan nifedipine adalah efek karena menimbulkan masalah neonatal,
langsung relaksasi pada otot polos pembuluh termasuk gagal ginjal dan kematian janin(10).
darah. Amlodipine dan nifedipine mulai
bekerja perlahan namun memberikan efek Evaluasi Kerasionalan
antihipertensi yang dapat bertahan hingga 24 Evaluasi kerasionalan penggunaan
jam (long acting), sehingga cukup diberikan obat antihipertensi dilakukan terhadap 37
satu kali sehari. Amlodipine dan nifedipine sampel rekam medik pasien yang
merupakan pengobatan lini pertama terdiagnosa hipertensi yang berobat ke
hipertensi dan dapat digunakan sebagai obat Puskesmas Pelambuan Banjarmasin selama
tunggal untuk mengontrol tekanan darah tahun 2017. Evaluasi kerasionalan dilakukan
pada sebagian besar pasien. Dosis berdasarkan kriteria kerasionalan yaitu tepat
pemberian amlodipine biasanya 5 mg satu indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien,
kali sehari dan dapat ditingkatkan sampai tepat cara dan lama pemberian. Hasil
dosis maksimum 10 mg tergantung pada persentase rasionalitas pengobatan hipertensi
respon individu pasien dan berat selama tahun 2017 dapat dilihat pada
penyakitnya. Sedangkan nifedipine dosis gambar 1 berikut.
awalnya untuk usia dewasa 10 mg sehari
Evaluasi Kerasionalan
100
89.19
90 83.79
80
70
59.46
60
Persentase
11. Sumawa, P.M.R., Wullur, A.C., 2014, Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol. 04,
Yamlean, P.V.Y., 2015, Evaluasi No. 3
Kerasionalan Penggunaan Obat 12. Kementerian Kesehatan RI, 2011,
Antihipertensi pada Pasien Hipertensi Modul Penggunaan Obat Rasional,
Rawat Inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kementerian Kesehatan Republik
Kandou Manado Periode Januari-Juni Indonesia, Jakarta, Indonesia.